STEREOKIMIA
Disusun oleh :
ABDUR RAHMAN
A 202 18 018
Penulis menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi isinya maupun struktur penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran positif untuk perbaikan makalah dikemudian hari.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sering sulit menhayati molekul tiga dimensi dari dalam suatu gambar, oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas sub bab dari stereokimia yaitu sifat-sifat
dan konfigurasi enansiomer.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kimia organik sekaligus untuk mengetahui karakteristik senyawa enansiomer dan
konfigurasi enansiomer.
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Enansiomer
1.1 Definisi Enansiomer
Secara garis besar enansiomer merupakan salah satu bagian dari
stereoisomer, dimana stereoisomer sendiri adalah salah satu bentuk dari isomer.
Isomer merupakan kondisi dimana senyawa yang berbeda namun memiliki
rumus molekul yang sama, Isomer terbagi ke dalam dua bagian : isomer
konstitusional dan stereoisomer. Senyawa yang sama ketika mempunyai bentuk
konfigurasi atom 3-Dimensi yang berbeda akan disebut stereoisomer.
Enansiomer adalah salah satu dari stereoisomer yang merupakan cerminan dari
senyawa lainnya atau juga dapat disebut ‘not superimposable’ bentuk enansiomer
dari suatu senyawa biasanya terjadi pada molekul kiral, dimana kiralitas
disebabkan oleh adanya karbon asimetris, yaitu atom karbon yang memiliki 4
substituen yang berbeda. Ilustrasi enansiomer dapat digambarkan sebagai
berikut:
3
1.2 Tahapan membuat senyawa dengan Enansiomer
Untuk menentukan suatu senyawa memiliki sifat enansiomer adalah
melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a) Pastikan senyawa tersebut merupakan molekul kiral dan
memiliki stereogenic center
b) Apabila senyawa tersebut memiliki lebih dari satu stereogenic
center maka dapat dihitung jumlah isomernya dengan
perhitungan 2n,dengan n sebagai jumlah stereogenic center
c) Setelah ditentukan stereogenic center maka selanjutnya
menggambar bayangan cermin dari senyawa tersebut
d) Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi
senyawa tersebut memiliki konfigurasi R (Rectus) yang berarti
searah arah jarum jam, atau konfigurasi S (Sinister) yang berarti
berlawanan arah jarum jam
e) Apabila dilakukan perbandingan antara 2 senyawa, dapat
diidentifikasi melalui konfigurasi R/Snya, apabila senyawa
tersebut tidak identic dan memiliki konfigurasi yang berbeda
(merupakan cerminan) maka senyawa tersebut merupakan
enansiomer
f) Apabila senyawa yang diidentifikasi dalam bentuk yang berbeda
(konformasi 3D/Konformasi Fischer dll) akan lebih baik
disamakan terlebih dahulu agar mempermudah dalam
identifikasi
1.3 Karakteristik senyawa Enansiomer
4
• Senyawa tidak identik
ENANSIOMER
• Merupakan cerminan dari senyawa awal
A B C
Senyawa C : meso-compound
5
II. Diastereomer
2.1 Definisi Diastereomer
dan
6
dua pusat stereogenik memiliki konfigurasi berlawanan dan pusat stereogenik
yang lain memiliki konfigurasi yang sama.
Pada isomer cis dan trans, senyawa dengan isomer cis dan senyawa
isomer trans selalu diastereomer, tidak ada hubungan dengan konfigurasi
pusat stereogenik. Contoh disajikan sebagai berikut:
dan
dan
7
di depan (pada wedge) maka konfigurasi pusat stereogenik dibalik menjadi R,
R. Sama halnya dengan proyeksi Fischer senyawa kedua. Sehingga kedua
senyawa tersebut adalah diastereomers, dimana senyawa pertama memiliki
dua pusat stereogenik dengan konfigurasi R, R dan senyawa kedua memiliki
konfigurasi S, R.
8
Contoh:
9
benda. Ditemukan oleh Emil Fischer yang merupakan seorang ahli kimia
berasal dari Jerman. Proyeksi yang menggambarkan bentuk molekul 3
Dimensi menjadi 2 dimensi. Rumus proyeksi yang dikemukakan Fischer ini
untuk menunjukkan penataan ruang dari gugus atau atom di sekitar atom
karbon kiral (asimetris).
4.2.Aturan Chan-Ingold-Prelog
Untuk menentukan susunan konfigurasi pada atom C kiral :
a) Ditentukan prioritas atom/gugus yang terikat pada atom misalnya :
a(prioritas tertinggi)-b-c-d(prioritas terendah)
b) Molekul dilihat dari arah yang bertentangan dengan
atom/gugus yang mempunyai prioritas terendah
c) Bila a-b-c-d mempunyai urutan searah dengan putaran jarum jam maka
senyawa/atom c kiral tersebut mempunyai konfigurasi R (Rectus).
Dari bahasa latin (kanan)
Dan jika a-b-c-d mempunyai urutan berlawanan dengan arah jarum jam
maka senyawa / atom c kiral itu mempunyai konfigurasi S (Sinister) .
Dari bahasa latin (kiri)
Cara menentukan konfigurasi R/S
10
Apabila atom-atom yang dipermasalahkan berbeda-beda, maka
urutan prioritas ditentukan oleh nomer atom. Atom dengan nomer atom
tinggi menjadi prioritas utama. Jika atom-atom itu adalah isotop, maka
isotop dengan nomor masa tinggi memproleh prioritas. Jika atom-atom yang
terikat langsung pada atom C kiral sama, maka prioritas ditentukkan oleh
atom berikutnya. Atom - atom yang terikat oleh ikatan rangkap 2 atau
rangkap 3 diberi kesetaraan ikatan tunggal sehingga atom-atom ini dapat
diperlakukan sebagai gugus-gugus berikatan tunggal dalam menentukan
prioritas.
Contoh : ikatan rangkap 2 dianggap mengikat 2 atom yang sama.
Atom yang mengikat 2 atom C yang riil mempunyai Prioritas lebih tinggi
daripada ikatan rangkap.
11
Jadi semuanya ada 24 proyeksi Fischer, untuk molekul tipe C abcd.
12
Beberapa kelemahan proyeksi Fischer untuk menggambarkan
senyawa yang mempunyai dua atau lebih atom C khiral tidak melukiskan
keadaan (konformasi) molekul yang sebenarnya. Molekul yang sama bila
dilihat dari arah yang berbeda akan memberikan proyeksi Fischer yang
berbeda. Selain itu pada proyeksi ini digambarkan konfigurasi “eclipset’
dari gugus-gugus yang terikat pada atom C khiral, sedangkan sebenarnya
konfigurasi ‘staggered’ lebih stabil.
13
lebih rendah, kelarutan yang lebih kecil dan merupakan asam yang lebih
lemah.
Rotasi 90° akan mengubah orientasi dari gugus2 yang berada pada garis
horizontal dan vertikal. Jangan merotasi proyeksi Fischer pada 90°.
14
Proyeksi Fisher lebih mudah digambar dan dan lebih mudah untuk
menemukan enansiomer dan bidang cermin internal ketika molekul memiliki
dua atau lebih karbon kiral.
Prioritas terendah (biasanya H) diletakkan ke arah pengamat, sehingga
aturan penandaan yang berkebalikan dibandingkan dengan aturan
sebelumnya. Urutan prioritas searah jarum jam 1-2-3 merupakan konfigurasi
(S) dan urutan prioritas berlawanan arah jarum jam 1-2-3 merupakan
konfigurasi (R). Misalnya:
Proyeksi Fischer dapat diputar 180˚ pada bidang kertas (tidak 90˚ atau
270˚), tanpa merubah arti. Proyeksi Fischer dapat digunakan untuk
menggambarkan lebih dari satu atom karbon kiral dalam sebuah molekul,
dengan ketentuan bahwa atom karbon selalu ditempatkan diatas. atom karbon
tetra hedral dalam proyeksi Fischer digambarkan sebagai dua garis bersilang,
dengan ketentuan bahwa garis horisontal mengarah keatas bidang (mendekati
pembaca) dan garis vertikal mengarah kebawah bidang Struktur Gula D
semua gula yang ada di alam yang mempunyai gugus hidroksil pada atom
karbon kiral paling bawah terletak dikanan disebut dengan gula D. semua gula
L memiliki gugus hidroksil pada atom karbon kiral paling bawah terletak
dikiri dalam proyeksi Fischer, jadi gula L adalah bayangan cermin dari gula
D. Emil Fischer adalah seorang pelopor dalam kimia karbohidrat (hadiah
nobel thn. 1902). Proyeksi Fischer sebenarnya diciptakan untuk
menggambarkan struktur monosakarida. Sebagai dasar adalah gliseraldehida
yang optis aktif dan memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan (d-
gliseraldehida).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Enantiomer (Optical Isomer) merupakan stereoisomer yang memiliki
bayangan cermin nonsuperimposable yakni senyawa bayangan cermin yang
tidak saling menutup.
2. Diastereomer merupakan stereoisomer yang bukan bayangan cermin dan tidak
saling menutup (nonsuperimposable, nonmirror image). Isomer cis dan trans
termasuk ke dalam golongan diastereomer.
3. Meso compound merupakan suatu molekul dengan stereogenik yang
superimposable pada bayangan cermin.
4. Proyeksi adalah gambar suatu benda yg dibuat rata (mendatar) atau berupa
teknik untuk menyatakan bentuk dan ukuran suatu obyek atau benda
5. Proyeksi Fischer adalah suatu cara singkat dan mudah untuk memaparkan
keterbatasan dalam hal rotasi tersebut di atas, maka proyeksi Fischer harus
16
3.2 Saran
Materi yang terdapat dalam makalah ini bukanlah pembahasan yang mutlak
dalam artian masih perlu adanya pembuatan makalah lanjutan. Karena didalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh sebab itu penulis menyarankan
agar pembaca lebih kritis dalam menganalisa kekurangan materi yang ada dalam
makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Carey, F.A., (2000). OrganicChemistry (4th. Ed). United State of America: The
McGraw Hill-Companies. Inc.
Fessenden, R.J, J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Hahre, W.J., Nelson, J.E., & Shusterman, A.J. (1998). The Molecular Modeling
Workbook for Organic Chemistry. Irvine: Wavefunction, Inc.
Morrison, R.T. & Boyd, R. N. (2002). Organic Chemistry. Sixth Edition. New Delhi:
Prentice-Hall of India.
Wade, L. G. Jr., (2006). Organic Chemistry (6th Edition). Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson Prentice Hall
https://www.academia.edu/29962353/Konfigurasi_R_dan_S_Molekul_Kiral diakses
tanggal 18 februari 2019
https://www.scribd.com/document/394822401/Proyeksi-Fischer diakses tanggal 18
februari 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Stereokimia?veaction=edit§ion=1 diakses tanggal
18 februari 2019
http://aannofia.blogspot.com/2016/10/stereokimia.html diakses tanggal 18 februari
2019
18