Anda di halaman 1dari 83

OLEH:

Dr.ATIKAH, MSi,Apt
LAB. KIMIA ANALITIK JURUSAN KIMIA
FMIPA –UB
2010

3/5/2010 2-potensiometri 1
 Pengukuran potensiometri telah
digunakan untuk :
 menentukan letak titik akhir titrasi
(reaksi asam-basa & redoks)
 Menentukan konsentrasi ion-ion
dalam larutan secara langsung
melalui pengukuran potensial
elektroda selektif ion (ESI)

3/5/2010 2-potensiometri 2
 Adalah Pengukuran Potensial Listrik
Dalam Sel Elektrokimia pada arus = nol
 Sel elektrokimia dapat dinyatakan sebagai
2 konduktor atau elektroda
 Elektoda :
Alat Yang Dpt Mendeteksi Pergerakan &
Pemisahan Muatan Pada Fasa Antarmuka
Elektroda-larutan Yang Diinduksi
(Didorong) Oleh Pengaliran Arus Listrik

3/5/2010 2-potensiometri 3
Metoda Potensiometri

 Metoda Analisis kimia berdasarkan


pengukuran potensial sel
elektrokimia pada kondisi tidak ada
arus listrik (i  0)

3/5/2010 2-potensiometri 4
Componen Dasar Pengukuran
a) Elektroda pembanding:
Memberikan harga standar pada
pengukuran potensial
b) Elektroda Indikator:
memberikan harga potensial
larutan ion yang diukur
konsentrasinya
c) Alat pengukur potensial
(potensiometer)

3/5/2010 2-potensiometri 5
SEL ELEKTROKIMIA

  ESEL = Eesi - Eref

SENSOR KIMIA

Elektroda
Selektif Ion
(ESI)
3/5/2010 2-potensiometri 6
3/5/2010 2-potensiometri 7
SENSOR KIMIA TERDIRI 2 BAGIAN:

a) Reaksi Pengenal antara analit secara interaksi selektif/


spesifik antara analit dengan reseptor bagaian bhan
akatif membran sensor . Akibatnya timbul parameter
fisiko-kimia bervariasi dengan konsentrasi analit. As a
consequence, a
b) Transduksi, pengubahan parameter karakteristik ke
sinyal yang dapat terukur.
3/5/2010
(listrik, optik, dsb.)
2-potensiometri 8
 Adalah sel paro elektrokimia dimana potensialnya
:
 Telah diketahui,
 Berharga konstan
 Inert (tidak sensitif) terhadap komposisi larutan yang
diukur

3/5/2010 2-potensiometri 9
SYARAT ELEKTRODA PEMBANDING
 Reversibel & mengikuti persamaan Nernst
 Potensialnya berharga tertentu & konstan
dengan waktu
 Harus kembali ke harga potensial semulanya
setelah terjadi pengaliran arus listrik
 Sedikit berpengaruh (dapat diabaikan) terhadap
pengaruh temperatur
 Bersifat sebagai elektroda tidak terpolarisasi
ideal
 Tidak sensitif terhadap komposisi larutan

3/5/2010 2-potensiometri 10
1. ELEKTRODA KALOMEL :
 PALING UMUM DIGUNAKAN SEBAGAI
EL.PEMBANDING
 TERDIRI DARI PASTA MERKURIUM, KONTAK
DENGAN MERKURIUM (I) KLORIDA DAN
LARUTAN KCl
 REAKSI SETENGAH SELNYA :

Hg2Cl2 + 2e 2 Hg(I) + 2 Cl- Eo Hg2Cl2/Hg

Harga Eo tgt : konsentrasi KCl, Hg2Cl2 & suhu

3/5/2010 2-potensiometri 11
Elektroda Kalomel Jenuh (EKJ)
(Hg kontak dengan
Hg2Cl2 & KCl)

Elektroda Kalomel Jenuh (EKJ)


merupakan elektroda yang
sangat luas pemakaiannya

½ sel:
Hg/Hg2Cl2 (pdtn ), KCl (xM)||

½ reaksi sel:
Hg2Cl2 (s) + 2e- 2Hg(l) + 2Cl-

Note: respon tergantung pada [Cl-]


3/5/2010 2-potensiometri 12
3/5/2010 2-potensiometri 13
TABEL POTENSIAL ELEKTRODA KALOMEL (Volt) TERHADAP
ELEKTRODA HIDROGEN STANDAR
PADA SUHU 25Oc

Hg2Cl2 KCl EoHg2Cl2/Hg


Vs ENH
Jenuh Jenuh + 0,2412

Jenuh 1M + 0,2801

Jenuh 0,1 M + 0,3337

3/5/2010 2-potensiometri 14
2. ELEKTRODA PERAK-PERAK
KLORIDA (Ag/AgCl)
 DIGUNAKAN SECARA LUAS
 TERDIRI DARI SEHELAI KAWAT PERAK (Ag)
DILAPISI LAPISAN AgCL YANG MELEKAT SECARA
ANODISASI Ag DALAM LARUTAN KCL YANG
DIJENUHI AgCl
 POTENSIAL YANG TIMBUL KARENA REAKSI
TRANSFER ELEKTRON LOGAM-ION LOGAM
 REAKSI SETENGAH SELNYA :
AgCl +e Ag + Cl- Eo AgCl/Ag
Pada 25oC ; aCl- = 1 M Eo = 0,2221 V

 Potensial tergantung pada [Cl-]

3/5/2010 2-potensiometri 15
 Reaksi sel paro :
 // AgCl,KCl (0,1-3 M)/Ag

AgCl

3/5/2010 2-potensiometri 16
Keuntungan & Kerugian Ag/AgCl

Keuntungan:
 Elektroda Ag/AgCl dapat digunakan
pada temperatur > 60oC
Kerugian Ag/AgCl:
 Ag dapat bereaksi dengan banyak
ion-ion

3/5/2010 2-potensiometri 17
Perhatian khusus dalam
penggunaan Elektroda pembanding

 Perlu menjaga konsentrasi larutan


pembanding diatas konsentrasi
larutan analit
 Perlu mencegah pengaliran larutan
analit ke dalam elektroda pembanding

 Karena dapat menimbulkan potensial


junction pada elektroda , yang
menyebabkan kesalahan pengukuran

3/5/2010 2-potensiometri 18
HARGA POTENSIAL SUATU SETENGAH SEL
DITENTUKAN OLEH KONSENTRASI LARUTAN
ELEKTROLITNYA
 Mn+ + ne M EMn+/M

 Bila keaktifan Mn+ = aMn+


 maka potensial setengah sel menurut Nernst :

E Mn+/M = Eo Mn+/M + 2,3RT log aMn+


nF
Dengan
R = tetapan gas ideal = 8,314 J derajat-1 mol-1
F = tetapan Faraday = 96489 coulomb ekivalen -1

aM= keaktifan logam = 1


3/5/2010 2-potensiometri 19
 Adalah sel paro elektrokimia yang
respon potensialnya tergantung
pada konsentrasi larutan ion yang
diukur
 Disebut juga sebagai elektroda
kerja (WORKING Electrodes)

3/5/2010 2-potensiometri 20
 Adalah sel paro elektrokimia yang
respon potensialnya tergantung
pada konsentrasi larutan ion yang
diukur
 Disebut juga sebagai elektroda
kerja

3/5/2010 2-potensiometri 21
1.) Elektroda yang mendeteksi/merespon
terhadap keberadaan analit
Ada 3 Macam :
a) Elektroda indikator logam
b) Elektroda Indikator bermembran
c) Elektroda selektif terhadap molekul

3/5/2010 2-potensiometri 22
2) Elektroda Indikator Logam
 Ada 4 Macam:
a) Elektroda logam Tipe I
i. Melibatkan reaksi tunggal
ii. Pendeteksian katoda diturunkan
dari logam yang digunakan dalam
elektroda
iii. Contoh: Elektroda Cu untuk
mendeteksi ion Cu2+ dalam larutan

3/5/2010 2-potensiometri 23
reaksi ½sel :
Cu2+ + 2e- ↔ Cu (s)

• Eind digunakan untuk mengukur


konsentrasi ion Cu2+
Eind = EoCu – (0.0592/2) log aCu(s)/aCu2+
Karena aCu(s) = 1:

Eind = EoCu – (0.0592/2) log 1/aCu2+


Atau menggunakan pCu = -log aCu2+:

Eind = EoCu – (0.0592/2) pCu


3/5/2010 2-potensiometri 24
Problem:

 Sangat tidak selektif


 Beberapa hanya dapat digunakan pada
pH netral, karena logam dapat larut pada
larutan asam
 Beberapa logam segera teroksidasi
 Beberapa logam keras (Fe, Cr, Co, Ni)
tidak menghasilkan hasil reprodusibel
 pX versus aktivitas berbeda secara
bermakna dan tidak sesuai dengan teori

3/5/2010 2-potensiometri 25
b) Elektroda logam Tipe II
 Untuk mendeteksi anionyang
diturunkan dari interaksi anion
dengan ion logam (Mn+) dari
elektroda
 Anion membentuk endapan atau
kompleks stabil dengan ion logam
(Mn+)

3/5/2010 2-potensiometri 26
Example: Penentuan anion Cl-
menggunakan elektroda Ag

 Reaksi ½ sel:

 AgCl(s) + e- Ag(s) + Cl -
 EO = 0.222 V
 Eind digunakan untuk mengukur secara langsung
anion Cl-:
 Eind= Eo –(0.0592/1)log aAg(s) aCl -/aAgCl(s)
 karena aAg(s) dan aAgCl(s)=1 & Eo = 0.222 V:
 Eind = 0.222 – (0.0592/1) log aCl -

3/5/2010 2-potensiometri 27
Contoh Lain: Penentuan ion EDTA (Y4-)
dengan elektroda Hg

 Reaksi ½ sel:
 HgY2- + 2e- Hg(l) + Y4- Eo = 0.21 V
 Eind responds to aY4-:

Eind=Eo(0.0592/2)logaHg(l)aY4/aHgY2-
• since aHg(l) = 1 and Eo = 0.21 V

• Eind= 0.21–(0.0592/1) log aY4-/aHgY2-

3/5/2010 2-potensiometri 28
c) Elektroda logam Tipe III

 Elektroda logam yang merespon terhadap


kation-kation yang berbeda
 Menghubungkan ke kation dengan reaksi
intermediat
 Memungkinkan penentuan EDTA
menggunakan elektroda Hg (Tipe II)
 Dapat digunakan untuk penentuan kation
lain yang dapat bereaksi dengan EDTA 
menghasilkan aY4-
 Contoh : penentuan Ca yang membentuk
kompleks dengan EDTA

3/5/2010 2-potensiometri 29
Reaksi kesetimbangan :
 CaY2- Ca2+ + Y4-
aca2+ . aY4- ay4- = aCaY2-
 Where: Kf = dan
aCaY2- Kf . aca2+

 Eind= 0.21 –(0.0592/1)log aY4/aHgY2-

Note: aY4- dan Eind juga berubah dengan aCa2+

3/5/2010 2-potensiometri 30
d) Elektroda logam untuk Redoks
 Elektroda yang terbuat dari logam –logam
inert (Pt, Au, Pd)
 Digunakan untuk mendeteksi reaksi
oksidasi/reduksi dalam larutan
 Elektroda yang bekerja sebagai sumber /
penghantar elektron e-
 Example: penentuan Ce3+menggunakan
elektroda Pt

 Reaksi ½ sel: Ce4+ + e- Ce3+


 Respon Eind terhadap Ce4+:
 Eind = Eo – (0.0592/1) log aCe3+/aCe4+

3/5/2010 2-potensiometri 31
Problems:
 Proses transfer elektron pada
elektroda inert seringkali tidak
reversibel
 Respon tidak dapat diprediksi sesuai
dengan reaksi ½ sel dalam tabel

3/5/2010 2-potensiometri 32
 Potensial yg timbul :
E = Eo Fe 3+ /Fe 2+ -0,059 log aFe 3+
a Fe 2+
 kegunaan dalam praktek : penentuan titik
akhir titrasi redoks

3/5/2010 2-potensiometri 33
3. ELEKTRODA BERMEMBRAN :

 ELEKTRODA DAPAT DIBAGI EMPAT YAITU :


- ELEKTRODA BERMEMBRAN KACA
- ELEKTRODA BERMEMBRAN CAIRAN
- ELEKTRODA BERMEMBRAN PADAT
- ELEKTRODA PENUNJUK GAS

3/5/2010 2-potensiometri 34
Umumnya:
 Elektroda untuk penentuan kation atau anion
secara adsorpsi selektif ion-ion analit pada
permukaan membran
 Seringkali disebut sebagai elektroda selektif ion
(ESI) atau elektroda pION
 Sifat ESI :
 minimal solubility – membran tidak larut dalam
larutan selama pengukuran solution during
 – silica, polymers, garam-garam
anorganik dengan kelarutan rendah (AgX) dapat
digunakan
 Menghantarkan arus listrik
 Berikatan secara selektif dengan ion analit

3/5/2010 2-potensiometri 35
b) pH Electrode
 Contoh yang paling umum dari elektroda pH ini
adalah ESI bermembran kaca yang selektif
terhadap ion H+
 Tipikal sistem elektroda pH tersusun:
 Terdiri dari 2 elektroda standar , elektroda

EKJ pada bagian luar membran kaca dan satu


elektroda standar Ag/AgCl pada bagian sisis
dalam membran
 Elemen yang mensensor pH adalah kaca yang

diletakkan pada ujung elektroda Ag/AgCl

3/5/2010 2-potensiometri 36
3/5/2010 2-potensiometri 37
Pengukuran menggunakan ESI pH

3/5/2010 2-potensiometri 38
Struktur membran kaca

-SiO-Na+ + H+ -SiO-H+ + Na+

3/5/2010 2-potensiometri 39
pH ditentukan melalui pembentukan
potensial antarmuka yang menembus
membran kaca

Pada masing-masing antarmuka membran –larutan , timbul


potensial lokal kecil karena membran secara selektif
mengadsorpsi ion H+ pada permukaan membran kaca , dan
timbul beda potensial antarmuka membran kaca-larutan :
(Eb) = E1 -E2
3/5/2010 2-potensiometri 40
Besarnya potensial Eb menurut
Persamaan Nernst:

Eb = c – 0.592pH

Konstanta
-log aH+ (pada bagian
permukaan luar membran kaca
atau dalam larutan analit)

3/5/2010 2-potensiometri 41
 Timbulnya beda potensial karena:

Membran kaca

∆E -SiO-H+ -SiO- + H+ antarmuka

air H+

 Menurut perjanjian , cara penulisan sel elektrokimia :


- Elektroda standar sebelah kiri
- Elektroda indikator sebelah kanan
- Garis vertikal tunggal menyatakan antarmuka
padat/larutan
- Garis vertikal ganda menyatakan penghubung
diantara 2 fasa cair
Hg,Hg2Cl2 KCl jenuh larutan sampel HCl 0,1 M
l –SiO-Na+ AgCl, Ag
3/5/2010 2-potensiometri 42
Kesalahan dalam Pengukuran pH
 Kesalahan alkali (Alkali Error)
 Kesalahan asam (Acidi Error)

3/5/2010 2-potensiometri 43
Alkali Error
 H+ bukan satu-satunya kation yang dapat
terikat pada permukaan membran kaca
 H+ pada umumnya terikat paling kuat,
 Sementara kation lain seperti Na+, K+,
dsb, terikat lemah pada permukaan
membran kaca,
 Ikatannya sangat berarti bila [H+] atau
aH+ rendah (pH tinggi)
 Pada umumnya terjadi pada pH  11-12

3/5/2010 2-potensiometri 44
Alkali Error
Pada pH tinggi (aH+
rendah), ikatan
membran kaca dengan
Na+ atau K+ sangat
berarti,sehingga dapat
meningkatkan jumlah
H+ yang terikat secara
nyata ke permukaan
membran

3/5/2010 2-potensiometri 45
Acid Error

Kesalahan pada pH
rendah (Acid error),
menyebabkan
pembacaan pH terlalu
tinggi, secara pasti
penyebabnya tidak
diketahui . Pada
umumnya terjadi pada
pH  0.5

3/5/2010 2-potensiometri 46
c) Elektroda Kaca untuk kation-kation
lainnya

 Dengan mengubah komposisi membran


kaca ,ditambah dengan Al2O3 atau B2O3
dalam kaca
 Meningkatkan selektivitas kaca
terhadap ion-ion selain H+
 Dihasilkan ESI untuk penentuan Na+,
Li+, NH4+

3/5/2010 2-potensiometri 47
PENGUKURAN
PENGUKURAN POTENSIAL
POTENSIAL SEL
SEL
SUATU
SUATU ELEKTROKIMIA
ELEKTROKIMIA SECARA LANGSUNG

1. MENGGUNAKAN KURVA BAKU


- dengan mengalurkan harga E = f ( ± log ai )
- menggunakan persamaan Nernst :
E = Eo ± 2,3 RT log ai
nF
E (mV)

pH

3/5/2010 2-potensiometri 48
Pengukuran potensial larutan
 Pada umumnya larutan yg diukur dijaga
agar kekuatan ionnya tetap(koef.keaktifan
masing-masing ion tetap
 Digunakan sistem penyangga
kekuatan ion (bufer kakuatan ion) =
TISAB ( Total Ionic Strength
Adjustment Buffer )

3/5/2010 2-potensiometri 49
2. CARA PENAMBAHAN STANDAR

 UNTUK MENGATASI PENGARUH MATRIKS


 PRINSIP PENGUKURAN :
- mula-mula diukur potensial Vu mL larutan
cuplikan dg konsentrasi Cu misal Eu
- Ke dalam Vu mL larutan cuplikan ditambahkan Vs
mL larutan baku dg konsentrasi tepat, Cs potensial
E1

3/5/2010 2-potensiometri 50
Contoh kurva penambahan standar

Antilog (E/S)

Ei pada Cs

Eu

Cu V
Ci Penambahan
s volume
(mL)

3/5/2010 2-potensiometri 51
 Volume larutan baku Vs yang ditambahkan jumlahnya
relatif kecil tdk memberikan efek pengenceran
 Konsentrasi larutan baku harus ckp pekat (»10 X
konsentrasi cuplikan
 Contoh perhitungan konsentrasi kation Cu :

En = Eo + S log Cu dengan S = lereng = 2,3 RT/nF

E1 = Eo + S + log C1 karena C1 = Cn.Vn + Cs.Vs


V n + Vs
maka E1 = Eo + S log Cn.Vn + Cs.Vs
V n + Vs

3/5/2010 2-potensiometri 52
Selisih potensial kedua pengukuran :

∆ E1 = E1 – En = S log Cu.Vu + Cs. Vs


( Vu+ Vs ) Cu

Atau : Cu.Vu + Vs.Cs = 10 ∆E1/S

( Vu + Vs) Cu

Sehingga : Cu = Cs Vs
( 10 ∆E1/S . Vu + 10 ∆E1/S . Vs – Vu )
Bila Vs < < Vu maka persamaan dapat disederhanakan
menjadi :
Cu = Cs Vs
Vu ( 10-1)

3/5/2010 2-potensiometri 53
1. Mengukur Ph dengan elektroda kaca
V pH meter

ELEKTRODA KACA
UTK pH
EKJ
Insulator
lilin
Kawat Ag

Larutan yg
Dinding
diukur pH nya kaca
Kawat Ag Membran
0,1M HCl kaca yg tipis
Membran jenuh dgn
kaca AgCl
Pengaduk magnet

3/5/2010 2-potensiometri 54
Titrasi potensiometri
 Sebagai penunjuk titik akhir titrasi redoks,asam-basa, pengendapan
& pembentukan kompleks
 Elektroda penunjuk (indikator) digunakan sbg penunjuk potensial
elektroda dlm larutan selama berlangsungnya titeasi

 PRINSIP PENGUKURAN :

pH/ mV
meter
buret

elektroda
Pembanding Elektroda bermembran

larutan analit

3/5/2010 Pengaduk
2-potensiometri magnet 55
TITRASI POTENSIOMETRI

 TITIK AKHIR TITRASI ASAM-BASA


 MENGHITUNG Ka ASAM ; Kb BASA
 TITIK AKHIR TITRASI REDOKS
 TITIK AKHIR TITRASI
PENGENDAPAN
 TITIK AKHR TITRASI KOMPLEKS
 MENGHITUNG KSP ; KKOMPLEKS

3/5/2010 2-potensiometri 56
Contoh : titrasi asam kuat 50 mL HCl 0,01M dengan larutan
baku NaOH 0,01 M menggunakan elektroda
indikator pH bermembran kaca & pembanding
kalomel jenuh

Diperoleh data sebagai berikut :

pH (bufer) 1,10 ;2,85 ; 3,10; 3,90 ; 4,90; 5,90; 7,00 ; 7,75


E ( mV) 295 190 175 130 70 10 -55
-100

pH (bufer) 8,80 ; 9,90 ; 10,40 ; 10,70 ;11,70


E (mV) -160 -220 -255 -275 -390

Pengolahan secara regresi diperoleh persamaan Nernst :

3/5/2010 2-potensiometri 57
E = (359,5 + 59,2 log aH+ ) mV atau

E = (359,5 – 59,2 pH ) mV

Secara teoritis harga faktor Nernst (25 oC) adalah 59,0 mV,
maka elektroda kaca yang digunakan sangat ideal bagi
penetapan kuantitatif ion H+ (pH) suatu larutan

CONTOH :
DATA TEORITIS TITRASI POTENSIOMETRI ASAM-BASA
MENGGUNAKAN ELEKTRODA BERMEMBRAN KACA
UNTUK MENENTUKAN TITIK EKIVALEN TITRASI

3/5/2010 2-potensiometri 58
PENENTUAN TTK EKIV. TITRASI ASAM-BASA TURUNAN I
VOLUME NaOH pH E E/∆V 2 E/  V2
(mL) (mV)
(Teoritis)
0 2,00 241,1
1 2,02 240,0 1,10
5 2,09 235,8 1,05
10 2,18 230,4 1,08
30 2,60 205,6 1,24
40 2,95 184,9 2,07
42 3,06 178,3 3,30
44 3,19 170,7 3,80
46 3,38 159,4 5,65
48 3,69 141,1 9,15 3,5
49 4,00 122,7 18,40 9,25
49,5 4,30 104,9 35,60 17,2
49,8 4,70 81,3 78,70 43,1
49,9 5,00 63,5 178,00 99,3
3/5/2010 50,0 7,00 54,9
2-potensiometri 1184,00 1006,0 59
PENENTUAN TITIK EKIVALEN
TITRASI ASAM-BASA LANJUTAN
VOLUME NaOH pH E E/∆V 2 E/  V2
(mL) (mV)
(Teoritis)
50,0 7,00 54,9 1184,00 1006,0

50,5 9,70 - 214,7 319,60 -864,4

51,0 10,04 - 234,9 40,40 -279,2

52 10,30 - 250,3 15,40 -25

55 10,68 - 272,8 7,50 -7,9

60 10,96 -289,3 3,30 -4,2

3/5/2010 2-potensiometri 60
HASIL PENENTUAN DAPAT DITAMPILKAN DALAM KURVA
SEBAGAI BERIKUT :

E (mV)

pH

3/5/2010 2-potensiometri 61
E ( mV ) METODA TITIK EKIV.TURUNAN I
-
200 -

0-
TITIK EKIVALEN TITRASI

- 200 -

20 40 60 80 100

mL NaOH 0,01 M yang ditambahkan

3/5/2010 2-potensiometri 62
E/∆V
METODA PENENTUAN TITIK
EKIV.TURUNAN II
1200 -

TITIK EKIVALEN TITRASI

800-

400-

20 40 60 80

mL NaOH yang ditambahkan

3/5/2010 2-potensiometri 63
∆ 2 E/ V2

-
METODA PENENTUAN
TITIK EKIV.III
800-

400-

0- TITIK EKIV

- 400-

- 800-

20 40 60 80 100
mL NaOH yg
ditambahkan

3/5/2010 2-potensiometri 64
TITRASI H33PO44 DENGAN NaOH
 Dalam pelaksanaannya digunakan kombinasi elektroda
gelas dengan elektroda pembanding kalomel
 Yang diukur adalah pH larutan H3PO4 sebagai fungsi
volume titran NaOH
 Hasil pengukuran potensial larutan dibuat kurva antara E
sel terhadap volume titran yang ditambahkan
 Titik ekivalen masing-masing tingkat reaksi hidrolisis
asam ditentukan berdasarkan titik tengan perubahan
potensial terbesar dari larutan

3/5/2010 2-potensiometri 65
Contoh : Titrasi 10,0 mL H3PO4 0,10 M dengan
NaOH 0,10 Msetiap penambanhan 1 mL
 Reaksi kesetimbangan H3PO4
1. OH- + H3PO4 H2PO4- + H2O ; Ka1 =7,5.10-3
2. OH- + H2PO4- HPO42- + H2O ; Ka2 =
6,2.10-8
3.OH- + HPO42- PO43- + H2O ; Ka3 = 4,8.10-13
 Harga E sel pada setengan titik ekivalen dapat
diukur & digunakan untuk menghitung pH
larutan, pKa1 dan pKa2 dan pKa3untuk H3PO4

3/5/2010 2-potensiometri 66
1. pH larutan H3PO4 sebelum titrasi :
 H3PO4 + H2O H2PO4- + H3O+

[H3O+] = [H2PO4-] [H3O+]= (Ka1)/[H3PO4]


2. pH pada titik ekivalen pertama
 H3PO4 + H2O H2PO4- + H3O+

Ka1 = [H2PO4-][H3O+]/ [H3PO4] Ka1 = [H3O+ ]


 Pada saat titik ekivalen I : [H2PO4- ] =
[H3PO4]
 pH titik ekiv I = pKa1 = 2,12
3/5/2010 2-potensiometri 67
3.Pada titik akhir II:
 H2PO4- + H2O HPO42- + H3O+

 Ka2 = [HPO42-] [H3O+]


[H2PO4- ]

 Pada saat titik ekivalen II :


 [HPO42- ] = H2PO4- ] Ka2 = [H3O+]

 pH =pKa2 = 7,21

3/5/2010 2-potensiometri 68
4. Pada titik ekivalen III :
 H2O + HPO42- PO43- + H3O+

 Ka3 = [PO43-] [H3O+]


[HPO42-]
 Saat penetralan : [PO43-] = [HPO2-]
 Ka3 = [H3O+] pH = pKa3 = 12,32

3/5/2010 2-potensiometri 69
KURVA TITRASI

E = NaOH
pH atau EMF (mV)

D = Na3PO4

C= Na2HPO4

B = NaH2PO4

A = H3PO4

Volume NaOH ( mL)yang ditambahkan

3/5/2010 2-potensiometri 70
Contoh : titrasi reaksi redoks besi (II) denga serium (IV)
menggunakan elektroda indikator Pt dan pembanding EKJ
Reaksi redoks yang terjadi :

Fe 2+ + Ce 4+ Fe 3+ + Ce 3+

Sepanjang titrasi sistem redoks Fe 2+ -Fe 3+ dan Ce 3+ -


Ce 4+
memiliki potensial yang sama yakni :

E = Eo Fe – 0,059 log [Fe2+]/[Fe 3+ ]

E = Eo Ce – 0,059 log [Ce 3+ ]/[Ce 4+ ]

3/5/2010 2-potensiometri 71
Misal : 5 m mol garam besi (II) dilarutkan dlm 100 mL asam
sulfat & dititrasi dengan serium (IV)sulfat 0,1 M, hitung potensial
elektroda pada berbagai selang titrasi, dimana tdk lebih dari 0,1
% Fe dlm bentuk Fe3+
Diketahui : Eo Fe2+ - Fe 3+ = 0,68 V dan
Eo Ce 3+ - Ce 4+ = 1,44 V
1. Pada saat awal titrasi : potensial ditentukan oleh angka
banding Fe2+ - Fe 3+ , dimana Fe2+ : Fe 3+ = 1000 : 1
sehingga :
E = 0,68 – 0,059 log 1000 = 0,50 V
2. Pada penambahan 10 mL Ce (IV) terjadi reaksi redoks :
Fe 2+ + Ce 4+ Fe 3+ + Ce 3+
Maka Fe 2+ yang bereaksi = 4,0/110 + x mmol/L

sedangkan Fe 3+ yang terbentuk = Ce 3+ yang terbentuk


adalah = 1,0/110 + x mmol/L
3/5/2010 2-potensiometri 72
Ce 4+ yang bereaksi adalah x mmol/L

Potensial elektroda = E = 0,68- 0,059 log 4,0/110 = 0,64 V


1,0/110

3. Pada saat kesetaraan ( penambahan 50 mL Ce (IV) yaitu :


Fe 2+ = Ce 4+ = x mmol/L dan
Fe 3+ = Ce 3+ = (5,0/150 – x )mmol/L
Hasil penjumlahan kedua persamaan setengah sel :
2E = 2,12 – 0,059 log [Fe ++ ] [Ce 3+ ]
[ Fe 3+ ] [ Ce 4+ ]

Karena Fe 2+ = Ce 4+ dan Fe 3+ = Ce 3+ maka :


2E = 2,12 E = 1,06 V

3/5/2010 2-potensiometri 73
JIKA JUMLAH ELEKTRON YANG DILEPAS OLEH PEREDUKSI = JUMLAH ELEKTRON
YANG DIPAKAI OLEH PENGOKSIDASI MAKA :

EEK = (Eo1 +Eo2 )/2

3. Pada saat penambahan 60 mL Ce(IV), maka konsentrasi


masing-masing ion adalah :

[Fe 2+ ] = x mmol/L
[ Fe 3+ ] = [ Ce 3+ ] =( 5,0/160 –x ) mmol/L
[ Ce 4+ ] = ( 1,0/160 + x) mmol/L
Potensial elektroda diperoleh dari sistem Ce 4+ - Ce 3+ :
E = 1,44 - 0,059 log [Ce 3+ ] = 1,44 - 0,059 log 5,0/160 =
1,40 V
[Ce 4+ ] 1,0/160

Data titrasi redoks disajikan dalam tabel berikut ini :

3/5/2010 2-potensiometri 74
VOLUME Ce 4+
Mmol Fe 2+ yang % Fe 2+ E, V
(mL) tidak teroksidasi yang
teroksidasi
0,0 5,0 0
10,0 4,0 2 0,64
20,0 3,0 40 0,67
30,0 2,0 60 0,69
40,0 1,0 80 0,72
45,0 0,50 90 0,74
49,50 0,05 99 0,80
49,95 0,005 99,9 0,86
50,0 - 100 1,06
Mmol kelebihan
Ce 4+
50,05 0,005 1,26
50,50 0,05 1,32
51,0 0,10 1,34
55,0 0,50 1,38
60,0 1,0 1,40

3/5/2010 2-potensiometri 75
Gambar kurva titrasi

E,V

1,06

0 10 20 30 40 50 60 70 80
mL penambahan Ce 4+

3/5/2010 2-potensiometri 76
BEBERAPA CONTOH TITRASI POTENSIOMETRI

Jenis titrasi Contoh Elektroda penunjuk

Asam-basa HCl + NaOH Elektroda kaca -EKJ

Asam basa As.asetat + NaOH Elektroda kaca -EKJ

Reduksi- oksidasi Fe 2+
+ MnO4- , H+ Pt - EKJ

Reduksi - oksidasi Fe 2+
+ Ce 4+
, H+ Pt - EKJ

Pengendapan Cl- + Ag+ Ag – EKJ dg


penghubung
NH4NO3
Pengendapan SO4 2-
+ Ba 2+
ESI SO4 2+
- EKJ

Pengendapan SO4 2-
+ Pb 2+
ESI SO4 2+
- EKJ

Kompleksometri M n+ + EDTA Elektroda Hg -EKJ

3/5/2010 2-potensiometri 77
INDIKATOR REDOKS

TIPE INDIKATOR REDOKS YG DAPAT DIGUNAKAN TITRASI :


 Zat yg dpt mengalami reaksi redoks yang dituliskan sbg :

In+ + e In
Warna A Warna B

 Persamaan potensial sistem indikator adalah :

E = Eoi – 0,059 log [ In]


[ In+ ]

3/5/2010 2-potensiometri 78
 Bila angka banding [ In ] / [In +
]  10 : 1, maka hanya
warna B yang tampak oleh mata

 Bila angka banding [ In ] / [In + ]  10 : 1, maka hanya warna


Ayang tampak oleh mata

 Artinya :
Warna B : E = Eoi – 0,059 log 10/1 = Eoi – 0,059
Warna A : E = Eoi – 0,059 log 1/10 = Eoi + 0,059 –
 E = ± 2 x 0,059 = ± 0,12 V

Jadi diperlukan perubahan potensial sekitar 0,12 V untuk


mengubah warna indikator
3/5/2010 2-potensiometri 79
POTENSIAL TRANSISI BEBERAPA INDIKATOR
REDOKS
INDIKATOR WARNA WARNA POTENSIAL KONDISI
PEREDUK PENGOKSID TRANSISI,
SI V
Fenosafranin tbw merah 0,28 Asam 1 M
Indigo tbw biru 0,36 Asam 1 M
tetrasulfonat
Biru metilen tbw biru 0,53 Asam 1 M
Difenilamin tbw lembayung 0,76 H2SO4 2-
1M
Difenilbenzidin tbw lembayung 0,76 H2SO4 2-
1M
Asam difenilamin tbw Merah 0,85 Asam encer
sulfonat lembayung
5,6 di,metilferoin 0,97 H2SO4 2-
1M
Erioglausin A Kuning- Merah- 0,98 H2SO4 2-
0,5 M
hijau kebiruan

5 Metilferoin 1,02 H2SO4 2-


1M
Feroin merah Biru pucat 1,11 H2SO4 2-
1M
Nitroferoin merah Biru pucat 1,25 H2SO4 2-
1M
3/5/2010 2-potensiometri 80
Contoh a :
Titrasi besi (II) dengan Ce (IV) dalam asam sulfat 1 M
menghasilkan E ek = 1,06 V, maka indikator apa yang cocok ?
Indikator yang cocok adalah feroin karena :

- Potensial standar feroin adalah 1,06 V

- Reaksi redoks indikator adalah :

Ph3Fe3+ + e Ph3 Fe 2+ Eo = 1,06 V


Biru muda Merah tua

- Perubahan warna baru teramati pada 1,11 V, kaqrena


diperlukan lebih banyak indikator bentuk teroksidasi (biru
muda) dibandingkan bentuk tereduksi (merah tua)

3/5/2010 2-potensiometri 81
Contoh b :Besi (II) dititrasi dengan suatu oksidator dalam
medium asam sulfat-asam fosfat. Berapa potensial transisi
indikator yang berubah warna pd saat 99,9 % Fe teroksidasi ?
Bila Eo Fe 3+ - Fe 2+ dalam H2SO4 1 F dan H3PO4 0,5 F
Adalah 0,61 V maka :

E = 0,61 – 0,059 log [Fe 2+ ]/ [Fe 3+ ]


E = 0,61 – 0,059 log 1/1000 = 0,61 + 0,18 = 0,79 V

Indikator yang digunakan = asam difenilaminasulfonat dengan


potensial transisi = 0,85 V

3/5/2010 2-potensiometri 82
3/5/2010 2-potensiometri 83

Anda mungkin juga menyukai