Anda di halaman 1dari 42

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Eka Pratiwi Gusmarianti


Novianita
Utari Oktavia
Virwindica Bella Hinggis
Kelas : 2 KI.A

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
KINETIKA REAKSI KIMIA .
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kimia
Fisika. Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis mengambil referensi dari
buku dan media internet agar lebih mudah untuk dipelajari.
Kami menyadari akan keterbatasan, kelemahan, dan masih banyak kekurangan
kami dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami berharap ada saran maupun
kritik yang membangun untuk kami dari pembaca dan pemerhati makalah ini sebagai
acuan agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dan menarik untuk tugas
maupun pekerjaan kami selanjutnya. Kami sebagai penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Palembang, Mei 2016

TIM PENYUSUN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........
DAFTAR ISI..........
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....
1.2 Rumusan Masalah...
1.3 Tujuan..........

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kimia..........................................................................
2.2 Persamaan
Laju
Reaksi
dan
Reaksi................................................
2.3 Hukum
Laju

Kinetika
Orde
dan

Komponennya.............................................................
2.4 Orde
Reaksi.............................................................................................
2.5 Menentukan
Orde
Reaksi........................................................................
2.6 Penentuan

Energi

Aktifasi.......................................................................
2.7 macam-macam

Orde

Reaksi....................................................................
2.8 Faktor
yang
Mempengaruhi

Laju

Reaksi................................................
2.9 Mekanisme
Reaksi..................................................................................
2.10 Aplikasi
Kinetika
Reaksi
dalam
Bidang
Pangan.....................................
2.11 Contoh
Soal.............................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......
3.2 Saran....

DAFTAR PUSTAKA....

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang
mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa
cepat atau lambat reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi
pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh
berlangsung. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan berbagai
reaksi kimia. Reaksireaksi tersebut ada yang berlangsung dengan sangat cepat
seperti reaksi antara logam Natrium (Na) dengan air, dan ada juga yang
berlangsung dengan sangat lambat seperti perkaratan logam besi. Dari reaksi-reaksi
itu dapat juga kita amati bahwa suatu zat tidak dapat bereaksi dengan zat lain pada
suhu biasa seperti karbon (arang kayu) dengan oksigen, tetapi bila dipanaskan
maka reaksi akan segera terjadi. Demikian juga bila kita campurkan gas hidrogen
dengan gas oksigen tidak segera bereaksi, tetapi bila campuran itu diberi panas atau
kedalamnya ditambahkan serbuk Platina maka reaksi akan segera terjadi dan
menimbulkan ledakan.
Dari peristiwa-peristiwa di atas jelas bahwa reaksi-reaksi dipengaruhi
beberapa faktor seperti : suhu, sifat zat yang bereaksi, katalis dan lain-lain.
Pengetahuan tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
sangat penting

karena dapat diterapkan dalam berbagai hal, misalnya : Pada

industri pupuk, pengetahuan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi sangat


diperlukan untuk menghemat biaya pada proses pembuatan ammoniak (NH 3) yang
merupakan bahan baku industri pupuk tersebut.
Dalam makalah ini menjelaskan mengenai konsepkonsep kinetika kimia
tersebut. Kinetika kimia juga membahas tentang konsepkonsep kinetika seperti :
hukum laju, orde reaksi, tetapan kelajuan, kemolekulan, dan faktor yang
menyebabkan laju reaksi. Dalam makalah ini juga menjelaskan persamaan laju
reaksi, persamaan laju reaksi adalah persamaan matematika yang dipergunakan

dalam kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi
reaktan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kinetika kimia ?
2.
Bagaimana persamaan laju reaksi dan orde reaksi ?
3.
Bagaimana penetapan hukum-hukum laju dan komponennya ?
4.
Apa yang dimaksud dengan orde reaksi ?
5.
Bagaimana menetukan orde reaksi ?
6.
Bagaimana menentukan energi aktifasi ?
7.
Sebutkan berbagai orde reaksi ?
8.
Faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi ?
9.
Apa yang dimaksud mekanisme reaksi ?
10. Bagaimana aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan ?
11. Bagaimana penyelesaian soal-soal kinetika reaksi kimia ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kinetika kimia.
2.
Untuk mengetahui persamaan laju reaksi dan orde reaksi.
3.
Untuk mengetahui bagaimana penetapan hukum-hukum laju atau tetapan laju.
4.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan orde reaksi.
5.
Untuk mengetahui bagaimana menentukan orde reaksi.
6.
Untuk mengetahui bagaimana menentukan energi aktifasi.
7.
Untuk mengetahui berbagai macam orde reaksi.
8.
Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi laju reaksi.
9.
Untuk mengetahui definisi dari mekanisme reaksi
10. Untuk mengetahui pengaplikasian kinetika reaksi dalam bidang pangan.
11. Untuk mengetahui cara menyelesaikan soal-soal tentang kinetika reaksi kimia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan)
dan mekanisme reaksi. Kinetika kimia adalah ilmu yang mempelajari laju reaksi,
atau seberapa cepat proses reaksi berlangsung dalam waktu tertentu. Kinetika kimia

menjelaskan hubungan antara perubahan konsentrasi reaktan (atau produk) sebagai


fungsi waktu. Berdasarkan penelitian yang mulamula dilakukan oleh Wilhelmy
terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi/tekanan zatzat yang bereaksi.
Laju (kecepatan) menunjukkan sesuatu yang terjadi dalam selang waktu
tertentu, misalnya pada gerak sesuatu yang terjadi adalah perubahan jarak dalam
selang waktu tertentu.
Sesuatu yang dapat kita amati adalah perubahan jumlah partikel pereaksi dan
hasil reaksi, yaitu makin berkurangnya jumlah partikel pereaksi dan makin
bertambahnya jumlah partikel hasil reaksi. Jumlah partikel pereaksi dan hasil reaksi
dalam hal ini dinyatakan dalam satuan Konsentrasi Molar.
Jadi Laju Reaksi adalah : Berkurangnya konsentrasi pereaksi atau
bertambahnya konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu.
Untuk reaksi : A + 2 B 3 C + 4 D, laju reaksi dapat diartikan sebagai
laju berkurangnya konsentrasi A dan B atau laju bertambahnya konsentrasi C dan D
dalam satuan waktu.
Perubahan konsentrasi A dan B menjadi produk C dan D dapat dilihat pada
grafik di bawah ini

Gambar 1 : Perubahan Konsentrasi Pereaksi


Dan hasil reaksi terhadap waktu
waktu

Untuk reaksi : A + 2B 3C + 4D

Konsentrasi

Pada reaksi di atas : Laju berkurangnya konsentrasi A tidak sama dengan laju

Untuk reaksi : A + 2B 3C + 4D

berkurangnya konsentrasi B, demikian juga laju bertambahnya konsentrasi C tidak


sama dengan laju bertabahnya konsentrasi D.

Berlaku :

Laju berkurangnya A :
Dari koefisien reaksi nampak bahwa setiap kebutuhan 1 mol A, maka
B yang

dibutuhkan harus 2 mol untuk menghasilkan 3 mol C dan 4 mol D

= kali laju berkurangnya B

Jadi B berkurang dengan laju dua kali berkurangnya A atau

= 1/3 kali laju bertambahya C

Laju berkurangnya B = 2 x laju berkurangnya A

= kali laju bertambahnya D


Laju berkurangnya B :
= 2 kali laju berkurangnya A
= 2/3 kali laju bertambahnya C

jadi untuk reaksi : A + 2 B 3 C + 4 D dapat dinyatakan :


Laju Reaksi = - laju berkurangnya konsentrasi A
1

=-

laju berkurangnya konsentrasi B


1

=+

laju bertambahnya konsentrasi C


1

=+

laju bertambahnya konsentrasi D

atau :

VA = -

A
t

1
2

VB = -

B
t

1
3

, VC = +

C
t

1
4

, VD = +

D
t

atau dapat ditulis :


A 1 B 1 C 1 D
2

t
t 3 t 4 t

sehingga :

VA : VB : VC : VD = 1 : 2 : 3 : 4

Secara Umum untuk Reaksi : p A + q B r C + s D


1
p

berlaku :

VA = -

A
t

1
q

, VB =

B
t

1
r

, VC =

C
,
t

1
s

dan VD =

D
.
t

VA : V B : V C : V D = p : q : r : s

Sehingga :
Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari
produk atau reaktan terhadap waktu.
Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
a.Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : N2O5 N2O4 + O2
b.
Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2HI H2 + I2
c.Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh : 2NO + O2 2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
a. Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan)

b. Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi


Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu
jumlah dari eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi.
2.2

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi :

Laju reaksi sangat dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Hasil pengamatan


menunjukkan makin besar konsentrasi pereaksi maka laju reaksi semakin besar dan
sebaliknya makin kecil konsentrasi pereaksi makin kecil laju reaksinya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi.
Laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan matematika yang disebut
Hukum Laju Reaksi atau Persamaan laju Reaksi.

Menurut persamaan diferensial : -

d A
k A ,
dt

dan

d B
k B
dt

sehingga untuk reaksi : pA + qB rC + sD


k A B
x

berlaku : V =

dimana

= Tetapan laju reaksi, harga

bergantung pada suhu dan katalis

= konsentrasi molar zat A

= konsentrasi molar zat B

= orde (tingkat) reaksi terhadap A

= orde (tingkat) reaksi terhadap B


x

+ )

= orde reaksi total

bersifat khas dan hanya

Orde (tingkat) reaksi adalah tingkat ketergantungan laju reaksi terhadap


x 1

perubahan konsentrasi. Jika

, menunjukkan reaksi orde pertama terhadap zat A,

x2

jika

y2

, reaksi merupakan reaksi orde ke dua terhadap zat A, dan jika

berarti reaksi adalah reaksi orde ke dua terhadap zat B dan seterusnya. Orde reaksi
dapat berupa bilangan bulat positif, nol ataupun bilangan pecahan, namun
umumnya reaksi kimia selalu memiliki orde reaksi yang berupa bilangan bulat
positif.
Orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi. Jika kebetulan
x

orde reaksi sama dengan koefisien reaksinya, artinya

p dan

q, maka reaksi

seperti ini disebut Reaksi Elementer


Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui data percobaan.
Laju reaksi untuk reaksi: A B adalah:
Dengan d menunjukkan perubahan keadaan awal dan akhir reaksi.
Contoh: reaksi pembentukan smog fotokimia:
C2H4(g) + O3(g) C2H4O(g) + O2(g)
Diperoleh data konsentrasi O3 yang bereaksi dengan C2H4 pada 303 K sebagai
berikut:
Waktu (s)

[O3] (mol/L)

0,0

3,20 x 10-5

10,0

2,42 x 10-5

20,0

1,95 x 10-5

30,0

1,63 x 10-5

40,0

1,40 x 10-5

50,0

1,23 x 10-5

60,0
laju

1,10 x 10-5

d[O3 ] (1,10x105 3,20x105 )mol/ L

dt
(60,0 0,0)s

= 3,50 x 107mol/ L.s laju rata- rata

Contoh : Data hasil percobaan reaksi gas Nitrogen oksida dengan gas
Hidrogen pada suhu 800oC diperoleh sebagai berikut :
Percobaan ke

NO

H2

Laju reaksi M det-1

(M)
4 x 10-2

(M)
1,5 x 10-2

4 x 10-2

3,0 x 10-2

64 x 10-5

4 x 10-2

6,0 x 10-2

130 x 10-5

2 x 10-2

6,0 x 10-2

32 x 10-5

1 x 10-2

6,0 x 10-2

7,9 x 10-5

32 x 10-5

Dari percobaan 1, 2 dan 3, [NO] dibuat tetap sedangkan [H 2] diperbesar


sebesar 2 kali dari semula, ternyata laju reaksi naik dua kali, berarti laju reaksi
berbanding lurus dengan [H2]
Jadi pada [NO] tetap, laju reaksi (V) k [H2]1
Pada percobaan 3, 4 dan 5, konsentrasi H2 dibuat tetap, sedangkan
konsentrasi NO diturunkan/diperkecil sebesar dua kali dari semula, ternyata laju
reaksi turun sebesar 4 kali. Jadi pada [H2] tetap maka laju reaksi berbanding lurus
dengan kuadrat [NO]. Jadi laju reaksi (V) k [NO]2
Maka untuk reaksi stoikhiometris : 2 NO + 2 H2 N2 + 2 H2O ungkapan
persamaan laju reaksi adalah :
V = k [NO]2 [H2]
k adalah tetapan laju reaksi yang dapat dihitung sebagai berikut :
V = k [NO]2 [H2]

3,2 x 10-5 = k (4 x 10-2)2 (1,5 x 10-2)


3,2 x 10-5 = k 2,4 x 10-6
3,2 x 10 5
24 x 10 6
k=
Pangkat dari kosentrasi pada ungkapan persamaan laju reaksi menunjukkan
orde (tingkat) reaksi. Jadi reaksi tersebut adalah orde 2 terhadap NO dan orde 1
terhadap H2
Jadi orde (tingkat) reaksi total adalah (2 + 1) = 3.
Contoh soal
3. 4

Untuk reaksi : S2O82- + 3I - 2SO42- + I3- , diperoleh data sebagai berikut


Percobaa

Konsentrasi
S2O82- (M) I (M)
0,038
0,060

n
1

Laju reaksi (v) M det-1


1,4 x 10-5

0,076

0,060

2,8 x 10-5

0,076
Tentukan :

0,030

1,4 x 10-5

a. Orde reaksi terhadap S2O82


b. Orde reaksi terhadap I
c. Orde reaksi total
Jawab :
Dari data percobaan dapat dilihat bahwa [I ] tetap, sedangkan [S2O82-]
dinaikkan dua kali, ternyata laju reaksi juga naik sebesar dua kali jadi
[I ]2 = [I]1 , [S2O82]2 = 2 x

[S2O82-]1 dan V2 = 2 x V1 data ini

menunjukkan x = 1
Atau dapat dilakukan dengan cara :

v2
v1
=

(S 2 O 8 2 ) II

k2
k1

(S 2 O 8 ) I

(I ) II

(I ) I

2,8 x 10 5
1,4 x 10 5

k2
k1
=

0,076
0,038
X[

2 = 2 x . 1Y

0,060
0,060
x [

X = 1 Jadi reaksi merupakan orde pertama

terhadap (S2O82-)
Untuk menentukan orde reaksi terhadap I- dapat dilakukan dengan
membandingkan percobaan 2 terhadap 3, dimana [S 2O82-] tetap, [I-]2 = 2 x [I]3, dan
v2 =2 x v3 maka y = 1
Atau dapat dilakukan dengan cara :

v2
v3
=

(S 2 O 8 2 ) II

k2
k3

(S 2 O 8 ) III

2,8 x10 5
1,4 x10 5
=

k 2 (0,076)
k 3 (0,076)

(I ) II

(I ) III
x

(0,060)
(0,030)

2 = 1x . 2y y = 1
Orde reaksi total (x + y ) adalah : ( 1 + 1 ) = 2
Contoh soal
3. 5 55.

Suatu percobaan tentang laju reaksi yang dilakukan terhadap reaksi :

2P + Q P2Q diperoleh data sebagai berikut :


Percobaan ke
1

[P] (mol L-1)


0,10

[Q] (mol L-1)


0,01

Waktu (det)
7,2

0,10

0,02

1,8

0,03

0,2

3
0,20
Tentukan : a. Orde reaksi terhadap P
b. Orde reaksi terhadap Q
Ingat.. V = 1/T

c. Orde reaksi total


d. Persamaan Laju reaksi

Jawab :

Data yang diberikan pada kolom 4 adalah data waktu bukan laju reaksi, oleh
karena itu data tersebut harus kita ubah menjadi data laju reaksi, dimana Laju reaksi
1
dt

berbanding terbalik dengan waktu ( v =

), sehingga tabel di atas dapat kita buat

menjadi :

Percobaan ke
1

[P] (mol L-1)


0,10

[Q] (mol L-1)


0,01

V ( 1/det )
1/7,2

0,10

0,02

1/1,8

3
0,20
0,03
1/0,2
a. orde reaksi terhadap Q, dapat dicari dengan membandingkan data [Q] yang sama
( data 1 dan 2 )

k1 (P) (1)

k 2 (P) (2)

v1
v2
=
18
72

1
2

(Q) (1)

(Q) (2)

=
1
4

1 / 7,2
1 / 1,8

1
2

k 1 0,10
k 2 0,10

0,1
0,2

maka y = 2. orde reaksi

terhadadap Q = 2
b. Orde reaksi terhadap P dapat dicari dengan membandingkan data 1 dan 3 atau
data 2 dan 3

v2
v3
=

k 2 (P) 2

k 3 (P) 3

(Q) 2

(Q) 3

1 / 1,8
1 / 0,2

( harga y = 2 )
2
18

1
2

2
3

1
9

1
2

4
9

k 2 0,10
k 3 0,20

0,02
0,03

1
2

1
9

= x

9
4

1
2

1
4

maka x = 2. Orde reaksi

terhadap P =2
c. Orde reaksi total adalah : ( x + y ) = 2 + 2 = 4
d.
Persamaan Laju reaksi adalah : v = k [P]2 [Q]2
2.3

Hukum Laju dan Komponennya

Suatu persamaan yang memberikan hubungan antara laju reaksi dengan


konsentrasi pereaksi disebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan
k dirujuk sebagai tetapan laju untuk suatu reaksi tertentu. Karena konsentrasi
pereaksi berkurang dengan berlangsungnya reaksi. Tetapi tetapan laju k tetap tak
berubah sepanjang perjalanan reaksi. Jadi laju reaksi memberikan suatu ukuran
yang memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi makin besar harga k,
makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atupun
produk dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi
fase gas, satuan tekanan atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat
digunakan sebagai ganti konsentrasi.
Hukum laju menggambarkan hubungan antara laju sebagai fungsi konsentrasi
pereaksi, konsentrasi produk, dan temperatur.
Laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi pereaksi dan temperatur saja.
Pertama-tama kita pusatkan perhatian pada pengaruh konsentrasi pereaksi
terhadap laju reaksi pada temperatur tetap. Untuk reaksi: aA + bB +. cC + dD
+.., maka hukum lajunya adalah:
laju = r = k[A]m[B]n.
Nilai k adalah tetapan laju yang bersifat spesifik untuk reaksi tertentu dan
temperatur tertentu, ditentukan dari percobaan.
Nilai m dan n disebut orde reaksi yang ditentukan berdasarkan percobaan,
bukan dari persamaan reaksinya.

2.4

Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam
persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi
reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi. Jika laju suatu reaksi berbanding lurus
dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi.
Laju = k [A]
Beberapa contoh: NO(g) + O3(g) NO2(g) + O2(g)
hukum laju secara percobaan diperoleh: r = k[NO][O3]. Dalam hal ini reaksi
berorde pertama terhadap konsentrasi NO maupun O3.
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penguraian N2O5
merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus
dengan pangkat dua suatu pereaksi, atau berbanding lurus dengan pangkat satu
konsentrasi dari dua pereaksi.
Laju = k[A]2
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap
masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu adalah orde
pertama dalam A dan orde dalam B, atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu
reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal-hal semacam
itu sangat jarang. Dalam reaksi yang rumit, laju itu mungkin berorde pecahan,
misalnya orde 1 dalam A dan orde 0,5 dalam B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.
Suatu reaksi dapat tak tergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. Perhatikan
reaksi umum, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika kenaikan konsentrasi B
tidak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut orde nol terhadap B. Ini bisa
diungkapkan sebagai :
Laju = k[A][B]0 = k[A]
Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam
persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk
pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi pertama
bersifat orde pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO 2.
Seperti dilukiskan oleh contoh.

Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B 2AB


2.5

Menentukan Orde Reaksi


a. Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang
berjalan lambat. Contoh : reaksi 4HBr + O2 2H2O + 2Br2
Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :
1.HBr + O2 HBr2O (lambat)
2.HBr + HBr2O 2HBrO (cepat)
3.2HBr + 2HBrO 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V =
[HBr] [O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
b. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen,
kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.
Perhatikan contoh berikut, reaksi: O3(g) + 2NO(g) 2NO2(g)
diperoleh serangkaian data berikut:
Ex
p

Konsentrasi pada

Laju

laju awal (mol/L)

awal

O3

NO

(mol/L.s)

1,10x10-2

1,30x10-2

3,21x10-3

2,20x10-2

1,30x10-2

6,40x10-3

1,10x10-2

2,6x10-2

12,8x10-3

3,30x10-2

1,30x10-2

9,60x10-3

1,10x10-2

3,90x10-2

28,8x10-3

Bandingkan percobaan 1 dan 2, akan diperoleh penggandaan laju reaksi


seiring dengan penggandaan konsentrasinya, sedangkan konsentrasi NO tidak
berubah:

[O3 ]2
laju 2 k[O3 ]2m[NO]n2 k[O3 ]m
2

m
n
m
laju 1 k[O3 ]1 [NO]1 k[O3 ]1 [O3 ]1

6,40x10- 3mol/ L.s 2,20x102mol/ L


=

3,21x103mol/ L.s 1,10x102mol/ L


sehingga diperoleh 1,99 = (2,00)m, maka m = 1

laju 3 k[O3 ]3m[NO]3n k[NO]3n [NO]3

laju 1 k[O3 ]1m[NO]1n k[NO]1n [NO]1

12,80x10- 3mol/ L.s 2,60x102mol/ L


=

2
3,21x103mol/ L.s
1,30x10 mol/ L
sehingga diperoleh 3,99 = (2,00)n, maka n = 2

Bandingkan
percobaan 1 dan 3, dimana penggandaan konsentrasi NO menaikkan laju,
sedangkan konsentrai O3 tetap.

Maka hukum laju: r = k[O3][NO]2

Penentuan Tetapan laju


laju
3,21x103mol/ L.s
k

[O3 ]1[NO]21 ((1,10x102 )x(1,30x102 )mol/ L.s)2


= 1,73x103L2mol2s1
Untuk
atas, tetapan laju dapat ditentukan dari salah satu percobaan di atas:

contoh

di

Satuan tetapan laju dan hubungannya dengan orde reaksi total:

2.6

Orde Reaksi Total

Satuan k (t dalam s)

molL-1s-1

s-1

Lmol-1s-1

L2mol-2s-1

Penentuan Energi Aktifasi


Energi aktifasi adalah ambang batas energi yang harus dicapai agar suatu
reaksi dapat terjadi. Penentuan energi aktifasi dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan Arrhenius
k = A e-Ea/RT
dimana

k = konstanta laju reaksi


A = faktor pra eksponensial
Ea = energi aktifasi (kJ/mol)

= 8,314 kJ / mol

R = tetapan gas ideal = 1,987 kal / mol K


T = suhu mutlak (K)
Jika persamaan di atas ditulis dalam bentuk logaritma, maka akan didapat

ln k = ln A -

Ea 1

R T

Dengan membuat kurva ln k terhadap 1/T, maka nilai Ea/R akan didapat
sebagai gradien dari kurva tersebut. Karena nilai R diketahui, maka nilai energi
aktifasi dapat ditentukan.
Besarnya energi aktifasi juga dapat ditentukan dengan menggunakan nilai
nilai k pada suhu yang berbeda. Persamaan yang digunakan adalah

ln

k1

k2

Ea
R

1 1


T2 T1

atau

log
2.7

k1

k2

Ea
2,303.R
=

1 1


T2 T1

macam-macam Orde Reaksi


a. Reaksi Orde Nol
Persamaan laju reaksi orde nol dinyatakan sebagai :

dA
dt

= k0

A - A0 = - k0 . t
A = konsentrasi zat pada waktu t
A0 = konsentrasi zat mula mula
Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan katalis.

Gambar 1: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap


laju reaksi
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak
mempengaruhi laju reaksi.
b. Reaksi Orde Satu
Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktan.

Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :


dA
dt

= k1 [A]

dA
[ A]
-

= k1 dt
[ A0]
[ A]

ln

= k1 (t t0)

Bila t = 0 A = A0
ln [A] = ln [A0] - k1 t
[A] = [A0] e-k1t

Gambar 2: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap


laju reaksi
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi
itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.
Tetapan laju (k1) dapat dihitung dari grafik ln [A] terhadap t, dengan k1
sebagai gradiennya.
ln [A]0
ln [A]
gradien = -k1

Gambar 6.1. Grafik ln [A] terhadap t untuk reaksi orde satu

Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi reaktan
hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh dinyatakan sebagai

k1 =

k1 =

1
t1/2

ln

1
1/ 2

0,693
t1 / 2

c. Reaksi Orde Dua


Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai :

dA
dt

= k2 [A]2

dA
[ A]2
1
[ A]

= k2 t
1
[ A0]

= k2 (t t0)

Gambar 3: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap


laju reaksi
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat
itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar
Tetapan laju (k2) dapat dihitung dari grafik 1/A terhadap t dengan k2 sebagai
gradiennya.
gradien = -k2

ln 1/[A]
ln 1/[A]0
t

Gambar 6.2. Grafik ln 1/[A] terhadap t untuk reaksi orde dua


Waktu paruh untuk reaksi orde dua dinyatakan sebagai
1
k 2[ A0]
t1/2 =
2.8

Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


a. Sifat dasar pereaksi
Zat-zat berbeda dalam mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan
flour bereaksi secara meledak, bahkan dalam temperatur kamar menghasilkan
molekul hidrogen fluorida.
H2(g) + F2(g) 2HF(g) (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat,
sehingga tak nampak sesuatu perubahan kimia.
2H2(g) + O2(g) 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)
b. Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya
kenaikan sebesar 10

akan melipatkan dua atau tiga laju reaksi antara

molekul-molekul. Molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk


bereaksi. Makin tinggi suhu, maka energi kinetik molekul makin tinggi sehingga
tumbukan makin sering, laju reaksi makin tinggi. Pada beberapa reaksi yang umum,
laju reaksi makin besar (waktu reaksi makin singkat) 2 kali setiap kenaikan suhu 10
, sehingga didapatkan rumus:

v = laju reaksi pada suhu t


Vo = laju reaksi pada suhu awal
ta = suhu akhir

to = suhu awal
DV = perubahan laju reaksi
c. Penambahan katalis
Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum
yang diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung. Penambahan katalis
akan mempercepat reaksi. adanya suatu zat yang ketika berinteraksi dengan
reaktan akan memberikan jalur baru yang energi pengaktifannya lebih rendah dari
semula, sehingga reaksi lebih cepat terjadi. Alasan mengapa katalis dapat
mempermudah dan mempercepat reaksi disajikan dalam grafik antara energi
potensial terhadap koordinat reaksi dari persamaan reaksi: A + B C

Gambar 4. Jika ada reaksi : A + B C ; pada keadaan awal, yang terdapat


pada sistem reaksi hanyalah pereaksi A dan B. Setelah reaksi berjalan, pereaksi
A dan B makin berkurang dan hasil reaksi C makin bertambah. Laju reaksi dapat
diukur dengan mengukur penambahan konsentrasi C (produk), atau pengurangan
konsentrasi A/B (pereaksi) tiap satuan waktu.
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan
maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi
tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada
akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama
seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada
suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan:
1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen)

2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)


Katalis terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu
1. Katalis Homogen
Suatu katalis disebut homogen apabila berada dalam fasa yang sama dengan
reaktan maupun produk reaksi yang dikatalisa. Katalis ini berperan sebagai zat
antara dalam reaksi. Contohnya adalah efek katalis HBr pada dekomposisi termal tbutil alkohol, (CH3)3COH, yang menghasilkan air dan isobutilen, (CH3)2C=CH2.
(CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
Tanpa penggunaan katalis, reaksi ini berlangsung sangat lambat, bahkan pada
suhu tinggi sekalipun. Hal ini disebabkan karena reaksi ini memiliki energi aktifasi
yang sangat tinggi, yaitu 274 kJ/mol. Dengan menggunakan HBr, energi aktifasi
akan turun menjadi 127 kJ/mol, dan reaksi menjadi
(CH3)3COH + HBr (CH3)3CBr + H2O
(CH3)3CBr (CH3)2C=CH2 + HBr
Kelemahan dari katalis homogen ini adalah ketika reaksi selesai, diperlukan
perlakuan kimia selanjutnya untuk memisahkan katalis dari campuran reaksi.
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasanya tidak sama dengan reaktan atau
produk reaksi yang dikatalisa. Katalis heterogen biasanya berfungsi sebagai
permukaan tempat terjadinya reaksi. Contohnya adalah reaksi antara H2 dan O2
pada permukaan logam. Logam berfungsi sebagai permukaan adsorben dimana H 2
dan O2 akan menempel dan bereaksi.
d. Pelarut
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut
baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi.
Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion
dan pelarut dalam pembentukan counter ion.
e. Konsentrasi
Molekul-molekul harus saling bertumbukan untuk bereaksi. Semakin banyak
molekul yang terlibat, kemungkinan terjadi tumbukan makin besar, reaksi terjadi
lebih cepat. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya

konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu


produk. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel
memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak
tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
f. Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya.
Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi.
Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka
terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya
tumbukan antar molekul. Cahaya atau bentuk energi lainnya yang akan
memudahkan tercapainya energi pengaktifan untuk terjadinya reaksi.
g. Pengadukan.
Mempermudah peristiwa tumbukan antarmolekul sehingga reaksi mudah
terjadi. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem
heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair
seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi
akan cepat berjalan.
h. Wujud fisik
Molekul-molekul harus bercampur agar bereaksi. Frekuensi tumbukan
antarmolekul bergantung pada wujud fisik reaktan. Semakin besar luas permukaan
per satuan volume reaktan, semakin banyak kontak yang terjadi, reaksi akan makin
cepat.
2.9

Mekanisme Reaksi
Persamaan reaksi setara tidak dapat dijadikan sebagai informasi tentang
bagaimana reaksi sesungguhnya terjadi. Dalam banyak hal persamaan rekais ini
menyatakan jumlah dari sederetan reaksi sederhana yang sering disebut tahapan
reaksi, karena reaksi-reaksi sederhana tersebut mempresentasikan jalannya reaksi
keseluruhan pada tingkat molekul.
Urutan tahapan-tahapan reaksi yang mengarah pada pembentukan hasil
reaksi disebut mekanisme reaksi. Sebagai contoh mekanisme reaksi, lihat reaksi
antara nitrogen monoksida dengan oksigen berikut.
2NO(g) + O2 2NO2(g)

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa hasil reaksi tidak terbentuk langsung


dari tumbukan dua molekul NO dengan satu molekul O 2, karena N2O2 terdeteksi
selama reaksi berlangsung, oleh karena itu dapat dianggap bahwa reaksi yang
sebenarnya berlangsung dalam dua tahap reaksi elementer seperti berikut ini :
Tahap 1.

NO + NO N2O2

Tahap 2.

N2O2 + O2 2NO2

Reaksi keseluruhan

: 2NO + N2O2 + O2 N2O2 + 2NO2

Jadi dalam suatu reaksi kimia, berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan
semula (awal) sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.
Contoh: 4 HBr(g) + O2(g) 2 H2O(g) + 2 Br2(g)
Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O 2 bereaksi
dengan 4 molekul HBr.
Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil
antara

molekul-molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul

HBr dengan 1

molekul O2 kecil sekali kemungkinannya untuk berhasil.

Tumbukan yang mungkin berhasil adalah tumbukan antara 2 molekul yaitu 1


molekul HBr dengan 1 molekul O 2. Hal ini berarti reaksi di atas harus berlangsung
dalam beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya adalah :
Tahap 1: HBr + O2

HOOBr

Tahap 2: HBr + HOOBr


Tahap 3: HBr + HOBr

2HOBr

(lambat)
(cepat)

H2O + Br2 x 2 (cepat)

------------------------------------------------------ +
4 HBr + O2 --> 2H2O + 2 Br2
Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya
reaksi tersebut ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi
yang berlangsungnya paling lambat.
Jadi laju = k[HBr][O2]

Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi"


dan kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang
paling lambat dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap
penentu kecepatan reaksi.

2.10

Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan


Penentuan umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung
vitamin C dengan Model Arrhenius ini berdasarkan pada menurunnya kandungan
vitamin C selama penyimpanan (Andarwulan dan Koswara, 1992) dengan
menggunakan metoda iodimetri dalam menganalisa kandungan vitamin C. Hal ini
berdasarkan sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodin dengan indikator
amilum. Akhir dari titrasi ini ditandai dengan terbentuknya warna biru dari iodamilum. Umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung vitamin
C, ditentukan dengan mengetahui penurunan kandungan vitamin C-nya pada suhu
40 , 50 dan 60 .
Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu.
Dalam model Arrhenius suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
penurunan mutu produk pangan. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi
pula laju reaksi, dengan kata lain semakin tinggi T maka akan semakin tinggi pula
nilai k. Hubungan ini berdasarkan pada teori aktivasi, bahwa suatu reaksi
perubahan akan mulai berlangsung jika diberikan sejumlah energi minimum yang
disebut sebagai energi aktivasi (Ea) (Hariyadi2, 2004).

2.11

CONTOH SOAL

Contoh soal
:
3. 1

Pada reaksi : 2 H2O2(aq) 2H2O(l) + O2(g)

Jika laju pengurangan H2O2 adalah 0,2 M per detik, berapakah laju

bertambahnya gas O2 ?
Jawab

Untuk reaksi di atas dapat ditulis :

VH2O2 : VH2O : VO2 = 2 : 2 : 1


VH2O2 : VO2 = 2 : 1
1
2

Jadi VO2 =

x VH2O
1
2

x 0,2 M det-1

= 0.1 M det-1
Contoh soal 3.
2

Seorang siswa melakukan praktikum dengan menambahkan 10 gram

logam Magnesium ke dalam 50 mL larutan HCl 1 M. Setelah 2 menit reaksi


berlangsung siswa menimbang logam magnesium yang tersisa, ternyata massanya
tinggal 7,6 gram. Berapakah laju pengurangan logam magnesium tersebut ?
Jawab

Massa Mg yang bereaksi = 10 g 7,6 g = 2,4 g


g
Ar Mg

2 ,244g 0,1 mol

Satuan laju reaksi


kan.. M / det ...??

mol Mg =
mol
L

0,1
0,05
2M

[Mg] yang bereaksi =


t = 2 x 60 det = 120 det
2M
Mg

0,0167 Mdet 1
t
120 det

VMg3.
=
Contoh soal
3
Pada pembentukan senyawa XY2 dari peruraian X2Y5 menurut persamaan
reaksi : 2 X2Y5 4 XY2 + Y2, diperoleh data sebagai berikut
No
1

[XY2] (M)
0,2

Waktu (menit)
2

0,4

3
0,8
Tentukan laju pembentukan XY2
Jawab :
Dari data 1 dan 2 diperoleh

[XY2] = [XY2](2) - [ XY2](1)


= 0,4 M 0,2 M = 0,2 M
t

= t2 t1 = 4 menit 2 menit = 2 menit = 120 detik

V XY3

=+

XY 3
t

0,2 M
0,00167 Mdet 1
120 det

Jadi laju pembentukan XY3 adalah 0,00167 M det-1

contoh soal mengenai laju reaksi dan Orde reaksi:


1. Persamaan kecepatan reaksi
H2 + I2 2 HI
adalah
V = k [H2][I2].
Tentukan Orde reaksi total dari persamaan di atas!
Jwb:
orde reaksi zat H2 = 1
orde reaksi zat I2 = 1
orde reaksi total persamaan diatas adalah 1+1 = 2
2. Tabel di bawah ini merupakan data dari reaksi P + Q R + S
[P]-awal (M)
a

[Q]-awal (M)
b

Laju reaksi (M/s)


V

2a

4v

3a

9v

2b

a
3b
Dari data tersebut, tentukan:

a.

orde reaksi P

c.

orde reaksi total

b.

orde reaksi Q

d.

persamaan laju reaksi

e. jawaban:
a. untuk mencari orde reaksi P pilih data konsentrasi Q yang sama. (data 1 dan 3).
Perhatikan penentuan orde reaksi P berdasarkan data 1 dan 3.

f.

V1 k1 P1

V3 k 3 P3

Q1

Q3

k1
k3
, harga k1 = k3 dan Q1 = Q3 sehingga

dan

Q1

Q3

dapat dihilangkan (bernilai 1).

g.

h.

v a

9v 3a

1
9

1
3

x=2

b. untuk mencari orde reaksi Q pilih data konsentrasi P yang sama. (data 1 dan 4).
Perhatikan penentuan orde reaksi Q berdasarkan data 1 dan 4.
x

i.

v1 k1 P1 Q1

v 4 k 4 P4 Q4

, harga k1 = k4 dan P1 = P4 sehingga

dapat dihilangkan (bernilai 1).

j.

v
b

v
2b

k. 1 =

1
2

y=o

c. x + y = 2 + 0 = 2
d. v = k [P]2 [Q]0
l. v = k [P]2 1
m. v = k [P]2
3. Pada penentuan kecepatan reaksi :
n.

A+ B C + D
o. A

p. B

q. Kecepatan reaksi

k1

k4

dan

P1

P4

awa

awa

(M)

(M)

ag.

(M/s)

r. 0.1

s. 0.20

t. 0.02

u. 0.2

v. 0.20

w. 0.08

x. 0.3

y. 0.20

z. 0.18

aa. 0.3

ab. 0.40

ac. 0.36

ad. 0.3

ae. 0.60

af. 0.54

Data di atas tentukan:

a.

orde reaksi x

d.

persamaan laju reaksi

b.

orde reaksi y

e.

ketetapan laju reaksi

c.

orde reaksi total


f. jawaban:
a.

untuk mencari orde reaksi A pilih data konsentrasi B yang sama. (data 1
dan 2). Perhatikan penentuan orde reaksi A berdasarkan data 1 dan 2.

g.

v1 k1 A1

v 2 k 2 A2

B1

B2

k1
k2
, harga k1 = k2 dan B1 =B2 sehingga

B1
B2
dan

dapat dihilangkan (bernilai 1).

h.

i.

0.02 0.1

0.08 0.2
1
4

1
2

j. x = 2
b.

untuk mencari orde reaksi B pilih data konsentrasi A yang sama. (data 3
dan 4). Perhatikan penentuan orde reaksi B berdasarkan data 3 dan 4.

k.

V3 k 3 A3

V4 k 4 A4

B3

B4

k3
k4
, harga k3 = k4 dan A3 = A4 sehingga

dan

A3

A4

dapat dihilangkan (bernilai 1).

l.

m.

n.

v 3 B3

v 4 B4

0.18 0.20

0.36 0.40
1 1

2 2

o. Y = 1

e.

c.

x+y=2+1=3

d.

= k [A]x[B]y = k [A]2 [B]1

k ..?
Ambil salah data percobaan. (misal data 1). Dari data 1 diket: [A]

=0.1 M [B] = 0.2 M dan V= 0.02 M/s.


p. Masukan ke persamaan laju reaksi yg telah diperoleh (d).
q. V

= k [A]2[B]1

r. 0.02 M/s = k [0.1 M]2[0.2 M]1


s. 0.02 M/s = k 1x10-2 M2 2x10-1 M
t. 0.02 M/s = k 2x10-3M3

u. K =

2 x10 2 Ms 1
2 x10 3 M 3

v. K = 1x101 M-2s-1 = 10 M-2s-1


w.

4. Laju reaksi untuk reaksi: P + Q R + S adalah V = k [P] [Q] 2.


Bila laju reaksi berlangsung 12 kali lebih cepat dari semula, maka tentukan
perubahan konsentrasi P dan Q!
x. Jawaban:
y. V1 = k [P] [Q]2

==> laju reaksi semula (V1), dimisalkan [P] = 1 dan [Q]

= 1 dan harga k konstan, sehingga dapat diabaikan.


z. Maka V1 =[P] [Q]2 ===> V1 =[1] [1]2 ===> V1 = 1
aa. V2 = [P] [Q]2 ==> laju reaksi 12 x semula maka V2 = 12 V1 = 12 (1) = 12
ab.12 = [3] [2]2
ac. 12 = 12, maka [P] x 3 semula dan [Q] x 2 semula
5. Persamaan kecepatan reaksi
ad.

H2 + I2 2 HI

ae.

V = k [H2][I2].

af. Jika konsentrasi H2 dinaikkan 2x dan I2 dinaikkan 3x, maka laju reaksi
menjadi?
ag.Jawaban:
ah.V = k [H2][I2] ==> laju reaksi awal V1 dimisalkan [H2] = a, [I2] = a ,harga
k konstan, sehingga dpt diabaikan. Maka V1 = k [H2][I2] ===> V1 = [a][a] = a2
ai. Bila [H2] dinaikkan 2x ==> [H2] = 2a, [I2] dinaikkan 3x ==> [I2] = 3a
aj. V2 = k [H2][I2] => laju reaksi V2 = [2a][3a] = 6a2, V2 =6a2 sedangkan V1 =
a2
ak.V2 = 6V1 ,maka laju reaksi menjadi 6x semula.
al. Cara cepat:
am.

jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya

menjadi b kali; sehingga orde reaksi terhadap zat tersebut adalah :

dimana x = orde reaksi


an.[H2] [I2] = b
ao.[2] [3] = 6 (maka laju reaksi menjadi 6 kali semula).

6. Reaksi antara NO(g) dan O2 (g) adalah reaksi berorde dua terhadap NO(g) dan berorde
dua untuk O2

. Jika konsentrasi kedua pereaksi dijadikan 3 kali konsentrasi

(g)

semula. Tentukan laju reaksinya dibandingkan dengan laju semula menjadi!


ap.Jawaban:
aq.Reaksi berorde dua terhadap NO = [NO]2
ar. Reaksi berorde dua terhadap O2 = [O2]2
as. Persamaan laju reaksinya : V = k [NO]2[O2]2
at. V = k [NO]2[O2]2 ==> laju reaksi awal V1 dimisalkan [NO] = a [O 2] =
a ,harga k konstan, sehingga dpt diabaikan. Maka V1 = k [NO]2[O2]2 ==> V1 =
[a]2[a]2 = a4
au.Bila [NO] dinaikkan 3x ==> [O2] = 3a, [O2] dinaikkan 3x ==> [I2] = 3a
av. V2 = k [NO]2[O2]2

==> laju reaksi V2 = [3a]2[3a]2 = 81a4, V2 =81a4

sedangkan V1 = a4
aw.

V2 = 81 V1 ,maka kecepatan reaksi menjadi 81x semula.

ax.Cara cepat:
ay. jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b
kali;

sehingga

orde

reaksi

terhadap

zat

tersebut

adalah

dimana x = orde reaksi


az. [NO]2 [O2]2 = b
ba.[3]2 [3]2 = 81 (maka laju reaksi menjadi 81 kali semula)
7. Harga laju reaksi bertambah 2x jika suhu dinaikkan 100C. Reaksi A + B C
mempunyai harga laju reaksi 2x mol/L. detik pada suhu 150C. Jika reaksi
tersebut dilakukan pada suhu 750C. Tentukan perubahan laju reaksinya!
bb.Jawaban:

V v

T T0
T

xV0

bc.

bd.V =

7515
10

x Xmol / L. det ik

be. = 128 x mol/L. detik

= (26) x (2X mol/L. detik)

bf. Maka Perubahan laju reaksinya = 128x.

8. Tiap kenaikkan suhu 200C laju reaksi menjadi 2x lebih cepat dari semula, jika pada
suhu 200C reaksi berlangsung selama 32 menit, tentukan waktu reaksi pada suhu
800C.
bg.Jawaban:

bh.

bi.

bj.

1
t

1
t
2
1
t
2

T T0
T

xt0

80 20
20

x32

x32

t=

1
x32
8

=4

bk.maka waktu reaksi pada suhu 800C adalah 4 menit.


9. Data percobaan untuk reaksi :
bl. A + B hasil
bm.
P

bn. Zat yang

bo. Su

bereaksi

hu

bq. A
bx. 1 gr
serbu
bt.
1
bu.
2
bv.
3
bw.
4

br.

(0C

B
cb.

k
by. 1 gr
larut

cc.
1

an
bz. 1 gr
padat

cf. 25
cg. 25

cd.

ch. 25

ci. 25

an
ca. 1 gr
larut

ce.
2

an
cj. Tentukan percobaan mana yang paling cepat bereaksi dan berikan alasan!
ck.Jawab:

cl. Percobaan 4 paling cepat bereaksi karena memiliki luas permukaan dan
konsentrasi lebih besar dari pada percobaan yang lain.

Contoh soal mengenai waktu paruh

1. Pada suatu proses pelapukan terjadi dalam waktu 87 jam sementara paruhnya 50 jam.
Tentukan sisa zat x pada proses pelapukan!
cm. Jawaban:
cn.Dimisalkan zat x awalnya = 100%
t 12

0.693
k

50

0.693
k

co.

cp.

cq.k = 0.01386
log

Nt
k .t

No 2.303

log

Nt 0.01386 x87

No
2.303

log

Nt
0.52
No

cr.

cs.

ct.

Nt
0.3
No

cu.

cv.

Nt
0.3
100

cw.

Nt = 30 %

cx.Maka zat yang tersisa : 30%


2. Jika pada suhu tertentu sisa pelapukan zat 20% dalam 60 menit. Tentukan waktu
paruh!
cy.Zat awal sebelum peluruhan = 100%
cz. Jawaban:

log

Nt
k .t

No 2.303

log

20 k .60

100 2.303

da.

db.
dc.k = 0.027

t 12

dd.
t 12

de.

0.693
k

0.693
0.027

df. t1/2 = 25,7 maka waktu paruhnya : 25,7 menit


3. Jika pada suhu tertentu waktu paruh reaksi orde pertama 2A 2B + C adalah 9 jam,
maka jumlah A yang terurai dalam waktu 27 jam adalah
dg.

Jawaban:

dh.Zat awal 100%.


di. Zat yang terurai = zat awal- zat sisa
t 12

dj.

0.693
k

dk.

0.693
k

dl. k = 0.077
log

dm.
log

Nt 0.077 x 27

No
2.303

log

Nt
0.903
No

dn.

do.

dp.

Nt
k .t

No 2.303

Nt
0.125
No

dq.

Nt
0.125
100

dr. Nt = 12,5% zat sisa


ds. Maka zat yang terurai = zat awal-zat sisa
dt.

= 100%-12,5%

du.

= 87,5%

dv.

dw.
dx.
dy.
dz.
ea.
eb.
ec.
ed.
ee.
ef.
eg.
eh.
ei.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.

ep.
eq.

BAB III
PENUTUP

er.
3.1 Kesimpulan
es. Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan
mekanisme reaksi. Kinetika kmia membahas tentang Laju reaksi , Mekanisme reaksi, ,
Hukum laju, Waktu paruh reaksi dan lain-lain.

et. Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang
berlangsung per satuan waktu. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar
pereaksi, temperatur, penambahan katalis, pelarut, konsentrasi, radiasi elektromagnetik
dan intensitas cahaya, dan pengadukan.
eu.Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari
persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan. . Berbagai
orde reaksi adalah orde reaksi nol, satu dan dua Suatu reaksi yang diturunkan secara
eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
ev. v = k (A) (B) 2
ew.

Aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan adalah untuk mengukur

mutu pada suatu produk pangan


ex.
3.2 Saran
ey. Untuk mahasiswa, memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan
pengetahuan yang memungkinkan mahasiswa berkesempatan untuk memperbaiki cara
dan sikap dalam memahami materi kinetika reaksi.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.
fh.

fi.

Daftar Pustaka

fj.
fk.

Ramdhani,

Indra.

2010. Makalah

Kinetika

Kimia. http://indaramadani.blogspot.com. Diakses : 19 Desember 2014


fl.

Wiguna,

Prayoga.

2012. Makalah

Diakses : 19 Desember 2014

Kinetika

Kimia. http://www.chayoy.com.

fm.

pengertian dasar kinetika kimia pdf - Free Download Ebook PDF Search Engine
Makalah Skripsi Tesis at linkpdf.com, page:1 language: Any Language date: Tuesday

fn.

07th of December 2010 06:09:20 PM


www. Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan Hukum Laju _ Chem-Is-Try.Org
fo.
fp.
fq.

Anda mungkin juga menyukai