Anda di halaman 1dari 15

PRA JURNAL III PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“Pengenalan Gugus Fungsi”

Dosen Pengampu: Nina Jusnita,M.Si

Disusun Oleh:

Nurma Fitria (1943057052)

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar karbon di alam terdapat pada makhluk hidup. Tumbuhan dan
hewan banyak mengandung karbon. Karbon dalam makhluk hidup bersenyawa dengan
unsur lain, akibatnya ada beberapa jenis senyawa karbon. Semua senyawa itu akan
kembali menjadi karbon jika unsur yang mengikatnya dilepaskan. Karbon-karbon yang
saling berikat hingga membentuk suatu senyawa maka dapat disebut dengan gugus fungsi
selain itu dapat disebut dengan senyawa organik. Pada umumnya, kimia organik adalah
kimia gugus fungsi. Dengan mengetahui faktor ini,kimiawan organik menggolongkan
senyawa organik menjadi beberapa kategori, sesuai dengan gugus fungsinya.
Senyawa organik dikelompokkan berdasarkan gugus fungsi tertentu yang
menjadikan gambaran dari sifat fisik dan sifat kimianya. Sifat-sifat senyawanya yang tak
jenuh akan berbeda dengan alkohol, ester, atau kelompok senyawa lainnya. Perbedaan
sifat fisika maupun sifat kimia secara kualitatif memberikan respon yang berbeda pada
reaktan tertentu.
Kepolaran senyawa organik ditentukan oleh gugus fungsi dan rantai alkilnya.
Untuk molekul kecil, gugus fungsi polar sangat menentukan kepolaran senyawa, tetapi
untuk molekul besar, gugus fungsi polar tidak terlalu terpengaruh dibandingkan rantai
alkil yang bersifat nonpolar. Sebagai contoh, etanol jauh lebih larut dalam air
dibandingkan normal heksanol. Suatu senyawa yang bereaksi dengan pereaksi tertentu,
dapat berubah sifat kelarutannya. Alkilamina yang tidak larut dalam air akan bereaksi
dengan asam membentuk garam alkil ammonium yang larut dalam air.
Dalam uji karakteristik kimia digunakan pereaksi kimia yang dapat bereaksi
secara selektif dengan gugus fungsional organic. Hasil reaksi ini diharapkan
menghasilkan perubahan yang dapat dengan mudah diamati seperti dihasilkan endapan
yang berwarna, mengeluarkan gas, dan lain sebagainya.
Dalam penentuan gugus fungsi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah
satunya melalui reaksi adisi dengan menggunakan reagen KMnO4, ataupun Feri Klorida
dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi.
Uji Kelarutan merupakan uji awal dalam mengelompokkan senyawa organik.
Pengelompokkan ini sebagai dasar bagi beberapa uji khas untuk mengidentifikasi gugus
fungsi yang ada. Yang paling mudah adalah membagi senyawa organik menjadi dua
kelompok besar menurut kelarutan dalam air. Selanjutnya dibagi lagi berdasarkan
kelarutan dalam pelarit lain.
Berdasarkan pernyataan diatas, dilakukan praktikum penentuan gugus fungsi
dengan melakukan percobaan terhadap berbagai senyawa seperti hidrokarbon, benzene,
alkohol, aldehid dan keton, fenol, serta asam karboksilat.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenal perbedaan golongan senyawa organik berdasarkan gugus
fungsinya.
2. Mahasiswa dapat membandingkan sifat fisik dan kimia dari beberapa golongan
senyawa organik.
3. Mahasiswa dapat menentukan golongan senyawa organik berdasarkan reaksi-reaksi
identifikasi gugus fungsi.
BAB II
DASAR TEORI

Gugus fungsi mengacu pada atom tertentu yang terikat dalam susunan tertentu yang
memberikan sifat fisik dan kimia tertentu pada suatu senyawa. Gugus fungsi adalah sekelompok
atom yang bertanggung jawab untuk reaksi karekteristik senyawa. Gugus fungsi memainkan
peran penting dalam mengarahkan dan mengendalikan reaksi organik (Saraswati,dkk,2016:46).
A. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hydrogen. Dua
sumber utama hidrokarbon adalah minyak bumi termasuk gas alam dan batu bara. Minyak bumi
merupakan campuran senyawa kompleks, terutama dari golongan hidrokarbon alifatik.
Hidrokarbon aromatik terutama diperoleh dari batubara.
Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon yang hanya
mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan senyawa yang struktur
molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah
metana. Metana berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam.
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang
dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan
rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1.      Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik.
Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka. Yang termasuk hidrokarbon
alifatik adalah alkana, alkena, dan alkuna. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu :
C2H6 (etana) alkana
CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana) alkana
C3H6 (propena) alkena
C4H6 (butuna) alkuna
Alkana : adalah hidrokarbon jenuh yang memiliki jumlah atom hydrogen maksimum.
Rumus umumnya CnH2n+2. Sifat-sifatnya antara lain larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut
dalam pelarut polar, dapat mengalami reaksi halogenasi, dll.
Alkena : adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki kekurangan 2 atom H dan
mempunyai ikatan rangkap 2 pada atom C=C. alkena memiliki rumus umum CnH2n dan
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon tak jenuh ini berisomer dengan
sikloalkana. Sifat-sifatnyua antara lain tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic,
lebih reaktif dari alkana, dll.
Alkuna : adalah senyawa hidrokarbon rangkap tiga dengan rumus umum C nH2n-2. Alkuna
berisomer dengan alkena yang memiliki 2 ikatan rangkap 2 atau suatu senyawa yang memiliki 1
ikatan rangkap dua dan 1 siklik. Sifat-sifatnya antara lain mudah mengalami reaksi adisi seperti
alkena, dapat mengalami reaksi oksidasi, dll
2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun
dalam satu lingkar atau lebih.
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya
digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti.
Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan
kimianya yang khas.Contoh: Benzena
Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai empat ikatan
tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron terikat kuat oleh kedua atom.
Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin yang berarti kurang reaktif
(Wilbraham, 1992).
Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat bersatu sebagai suatu rantai atau suatu cincin.
Hidrokarbon jenuh dengan atom-atomnya bersatu dalam suatu rantai lurus atau rantai yang
bercabang diklasifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai lurus berarti dari tiap atom karbon dari
alkana akan terikat pada tidak lebih dari dua atom karbon lain. Suatu rantai cabang alkana
mengandung paling sedikit sebuah atom karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon
lain (Fessenden, 1997).
Alkana rantai lurus:
CH3 – CH2 - CH3
Alkana rantai cabang :
CH3 – CH – CH2 – CH3
 CH3
Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul
tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan
kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang
memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh
karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap
karbon (Pettruci, 1987).
B. Alkohol
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang terikat bersama dengan suatu
cara tertentu sebagai bagian dari suatu molekul, dan kemudian mempengaruhi karakteristik sifat
fisik dan kimia molekul secara keseluruhan. Kelompok gugus fungsi yang akan dipelajari pada
percobaan ini adalah gugus fungsi hidroksi (atau hidroksil), -OH. Alkohol dan fenol memiliki
kemiripan dalam beberapa hal, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar sehingga kedua
kelompok senyawa ini dianggap sebagai kelompok gugus fungsi yang berbeda. Salah satu
perbedaan utama adalah bahwa fenol bersifat jutaan kali lebih asam daripada alkohol.
(Wikipedia,2015)
Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat
digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut. Dalam laboratorium dan
industri alkohol digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Alkohol dapat membentuk ikatan
hidrogen antara molekul-molekulnya maupun dengan air. Hal ini dapat mengakibatkan titik didih
maupun kelarutan alkohol dalam air cukup tinggi. Selain dipengaruhi oleh ikatan hidrogen,
kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan
banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon. Seperti air, alkohol adalah asam atau
basa sangat lemah. Pada larutan encer dalam air, alkohol mempunyai pKa yang kira-kira sama
dengan pKa air. Namun dalam keadaan murni keasaman alkohol jauh lebih lemah daripada air.
Hal ini disebabkan karena alkohol mempunyai tetapan elektrik yang rendah. Fenol merupakan
asam yang jauh lebih kuat daripada alkohol. Hal ini disebabkan karena anion yang dihasilkan
oleh resonansi, dengan muatan negatif yang disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik.
(Adrian,2011)
Alkohol dapat bereaksi dengan logam alkali (natrim dan kalium) menghasilkan alkoksida.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks. Makin besar gugus alkali (R-), makin berkurang
kareaktifannya.
Penamaan alkohol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : nama trivial diberi nama alkil-
alkohol (alkohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai gugus). Cara kedua
berdasarkan nama sistematik, nama sistematik diberi akhiran “ol” digunakan dimana gugus –OH
terikat dengan posisi –OH diberi nomor terkecil dari ujung rantai karbon dia terikat. Sistem
tatanama, selain yang disebutkan diatas ialah dengan menganggap bahwa semua nama alkohol
adalah merupakan turunan dari metanol yang disebut karbinol.( Fessenden, 1999)
Berdasarkan peredaan letak terikatna gugus –OH pada atom C. Alkohol dibedakan menjadi
tiga, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu jika gugus
–OH terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain secara langsung).
Alkohol sekunder yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat
secara langsung dua atom C yang lain). Alkohol tersier yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C
tersier (atom C yang engikat secara langsung tia buah atom C yang lain. Secara fisik akan sulit
membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Karena bau dan warna ketiganya dapat
dikatakan sama. (Ghalib, 2010).
Alkohol diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu:
1.      Alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat pada atom C primer.
Missal, methanol, etanol, n-propanol, n-butanol, dll. CH3CH2CH2OH  n-propanol
2.      Alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat pada atom C
sekunder. Missal 2-propanol (isopropyl alkohol). CH3CHOH, CH3 2-propanol         
3.      Alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus –OH yang terikat pada atom C tersier.
Missal 2-metil-2-propanol (ters-butil alkohol).  CH3, CH3COH,  2-metil-2-propanol, (ters-butil
alkohol).
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam kromat.
Bilangan oksidasi Cr +6 pada asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi
Cr +3, yang berwarna hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat.
Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena itu reaksi ini di satu sisi
dapat membedakan alkohol primer dan sekunder, dan di sisi lain membedakan alkohol primer
dan sekunder dengan alkohol tersier. Sedangkan fenol biasanya teroksidasi menjadi tar berwarna
coklat oleh asam kromat.(Fessenden,1999)
Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada
sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih reaktif daripada alkohol, dapat
mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam,
dapat mengalami reaksi poli-merisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada
suhu kamar dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap, senyawa
polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu mengandung
unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R =adalah alkil dan –CHO adalah Gugus
fungsi aldehida (Acton, 2013).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada
dua gugus alkil. Keton ini bersifat polar karena gugus karbonilnya polar dan keton lebih mudah
menguap daripada alkohol dan asam karboksilat. Karak teristik dari keton ini adalah berupa
cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi
daripada senyawa non polar dan dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan alkohol sekundernya.
Struktur dari keton yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO-R’, dimana R
adalah alkil dan -CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil) (Pauling, 2012).
Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid mengandung sebuah
gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen sedangkan keton yaitu
senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida
mudah teroksidasi sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan
dengan keton terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009).

C. Fenol
Fenol mempunyai gugus seperti alkohol akan tetapi gugus fungsinya melekat langsung
pada cincin aromatik.Fenol tidak menjalani reaksi dehidrasi menjadi alkena, sedangkan alkohol
dapat. Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton, sedangkan alkohol dapat. Tata
namanya biasanya dipergunakan nama yang lazim dengan akhiran –ol. Fenol mempunyai sifat-
sifat yaitu mempunyai sifat asam. Atom H dapat diganti tak hanya dengan logam (seperti alkohol
tetapi juga dengan basa, terjadi fenolat. Sifat asam dari fenol-fenol lemah dan fenolat ini dapat
diuraikan dengan asam karbonat. Mudah dioksidasi, juga oleh O2 udara dan memberikan zat-zat
warna, mereduksi larutan fehling dan Ag-beramoniak. Memberi reaksi-reaksi berwarna dengan
FeCl3. Mempunyai sifat antiseptik, beracun, mengikis, Ka = 1 X 10-10. (Riawan, 1990).
Fenol biasanya digunakan sebagai antiseptikum (dimana hal ini mungkin karena
mempunyai sifat mengkoagulasi protein) koefisien fenol (kf) : perbandingan kons. Fenol/kons.
Zat untuk mematikan suatu macam bakteri dalam waktu yang sama dan juga sebagai sintesis
misalnya : asam salisilat, aspirin, dan fenolftalein. (Riawan, 1990).

D. Asam Karboksilat
Asam karboksilat (R-COOH), jika satu dari subtituen pada gugus –OH, maka senyawa yang
terbentuk adalah suatu asam karboksilat dengan rumus umum RCO2H. Senyawa ini merupakan
asam sesuai dengan namanya dan dapat membentuk ion karboksilat (RCO2¯) dengan
melepaskan ion H+. Ion karboksilat merupakan hibrida dari dua struktur resonanansi. Senyawa
yang mengandung dua gugus fungsional –CO2H dikenal sebagai asam dikarboksilat. Gugus
asam dikarboksilat mengandung gugus karbonil dan gugus hidroksil. Akan tetapi, kedua gugus
ini sangat berdekatan sehingga menimbulkan kereaktifan yang berbeda dari gugusnya. Akibatnya
asam karboksilat tidak menunjukkan sifat-sifat alkohol maupun keton atau aldehid. Berdasarkan
strukturnya dapat diramalkan bahwa asam karboksilat pada umumnya bersifat polar (Sunarya,
dkk, 2012:485-487). Asam karboksilat yang paling sering dijumpai sehari-hari adalah asam
asetat. Asam asetat murni pada suhu 16,6ºC akan membeku menjadi kristal yang disebut juga
cuka es. Selain asam asetat, di alam juga dijumpai asam formiat atau asam semut. Asam format
mudah dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, dan mudah mereduksi kalium permanganat.
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan air. Menurut
Saraswati, dkk, ester adalah senyawa yang dianggap di turunkan dari asam karboksilat dengan
menggantikan hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan suatu hidrokarbon. Beberapa reaksi dari
asam karboksilat sebagai berikut.
1.Reduksi
Reduksi dari asam karboksilat secara bertahap akan menghasilkan alkohol
primer.
2.Pembentukan ester dan tiosfer
Prinsip pembentukan ester pada asam karboksilat sama dengan yang terjadi pada alkohol.
3.Pembentukan anhidrida asam
Jika kedua molekul asamnya adalah sama,maka terbentuk anhidrida simetris,tetapi jika molekul
asamnya berbeda,maka terbentuk anhidrida campuran.
4.pembentukan garam
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan basa yang membentuk garam Na dan K yang dapat
berdiosiasi dalam larutan.
5.Pembentukan Amida
Amida terbentuk dengan adanya reaksi antara asam karboksilat dengan ammonia dan
mengeluarkan molekul air.
BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan


 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung
 Bahan
1. Aquadest 13. Asam Sulfat
2. Sikloheksana 14. Kalsium dikromat
3. Sikloheksen 15. Fenol
4. CCl4 16. NaOH
5. Bromium 17. Ferilklorida
6. KMnO4 18. Asam Format
7. Toluene 19. NH4OH
8. Etanol 20. AgNO3
9. Benzene 21. Asam Asetat
10. Asam nitrat 22. Formaldehida
11. Asetaldehida 23. Benzophenon
12. Aseton 24. Ethyl Methyl Keton
B. Metode Kerja

A. Hidrokarbon
1. Sifat fisik hidrokarbon
Masukkan 10 tetes sikloheksana dan toluene dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering.Tambahkan 10 tetes air ke dalam masing-masing tabung, kocok dan
perhatikan apakah hidrokarbon larut dalam air! Ulangi percobaan di atas tetapi air
diganti dengan CCl4
2. Reaksi dengan brom
Masukkan 10 tetes sikloheksana dan sikloheksena masing-masing dalam 2 tabung
reaksi yang kering dan bersih. Tambahkan 2 tetes larutan brom dalam CCl4. Amati
bila terjadi reaksi.

3. Reaksi dengan KMnO4


Larutkan 6 tetes sikloheksana, sikloheksena, dan toluene dalam 2 mL etil alkohol
dalam tabung reaksi terpisah. Tambahkan 2 tetes larutan KMnO4 2%. Catat
perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.

B. Benzene
Campurkan ke dalam tabung reaksi kering kira-kira 1 mL HNO3 pekat dengan 2
mL H2SO4 pekat (kerjakan dalam lemari asam). Dinginkan tabung di bawah air
kran. Tambahkan 1 mL benzene, kocok betul sambil terus didinginkan. Campuran
dituangkan ke dalam gelas piala berisi air. Minyak kuning yang kental akan
mengendap pada dasar gelas dan mempunyai bau yang khas. Tulis persamaan
reaksi dan tentukan senyawa apa yang mengendap tersebut

C. Alkohol

 Tambahkan beberapa tetes etanol ke dalam air. Catat kelarutannya dalam air!

 Tambahkan beberapa tetes asam sulfat dan sedikit kalsium dikromat, panaskan!
Catat perubahan yang terjadi dan tuliskan reaksinya. Perhatikan juga bau yang
timbul

D. Aldehid dan Keton

1) Masukkan 1 mL larutan AgNO3 5% ke dalam tabung reaksi.


2) Tambahkan 1 tetes larutan NaOH 10% dan kocok hingga homogen.
3) Tambahkan ke dalam campuran tersebut larutan encer NH4OH hingga endapan
AgOH melarut (hindari penggunaan larutan ammonia berlebihan).
4) Tambahkan + 2 tetes larutan yang akan diuji ke dalam campuran diatas.
5) Tabung tersebut dikocok dan dibiarkan selama 10 menit.
6) Jika reaksi tidak terjadi dalam waktu 10 menit, panaskan tabung reaksi dalam di
atas penangas air selama 5 menit.
7) Reaksi positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya cermin perak pada dinding
metalik.

E. Fenol

1) Catat bau yang khas dari senyawa ini

2) Ke dalam 2 mL air dalam tabung reaksi tambahkan sedikit demi sedikit Kristal
fenol. Pada setiap penambahan dikocok dan diamati kelarutannya. Bila terbentuk
larutan jenuh, panaskan dan kocok, amati kembali kelarutannya. Campuran ini
dibagi dua.

3) Ke dalam tabung reaksi pertama tambahkan larutan NaOH tetes demi tetes.
Amati setiap kali penambahan.

4) Ke dalam tabung reaksi yang lain tambahkan air sampai lapisan fenol melarut
semua. Larutan ini juga dibagi dua. Pada bagian pertama tambahkan larutan
feriklorida. Catat pengamatan anda.

5) Ke dalam bagian lain dari percobaan 4 tambahkan air brom, amati dan apa
kesimpulan anda?

F. Asam Karboksilat

1) Uji kelarutan asam format dalam air. Catat juga bau yang merangsang dari asam
ini.

2) Ke dalam beberapa mL asam format tambahkan NH4OH secukupnya, sampai


bila dikocok bau amoniak dapat kenali. Didihkan larutan ini 2-3 menit sehingga
kelebihan amoniak hilang, tambahkan larutan AgNO3 amati dan catat reaksi yang
terjadi.
3) Tambahkan beberapa tetes asam format ke dalam beberapa mL larutan asam
sulfat encer, lalu tambahkan kalium permanganate secukupnya, sehingga terbentuk
warna merah jambu.
4) Lakukan percobaan 3 dengan mengganti asam format dengan asam asetat. Apa
kesimpulan anda?
DAFTAR PUSTAKA

Jusnita N, Nuryanti, Prima S R, Seulina R.2020. Penuntun Praktikum Kimia


Organik.Jakarta;Universitas 17 Agustus 1945.

Chang,Raymond. 2003.Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep


Inti. Jakarta: Erlangga.

Marzuki,Ismail. 2010.Kimia Dalam Keperawatan. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam.

Saraswati,Indah. 2016.Panduan Praktikum Kimia. Yogyakarta: Deepublish.

Sunarya,Yayan. 2012. Kimia Dasar 2 Berdasarkan prinsip-prinsip kimia terkini.


Bandung:Yrama Widya.

Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2013.Kimia Dasar 1. Makassar: Unit


Pelaksana Teknis.

Tim Dosen Kimia Universitas Hasanuddin. 2011. Kimia Dasar. Makassar: UPT Mata
Kuliah Umum.
Day, R. A. Jr dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Jakarta.
Bina Aksara.
Perry, Robert.H and W. Green. 1999. Perry’s Chemical Engineers’ handbook. Mc Graw-
Hi
Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta. Erlangga.
https://www.studiobelajar.com/benzena/ Diakses 20.00 wib 5 mei 2020
Web:http://chemed.chem.purdue.edu/genchem/topicreview/bp/2organic/aldehyde.
Diakses 20.00 wib 5 mei 2020

Anda mungkin juga menyukai