Anda di halaman 1dari 10

UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454

Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK


MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA
KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO
IMPLEMENTATION OF CONCEPTUAL CHANGE LEARNING MODEL TO
REDUCE THE STUDENTS MISCONCEPTIONS ON CHEMICAL
BONDING IN X CLASS SMA NEGERI 4 SIDOARJO

Meida Wulan Sari dan Harun Nasrudin


Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
e-mail: meidawulan30@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil konsepsi siswa, keterlaksanaan
pembelajaran, pergeseran miskonsepsi siswa, dan reduksi miskonsepsi siswa sesudah
penerapan model pembelajaran conceptual change. Penelitian ini dilakukan di
SMAN 4 Sidoarjo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-
Posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata miskonsepsi siswa
sebelum penerapan model pembelajaran conceptual change pada konsep ikatan ion,
ikatan kovalen, dan kepolaran suatu senyawa molekul berturut-turut sebesar 36,00%;
46,00%; dan 54,67%. Persentase rata-rata miskonsepsi siswa sesudah penerapan
model pembelajaran conceptual change pada konsep ikatan ion, ikatan kovalen, dan
kepolaran suatu senyawa berturut-turut sebesar 1,33%, 3,33%, dan 6,00%.
Keterlaksanaan model pembelajaran conceptual change pada pertemuan I, II, dan III
berturut-turut sebesar 95,24%; 95,00%; dan 93,00%. Pergeseran miskonsepsi
siswa sesudah penerapan model pembelajaran conceptual change
menunjukkan sebagian besar miskonsepsi menuju ke arah tahu konsep.
Persentase pergeseran MK ke TK pada konsep ikatan ion, ikatan kovalen, dan
kepolaran suatu senyawa molekul berturut-turut sebesar 98,15%, 94,37%, dan
87,80%. Berdasarkan uji Wilcoxon terdapat perbedaan yang signifikan pada
miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran conceptual
change. Tingkat reduksi miskonsepsi siswa berdasarkan barometer Hattie
dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 0,83. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran conceptual change dapat mereduksi miskonsepsi siswa.
Kata Kunci: Miskonsepsi, Model Pembelajaran Conceptual Change, Ikatan Kimia,
Reduksi

Abstract
The aims of this research is to describe the profile of students conceptions, the
learning feasibility, the shifting of students misconceptions, and the reduction of
students misconceptions. This research was conducted at SMAN 4 Sidoarjo with
research target was students of MIA 4 class. The research design used the One-
group pretest-posttest. The results showed that the average percentage of student's
misconceptions before the implementation of conceptual change learning model on
the ionic bonding, covalent bonding, and the polarity of a compound concept were
respectively by 36,00%; 46,00%; and 54,67%, while the average percentage of
student's misconceptions after the implementation were respectively by 1,33%,
3,33% and 6,00%. The shifting of students misconceptions after the implementation
of conceptual change learning model showed that almost all the misconceptions
toward know the concept. The feasibility assessment of conceptual change learning
model at the first, second, and third meeting were respectively by 95,24%; 95,00%;

315
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

and 93,00%. The percentage of MK to TK on the ionic bonding, the covalent


bonding, and the polarity of a compound concept were respectively by 98,15%;
94,37%; and 87,8%. The reduction level of students misconceptions based Hattie
barometer were classified as high catagory, 0,83. So the implementation of
conceptual change learning model could reduce studentss misconceptions.
Keywords: Misconceptions, Conceptual Change Learning Model, Chemical
Bonding, Reduce

Menengah adalah ikatan kimia [5]. Ikatan


PENDAHULUAN kimia merupakan topik yang abstrak, jauh
Kemajuan ilmu pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari siswa, selain
teknologi, dan seni (ipteks) seperti yang itu siswa tidak dapat melihat atom,
terjadi pada zaman sekarang ini sangat struktur, dan bagaimana suatu atom
bergantung pada pemahaman konsep- berinteraksi dengan atom lain sehingga
konsep [1]. Pemahaman konsep yang baik, sulit bagi siswa untuk memahami konsep-
luas, dan mendalam memungkinkan siswa konsep yang terdapat dalam ikatan kimia
dapat menerapkannya dalam berbagai dan berpotensi besar untuk terjadinya
keperluan sehingga pemahaman konsep miskonsepsi [6]. Berdasarkan hasil pra-
amat penting bagi siswa. Betapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
pentingnya pemahaman terhadap konsep SMA Negeri 4 Sidoarjo pada tahun 2014
dapat dilihat dari dicantumkannya menunjukkan bahwa siswa yang
pemahaman terhadap konsep pada mengalami miskonsepsi pada materi ikatan
kurikulum 2013. kimia sebanyak 41%.
Pemahaman adalah kemampuan untuk Menurut Driver miskonsepsi memiliki
memberi arti pada suatu objek atau subjek sifat yang stabil, hal ini menunjukkan
pembelajaran. Pemahaman bukan hanya bahwa miskonsepsi tidak mudah diubah
sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan menjadi konsep yang lebih ilmiah atau
dengan kemampuan menjelaskan, dengan kata lain resisten terhadap
menerangkan, menafsirkan, atau perubahan [7]. Resistensi ini terjadi karena
kemampuan mengungkapkan makna atau siswa telah mengandalkan konsepsinya
arti dari sebuah konsep [2]. Konsep dapat untuk memahami suatu masalah, selain itu
dianggap sebagai ide-ide, obyek atau siswa juga tidak mudah untuk mengadopsi
kejadian yang dapat membantu memahami cara berfikir yang baru [4]. Kondisi
dunia di sekitar siswa [3]. demikian tidak dapat dibiarkan sehingga
Ilmu kimia merupakan salah satu diperlukan usaha untuk memperbaikinya.
cabang ilmu pengetahuan alam yang Menurut Clements miskonsepsi tidak
dibangun dari konsep-konsep [1]. Oleh hilang dengan metode mengajar yang
karena itu, penjelasan yang benar di dalam klasik, yaitu metode ceramah atau teacher
materi kimia harus dibangun pula dengan centered sehinga dianjurkan untuk
konsep yang benar agar siswa tidak menggunakan cara mengajar baru, yang
mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi lebih menantang pengertian siswa [4].
menunjuk pada suatu konsep yang tidak Abad ke-21 telah mengubah
sesuai dengan pengertian ilmiah atau paradigma belajar dunia, yakni dari
pengertian yang diterima oleh para ahli [4]. paradigma teaching menjadi paradigma
Konsep yang disepakati dan dianggap learning [2]. Paradigma learning
benar oleh para ahli disebut dengan konsep mengedepankan siswa menjadi pusat
ilmiah [1]. dalam proses pembelajaran. Dengan
Salah satu ruang lingkup materi kimia demikian, guru tidak lagi menjadi satu-
dalam Standar Isi Pendidikan Dasar dan satunya sumber belajar, dan perannya telah

316
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

bergeser lebih banyak ke arah fasilitator antara konsepsinya dengan konsep ilmiah
belajar. Salah satu model pembelajaran sehingga dapat terjadi perubahan atas
yang mengedepankan siswa menjadi pusat konsepsi yang dimiliki oleh siswa menjadi
dalam proses pembelajaran dan dapat konsepsi yang ilmiah.
mereduksi miskonsepsi siswa adalah Model pembelajaran conceptual
model pembelajaran conceptual change. change dianggap relevan diajarkan pada
Model conceptual change materi ikatan kimia karena dapat
didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghasilkan pemahaman konsep yang
mengubah konsepsi yang sudah ada (yaitu, lebih baik pada siswa dan dapat
keyakinan, ide, atau cara berpikir) memberikan kesempatan kepada siswa
sehingga belajar bukan hanya untuk mengevaluasi dan memeriksa
mengumpulkan fakta-fakta baru atau konsepsinya. Pembelajaran conceptual
belajar keterampilan baru tetapi juga change juga mensyaratkan agar guru
mengubah konsepsi yang sudah ada [8]. memiliki keterampilan memfasilitasi
Selain itu model pembelajaran conceptual kegiatan pembelajaran dengan baik dan
change menghendaki agar siswa menjadi memiliki pemahaman yang mendalam
tidak puas dengan konsepsi yang ada serta terhadap suatu konsep [8].
menemukan konsep-konsep baru yang Berdasarkan uraian di atas, peneliti
dapat dimengerti, masuk akal, dan melakukan penelitian dengan judul
memberi suatu manfaat, sebelum Penerapan Model Pembelajaran
restrukturisasi konseptual akan terjadi [1]. Conceptual Change untuk Mereduksi
Terdapat dua tahap dalam Miskonsepsi Siswa pada Materi Ikatan
pembelajaran conceptual change, tahap Kimia Kelas X SMA Negeri 4 Sidoarjo.
yang pertama adalah asimilasi dan tahap
yang kedua adalah akomodasi [9]. METODE
Mekanisme internal yang mengatur kedua Jenis penelitian yang dilakukan adalah
proses ini disebut keseimbangan penelitian pra eksperimen. Sasaran
(equilibration) [4]. Melalui kedua proses penelitian ini yaitu siswa kelas X MIA 4
tersebut siswa menjadi tidak bergantung SMA Negeri 4 Sidoarjo sebanyak 30 siswa
pada pengamatan dan lebih bergantung yang telah menerima materi ikatan kimia.
pada proses berfikir sehingga pengetahuan Rancangan penelitian ini adalah One group
siswa akan selalu berkembang dan Pretest Postest Design [11]. Adapun
miskonsepsi dapat direduksi [10]. rancangannya adalah sebagai berikut:
Model pembelajaran conceptual
change terdiri dari empat langkah O1 X O2
pembelajaran [8]. Langkah yang pertama
mengungkapkan konsepsi siswa yang Keterangan:
bertujuan untuk membantu guru O1 : Pretest
mengetahui konsepsi siswa serta X : Proses pembelajaran dengan
membantu siswa mengenali dan penerapan model pembelajaran
memperjelas ide-ide dan pemahaman yang conceptual change sebagai pengajaran
dimiliki. Langkah yang kedua membahas remedial.
dan mengevaluasi konsepsi yang bertujuan O2 : Posttest
agar siswa dapat mengklarifikasi dan
merevisi konsepsi yang dimiliki. Langkah Perangkat pembelajaran yang
yang ketiga menciptakan konflik digunakan pada penelitian ini antara lain:
konseptual terhadap konsepsi siswa yang (1) silabus; (2) RPP; dan (3) LKS.
bertujuan agar siswa lebih terbuka pada Instrumen penelitian yang digunakan
perubahan konsepsi berikutnya. Langkah antara lain: (1) lembar pengamatan
yang keempat mendorong dan membantu keterlaksaan model pembelajaran
restrukturisasi konseptal yang bertujuan conceptual change dan (2) lembar soal
membantu siswa agar mampu merefleksi pretest dan posttest.
pengetahuannya dan melihat perbedaan

317
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

Metode pengumpulan data yang Keterangan:


digunakan dalam penelitian ini adalah p = Proporsi reduksi miskonsepsi siswa
metode pengamatan dan metode tes. x = Selisih antara persentase jumlah
Teknik analisis data yang digunakan siswa yang mengalami miskonsepsi
adalah analisis secara deskriptif saat pretest dan posttest
kuantitatif. n = Persentase jumlah siswa yang
Penetapan konsepsi siswa mengalami miskonsepsi saat pretest
menggunakan metode Certainly of
Response Index (CRI) [12]. Kriteria Kriteria tingkat reduksi miskonsepsi
penilaian keterlaksanaan pembelajaran [13] siswa berdasarkan barometer Hattie [16]
disajikan dalam Tabel 1. disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 1 Kriteria Keterlaksanaan Tabel 2 Kriteria Tingkat Reduksi


Pembelajaran Miskonsepsi Siswa
Skala Skor Keterangan p Keterangan
1 0 % - 20 % Sangat Buruk >0,71 Tinggi
2 21 % - 40 % Buruk 0,41-0,70 Sedang
3 41 % - 60 % Cukup 0,01-0,40 Rendah
4 61 % - 80 % Baik <0,00 Negatif
5 81 % - 100 % Sangat Baik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun untuk mengetahui ada Profil Konsepsi Siswa
tidaknya perbedaan miskonsepsi siswa, Pengelompokan konsepsi siswa dapat
dilakukan uji Wilcoxon terhadap hasil
diidentifikasi menggunakan metode CRI
pretest dan posttest.
Hipotesis uji Wilcoxon: (Certain of Resonse Index) [12]. Skala
H0 : Tidak ada perbedaan miskonsepsi yang digunakan dalam penelitian adalah
siswa sebelum dan sesudah skala enam (0-5). Berdasarkan metode ini
penerapan model pembelajaran konsepsi siswa dapat dikelompokkan
conceptual change. menjadi tahu konsep (TK), tidak tahu
H1 : Terdapat perbedaan miskonsepsi konsep (TTK), dan miskonsepsi (MK).
siswa sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran Adapun konsep yang diujikan dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.
conceptual change.
H1 diterima apabila J hitung J
Tabel 3 Penyajian Konsep dalam Materi
tabel, artinya apabila nilai dari J hitung
Ikatan Kimia
lebih kecil atau sama dengan dengan J
tabel maka dapat dikatakan terdapat Direpresentasikan
No Konsep
perbedaan signifikan antara miskonsepsi oleh soal
siswa sebelum dan sesudah penerapan 1 Ikatan Ion 1, 2, 3, 4, dan 5
model pembelajaran conceptual change 2 Ikatan 6, 7, 8, 9, dan 10
[14]. Kovalen
Tingkat reduksi miskonsepsi siswa 3 Kepolaran 11, 12, 13, 14, dan 15
dapat diketahui dengan menghitung harga Suatu
proporsi sesuai rumus berikut [15]: Senyawa

Profil konsepsi siswa sebelum


penerapan model pembelajaran conceptual
change disajikan dalam Tabel 4.

318
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

Tabel 4 Persentase Rata-rata Konsepsi tidak disampaikan, hal ini justru membuat
Siswa Sebelum Penerapan siswa salah menangkap inti dari materi
Model Pembelajaran Conceptual tersebut dan menyebabkan terjadinya
Change miskonsepsi. Miskonsepsi yang berasal
Konsepsi (%) dari siswa bisa terjadi karena prakonsepsi,
No Konsep reasoning atau penalaran yang tidak
TK TTK MK
lengkap atau salah, atau bahkan intuisi
1 Ikatan Ion 52,00 12,00 36,00
yang salah.
2 Ikatan 45,33 8,67 46,00
Profil konsepsi siswa untuk tiap
Kovalen
nomor soal sebelum penerapan model
3 Kepolaran 28,00 17,33 54,67
pembelajaran conceptual change
Suatu digambarkan pada Gambar 1 yang
Senyawa menunjukkan bahwa persentase rata-rata
Rata-rata 41,78 12,67 45,56 miskonsepsi siswa pada konsep ikatan ion

100,00
Konsepsi (%)

80,00
60,00
TK
40,00
20,00 TTK
0,00 MK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nomor Soal

Gambar 1 Persentase Siswa Tahu Konsep (TK), Tidak Tahu Konsep


(TTK), dan Miskonsepsi (MK) Sebelum Penerapan Model
Pembelajaran Conceptual Change
Berdasarkan Tabel 4 Persentase sebesar 36,00% dengan persentase
rata-rata siswa yang tahu konsep, tidak miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal
tahu konsep, dan miskonsepsi berturut- nomor 1 yaitu sebesar 83,33%, persentase
turut sebesar 41,56%; 12,67%; dan miskonsepsi siswa pada konsep ikatan
45,78%. Hal ini menunjukkan terdapat kovalen sebesar 46,00% dengan
konsep yang dijawab secara salah oleh persentase miskonsepsi tertinggi terdapat
siswa disertai dengan tingkat keyakinan pada soal nomor 6 yaitu sebesar 90,00%,
yang tinggi. Dengan kata lain, terdapat dan persentase miskonsepsi siswa pada
sejumlah siswa yang mengalami konsep kepolaran suatu senyawa sebesar
miskonsepsi pada meteri ikatan kimia. 55,33% dengan persentase miskonsepsi
Penyebab miskonsepsi dapat berasal dari tertinggi terdapat pada soal nomor 12 yaitu
siswa, guru, buku teks, konteks, dan cara sebesar 90,00%.
mengajar [4]. Miskonsepsi yang Adapun profil konsepsi siswa
disebabkan oleh guru biasanya terjadi sesudah penerapan model pembelajaran
karena guru mengajar hanya dengan conceptual change disajikan dalam Tabel
berbicara dan menulis di papan tulis, 5.
jarang memberikan kesempatan kepada Berdasarkan Tabel 5 persentase
siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, rata-rata siswa yang tahu konsep, tidak
terkadang untuk membantu siswa lebih tahu konsep, dan miskonsepsi berturut-
mudah memahami materi yang dipelajarai turut sebesar 95,11%; 1,33%; dan 3,56%.
penjelasan yang diberikan sangat Profil konsepsi siswa untuk tiap nomor
sederhana, demi menyederhanakan materi, soal sesudah penerapan model
konsep terpenting dari materi tersebut pembelajaran conceptual change

319
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

digambarkan pada Gambar 2 yang Keterlaksanaan pembelajaran diamati oleh


menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dua orang pengamat. Adapun persentase
sudah tahu konsep namun masih rata-rata keterlaksanaan pembelajaran
menyisahkan siswa yang tidak tahu yang diperoleh pada pertemuan I, II, dan
konsep dan miskonsepsi pada hasil III, yaitu masing-masing sebesar 95,24%,
posttest. 95,00%, dan 93,00% yang divisualisasikan
pada Gambar 3.
Tabel 5 Persentase Rata-rata Konsepsi
Siswa Sesudah Penerapan Model 95,50 95,24
95,00
Pembelajaran Conceptual

Keterlaksanaan (%)
95,00
Change 94,50
Konsepsi (%) 94,00
No Konsep 93,50
TK TTK MK 93,00
93,00
1 Ikatan Ion 97,33 1,33 1,33
92,50
2 Ikatan 94,67 2,00 3,33 92,00
Kovalen 91,50
3 Kepolaran 93,33 0,67 6,00 Perteman I Pertemuan II Perteman III
Suatu
Senyawa Perteman I Pertemuan II Perteman III
Rata-rata 95,11 1,33 3,56
Gambar 3 Persentase Rata-rata
Keterlaksanaan Model
Persentase rata-rata siswa yang tahu Pembelajaran Conceptual
konsep, tidak tahu konsep, dan Change pada Pertemuan I,
miskonsepsi masing-masing sebesar Pertemuan II, dan Pertemuan
95,11%; 97,33%; dan 1,33%. Butir soal III
yang masih menyisahkan tidak tahu
konsep bagi siswa terdapat pada soal Berdasarkan Gambar 3 terlihat
nomor 3, 4, 7, 9, dan 12. Sedangkan butir bahwa peneliti telah melaksanakan model
soal yang masih menyisahkan miskonsepsi pembelajaran conceptual change dengan
bagi siswa terdapat pada soal nomor 2, 5, kriteria sangan baik, 81%.
7, 9, 10, 12, dan 15.

100,00
Konsepsi (%)

80,00
60,00
TK
40,00
20,00 TTK
0,00 MK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nomor Soal

Gambar 2 Persentase Siswa Tahu Konsep (TK), Tidak Tahu Konsep


(TTK), dan Miskonsepsi (MK) Sesudah Penerapan Model
Pembelajaran Conceptual Change

Keterlaksanan Pembelajaran Pergeseran Miskonsepsi


Miskonsepsi yang terdapat pada Secara klasikal perbandingan
materi ikatan kimia perlu direduksi persentase pergeseran MK tetap MK, MK
sehingga peneliti melakukan pengajaran ke TTK, dan MK ke TK dapat disajikan
remedial dengan penerapan model pada Gambar 4, 5, dan 6.
pembelajaran conceptual change.

320
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

Berdasarkan Gambar 4, 5, dan 6 Berdasarkan Gambar 4, 5, dan 6


dapat diketahui bahwa sebagian besar menunjukkan bahwa masih menyisahkan
miskonsepsi yang dialami oleh siswa siswa yang tetap mengalami miskonsepsi
bergeser menuju ke arah tahu konsep dan tetap mempertahankan konsepsinya
sesudah penerapan model pembelajaran semula pada konsep ikatan ion, ikatan
conceptual change. Pada konsep ikatan kovalen, dan kepolaran suatu senyawa,
ion persentase pergeseran MK tetap MK yaitu berturut-turut sebesar 1,85%; 2,82%;
sebesar 1,85%, MK ke TTK sebesar dan 10,98%. Hal tersebut kemungkinan
0,00%, dan MK ke TK sebesar 98,15%. terjadi karena keadaan ketidakseimbangan
Pada konsep ikatan kovalen persentase (disequilibration) yang ditimbulkan
pergeseran MK tetap MK sebesar 2,82%, melalui proses konflik kognitif belum
MK ke TTK sebesar 2,82%, dan MK ke mencapai keadaan keseimbangan
TK sebesar 94,37%. Pada konsep (equilibration). Keseimbangan
kepolaran suatu senyawa persentase (equilibration) dapat terjadi jika peristiwa
pergeseran MK tetap MK sebesar 10,98%, asimilasi dan peritiwa akomodasi terjadi
MK ke TTK sebesar 1,22%, dan MK ke secara terpadu [16].
TK sebesar 87,80%. Berdasarkan Gambar 4, 5, dan 6
menunjukkan bahwa terdapat siswa yang
mengalami pergeseran miskonsepsi
Keterangan:
menuju ke arah tidak tahu konsep pada
MK tetap MK
MK TTK
konsep ikatan ion, ikatan kovalen, dan
MK TK kepolaran suatu senyawa, yaitu berturut-
turut sebesar 0%; 2,82%; dan 1,22%. Hal
tersebut dikarenakan siswa hanya
melakukan proses akomodasi tanpa
Gambar 4 Persentase Pergeseran MK melakukan proses asimilasi. Siswa yang
tetap MK, MK ke TTK, dan hanya melakukan akomodasi dan tidak
MK ke TK pada Konsep pernah melakukan asimilasi cenderung
Ikatan Ion memiliki skema yang banyak jumlahnya
akan tetapi skema tersebut cenderung
Keterangan: memiliki tingkat keumuman yang kecil
MK tetap MK [17].
MK TTK Miskonsepsi akan bergeser ke tahu
MK TK konsep jika dilakukan pembimbingan
secara terus menerus dan pemberian
scaffolding untuk mencapai keseimbangan
(equilibration) sehingga siswa akan
Gambar 5 Persentase Pergeseran MK mengakomodasi konsepsinya menjadi
tetap MK, MK ke TTK, dan konsepsi yang ilmiah dan mengasimilasi
MK ke TK pada Konsep konsepsi yang ilmiah tersebut menjadi
Ikatan Kovalen lebih luas dan dapat mengaplikasikannya
dengan baik. Secara keseluruhan, sebagian
Keterangan: besar miskonsepsi yang dialami oleh siswa
MK tetap MK bergeser menuju ke arah tahu konsep.
MK TTK Pergeseran ini disebabkan karena
MK TK terbentuknya situasi yang memungkinkan
siswa mengungkapkan konsepsinya
menjadi lebih jelas dan terbentuknya
situasi konflik kognitif pada konsepsi
Gambar 6 Persentase Pergeseran MK siswa sehingga terjadi ketidakseimbangan
tetap MK, MK ke TTK, dan (disequilibrasi) yang membuat siswa
MK ke TK pada Konsep menjadi tidak nyaman terhadap
Kepolaran Suatu Senyawa konsepsinya, hal ini akan lebih

321
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

memudahkan siswa menerima konsep saat pretest sebesar 54,67% turun menjadi
ilmiah yang lebih dapat dimengerti, masuk 6,00% pada saat posttest.
akal, dan bermanfaat [4]. Analisis lebih lanjut pada
identifikasi miskonsepsi siswa untuk tiap
Reduksi Miskonsepsi konsep dan tiap butir soal menunjukkan
Reduksi miskonsepsi siswa dapat bahwa butir soal dengan persentase
diketahui dengan membandingkan reduksi miskonsepsi tebanyak, yaitu soal
persentase miskonsepsi siswa sebelum dan nomor 1, 3, 4, 6, 8, 11, 13, dan 14 dengan
sesudah penerapan model pembelajaran persentase reduksi miskonsepsi yang
conceptual change berdasarkan hasil diperoleh sebesar 100,00%, dengan kata
pretest dan posttest.yang ditunjukkan pada lain miskonsepsi telah menghilang secara
Tabel 6. keseluruhan. Butir soal dengan reduksi
miskonsepsi tersecil yaitu soal nomor 7
Tabel 6 Perbandingan Persentase pada konsep ikatan kovalen, yang mana
Miskonsepsi Siswa Sebelum dan persentase miskonsepsi pada saat pretest
Sesudah Penerapan Model sebesar 13,33% hanya tuhun menjadi
Pembelajaran Conceptual 6,67% pada saat posttest. Butir soal yang
Change tidak mengalami reduksi miskonsepsi
yaitu soal nomor 5 pada konsep ikatan ion.
No. Miskonsepsi (%) Ada tidaknya perbedaan yang
Konsep
Soal Pretest Posttest signifikan antara persentase miskonsepsi
1 83,33 0,00 siswa sebelum dan sesudah penerapan
2 30,00 3,33 model pembelajaran conceptual change
3 Ikatan Ion 30,00 0,00 dapat diketahui melalui uji Wilcoxon.
4 33,33 0,00 Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh J
5 3,33 3,33 hitung sebesar 0, dengan taraf nyata ()
Rata-rata Ikatan Ion 36,00 1,33 sebesar 0,05 dan ukuran sampel (n) adalah
6 90,00 0,00 15, dari J tabel diperoleh nilai sebesar 25.
7 13,33 6,67 Karena J hitung lebih kecil dari J tabel
8 Ikatan Kovalen 33,33 0,00 sehinga hipotesis H1 dapat diterima [15].
9 86,67 6,67 Hal tersebut menunjukkan terdapat
10 6,67 3,00 perbedaan yang signifikan antara
Rata-rata Ikatan Kovalen 46,00 03,33 miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran conceptual
11 26,67 0,00
change.
12 90,00 10,00
Kepolaran Suatu Tingkat reduksi miskonsepsi siswa
13 16,67 0,00
Senyawa dengan penerapan model pembelajaran
14 60,00 0,00
conceptual change dapat diketahui dengan
15 80,00 20,00 menghitung harga proporsi. Rata-rata
Rata-rata Kepolaran harga proposi untuk reduksi miskonsepsi
54,67 6,00
Suatu Senyawa siswa sebesar 0,83. Berdasarkan barometer
Rata-rata Keseluruhan 45,56 3,56 Hattie tingkat reduksi miskonsepsi siswa
secara keseluruhan dapat dikategorikan
Berdasarkan Tabel 6 secara tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
keseluruhan miskonsepsi siswa sesudah penerapan model pembelajaran conceptual
penerapan model pembelajaran conceptual change dapat mereduksi miskonsepsi siswa
change mengalami reduksi. Persentase dengan sangat baik.
rata-rata miskonsepsi secara keseluruhan
pada saat pretest sebesar 45,56% turun PENUTUP
menjadi 3,56% pada saat posttest. Simpulan
Reduksi miskonsepsi tertinggi terdapat Berdasarkan hasil penelitian dan
pada konsep kepolaran suatu senyawa, pembahasan dapat disimpulkan bahwa
yang mana persentase miskonsepsi pada

322
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

persentase rata-rata miskonsepsi siswa 2. Penyebab miskonsepsi yang berasal


sebelum penerapan model pembelajaran dari siswa salah satunya adalah
conceptual change pada konsep ikatan ion, konsep awal (prakonsepsi), agar
ikatan kovalen, dan kepolaran suatu konsepsi siswa yang terbentuk selama
senyawa berturut-turut sebesar 36,00%; proses pembelajaran sesuai dengan
46,00%; dan 54,67%. Persentase rata-rata konsep ilmiah, maka guru harus
miskonsepsi siswa sesudah penerapan memeriksa konsep awal (prakonsepsi)
model pembelajaran conceptual change yang dimiliki oleh siswa sebelum
pada konsep ikatan ion, ikatan kovalen, pembelajaran berlangsung sehingga
dan kepolaran suatu senyawa berturut-turut guru dapat mengantisipasi berbagai
sebesar 1,33%, 3,33%, dan 6,00%. kemungkinan miskonsepsi yang
Penilaian keterlaksanaan model terjadi pada siswa.
pembelajaran conceptual change pada 3. Agar hasil penelitian ini bermanfaat
pertemuan I, II, dan III dikategorikan bagi perkembangan ilmu perlu adanya
sangat baik, yaitu berturut-turut sebesar penelitian lebih lanjut dengan
95,24%; 95,00%; dan 93,00% yang melakukan uji coba pada sasaran yang
menunjukkan pembelajaran telah lebih luas untuk mengevaluasi model
terlaksana dengan sangat baik. Pergeseran pembelajaran conceptual change
miskonsepsi siswa sesudah penerapan sebagai upaya mereduksi miskonsepsi
model pembelajaran conceptual change siswa.
menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa
sebagian besar menuju ke arah tahu DAFTAR PUSTAKA
konsep. Pada konsep ikatan ion, ikatan 1. Ibrahim, Muslimin. 2012. Konsep,
kovalen, dan kepolaran suatu senyawa Miskonsepsi, dan Cara
persentase pergeseran MK ke TK berturu- Pembelajarannya. Surabaya: Unesa
turut sebesar 98,15%; 94,37%; dan University Press.
87,80%. Berdasarkan uji Wilcoxon
terdapat perbedaan yang signifikan antara 2. Hidayat, Sholeh. 2013.
miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah Pengembangan Kurikulum Baru.
penerapan model pembelajaran conceptual Bandung: Rosda.
change dan tingkat rata-rata reduksi
miskonsepsi siswa pada materi ikatan 3. Thompson, F. 2006. An Exploration
kimia berdasarkan barometer Hattie of Common Student Misconceptions
dikategorikan tinggi yaitu sebesar 0,83. in Science. Internasional Education
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Journal. Vol. 7(4): pp 553-559.
dengan penerapan model conceptual
change dapat mereduksi miskonsepsi siswa 4. Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan
dengan sangat baik. Perubahan Konsep Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT.
Saran GramediaWidiasarana Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disarankan sebagai 5. Kemendikbud. 2013. Lampiran
berikut: Peraturan Menteri Pendidikan dan
1. Selama proses pembelajaran Kebudayaan No. 64 Tahun 2013
diperlukan kemampuan guru untuk tentang Standar Isi. Jakarta: Menteri
membimbing dengan baik serta Pendidikan dan Kebudayaan Republik
memperhatikan karakteristik siswa Indonesia.
agar siswa dapat mengungkapkan
konsepsinya menjadi lebih jelas dan 6. Boo, H. K. 2001. Alternative
terbentuknya konflik kognitif pada Conceptions of Chemical Bonding.
konsepsi siswa sehingga konstruksi Journal of Science and Mathematics
konsep siswa sesuai dengan konsep
ilmiah.

323
UNESA Journal of Chemical Education ISSN:2252-9454
Vol.4, No.2, pp.315-324, May 2015

Education in S.E. Asia. Vol. 24(2): 12. Hassan, S, D. Bagayoko dan Ella L.
91-100. Kelley. 1999. Misconceptions and
Certainty of Response Index.
7. Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-Teori Journal of Physics Education. Vol. 34
Belajar dan Pembelajaran. Bandung: (5): pp 294-299.
Erlangga
13. Riduwan. 2013. Skala Pengukuran
8. Davis, J. 2001. Conceptual Change. Variabel-variabel Penelitian.
In M. Orey (Ed.), Emerging Bandung: Alfa Beta.
perspectives on learning, teaching,
and technology, (Online), 14. Sudjana. 2005. Metode Statistika.
(http://epltt.coe.uga.edu/index.php?titl Bandung: Tarsito.
e=Conceptual_Change, diakses pada
tanggal 2 Maret 2014). 15. Atherton, J S. 2013. Learning and
Teaching; What works best, (Online),
9. Posner, G., Strike, K., Hewson, P., & (http://www.learningandteaching.info/
Gertzog, W. 1982. Accommodation teaching/what_works.htm, diakses
of a Scientific Conception: Towards a pada 13 Jamuari 2015).
Theory of Conceptual Change.
Science Education. Vol. 66(2): pp 16. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar
221-227. dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Rosda.
10. Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan
Makna Pembelajaran. Bandung: 17. Effendy. 2002. Upaya untuk
AlfaBeta. Mengatasi Kesalahan Konsep dalam
Pengajaran dengan Menggunakan
11. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Strategi Konflig Kognitif. Media
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Komunikasi Kimia, Vol. 2 (6): hal. 1-
Bandung: Alfabeta. 19.

324

Anda mungkin juga menyukai