KELOMPOK A
Ananda Novita. Pattu (G4501211009)
Cahya Gioktavian (G4501202023)
Dina Azkiyah (G4501211006)
Marlin Putri Maldia (G44180026)
Riva Silvia (G4501211018)
Safira Gina (G4501211008)
Weni Anindya (G4501211016)
DEPARTEMEN KIMIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
AMPEROMETRI............................................................................................ 1
1. Definisi................................................................................................... 1
2. Prinsip Kerja ......................................................................................... 1
3. Instrumentasi ........................................................................................ 2
3.1 Elektroda Referensi dan Elektroda Bantu .......................................... 2
3.2 Material elektroda kerja .................................................................... 2
3.3 Kriteria untuk pemilihan material elektroda kerja .............................. 4
3.4 Flow – Cell Design........................................................................... 4
3.5 Dual-electrode amperometric cells ................................................... 8
4. Kurva Titrasi......................................................................................... 9
5. Kelebihan dan Kekurangan .................................................................. 9
5.1 Kelebihan metode amperometri ........................................................ 9
5.2 Kelemahan metode amperometri....................................................... 9
6. Aplikasi................................................................................................ 10
6.1 Biosensor ........................................................................................... 10
6.2 Titrasi Amperometri............................................................................ 10
7. Review Jurnal...................................................................................... 11
7.1 Sintesis Nanokomposit Ni-SiO2 /MLG ................................................. 11
7.2 Fabrikasi Sensor ................................................................................. 12
7.3 Penentuan GFN secara Amperometrik ................................................. 12
7.4 Selektivitas dan Stabilitas Elektrode .................................................... 13
7.5 Simpulan ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 15
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
AMPEROMETRI
1. Definisi
Amperometri adalah salah satu teknik elektroanalitik yang melibatkan
penerapan potensi pereduksi atau oksidasi konstan ke elektroda indikator (kerja) d
serta arus diukur sebagai fungsi waktu. Arus yang diperoleh sebanding dengan
konsentrasi analit. Amperometri cara kerjanya didasarkan pada pengukuran arus
sebagai fungsi dari potensial yang aplikasi (applied potential) pada saat terjadi
polarisasi pada indikator elektroda atau elektroda kerja (working electrode).
Metode ini dilakukan berdasarkan elektrolisis sempurna dari analit. Pada metode
ini analit dioksidasi dan direduksi secara sempurna pada permukaan elektroda kerja
atau bereaksi sempurna dengan pereaksi yang dihasilkan oleh elektroda kerja.
2. Prinsip Kerja
Analisis amperometri didasarkan pada arus difusi terhadap konsentrasi pada
potensial dan waktu yang tetap. Arus yang dihasilkan dari reaksi faraday
berbanding lurus dengan konsentrasi analit (Arumdati et al. 2014). Reaksi paling
sederhana dapat terjadi pada permukaan elektroda kerja yang terpolarisasi pada
potensial yang sesuai dapat terjadi sebagai berikut:
Pada potensial konstan, transfer elektron terjadi pada laju difusi terkendali,
sehingga proses menjadi dikendalikan oleh massa transfer. Arus yang dikendalikan
difusi "i" tergantung pada ketebalan lapisan difusi d, koefisien difusi analit difusi
D, nomor transfer elektron n, luas permukaan A elektroda, konsentrasi analit, dan
F Faraday bilangan (96,480C mol-1), seperti pada persamaan berikut:
di mana Cbulk dan Cx=0 mewakili konsentrasi analit dalam larutan dan konsentrasi
pada permukaan elektroda masing-masing (Amine dan Mohammadi 2018).
Proses yang terjadi pada elektroda dengan metode amperometri dapat dilihat
pada gambar 1:
Ketika potensial diberikan pada elektroda kerja, analit yang terdapat dalam
larutan mengalami reaksi reduksi sehingga konsentrasi analit yang dekat dengan
elektroda kerja akan menurun. Sedangkan analit lain secara perlahan akan berdifusi
kedalam larutan mendekati elektroda kerja, sehingga konsentrasi tetap. Jika
potensial yang diberikan cukup tinggi, konsentrasi analit yang berada dekat dengan
elektroda kerja akan bergantung pada laju rata-rata difusi. Arus yang dihasilkan
disebut batas difusi. Pada saat analit tereduksi pada elektroda kerja, konsentrasi
analit pada seluruh larutan akan perlahan-lahan menurun, bergantung pada ukuran
elektroda kerja berbanding volume larutan.
3. Instrumentasi
terlalu dibatasi. Dapat dicatat secara sepintas bahwa beberapa logam reaktif,
seperti tembaga, nikel dan tembaga kadmium, juga telah menemukan
aplikasi terbatas sebagai elektroda kerja dalam amperometri. Platinum dan
emas memiliki potensial window lebar di atas +1.0 V di wilayah oksidatif.
Perak memiliki potensial window yang jauh lebih kecil, tetapi merupakan
bahan elektroda yang berharga karena reaksi yang dapat terjadi dengan zat
terlarut selama proses deteksi. Perak memiliki potensial window bernilai -
0,5 V sampai +1,2 V pada pH 4,5. Keuntungan dan keterbatasan
penggunaan platina sebagai material elektroda kerja yaitu tersedia dalam
bentuk kawat, pelat dan tube datar, rentang ukuran yang beragam, akan
tetapi overvoltage hidrogen yang rendah pada rentang potensial katodanya
terbatas serta mahal (Amine & Mohammadi. 2018).
Elektroda logam yang dibuat dari bahan inert, seperti emas dan
platinum, dapat menunjukkan perubahan kinerja yang nyata saat digunakan.
Perilaku ini muncul dari adsorpsi produk elektroda atau komponen dari
sampel itu sendiri. Contoh dari efek ini adalah respons elektroda platinum
yang digunakan untuk deteksi amperometrik (oksidatif) I-.
Bias
Potensiostat
Sel Elektrokimia
Current-Voltage
Converter
Output
Gambar 3.4.4 Teknik Amperometrik dengan model elektrik tiga sel elektroda
Resistensi utama ditentukan oleh kandungan ionik dari larutan elektrolit
dengan konsentrasi antara 0,01-0,10 M. Ketika elektroda ditempatkan dalam
larutan elektrolit, pemisahan muatan atau lapisan ganda terbentuk secara
spontan di antarmuka larutan-elektroda menghasilkan kapasitansi lapisan
ganda (CDL). Ukuran kapasitansi ini merupakan fungsi dari luas elektroda,
potensial elektroda-ke-larutan, bahan elektroda, dan konsentrasi ion dalam
larutan. Potensiostat hanya mengkompensasi kapasitansi, impedansi, dan
resistansi (CDLA, Rc, ZFA) dalam loop kontrolnya dan memungkinkan diabaikan
secara eksperimental. Oleh karena itu, resistor yang tidak terkompensasi, Ru,
yang berada di luar loop, menyebabkan kesalahan pada potensial elektroda
kerja, iRu, sebagai hasilnya. Namun, mengingat arus amplitudo yang sangat
kecil biasanya terlibat dalam sistem mikofluida dan resistivitas yang relatif
rendah dari larutan elektrolit berair yang biasanya digunakan, kesalahan ini
jarang menjadi perhatian praktis untuk pengukuran amperometrik. Produk
RuCDL mewakili konstanta waktu sel dan sangat menentukan kecepatan respons
sel terhadap setiap perubahan dalam potensi yang diterapkan. Untuk aplikasi
deteksi amperometrik tipikal di mana potensi yang diterapkan dijaga konstan
sepanjang seluruh percobaan (Roussel et al. 2008).
Sel elektrokimia untuk digunakan dengan aliran yang mengalir dapat
diklasifikasikan sebagai flow-by, dimana eluen mengalir sejajar dengan
permukaan elektroda kerja; flow-through, dimana eluen mengikuti jalur
berliku-liku antara permukaan elektroda kerja; dan flow-at, di mana eluen
menumbuk tegak lurus ke permukaan benda kerja elektroda.
Gambar 3.4.5 (a) adalah bentuk secara skematik dan (b) adalah bentuk
secara komersial. Bagian a - cell inlet, b – holder untuk elektroda kerja, c –
kontak untuk elektroda kerja, d- gasket, e – PTFE holder untuk elektroda
referensi, f – diafragma flow-thorugh, g – outlet.
7
4. Kurva Titrasi
Gambar 4.1 (a) Ion logam dengan titran yang dapat mengendap. (b) Ion Mg2+
dengan 8-hidroksi kuinolin. (c) Ion Pb2+ dengan ion (CrO4)2-
Kurva a merupakan titrasi ion logam Pb dengan titran Na 2SO4, dari kurva
tersebut menunjukan bahwa pengendapan logam Pb belum sempurna. Kurva b
merupakan interaksi yang terjadi antara reagen dengan mikroelektrode yang
menyebabkan arus tidak nampak. Seperti ion Mg2+ yang dititrasi dengan 8-hidroksi
kuinolin. Senyawa tersebut akan direduksi oleh mikroelektrode dan Mg2+ bersifat
inert. Kurva c akan menimbulkan arus difusi setelah diberikan potensial diatas. Arus
terkecil menunjukan akhir dari proses titrasi. Pada potensial tersebut hanya ion
kromat yang dapat direduksi.
6. Aplikasi
6.1 Biosensor
Penggunaan amperometri pada pembuatan biosensor pertamakali
dikembangkan oleh L.C.Clark pada tahun 1956. L.C.Clark pertamakali
mengembangkan sensor amperometri dengan melarutkan oksigen kedalam
darah. Biosensor amperometri bekerja dengan produksi arus ketika potensial
diterapkan antara dua elektroda, umumnya memiliki waktu respon,rentang
dinamis dan kepekaan mirip dengan biosensor potensiometri. Biosensor
amperometri sederhana dalam pemakaian umum melibatkan elektroda
oksigen Clark. Salah satu contoh aplikasi biosensor amperometri yaitu
Biosensor amperometrik untuk uji L-arginin dan kreatinin berdasarkan
deiminase rekombinan dan nanopartikel Cu/Zn (Hg)S yang peka terhadap
ammonium (Ye Stasyuk et al, 2021), selain itu biosensor amperometri bisa
digunakan untuk mendeteksi Glukosa dalam membrane selulosa (Asnawati et
al, 2013)
6.2 Titrasi Amperometri
Titrasi amperometrik dilakukan dengan potensial konstan diaplikasikan
pada elektroda kerja, dan arus diukur sebagai fungsi waktu. Dengan
mengalirkan setiap perubahan volume titran terhadap perubahan arus yang
teramati maka akan diperoleh kurva yang terdiri atas dua garis lurus yang
11
merupakan titik perpotongan atau yang disebut dengan titik ekivalen. Titrasi
amperometri digunakan untuk reaksi redoks; pengendapan; titrasi
kompleksometri dari ion anorganik atau organik yang dapat direduksi..
Menurut Burakle (2017), dalam seminar “On Amperometri”, titrasi
amperometri diaplikasikan dalam beberapa analisis yaitu menetukan titik
akhir reaksi, menentuan kadar air dengan menggunakan pereaksi karl fischer,
sebagai detektor amperometrik (HPLC, detektor amperometrik dapat
mendeteksi konsentrasi yang sangat rendah), dan menentukan kuantifikasi
ion atau campuran ion. Contoh penelitian dengan menggunakan metode titrasi
amperometri yaitu “Amperometric titration of palladium with diethylamino-
4-methyl-hexine-2-ola-4 solutionsin-nanoqueous environmets (Rakhmatov et
al, 2021), selain itu penelitian “Automatic amperometric titration method for
quantitative determination of zinc oxide in ointments” juga dilakukan oleh
Oprea et al (2020).
7. Review Jurnal
Judul jurnal yang di-review adalah “Synthesis and fabrication of Ni-SiO2
nanosphere-decorated multilayer graphene nanosheets composite electrode for
highly sensitive amperometric determination of guaifenesin drug ” (Huang et al,
2021).
Guaifenesin [GFN: 3-(2-methoxyphenoxy) propane-1, 2-diol] adalah kelas
obat yang disebut ekspektoran dan digunakan untuk mengurangi ketebalan selaput
lendir. GFN dapat berfungsi untuk membantu sesak nafas, batuk, dan penyakit
pernapasan lainnya. Overdosis GFN dapat menyebabkan mual dan muntah. Oleh
karena itu, sehingga sangat penting untuk mendeteksi dosis GFN dalam sampel
plasma dan urin manusia. Pada penelitian ini, dikembangan katalis komposit Ni-
SiO2 nanosphere-decorated multilayer graphene nanosheets (Ni-SiO2/MLG)
untuk mendeteksi GFN. Screen-printed carbon electrodes (SPCE) sekali pakai
dimodifikasi menggunakan katalis Ni-SiO2/MLG untuk mengevaluasi perilaku
oksidasi GFN dengan teknik voltametri dan amperometri siklik.
(B)
Gambar 7.4 (A) Amperometric (i-t) curve for selectivity oxidation of GFN (a) in
the presence of organic (b-h), inorganic (i-m) and biological active
species (n-p). Real sample analysis amperometry method (D) by the
consecutive addition of GFN tablet samples. Applied potential = 1.1
V vs. Ag/AgCl; Rotation speed = 2000 rpm.
7.5 Simpulan
Berdasarkan penentuan amperometrik, Ni-SiO2/MLG/SPCE memiliki batas
deteksi 5.7 nM dalam rentang linier deteksi 0.1–317.5 µM. Elektroda
nanokomposit Ni-SiO2/MLG yang dikembangkan menunjukkan selektivitas dan
reproduktivitas yang baik untuk menentukan GFN.
15
DAFTAR PUSTAKA