Anda di halaman 1dari 20

`Penjelasan

Dalam usaha membina bahasa indonesia, buku ini memperkenalkan istilah yang dibentuk berdasarkan kaidah tata
bahasa indonesia berselang-seling dengan istilah semakna, tetapi dipungut dari kata asing. Sebagai contoh, kata
penghalogenan, penghidrogenan, dwikutub, tak berkutub, penerima, isomer ruang terdapat silih berganti dengan
istilah halogenasi, hidrogenasi dipol, nonpolar, reseptor; dan streoisomer yang diserap dari kata inggris
halogenation, hidrogenation, dipole,nonpolar, receptor, dan streoisomer. Dari segi tata bahasa tidak terdapat
hubungan makna antara halogen dan halogenation, dan dalam bahasa indonesia antara halogen dan penghalogenan.
Akhiran ion dalam bahasa inggris sama maknanya dengan imbuhan pe-an, yakni menyatakan suatu tindakan,
proses atau hasilnya. Karena itu dengan mudah pembaca dapat mengantikan akhiran–asi atau isasi yang berasal
dari akhiran bahas inggris –ion dengan pe-an.

Penerbit.

Mata kuliah :
Bab I

Apakah kimia Organik ?

Pengantar (Introduction)
Kimia–Ilmu mengenai susunan, sifat dan pengubahan zat – secara tradisional dibagi dalam beberapa
golongan untuk dipelajari. Kimia organik, kimia anorganik, kimia fisika, dan biokimia mewakili golongan besar
yang pembagiannya hanya dibuat-buat saja, padahal sebenarnya berupa disiplin ilmu yang menyatu. Memang jika
kita sadari betapa banyaknya pengetahuan yang termasuk dalam ilmu kimia, dapatlah dimengerti mengapa
pembagian seperti itu terjadi.
Bahan organik hanya menwakili satu jenis senyawa kimia, yaitu yang mengandung satu karbon atau lebih. Kimia
organik berangkali lebih baik didefinisikan sebagai kimia senyawa yang mengandung karbon.
I. 1. Segi sejarah

Senyawa organik dan reaksinya telah dipakai orang sejak dulu. Jika daun dan kulit kayu atau akar
tumbuhan dicampur dengan air untuk dibuat obat, sebetulnya disini suatu campuran rumit dari bahan alam organik
di ekstraksi untuk mendapatkan komponen yang aktif biologis. Pemasakan makanan contoh bahan reaksi organik.
Pembakaran minyak atau lemak hewan untuk mendapatkan bahang dan penerangan merupakan suatu pengubahan
kimia organik yang dapat disamakan dengan analisis pembakaran modern yang begitu berguna dalam menjelaskan
struktur.
1.2 Ikatan

Apakah yang mengikat atom-atom menjadi satu dalam molekul?. Hal ini salah satu pertanyaan penting yang
dihadapi kimiawan dulu. Konsep ikatan sangat penting dalam pengertian struktur dan reaksi senyawa kimia.

A. Tiori awal ikatan

Pada awal abad 19 Berzelius menyarankan suatu tiori ikatan yang disebut dualisme. Konsepnya diturunkan dari
pengamatan berdasarkan uji-kaji bahwa sejumlah atom tetentu (sebetulnya ion) berpindahan dalam medan listrik.
Berzelius mengusulkan bahwa atom-atom terikat menjadi satu oleh tarikan listrik antara dua spesies yang
mempunyai muatan berlawanan.

Contoh

Garam anorganik Natrium Klorida (NaCl) -------> Na+ Cl-

B. Ikatan kovalen Lewis = Elektron kulit luar dari atom yang berantar-aksi dapat dialihkan atau dikuasai bersama

: : : :
: Cl - + - Cl : --------> : Cl - _- - Cl : :
:
Merupakan kompromi antara gaya tarik - menarik dan gaya tolak–menolak
Suatu tafsiran kuantitatif dari ikatan dikembangkan melalui konsepsi tiori mekanika kuantum.
C. Ikatan dalam metana
Bagaimanakah senyawa organik dapat tercakup dalam tiori ikatan lewis? Marilah kita perhatikan dulu senyawa
organik paling sederhana yaitu metana (CH4 ) Atom karbon memiliki empat elektron yang tersedia pada kulit luar
untuk ikat. Ikatan ion mungkin terbentuk jika keempat elektronnya diberikan kepada keempat atom hidrogen untuk
menjadi suatu struktur gas mulia dengan muatan +4 pada karbon.Kemungkinan lainnya ialah bahwa masing–
masing dari keempat atom hidrogen memberikan satu elektron menghasilkan struktur gas mulia oktet karbon
dengan muatan -4.
1.3 Rumus Struktur Molekul Organik

A Rumus organik berdimensi dua

B. Isomer struktur

Atom pada contoh terdahulu mudah disusun ke dalam rumus molekul yang sudah jelas. Akan tetapi
kemampuan atom karbon yang satu untuk membentuk ikatan tunggal dan ganda, dengan atom karbon lainya.

C. Pengambaran struktur biasa.

Memggambarkan tiap ikatan pada tiap atom penting dalam mempelajari dan memahami kerumitan struktur
organik, akan tetapi hal ini memakan tempat dan tidak praktis jika berhadapan banyak sekali struktur. Kimiawan
organik telah membuat berbagai cara untuk menggambarkan struktur. Dalam rumus struktur mampat termasuk
semua atom, akan tetapi garis untuk ikatan hanya dipakai untuk menekan adanya kekhasan struktur atau untuk
lebih menerangkan gambar. Namun, ikatan ganda digambarkan dengan garis. Gugus yang berulang sering ditunjuk
dengan kurung.

Cara menulis dengan garis ikatan lebih menyederhanakan lagi pengambaran struktur.Ikatan digambarkan dengan
garis dan atom karbon dengan ujung garis dan titik percabangan.

D. Indek kekurangan Hidrogen.


Rumus molekul memberikan sesuatu yang lebih dari suatu pendekatan coba-coba untuk menyimpulkan struktur
yang mungkin bagi satu senyawa.

1.4 Keelektronegatifan dan dipol.

A. Keelektronegatifan

B. Dipol

C. Muatan Bentukan

1.5 Reaksi Khas Senyawa organik.

Reaksi dibagi dalam tiga golongan yaitu, adisi. subtitusi, dan eliminasi.

A. Adisi

Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Molekul tak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus dari
pereaksi tanpa melebihi angka koordinasi maksimum dari atomnya sendiri. Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga
karbon-karbon dan rangkap dua karbon –oksigen merupakan jenis struktur yang paling umum yang mengalami
reaksi adisi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi pada ikatan ganda ialah brom dan hidrogen. Adisi brom biasanya
merupakan reaksi cepat, dan sering dipakai sebagai uji kualitatif untuk mengindentifika ikatan rangkap dua atau
rangkap tiga.

Adisi hidrogen membutuhkan sebuah katalis. Pengukuran kuantitatif hidrogen yang terpakai alam adalah suatu
cara untuk menentukan jumlah ikatan ganda dalam suatu molekul.

Pereaksi tak simetris dapat juga mengadisi pada ikatan ganda

B. Substitusi

Suatu reaksi subtitusi terjadi bila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi mengantikan sebuah atom
atau gugus dari molekul yang bereaksi. Subtitusi dapat terjadi pada atom karbon jenuh atau tak jenuh.

Persamaan pertama mewakili suatu jenis yang sangat umum dari reaksi subtitusi pada sebuah atom karbon jenuh.
Persamaan kedua lebih rumit, karena dua atom hidrogen dari pereaksi diganti untuk memberikan campuran produk
isomer. Persamaan ketiga merupakan contoh subtitusi dari sebuah karbon tak jenuh. Dalam pasal terdahulu contoh
adisi pada ikatan tak jenuh telah disajikan.Dua jenis kereaktifan yang agak berbeda dari senyawa tak jenuh
menggambarkan keanekaragaman reaksi yang dapat terjadi dengan molekul organik yang kelihatannya sama.
Dalam bab berikut akan kita pelajari bagaimana seluk-beluk struktur menyebabkan adanya perdedaan dalam jalan
reaksi.

C. Eliminasi.

Suatu reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Beberapa atom dipisahkan dari se buah molekul untuk
membentuk ikatan ganda atau siklis. Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilangan atom bukan karbon.

1.6 Oksidasi dan reduksi


A. Tahana oksidasi molekul organik

B. Reaksi Redok.

1.7 Ringkasan.

Bab II

Golongan Dan TataNama Senyawa Organik-Gugus Fungsi

Bab I memperkenalkan beberapa kaidah dasar untuk mengambarkan rumus bangun molekul organik. Bab
kedua ini memberikan pandangan mengenai jenis senyawa yang sebenarnya dijumpai pada waktu mempelajari
kimia organik. Kita akan menyoroti corak bangun yang menyangkut atom karbon yang terikat pada heteroatom dan
terikat ganda pada atom karbon lain. Bagian ini pada molekul merupakan tempat terjadinya sebagian besar reaksi
kimia, dan disebut sebagai gugus fungsi.

O O

C C OH C C C C C
OH
Gugus Hidroksil Gugus Karbonil Gugus Karboksil
Suatu alkohol Suatu Keton Suatu asam karboksilat

Sambil memperkenalkan masing–masing gugus fungsi yang penting-penting, kita memerikan beberapa ciri
fisika yang diberikan kepada senyawa oleh gugus yang khas itu. Patokan untuk penamaan senyawa organik secara
bersistim sebagian besar didasarkan juga pada gugus fungsi. Keakraban dengan nama dan ciri senyawa organik-
bagian dari bahasa kimia – diperlukan sebelum dapat kita menyelidiki reaksi kimia yang dialami oleh zat itu. Bab
ini tidak boleh tidak harus luas cakupannya, karena disini sejumlah besar senyawa yang beraneka macam
diperkenalkan dan diberi nama. Penguasan bahan bab ini akan diperoleh setelah menggunakan berulang–ulang kali
seluruh bab dalam buku ini.

2.1 Hidrokarbon.

Istilah “hidrokarbon” mengacu pada senyawa yang tersusun dari atom karbon dan hidrogen. Hidrokarbon
dan senyawa turunannya umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar.

1. Hidrokarbon alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering
disebut hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon asiklik.

CH3CH2CH3 CH3CH2CH2CH2CH3 CH3CH2CH2CH2 CH2CH3


Propana Pentana Heksana

2 Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam suatu lingkaran
atau lebih.
siklopropana siklopentana Sikloheksana

3. Hidrokarbon Aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan lingkaran
enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih-ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari
hidrokarbon alisiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas.

A.Sumber dan guna


Minyak bumi serta gas bumi yang berkaitan dengannya kini merupakan sumber utama hidrokarbon.
Kemungkinan untuk mengubah sebagian besar kelebihan cadangan batu bara dunia menjadi hidrokarbon yang
berguna mendapatkan perhatian besar dan dikaji secara meluas karena cadangan minyak bumi menyusut. Juga
telah dipertimbangkan kemungkinan bahwa tumbuhan tertentu boleh jadi merupakan hidrokarbon penting untuk
masa yang akan datang.
Gas bumi pada dasarnya terdiri atas metana (CH 4). Etana (C2H6), dan Propana (C3H8) biasanya 5 sampai 10 persen
dari keseluruhanya, bersama dengan runut hidrokarbon C 4 dan C5. Gas itu dibebaskan dari ladah yang tak
dikehendaki dan zat yang berbobot molekul lebih tinggi dan kemudian digunakan hampir semata–mata sebagai
bahan bakar.
Minyak bumi cair merupakan suatu campuran rumit dengan hidrokarbon jenuh yang lebih menonjol. Proses pen
yulingan dan penyarian secara besar-besaran dilaksanakan oleh industri minyak bumi untuk memisahkan berbagai
fraksi yang berguna dari “minyak kasar”. Eter petrolium (td 30-60 oC) dan ligroin (td 60-90oC) merupakan bagian
cair yang paling mudah menguap. Kedua zat itu terutama terdiri dari hidrokarabon C 5 dan C7. Bensin meliputi
senyawa C5 dan C10 , suatu jangka cakupan yang agak luas (td 40-200oC), fraksi minyak bumi penting yang lain
adalah minyak tanah (td 175-325 oC), C8 sampai C14), minyak gas di atas 273oC, C12 sampai C18 , minyak pelumas
dan minyak gemuk (di atas C18), dan aspal atau kokas minyak bumi.
Banyaknya hasil atau mutu bensin diperbaiki dengan proses yang dikenal dengan pengisomeran, pengertakan, dan
pengalkilan. Pengisomeran mengubah hidrokarbon berrantai lurus menjadi isomer bercabang yang merupakan
bahan bakar yang lebih baik. Pengertakan memecah molekul hidrokarbon yang lebih besar menjadi kepingan yang
lebih kecil. Dalam reaksi pengalkilan, hasil pengertakan yang terpilih disatukan kembali untuk membentuk bahan
bakar motor mutu premium. Proses semacam itu meningkatkan serahan bensin yang diperoleh dari minyak bumi
mentah menjadi lebih dua kalinya.
Meskipun hidrokarbon digunakan terutama sebagai bahan bakar, hasil sampingan yang berharga yang didapat dari
pengertakan minyak bumi merupakan bahan mentah berbagai industri petrokimia. Etilena (C 2H4), dan Propilena
(C3H6), merupakan titik pangkal penting untuk membuat bahan “kimia halus” obat-obatan, dan polimer.
Kesangkilan biaya untuk mengubah minyak bumi mentah menjadi bahan petrokimia jauh lebih besar dari
menggunakan bahan yang sama itu untuk bahan bakar. dengan menurunnya persedian, minyak bumi yang
digunakan dalam pembuatan zat kimia nisbi akan lebih besar jumlahnya dan pengunaan sumber bahan bakar yang
lain dilihat dari segi ekonomi akan lebih menarik.
B. ALKANA–TATANAMA IUPAC

Alkana merupakan hidrokarbon alifatik yang masing-masing atom karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana
juga dikenal sebagai parapin atau hidrokarbon jenuh. Kita telah mempelajari bahwa hidrokarbon alifatik jenuh
mempunyai rumus empirik CnH2n+ 2 (pasal 1..3.D). Istilah sikloalkana sering digunakan untuk melukiskan
hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana monosiklik mempunyai rumus empirik Cn H2n.

Alkana nisbi mantap terhadap reaksi kimia. Walaupun beberapa proses industri secara besar-besaran mengubah
alkana menjadi ion atau radikal bebas pada suhu tinggi atau dengan memakai katalis, akan kita lihat bahwa
hidrokarbon jenuh biasanya digunakan dalam laboratorium sebagai pelarut yang ”lembam”.

Pengwujudan alkana berhubungan erat dengan bobot molekul. Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas
dan cair, zat berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolarity, zat yang tak larut dalam
air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Tabel 2.1 menyajikan beberapa sifat fisika alkana dan
sikoalkana.

Apabila atom karbon dirangkaikan dalam runutan tunggal yang bersambung, maka alkana ini dikenal sebagai
hidrokarbon normal. Hidrokarbon tersebut kadang–kadang disebut hidrokarbon berantai lurus atau hidrokarbon
berantai segaris, tetapi nama itu menyesatkan. Sebenarnya, rantai karbon itu berpiuh-piuh dan berbelit-belit dan
hanya dalam gambaran lambang kita sajalah rantai itu dinyatakan lurus. Deretan hidrokarbon normal yang berbeda
dengan satu gugus metilena (---CH2---) membentuk satu deret homolog.Titik didih anggota homolog meningkat
secara cukup teratur dengan makin panjangnya rantai (tabel 2.1).

Patokan dasar untuk memberi nama suatu bangun kimia dengan sistim IUPAC bagaimana memilih suatu
nama induk.

Runutan atom karbon bersinambung yang terpanjang dalam molekul merupakan dasar nama induk untuk
hidrokarbon alifatik.

Nama induk diturunkan dari suatu kata dasar, biasanya dari kata yunani yang menunjukkan jumlah atom dalam
rantai bersinambung yang terpanjang. Misalnya, suatu runtunan lima atom diberi nama dengan mengunakan kata
dasar Pent, sedangkan runtunan dengan sepuluh atom diberi nama dengan menggunakan kata dasar dek.

Akhiran- ana diimbuhkan pada kata dasar untuk melengkapi nama induk suatu alkana.

Nama suatu alkana normal sama dengan nama induknya. Nama dasar dan nama yang bersesuaian dari alkana
normal disajikan dalam tabel 2.2.

Nama hidrokarbon normal yang diturunkan dari rantai atom karbon terpanjang merupakan nama induk yang
menjadi dasar tatanama selanjutnya.

Awalan pertama siklo- ditempatkan langsung di depan nama induknya untuk menunjukkan bangunya siklik.
Misalnya, alkana lingkar berinduk C6 disebut sebagai sikloalkana.
Awalan kedua digunakan untuk menunjukkan bangun gugus rantai samping yang dirangkaikan pada rantai
induknya. Bangun rantai samping hidrokarbon diberi nama dengan menggunakan nama dasar yang tepat yang
diberikan suatu akhiran-il

Gugus CH3 yang terangkai pada nama induk disebut metil; gugus CH2CH3 disebut etil; dan seterusnya. Alkil
merupakan istilah umum untuk gugus hidrokarbon yang terangkai.

Tempat terangkainya gugus rantai-samping ditunjukkan dengan memberi nomor rantai induknya dari satu ujung
sedemikian sehingga atom yang terhubung dengan substituen itu diberi angka paling rendah yang mungkin. Angka
itu langsung mengawali nama gugus substituen yang berlaku untuknya. Perhatikan perjanjian bahwa angka
dipisahkan dari kata dengan menggunakan tanda hubung dan kata ditulis tanpa jarak diantara suku bagiannya.

C.ALKENA

Alkena dan sikloalkena merupakan hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–
karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya
dapat ditampung oleh setiap karbon. Alkena sering disebut olefin, suatu istilah lama yang diturunkan dari
kenyataan bahwa klor mengadisi pada etilena yang berbentuk gas (C2H4) membentuk hasil yang menyerupai
minyak. Sifat fisika alkena berhubungan erat dengan sifat alkananya yang bersesuai. Alkena berbobot molekul
rendah yang penting dalam industri petrokimia berupa gas. Alkena paling umum yang terdapat dalam laboratorium
kimia berupa zat cair yang berbau menyegat. Seperti halnya alkana, alkenapun merupakan senyawa yang nisbi
nonpolar yang tak larut dalam air. Sifat fisika beberapa alkena dan sikloalkenadisusun dalam tabel 2.4

Alkena merupakan pereaksi penting dalam laboratorium dan industri kimia. Ikatan rangkap dua karbon –karbon
merupakan pertautan tak jenuh, tempat banyak pereaksi kimia beradisi. Pengkloran dan penghidrogenan
merupakan dua reaksi adisi yang khas untuk alkena.

Cl
....................
H2C==CH2 + Cl2 > H2C CH2 Pengkloran (kloronan)

+ H2 Pt Penghidrogenan.

D. Alkuna

Alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap tiga karbon –
karbon. Alkuna yang paling sederhana ialah asetilena (C2H2), yang merupakan gas penting. Alkuna sering disebut
asetilena, bukan nama IUPAC.

Sifat fisika alkuna serupa dengan sifat alkena dan alkuna tabel 2.6.

Senyawa tak jenuh ini reaksi adisi serupa dengan alkena.

Penghidrogenan alkuna menghasilkan alkena dari alkana.


H2 /Pt H2 /Pt
HC == CH H2C== CH2 H3CCH3
Etuna Etena Etana
(Asetilena) (etilena)

Rantai karbon bersinambung terpanjang yang mengandung ikatan rangkap tiga merupakan dasar bagi nama induk
alkuna.

2.2 GUGUS FUNGSI


Dalam pasal sebelumnya telah kita pelajari bahwa ikatan rangkap dua dan tiga dari alkena dan alkuna
sering merupakan tempat terjadinya reaksi kimia.Tetapi sebagian besar gugus fungsi yang terdapat dalam molekul
organik menyangkut karbon yang terikat pada berbagai heteroatom. Berbagai ragam reaksi kimia dapat terjadi
pada karbon atau heteroatom dari gugus ini. Akan kita ketahui bahwa sebagian besar reaksi merupakan
pengubahan gugus fungsi yang satu ke lain.
Selebihnya dari bab ini memperkenalkan golongan umum senyawa yang mengandung gugus fungsi yang penting
dalam kimia organik.Secara singkat akan kita tinjau sifat dan dan kegunaan maupun tatanamanya yang bersangkut
paut.
Bab III
IKATAN DALAM MOLEKUL ORGANIK
Ikatan dalam molekul organik terdiri mekanika kuantum dan orbital atom, termasuk Konfigurasi elektron,
orbital molekul dan ikatan, yang juga ini kombinasi linear orbital atom, ikatan sigma dan Pi, orbital hibrida, karbon
tetrahedron-orbital hibrida sP3, orbital hibrida sP2 dan Sp, Sudut ikatan, orbital hidrida termodifikasi, tolak-
menolak pasangan elektron kulit valensi, dan energi ikatan dan jarak ikatan. Dari sekian banyak ikatan dalam
molekul organik mungkin cuma yang terasa amat penting adalah energi ikatan dan jarak ikatan yang akan kita
bahas dalam bab ini karena hampir semua ini adalah melibatkan reaksi kimia organiknya.
Kita semua mengenal proses kimia yang disebut pembakaran. Pembakaran hidrokarbon berbentuk gas
seperti metana atau komponen bensin dan batubara memberikan energi yang menyebabkan dunia industri tetap
berjalan. Reaksinya ekso termo. Reaksi yang mengabsorpsi bahang disebut reaksi endoterm.
A. Energi ikatan
Energi kinetik adalah energi gerak, yaitu gerak suatu benda. Getaran, putaran, dan pengalihan (translasi)
molekul adalah penjelmaan dari energi kinetik. Energi potensial adalah energi yang ada pada suatu benda
karena adanya gaya luar (eksternal) yang bekerja pada benda itu. Gaya gravitasi merupakan sumber energi
potensial. Energi suatu ikatan kimia merupakan bentuk energi potensial yang timbul dari gaya tarik menarik
antar atom.
Energi harus ditambahkan kepada molekul untuk memutuskan suatu ikatan kimia (suatu proses endoterm) dan
energi dibebaskan bila suatu ikatan kimia terbentuk (suatu proses eksoterm). Ada dua proses untuk
menggambarkan putusnya ikatan kimia. Salah satu adalah bahwa pasangan elektron dari satu ikatan terpisah,
sehingga sebuah elektron ikut atom yang mula-mula mengikatnya. Proses ini disebut homolisis atau
pemutusan homolitik. Hal yang lebih lazim dalam mempelajari reaksi organik ialah hal pemutusan ikatan yang
disebut heterolisis atau pemutusan heterolitik. Disini kedua elektron dari ikatan mengikuti salah atom pada
pemutusan ikatan.
Energi yang terkait dalam pemutusan dan pembentukan ikatan sewaktu perubahan kimia disebut bahang reaksi
dan diukur dalam perubahan entalpi (ΔH). Sebagai besaran termo dinamika terdapat hubungan tepat antara
bahang reaksi dan kandungan standar entalpi produk (hasil reaksi) dan pereaksi.
ΔHo reaksi = ΔHo hasil reaksi -ΔHo pereaksi
Tanda atas menunjukkan bahwa perubahan entalpi berhubungan dengan produk dan pereaksi dalam keadaan
standar (25oC dan tekanan 1 atmosfer). Sebagai kemungkinan lain, pengukuran dilakukan pada kondisi lain
yang kemudian diekstrapolasi ke kondisi standar. Data yang telah dikumpulkan cukup banyak sehingga dapat
memberikan perubahan standar entalpi bagi berbagai reaksi, tetapi data seperti masih belum ada sebagian
besar proses organik. Lagi pula, kita sering ingin memperkirakan perubahan energi reaksi yang belum pernah
diamati untuk meramalkan kelayakan secara termodinamika. Nilai yang mendekati dapat diperkirakan dengan
membandingkan energi ikatan yang mengalami perubahan sewaktu pereaksi diubah menjadi pereaksi.
Perhatikan reaksi berikut
Cl2 + CH4 CH3Cl + HCl
Metana Klorometana

Ikatan yang terbentuk kkal/mol (kJ mol)*


C Cl 81 (339)
H Cl 103 (431)

Ikatan yang terputus


C H 99 (434)
Cl Cl 58 (243)

Karena pemutusan ikatan membutuhkan energi (ΔH >0) dan pembentuan ikatan membebaskan energi (ΔH < 0 )
ΔHo reaksi = ( 99 + 58) – (81 + 103) = -27 kkal/mol
atau (414 + 243) – (339 + 431) = - 113 Kj/mol

Perkiraan nilai bahang reaksi sebesar-27 kkal/mol (-113 kJ/mol) menunjukkan bahwa reaksi akan
menyebabkan suatu pengurangan entalpi dari sistim kimia tersebut, berarti bahwa reaksinya ekstorm (ΔH< 0) dan
bahang akan dibebaskan jika terjadi reaksi.
Fakta bahwa suatu reaksi adalah ekstorm tidak menjadi bahwa reaksi akan terjadi. Laju reaksi kimia akan
dipengaruhi oleh parameter termodinamika tambah yang tergabung dalam suatu besaran yang dikenal sebagai
energi pengaktifan.
Energi ikatan ditentukan dengan dua cara. Energi ikatan rata-rata adalah ukuran rata-rata dari semua energi
ikatan yang serupa dalam molekul. Energi disosiasi ikatan adalah ukuran dari energi yang diperlukan untuk
memutuskan secara homolitik ikatan kimia tertentu.
Mari kita lihat dua cara yang dipergunakan untuk menentukan energi ikatan metana. Pemutusan homolitik empat
ikatan karbon –hidrogen membutuhkan 397 kkal/mol (160 Kj/mol). Energi ikatan rata-rata ikatan C-H dalam
metana dengan demikian ialah 99,3 kkal /mol (415 kJ/mol).
CH4 C + 4H ΔHo = 397 kkal/mol (1660 kJ/mol)
Jika kita diperhatikan energi yang diperlukan untuk memutuskan masing-masing ikatan metana, kita dapat bahwa
energinya berlain-lainan. Ini adalah energi disosiasi ikatan yang mengambarkan pengaruh bagian molekul yang
tinggal terhadap ikatan yang diputuskan.
CH4 CH3 + H ΔHo = 102 kkal/mol ( 427 Kj/mol)
CH3 CH2 + H ΔHo = 110 kkal/mol ( 460 Kj/mol)
CH2 CH + H ΔHo = 104 kkal/mol ( 435 Kj/mol)
CH C +H ΔHo = 81 kkal/mol ( 339 Kj/mol)
Suatu kumpulan energi ikatan rata rata (tabel 3.1) mengungkapkan beberapa keadaan umum. Sebagian besar
ikatan tunggal mempunyai energi diantara 50 -100 kkal/mol (200-400 kJ/mol). Ikatan tunggal antar atom dengan
pasangan elektron tak berbagi biasanya lebih lemah karena adanya tolak menolak antar pasangan Ikatan rangkap
dua dan tiga lebih kuat daripada ikatan tunggal. Makin turun susunan berkala, kekuatan ikatan makin berkurang.

B Jarak ikatan
Panjang suatu ikatan kimia adalah hasil keseimbangan antara gaya tarik- menarik dan tolak – menolak antara atom
yang saling mengikat. Panjang ikatan ditentukan secara uji kaji dengan berbagai teknik difraksi dan spektrum,
yang mengambarkan jarak rata-rata antara atom meskipun sebetulnya atom bergetar dalam molekul.
Sangatlah menarik bahwa panjang setiap ikatan hanya berbeda sedikit sekali dari satu senyawa ke senyawa yang
lain. Unsur pada baris kedua susunan berkala membentuk ikatan dengan hidrogen dengan panjang ikatan
mendekati 1 A (100 pm). Ikatan tunggal antara unsur pada baris kedua biasanya mempunyai panjang kira-kira 1,5
A (150 pm) dan jarak ikatan rangkapnya baik yang rangkap dua maupun yang rangkap tiga lebih pendek. Atom
dibawah baris kedua pada susunan berkala membentuk ikatan yang nisbi lebih panjang agar dapat memuat ukuran
yang lebih besar.
Biasanya ada suatu hubungan antara kekuatan dan panjang ikatan antara dua atom. Semakin kecil jarak antar –inti,
semakin kuatlah ikatan. Sebagai contoh, ikatan tunggal karbon –karbon (tabel 3.2) dan ikatan rangkap tiga ini lebih
kuat (tabel 3.1). Pada tabel 3.3 tercatum beberapa panjang ikatan dan kekuatan ikatan nisbi.

BAB IV
BENTUK MOLEKUL- KIMIA RUANG ( STER EO KIMIA)
Dalam bab 1 dan 2 telah kita ketahui bahwa rumus molekul tertentu mungkin saja sama bagi lebih dari
satu senyawa kimia. Perbedaan dalam runtunan atom yang terikat secara kovalen menimbulkan isomer bangun
yang memiliki sifat fisika yang berbeda serta nama yang berbeda pula. Isomer dapat kita sajikan dengan gambaran
berdimensi dua yang sederhana. Dalam bab sebelumnya mengungkapkan bahwa ikatan yang terdapat pada suatu
atom tidaklah harus sama dalam bidang yang sama. Sebenarnya, molekul merupakan wujud yang berdimensi tiga.
Dalam bab ini akan kita lihat bahwa hubungan kedudukan atom yang satu dengan yang lainya dalam ruang dapat
mempunyai pengaruh yang terhadap sifat senyawanya.
Senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama dan runtunan atom yang terikat secara kovalen yang sama
pula tetapi kedudukan keruangannya berbeda, dikenal sebagai isomer ruang. Isomer ruang dibagi menjadi dua
golongan utama. Golongan yang pada suhu kamar dengan mudah dapat berubah balik menjadi bentuk isomer
ruangnya yang lain melalui perputaran mengelilingi ikatan tunggal disebut isomer ruang konformasi. Isomer
ruang yang dalam keadaan biasa hanya dengan susah payah dapat berubah balik menjadi isomer ruangnya yang
lain sehingga dapat dipisahkan, disebut isomer–ruang konfigurasi. Ubah balik pada isomer ruang- konfigurasi
biasanya melibatkan pemutusan ikatan.

Tata nama Keton


Tatanama Keton

a. IUPAC
1) Pemberian nama keton dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –on.

2) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang mengandung gugus karbonil.

Contoh :
3) Tentukan substituen yang terdapat dalam rantai utama.

Contoh :
4) Penomoran substituen dimulai dari ujung yang terdapat gugus karbonil (-CO-) dengan nomor atom C paling rendah.

Contoh :
5) Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda, dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama
nama substituen.
Contoh :
6) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang tidak
dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.

Contoh :
b. Trivial (Nama Umum)
1) Tentukan gugus-gugus alkil (substituen) yang mengikat gugus karbonil (-CO-).

Contoh :
2) Tambahkan akhiran “keton” setelah nama-nama subtituen.

Contoh :
3) Penulisan substituen alkil tidak harus menurut urutan abjad.
Bab V
SPEKTROSKOPI
5.1 SPEKTRO METRI MASSA
A. Spektro meter massa B Bobot molekul dan rumus
5.2 SPEKTROSKOPI RESONANSI MAGNET INTI (NMR= RMI)
A. Prinsip spektroskopi RMI B. Geser kimia C. Geser kimia dan struktur molekul D Pembelahan spin-
spin E Pembelahan yang lebih rumit F Pengawangan dengan spin G. RMI-13 C
5.3 SPEKTROSKOPI INFRAMERAH
A. Prinsip spektroskopi inframerah
B. Ciri khas serapan inframerah
5.4 PEMECAHAN SECARA SPEKTROSKOPI BEBERAPA MASALAH STRUKTUR
5.5 SOAL –SOAL TAMBAHAN.
Pengantar
Pengkajian kimia organik sebetulnya dilakukan pada dua tingkat. Kimiawan melakukan percobaan dan
pengamatan pada benda padat, benda cair, dan gas yang dapat ditangani atau dimasukkan kedalam botol.
Pembicaraan kemudian berpusat pada kelakuan yang tak dapat dilihat, atom dan molekul yang submikroskopis.
Dalam pendekatan ini termasuk pendapat bahwa kelakuan yang diamati dalam zat ruah mencerminkan sifat khas
molekul yang ada di dalamnya. Adalah penting untuk tidak mengacaukan tingkat ini- pengamatan fisik dan
kelakuan molekul hasil penarikan kesimpulan. Sebab pembicaraan biasanya akan berkisar pada kedua tingkat
tersebut, dari tingkat yang satu ketingkat yang lainya.
Kita telah melihat bagaimana ikatan kovalen memungkinkan pembentukan bermacam –macam kerangka karbon
yang tak terhingga banyaknya. Jika ditinjau kembali sungguh mengagumkan bahwa para kimiawan abad 19 dan
awal abad 20 dapat memberikan gambaran taat azas struktur molekul tanpa melihat molekul sebenarnya.
Sebaliknya kimiawan modern mempunyai berbagai alat canggih yang dapat dipakai untuk melihat komponen
molekul. ‘Melihat’ disini tentunya tidaklah sama dengan melihat benda dalam dunia normal kita, karena biasanya
tidak melihatkan sinar tampak. Radiasi panjang gelombang lain- inframerah, ultraviolet, gelombang mikro, sinar x
–secara khas memberikan cara untuk melihat atom dan ikatan senyawa tertentu.
Analisis intrumen jenis ini biasanya termasuk ke dalam apa yang sebut spektroskopi.
Sebelum suatu senyawa dianalisis secara spektroskopi, senyawa ini harus dipisahkan dulu dari campuaran lainnya.
Banyak pemisahan yang sukar, dan keberhasilan sering tergantung pada kecerdikan dan ketrampilan kimiawannya.
Penyulingan cairan, penghamburan padatan adalah cara paling banyak dipakai untuk memurnikan zat.
Kromatografi, yaitu pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan sifat jerap pada beberapa jenis cairan atau
permukaan jerap padat, biasanya teknik untuk pemisahan yang sukar. Cara kromatografi lazimnya melibatkan
pemisahan oleh alir campuran melalui kolom penjerap. Komponen keluar dari kolom pada waktu yang berlainan
dan ditampung sebagai fraksi terpisah. Alat kromatografi modern dapat memantau dan mengendalikan tiap tahap
pemisahan.
5.3 SPEKTROSKOPI INFRAMERAH.
Cahaya atau lebih tepat, radiasi elektro magnetik, dapat dinyatakan dalam frekuensi υ atau panjang gelombang λ
Kedua parameter ini saling dikaitkan oleh kecepatan cahaya c = λ.v Pemaduan hubungan frekuensi – panjag
gelombang ini menghasilkan sebuah spektrum elektro magnetik. Spektrum ini terbagi menjadi beberapa daerah
untuk penerapannya dalam spektroskopi. Dari ungkapan
E = hv = k c/λ
Kita lihat bahwa energi radiasi meningkat dengan peningkatan frekuemsi dan menurun dengan peningkatan
panjang gelombang.
Cahaya tampak adalah bagian kecil dari spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang kira-kira 400-800
nm. Ini adalah daerah radiasi yang dapat dilihat mata manusia.
A. Prinsip Spektroskopi inframerah.
Atom molekul bergetar dengan berbagai cara, tetapi selalu pada tingkat energi yang tercatu.
Hasil Analisis Karbon Aktif dengan FTIR.
Penentuan gugus aktif di dalam karbon aktif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR
(Fourier Transform Infrared).
Dalam spektrum tersebut tidak terlihat adanya pita yang tajam pada daerah 3000-3500 cm-1 yang menunjukkan
tidak adanya gugus hidroksil (-OH). Spektra inframerah yang kecil dari pita absorbansi spesifik pada puncak
daerah bilangan gelombang sekitar 1750 cm-1 menunjukkan bahwa karbon aktif tidak mengandung gugus karbonil
C=O.
Puncak-puncak adalah khas untuk senyawa tertentu, sehingga bagian spektrum tersebut dinyatakan sebagai daerah
sidik jari. Spektrum gambar memperlihatkan kerumitan daerah sidik jari tersebut, Spektrum inframerah dapat
diperoleh dari cuplikan berupa padatan, cairan, atau gas. Sebuah sifat khas metode ini ialah bahwa kaca tidaklah
tembus cahaya dalam radiasi inframerah. Cuplikan ada dalam sel yang biasanya terbuat kristal garam. Natrium
klorida (NaCl) adalah bahan sel yang paling lazim. Kristal Natrium klorida yang besar dipotong untuk dibuat
lempeng yang menyerupai kaca jendela yang bening. Sudah tentu disini harus diperlihatkan agar cuplikan tidak
mengandung air walaupun sesepora
B. Ciri Khas serapan Inframerah.
Spektrum inframerah senyawa organik biasanya terlalu rumit untuk jenis analisis lengkap yang dapat dicapai
oleh spektrum RMI. Akan tetapi inframerah sangat berguna dengan mengamati frekuensi gugus fungsi yang khas–
puncak serapan yang khas bagi gugus fungsi yang khas. Kolerasi frekuensi gugus khas telah dikumpulkan dari
spektrum inframerah sejumlah besar senyawa. Tabel 5.4 memuat pita serapan yang mempunyai nilai diagnosis
tertentu untuk menganalisis senyawa organik.
Pada dasarnya semua senyawa organik mempunyai beberapa puncak serapan inframerah antara 2800 dan 3300
Cm-1 , karena ini merupakan daerah terjadinya frekuensi rentangan khas C-H. Meskipun ada perbedaan sedikit jika
ataom hidrogen terikat oleh sebuah karbon jenuh atau tak jenuh, daerah ini biasanya kegunaannya hanya sedikit
dalam analisis rutin.

BAB VI
STRUKTUR, KEREAKTIFAN, DAN TRANSFORMASI ORGANIK.
6.1 ASAM DAN BASA
A. Asam karboksilat dan amina B. Derajat keasaman C. Hubungan energi D. Pengunaan nilai pKa.
6.2 PENGARUH STRUKTUR PADA KEASAMAN DAN KEBASAAN
A. Pengaruh Imbas B. Pengaruh Ruang C. Pengaruh Resonansi
6.3. CARA RESONANSI
A. Membentuk struktur resonansi B.Saham yang diberikan oleh struktur resonnansi
C. Resonansi ketautomeran
6.4.BEBERAPA AKIBAT RESONANSI
A. Antaraksi gugus fungsi B. Energi resonansi C.Hambatan ruang pada resonansi
6.5 LAJU DAN MEKANISME REAKSI ORGANIK
A. Mekanisme reaksi B. Zat antara C. Tahana peralihan D.Perubah yang mempengaruhi laju reaksi. E.Kinetika
reaksi.
Di dalam keempat bab yang pertama dari buku ini kita meninjau ciri struktur zat organik. Kita melihat bahwa
hubungan keruangan dan sifat fisika ditimbulkan karena kerangka atom dan ikatan yang membentuk molekul.Di
samping gerakan bahang yang menyebabkan pengaturan kembali konformasi, molekul dianggap statis dalam arti
bahwa ikatan tidak dibentuk atau diputuskan.
Tetapi itu awal dari ceritanya. Sekarang kita harus bertanya bagaimana dan mengapa senyawa organik mengalami
reaksi kimia. Pertanyaan itu merupakan satu pertanyaan mengenai dinamika. Bab ini menyaji peralihan antara
struktur dan dinamika. Kita akan meninjau ciri yang membuat suatu senyawa lebih reaktif dari pada yang lain,
bagaimana struktur mempengaruhi keenergian di dalam molekul, dan apa yang akhirnya menyebabkan reaksi
antara molekul. Dalam bab ini dan bab selanjutnya, kita bertujuan membentuk suatu tubuh konsepsi yang
mendasari perampatan yang luas mengenai hubungan antara struktur dan reaktifan. Jumlah alur reaksi yang umum,
nisbi hanyalah sedikit dan terjadi berulang kali dalam juta reaksi organik. Akibatnya, pengetahuan yang terinci
mengenai alur untuk suatu reaksi memang benar-benar akan berguna untuk memahami dan meramalkan hubungan
kereaktifan dalam banyak proses lain–lainya.

6.1 ASAM DAN BASA


Setiap siswa yang mempelajari kimia pendahuluan sudah tidak asing lagi dengan definisi mengenai asam dan basa.
Menurut definisi Bronsted linory.
Asam adalah pemberi proton atau donor proton.
Basa adalah penerima proton.

Air merupakan contoh untuk hubungan itu:


H2O + HX ==== H2O+ + X:-
Basa Asam Asam Basa
Konjungasi Konjungasi

H2O + B ==== HO: + BH


Asam Basa Basa Asam
Konjungasi konjungasi

C. Hubungan Energi
Apabila suatu reaksi kimia mencapai kesetimbangan, kedudukan kesetimbangan mengambarkan energi nisbi
pereaksi dan hasil reaksi. Kaitan tetapan kesetimbangan K dengan selisih energi bebas baku ΔGo antara hasil
reaksi dan pereaksi dinyatakan oleh persamaan:
ΔGo = - RTln K
Dengan R = 1,99 x 10-3 kkal (8,31 x 10-3 Kj/mol. oK)
T = suhu, K.
(hasil reaksi)
K = ------------------------
(pereaksi)
Dari nilai tetapan kesetimbangan (1,76 x 10-5) kita dapat menghitung bahwa energi bebas baku untuk
desosiasi asam asetat di dalam air pada suhu 298 oK (25 oC) ialah 6,5 kkal/mol (27,1 Kj/mol). Pereaksi berenergi
lebih rendah dari pada hasil reaksi (ΔGo ) >0,K< 1),dan reaksi disebut endergon. Dalam energi eksergon, hasil
reaksi berenergi lebih rendah dari pada pereaksi (ΔGo < 0; K > 1) . Gambar 6.1 melukiskan hubungan energi bebas
untuk disosiasi asam asetat.
CH3CO2- + H3O+ hasil reaksi
o
Energi bebas ΔG
nisbi dari hasil CH3CO2H + H2O pereaksi
reaksi untuk
disosiasi asam
asetat dalam air
Dua parameter termodinamika yang penting mempunyai saham pada timbulnya selisih pada energi bebas, dan
karena itu itu juga pada kedudukan kesetimbangan. Δ Ho , atau bahang reaksi berkaitan dengan selisih energi dalam
ikatan antara hasil reaksi dan pereaksi. Entropi ΔSo merupakan ukuran perbedaan dalam keacakan atau kebebasan
gerak antara molekul hasil reaksi dan pereaksi. Nila entropi yang lebih positif menunjukkan kenaikan keacakan
pada waktu pereaksi berubah menjadi hasil reaksi. Pernyataan yang menghubungkan semua parameter ini ialah. Δ
Go = Δ H o – T ΔSo
Nilai entalpi untuk reaksi organik yang khas biasanya lebih besar dari nilai suhu T ΔSo dan memberikan saham
yang besar pada selisih energi bebas. Oleh karena itu umum kalau kita berbicara mengenai reaksi dipandang dari
segi ΔHo, yaitu reaksi eksoterm (ΔHo < 0) atau reaksi endoterm (ΔHo > 0) bila ΔHo = T ΔSo , suatu keadaan yang
lazim terjadi dalam sistim biologi, maka istilah eksergon dan endergon selalu dipakai.
Walaupun kedudukan kesetimbagan terdapat ke arah pereaksi untuk desiosiasi sebagian besar asam karboksilat,
pemindahan proton berlangsung sangat cepat. Selisih energi bebas menentukan kedudukan kesetimbangan dan
hukum lajunya pada waktu kesetimbangan tercapai. Selisih energi bebas yang nisbi kecil menyebabkan perubahan
yang agak mencolok pada kedudukan kesetimbangan. Hanya selisih kira-kira 3 kkal /mol (12 kJ/mol) saja antara
hasil reaksi dan pereaksi sudah memberikan lebih 99% hasil reaksi (atau pereaksi) pada keadaan setimbang,
6.5. Laju Dan Mekanisme Reaksi.
Kita telah mengetahui bagaimana struktur molekul mempengaruhi kedudukan kesetimbangan reaksi pada waktu
terjadinya pemindahan proton yang berlangsung cepat pada reaksi asam basa yang khas.Tetapi sebagian besar
reaksi kima tidaklah berlansung cepat, dan biasanya tidak pula mencapai kesetimbangan. Misalnya dengan adanya
oksigen semua molekul organik dipandang dari segi energinya, tidaklah mantap dalam kaitanya dengan CO 2 dan
H2O, sekalipun demikian molekul orgnik itu tidak mengalami pembakaran secara spontan. Proses kimia, baik
eksergon maupun endergon, biasanya memerlukan energi pengaktifan agar terjadi reaksi dengan laju yang cukup
besar.
Dalam pasal ini kita akan melihat bagaimana energi nisbi mengatur laju reaksi kimia. Kita akan meninjau pengaruh
struktur terhadap kecepatan suatu perubahan dan mempelajari bagaimana gambaran terperinci suatu alur terjadi.
A.MEKANISME REAKSI
Mekanisme suatu reaksi merupakan gambaran alur yang terinci dan tahap demi tahap, yang menunjukkan bahwa
zat pereaksi diubah menjadi hasil reaksi. Gambaran itu harus meliputi gerakan elektron yang mengakibatkan
terbentuknya dan terputusnya ikatan serta hubungan keruangan atom selama perubahan bentuk. Secara ideal, suatu
mekanisme harus menerangkan suatu perubahan struktur serta energi yang terjadi pada semua tahap reaksi. Orang
tidak pernah dapat mengharapkan untuk membuktikan suatu mekanisme, karena secara uji kaji kita tidak
menentukan setiap rincian yang tepat dari suatu reaksi. Sering dapat dibayangkan lebih dari satu alur untuk suatu
reaksi. Kita memilih mekanisme yang paling masuk akal’ yang taat azas dengan data uji kaji yang tersedia.
Kemiripan dengan proses kimia yang erat berhubungan biasanya merupakan patokan penting untuk memilih suatu
mekanisme reaksi.
Kelompok reaksi yang paling besar yang akan kita hadapi diperlukan sebagai reaksi ion karena pereaksinya
mungkin kaya elektron atau miskin elektron. Pereaksi dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
berhubungan dengan sifat elektronnya. Kelompok yang kaya elektron disebut nukleofil (suka inti) dan yang
kekurangan elektron disebut elektrofil (suka elektron). Dalam suatu reaksi ion, nukleofil (Nu) berbagi pasangan
elektron dengan suatu elektron dengan elektrofil (E) dalam proses pembentukan ikatan.
NU: + E Nu E.
Nukleofil merupakan basa Lewis dan elektrofil merupakan asam Lewis. Kiranya mungkin untuk memerikan
sebagian besar reaksi organik dari segi keasaman dan kebasaan Lewis. Tetapi kebiasaan umum pada waktu ini
ialah mengacu kepada reaksi atom karbon dilihat dari segi kenukleofilan dan keelektrofilan serta menggunakan
konsepsi keasaman dan kebasaan untuk reaksi dengan proton. Beberapa nukleofil dan elektrofil yang penting
disusun dalam Tabel.
Kita sekarang mempunyai dua dasar untuk mengolongkan reaksi. Yang pertama menyangkut penunjukan sebagai
reaksi adisi, substitusi, atau elimainasi. Yang kedua berhubungan dengan kenukleofilan dan elektrofilan pereaksi.
Jadi adisi nukleofil dan substitusi elektrofil merupakan pengelongan reaksi yang umum.
Molekul organik yang mengalami perubahan struktur atau gugus fungsi disebut substrat. Komponen kedua yang
seringkali merupakan suatu jenis zat nonorganik, merupakan pereaksi yang bereaksi dengan substrat. Reaksi
antara hidroksida dengan kloroetana untuk memperoleh etanol merupakan contoh substitusi nukleofil.
: :
HO :- + CH3CH2Cl -----------> CH3CH2OH + Cl : -
:
Nukleofil Substrat.
Penunjukkan substrat dan pereaksi menjadi hal yang benar-benar hanya perjanjian belaka untuk reaksi yang
menunjukan bereaksinya molekul organik yang satu dengan yang lainnya. Pengolongan reaksi yang terjadi antara
gugus fungsi dari kedua molekul organik biasanya didasarkan ciri masing –masing molekul dan seringkali pada
pengetahuan pada keadaan reaksi. Kita tinjauan adisi etanol pada asetaladehida (etanal). Etanol merupakan basa
Lewis dan merupakan nukleofil karena memiliki dua pasangan elektron –tak terikat (bebas) pada atom oksigen.
Gugus Karbonil asetaaldehida adalah polar dan mempunyai muatan positif pengunaan karbon (pasal 1.4). : struktur
hasil reaksi menunjukkan bahwa atom oksigen dari etanol terbubuh pada atom karbon karbonil asetaldehida.
Terjadilah adisi nukleofil etanol ke asetaldehida.

Anda mungkin juga menyukai