Titrasi Potensiometri
KELOMPOK 7 :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2019
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Simpulan……………………………………………………………………………..13
3.2 Saran…………………………………………………………………………………13
Daftar pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2. Mengetahui dasar pengukuran potensiomteri
3. Mengetahui cara penentuan titik ekivalen pada titrasi potensiometri
4. Mengetahui tahapan dan metode yang digunakan dalam titrasi potensiometri
5. Mengetahui jenis-jenis indikator daam analisis titrasi potensiometri
6 Mengetahui keunggulan dan kelemahan analisis secara potensiometri
7. Mengetahui contoh titrasi potensimetri dan perhitungannya
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Sehingga kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial
yang diukur itu.
Potensial suatu elektroda tidak dapat diukur tersendiri, tetapi dapat ditentukan
dengan menggunakan elektroda indikator dengan elektroda pembanding yang hanya
memiliki harga potensial yang tetap selama pengukuran.
Elektroda pembanding yang diambil sebagai baku international adalah elektroda
hidrogen baku. Harga potensial elektroda ini ditetapkan nol pada kesadahan baku (
H+ )= 1 M, tekanan gas H2 = 1 atm dan suhu 25o C, sedangkan gaya gerak listrik ( GGL
) pasangan elektroda itu diukur dengan bantuan potensiometer yang sesuai, dan sering
digunakan peralatan elektronik ( volt meter ).
6
biasanya digunakan jenis pemeriksaan suatu reaksi yang berlangsung lengkap dengan
baik, maka kurva titrasi menjadi demikian cuiramnya dekat dengan titik ekuivalen
sehingga ketidaktentuannya adalah kecil, ketelitian untuk membuat lagi titik akhirnya
kemungkinannya lebih jelek.
Suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni perubahan potensial dengan
berubhanya volume (DE/DV) terhadap volume titran. Kurva yang dihasilkan naik sampai
suatu maksimum pada titik ekivalen.
Volume pada titik ekivalen ditentukan dengan menurunkan garis vertikal dan
puncak dengan sumbu volume. Ada sedikit ketidaktentuan dalam menetapkan secara
tepat puncak dari kurva semakin kompleks reaksinya semakin tajam puncaknya dan
dengan demikian makin teliti letak titik ekivalen.
Suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (DE2/DV2) terhadap
volume titran. Pada titik tempat kemiringan DE/DV merupakan suatu maksimum,
turunan kemiringan adalah nol. Titik akhir terletak pada penggambaran suatu garis
vertikal dari tempat D2E/DV2 adalah nol ke sumbu volume. Bagian kurva yang
menghubungkan harga – harga maksimum dan minimum dari D2E/DV2 adalah lebih
curam semakin lengkap reaksi titrasi.
Maka titik ekuivalen tidak terletak pada titik tengh kurva. Potensial pada titik
ekuivalen dalam titrasi dari timah putih (II) (e01 ) dengan ion-ion serum (IV) (eo2) adalah
(2eo1 + eo2 )/3. Demikian pula, harga maksimal dari DE/DVuntuk suatu reaksi tidak
simetrik tidak secara tepat berhimpit dengan titik ekuivalen. Sekalipun demikian,
maksimum biasanya diambil sebagai titik akhir titrasi.kesalahan yang dibuat oleh
prosedur ini adalah sangat kecil.
Ada kemungkinan untuk menentukan tempat titik akhir dengan cara yang
sederhana yang didasarkan pada data nyata tanpa menggunakan bantuan suatu grafik.
Hanya pengamatan potensial dekat dengan titik ekuivalen yang perlu direkam.
Beberapa penambahan volume tertentu misalkan 0,10 ml dipilih dan sejumlah
pengamatan diambil, berjarak 0,10 ml dan tiap sisi titik ekuivalen. Sebuah contoh
diberikan pada tabel, yang juga memuat harga – harga turunan ke – 1 dan ke – 2.
7
Dapat dilihat dari harga – harga ke – 2 bahwa kemiringan berubah tanda sehingga
melewati nol, antara 25,00 dan 25,10 ml titran. Volume pada saat harga nol dicapai
terlebih dahulu dekat dengan 25,00 daripada 25,10 karena pembacaan sebesar + 120
adalah lebih dekat dengan nol dan pada – 224. Karena, 0,10 ml menyebabkan
perubahan total dalam turunan kedua dari 120 – (-224) = 344, bagian (120 /344)*0,10
ml adalah jumlah perkiraan ml kelebihan dari 25,00 yang diperlukan untuk membuat
turunan kedua mencapai harga nol maka volume yang dihitung pada titik ekuivalen
adalah :
V = 25,00 + 0,10 ()= 25,035
1.Potensiometri langsung
Teknik ini hanya memerlukan pengukuran potensialsebuah indikator elektron ketika dic
elupkan dalamlarutan yang mengandung konsentrasi yang tidakdiketahui & diketahui da
ri sebuah analit. Elektro dan indikator selalu dianggap sebagai katoda dan
elektroda referensi sebagai anoda. Untuk pengukuran
potensiometri langsung, potensial sel dapat
diekspresikan sebagai perkembangan potensial oleh
elektroda indikator, elektroda referensi, dan potensial jungsi.
2. Adisi standar
3. Adisi sampel
Hampir sama dengan metoda adisi standar kecualipada sejumlah kecil volume sampel.
Pengukurandibuat pada kekuatan ion standar dan slop elektrodayang dihasilkan lebih s
esuai dibanding adisi standar.Baik digunakan pada saat jumlah sampel hanyasedikit, at
au untuk sampel dengan konsentrasi yang besar, atau juga yang memiliki matriks komp
leks.
8
4. Titrasi potensiometri
Pada metoda ini dilakukan proses titrasi terhadaplarutan asam oleh larutan bersifat
basa atausebaliknya. Bermacam reaksi titrasi dapat diikutidengan pengukuran potensio
metri. Reaksinya harusmeliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion
yang sesuai dengan jenis elektrodenya. Potensialdiukur setelah penambahan sejumlah
kecil volume titran secara kontinu dengan perangkat automatik.Presisi dapat dipertinggi
dengan konsentrasi.
Jenis reaksi titrasi potensiometri:
1.Reaksi netralisasi
Titrasi asam-basa dapat dikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
2.Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan
Ada beberapa indikator elektroda yang digunakan dalam titrasi potensiometri yaitu :
a. Elektroda Pembanding
Elektroda pembanding adalah suatu elektroda dengan harga potensial setengah
sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposissi larutan
yang sedang disilidiki. Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda eektroda
indikator yang potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Beberapa contoh elektroda pembanding :
1. Elektroda Kalomel
Setengah sek elektoda kalomel dapat ditunjukkan sebagai :
ll Hg2Cl2 (sat’d), KCl (xM) l Hg
9
Dengan x meunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda dapat
dituliskan sebagai
Hg2Cl2 + 2e- 2Hg + 2Cl-
Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x, dan harga
konsentrasi ini harus dituliskan untuk memperjelas elektroda.
b. Elektroda Kerja
Elektroda indikator dibagi menjadi 4 kategori yaitu :
1. Elektroda logam
10
E = +0,22 – 0,0592 log a cr- = +0,22 + 0,0592 pCl
2. Elektroda inert
Elektroda inert merupakan elektroda yang tidakmasuk ke dalam reaksi. Salah satu cont
ohnyaadalah platina. Elektroda ini bekerja baik sebagai elektroda indikator untuk
pasangan redoks seperti:
Fe3+ + e ↔ F2+
Fungsi logam Pt adalah untuk membangkitkan kecenderungan sistem tersebut dalam
mengambil atau melepaskan elektron, sedangkan logam itu tidak ikut secara nyata
dalam reaksi redoks.
3.Elektroda membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada membra
n tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-
ion jenis tertentu menembusnya, namun melarangion-ion
lain sehingga elektroda ini sering disebutsebagai elektroda ion selektif (ISE). Setiap ISE
terdiri dari elektroda referensi yang dicelupkandalam larutan referensi yang terdapat m
ateri tidakreaktif seperti kaca atau plastik. Membran dalamsuatu ISE membran dapat be
rupa cairan ataupunkristal. Elektroda membran cair dalam bidangbiologi terapan, biasa
nya elektroda ion selektif(ISE) etidium (Eth+).
4. Elektroda kaca
Elektroda kaca atau elektroda gelas adalahsensor potensiometrik yang terbuat dari sela
putkaca dengan komposisi tertentu. Gelas/kaca inibertindak sebagai suatu tempat pertu
karankation.
11
3.Digunakan bila daerah titik equivalen sangat pendek
Jawab
Tentukan lebih dahulu reaksi yang terjadi dan VTE-nya
Reaksi : 2 Fe3+ + Sn2+ → 2 Fe2+ + Sn4+ ..................................................... (15)
Dari rumus (2) maka volume pentiter pada saat TE = V TE = VSn2+ dapat dihitung sbb :
VTE = = 25 mL
1.Penambahan pentiter 10 mL
Banyaknya Sn2+ yang ditambahkan = 10 mL x 0,1 M x 2 = 2 mmolek , sehingga
banyaknya Fe3+ yang bereaksi = Fe2+ yang terbentuk = 2 mmolek dan Fe3+ sisa =
5 – 2 = 3 mmolek
Potensail sistem :
E = EoFe - 0,06 log [Fe2+] / [Fe3+] = 0,80 - 0,06 log 2/3 = 0,81 V
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa potensiometri adalah
metode analisa kimia untuk menentukan potensial listrik dengan menggunakan
elektroda dan alat yang digunakan dalam potensiometri ini adalah potensiometer.
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
13
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisik kimia yang
menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda, besarnya potensial
elektroda ini tergantung pada kepekatan ion–ion tertentu dalam larutan
Jenis jenis elektroda yang dapat digunakan dalam metode potensiometri
adalah elektroda kerja dan elektroda pembanding.
Metode potensiometri mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus
dimanfaatkan dan disiasati untuk kesempurnaan analisis.
3.2 Saran
Hendaknya kita menggunakan metode yang sesuai dalam menganalisis suatu
sampel dan jika kita tetap menggunakan metode potensiometri maka haruslah lebih
maksimal dalam pelaksanaannya.
Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan tulisan ini.
Daftar Pustaka
http://arkhablog.wordpress.com/2012/06/19/potensiometri/
(diakses tanggal 1 Oktober 2019 )
http://julialinahapsari. wordpress.com /2012/06/19/potensiometri/ (diakses tanggal 1
Oktober 2019 )
14