Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kima merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari komposisi dan sifat
materi. Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.
Sedangkan massa adalah ukuran jumlah materi yang terdapat dalam suatu sampel.
Kimia mempunyai posisi penting dalam ilmu pengetahuan karena segala sesuatu pasti
tersusun atas bahan kimia. Pengetahuan tentang kimia sangat berarti untuk cabang
pengetahuan mana saja yang dipelajari. Oleh karena kegunaannya itu, maka penulis
memiliki kesempatan untuk memberikan beberapa materi tentang ilmu kimia yang
diharapkan bisa menambah pengetahuan setiap pembaca yang membaca tulisan ini.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan diakukannya penulisan ini adalah agar setiap orang yang
membaca tulisan ini diharapkan bisa dan mampu memahami apa itu larutan kimia,
jenis-jenisnya dan hal-hal yang mempengaruhi segala jenis larutan tersebut. Sehingga
di kemudian hari pembaca bisa mengulang dan menjelaskan kembali apa itu larutan
dan apa saja yang mempengaruhinya, sehingga ilmu pengetahuan yang disajikan
dalam tulisan ini bisa dipahami oleh orang banyak dan bermanfaat di kemudian hari.
Sehingga penulis bisa bangga bisa memberikan suatu karya tulis yang bisa bermanfaat
bagi orang banyak, sebagai wujud dasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
secara khusus ilmi kimia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Campuran
Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam satu wadah ada tiga
kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan
terbentuk zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Mengapa zat itu bereaksi,
telah diterangkan dalam energetika kimia. Kalau zat bercampur maka sifatnya tidak
berubah dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika, seperti dengan destilasi,
kristalisasi, kromatografi, dll. Di bumi jarang ditemukan zat murni, pada umumnya
berupa campuran, misalnya air mengandung berbagai garam dan gas. Udara berisi
nitrogen, oksigen, dan gas lain, sedangkan tanah adalah campuran berbagai zat padat
dan zat cair. Dua zat atau lebih disebut bercampur, bila partikelnya tersebar dalam
wadah yang sama sehingga bersentuhan satu sama lain.
Komponen campuran dapat mempunyai komposisi atau perbandingan
beragam dan bergantung pada kebutuhan. Misalnya, kita dapat membuat campuran
air dan alkohol dengan perbandingan 1:10, 1:3, dsb. Pada reaksi kimia, perbandingan
itu harus tertentu dan tetap, contohnya perbandingan massa reaksi hidrogen dengan
oksigen harus 1:9 untuk menghasilkan air. Dua zat dapat bercampur bila ada reaksi
antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab
itu, campuran dapat dibagi atas gas-gas, gas-padat, cair-cair, cair-padat, dan padat-
padat.
Campuran gas-gas. Gas adalah materi yang telah terpecah-pecah menjadi
partikel terkecilnya, dalam bentuk molekul, ion, atau atom. Partikel itu sangat kecil
dan selalu bergerak acak ke segala arah. Akibatnya dua macam gas atau lebih mudah
sekali bercampur secara merata (homogen), misalnya O2, dan N2 di udara. Dua zat
padat akan mudah bercampur bila dipanaskan dan menjadi uapnya, contoh campuran
uap besi dan uap aluminium. Kita mengetahui bahwa air dan minyak tidak dapat
berccampur, tetapi uap air dan uap minyak akan bercampur sempurna.
Campuran gas-cair. Antara cair dan gas dapat bercampur dengan dua cara.
Pertama, partikel cair berada dalam gas, seperti tetesan air di udara yang disebut
kabut. Kedua, molekul gas berada dalam cairan, seperti O 2 dan CO2 dalam air. Hal
ini memungkinkan organisme seperti ikan, tumbuhan, dan mikroba dapat hidup
dalam air.
Campuran gas-padat. Gas dan zat padat dapat bercampur dengan dua cara
juga. Pertama, padatan berada dalam gas, seperti asap. Padatan itu harus dalam
bentuk gumpalan halus seperti serbuk. Kedua, gas dapat masuk dalam padatan, bila
padatan itu berongga halus, seperti busa dan batu apung.

2
Campuran cair-cair. Partikel zat cair selalu bergerak, tetapi tidak sebebas gas.
Gerakan satu partikel sering dihalangi oleh partikel lain, karena agak rapat dan ada
interaksi dengan yang lain. Dua cairan akan bercampur, bila ada daya tarik-menarik
antara partikel yang berbeda, seperti air dan alkohol. Molekul air dapat berada di
antara molekul alkohol, dan demikian sebaliknya, molekul alkohol dapat berada di
antara molekul air. Dua zat cair tidak dapat bercampur bila antara kedua jenis
partikelnya tidak mempunyai daya tarik-menarik, atau daya tarik-menarik antara
partikel yang berbeda jaul lebih kecil daripada antara partikel yang sama. Contohnya
air dan minyak bila dimasukkan dalam satu wadah akan memisah. Bila dikocok kuat,
dapat bercampur sementara, membentuk tetesan halus minyak dalam air, atau tetesan
air dalam minyak. Akan tetapi jika dibiarkan akan memisah kembali.
Campuran cair-padat. Zat padat dapat bercampur dengan cairan melalui tiga
cara. Pertama, zat padat itu diserang oleh partikel cairan sehingga terurai menjadi
molekul atau ionnya, contohnya gula dan garam dalam air. Kedua, padatan pada
mulanya tidak bercampur dengan cairan, tetapi setelah digerus menjadi halus akan
bercampur bila dikocok kuat, contohnya tanah atau susu dengan air. Ketiga, cairan
dapat masuk dalam zat padat, bila zat padat berongga, seperti air dalam garam dapur
dan tanah.
Campuran padat-padat. Beberapa zat padat dapat bercampur dengan dua
cara. Pertama, bila digerus jadi serbuk dan diaduk, seperti gula dengan tepung.
Kedua, bila zat itu dipanaskan sampai mencair dan kemudian didinginkan, seperti
besi dengan aluminium. Cara terakhir ini dipakai untuk membuat campuran
bermacam logam (alloy) yang berguna untuk berbagai keperluan.

3
B. Larutan
Berdasarkan keadaan fase zat padat setelah bercampur, maka campuran ada
yang homogen dan heterogen. Seperti telah dikemukakan bahwa campuran homogen
adalah campuran yang membentuk satu fasa, yaitu yang mempunyai sifat dan
komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain yang didekatinya.
Campuran homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan alkohol
dalam air. Seterusnya, campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua
fasa atau lebih, contohnya air susu dan air kopi. Kebanyakan larutan mempunyai salah
satu komponen yang besar jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut
(solvent) dan yang lain disebut zat terlarut (solute). Contohnya 1 gram gula dicampur
dengan 1.000 ml air membentuk larutan gula dalam air. Demikian juga 10 ml alkohol
dicampur dengan 100 ml air, akan terbentuk larutan alkohol dalam air. Sebaliknya,
100 ml alkohol dengan 10 ml air membentuk larutan air dalam alkohol. Akan tetapi
karena alkohol dan air merupakan dua cairan yang dapat saling melarutkan, maka
campuran ini biasanya dinyatakan dalam persentase alkohol, misalnya 25%, 40%,
75%, dsb. Berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut, larutan dapat dibagi atas 7
macam. Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam larutan,
tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat membentuk larutan dalam pelarut
berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud
gas akan membentuk campuran heterogen.

Tabel. Tujuh macam larutan

Zat Terlarut Pelarut Contoh


Gas Gas Udara (nitrogen+oksigen)
Gas Cair Oksigen dalam air
Gas Padat Hidrogen dalam serbuk platina
Cair Cair Alkohol dalam air
Cair Padat Raksa dalam amalgam padat
Padat Padat Emas dalam perak
Padat Cair Gula dalam air

Berdasarkan pelarut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu larutan gas, larutan cair,
dan larutan padat. Dalam larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh suatu
komponen terhadap yang lain, karena partikelnya sangat berjauhan. Sifat larutan gas
telah dibahas dalam hukum tekanan parsial Dalton.

4
Dalam larutan cair, antara partikel komponen larutan terdapat interaksi yang
lebih relatif kuat. Partikel zat terlarut bergerak bersama pelarut ke segala arah dalam
bejana. Oleh sebab itu, dua jenis zat terlarut dapat bertabrakan dan menimbulkan
reaksi. Reaksi kimia dapat terjadi dalam larutan cair, contohnya air laut, sungai, dan
dalam organisme.

5
Dalam larutan padat, pelarut tidak dapat sebagai medium karena partikelnya
tidak bergerak, kecuali bila dicairkan. Emas murni bersifat lunak dan mudah
dibengkokkan, tetapi bila dilarutkan dengan logam lain seperti platina atau tembaga,
akan menjadi lebih keras dan kuat. Demikian juga besi yang mengandung karbon
akan menjadi baja yang keras.

Melarutnya zat secara spontan dapat dijelaskan dengan hukum


Thermodinamika, yaitu bila perubahan energi bebas (G) pelarutan bertanda negatif.
Artinya, energi bebas zat sebelum larut lebih besar daripada setelah larut. Interaksi
suatu zat dengan pelarutnya ada empat kemungkinan, yaitu :

1. Zat terlarut bereaksi dengan pelarut


Ada zat yang dapat bereaksi secara permanen dengan pelarut, sehingga
terbentuk zat baru yang tidak dapat dipisahkan lagi secara fisika,
contohnya oksida asam dan oksida basa dalam air yang masing-masing
membentuk asam atau basa.
P2O5 + 3H2O 2H3PO4
SO3 + H2O H2SO4
K2O + H2O 2KOH
NH3 + H2O NH4OH

Karena bereaksi, maka kelarutan zat seperti ini cukup besar. Larutan yang
terbentuk adalah zat hasil reaksi. Jika P2O5 dimasukkan dalam air
terbentuk larutan H3PO4 dan bukan larutan P2O5. Demikian juga SO3 dalam
air akan membentuk larutan H2SO4. Jumlah H3PO4 atau H2SO4 dalam
larutan dapat dihitung dari banyaknya P2O5 atau SO3 yang dilarutkan.
2. Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut
Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut bila partikel zat tersebut
bersifat ion atau polar dan pelarutnya juga bersifat polar. Jika zat berupa
ion, maka terjadi gaya ion-dipol nantara ion zat terlarut dengan pelarut.
Gaya ini lebih besar dari gaya dipol-dipol antara molekul pelarut.
Akhirnya terjadi solvasi, yaitu pengurungan partikel zat terlarut oleh
molekul pelarut. Jika pelarutnya air disebut hidrasi, contohnya NaCl dalam
air. Kristal NaCl yang mula-mula larut adalah dibagian permukaan
sehingga kristal itu makin mengecil sampai habis. Beberapa molelkul air
menghadapkan kutub positifnya ke Cl, dan yang lain menghadapkan kutub
negatifnya ke Na+. Akibatnya semua ion itu saling berjauhan karena
terhidrasi dan melarut. Artinya satu ion Na+ dikelilingi oleh beberapa
molekul air, dan begitu juga ion Cl-. Jika zat terlarut berupa molekul polar
maka terdapat gaya dipol-dipol antara zat dengan pelarut, contohnya
glukosa dalam air. Glukosa (C6H12O6) yang berstruktur molekul

6
H H H H H

O O O O O

H C C C C C C O

H H H H H
Mempunyai gugus karbonil (-C = O) dan hidroksi (-OH). Kedua gugus ini
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air (H2O).

C O:...H O dan C O H...:O H


H H
Akibatnya, kristal gula larut sedikit demi sedikit dalam air.

3. Zat terlarut berinteraksi lemah dengan pelarut


Suatu zat dapat larut dalam cairan walaupun daya tarik antara partikel zat
dengan pelarut sangat lemah. Hal ini dapat terjadi bila molekul kedua zat
bersifat non polar. Antara molekul zat terlarut dan pelarut hanya terdapat
gaya London yang relatif lemah. Akibatnya, proses pelarutan lebih lama
dibandingkan solvasi. Jika kedua zat (zat terlarut dan pelarut) berwujud
cair, kedudukan satu molekul pelarut dapat digantikan oleh molekul zat
terlarut. Alhasil, kedua zat dapat saling melarutkan dan dapat dibuat dalam
semua komposisi. Kedua zat ini disebut dapat bercampur (miscible),
contohnya benzena dan CCl4.
4. Zat yang tidak larut dalam pelarut
Sebetulnya tidak ada zat yang mutlak tidak larut dalam suatu cairan, yang
ada hanya kelarutannya sangat kecil sehingga dianggap tidak larut. Jika
kelarutan zat kurang dari 0,1 gr dalam 1000 gr pelarut disebut tidak larut
(insoluble), misalnya kaca dan plastik dalam air. Walaupun secara umum
senyawa ion larut dalam air, tetapi ada yang termasuk sukar (tidak) larut.

7
C. Konsentrasi larutan
Sifat larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut, karena adanya zat terlarut.
Penyimpangan itu makin besar jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk
menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi. Konsentrasi
adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut. Perbandingan itu dapat
diungkapkan dengan dua cara, yaitu:
1. Jumlah zat terlarut
Jumlah pelarut

2. Jumlah zat terlarut


Jumlah larutan
Berdasarkan ini muncullah beberapa satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol,
molar, molal, dan normal, serta ditambah dengan persentase massa, persen volume,
dan ppm.
Tabel satuan konsentrasi larutan

8
1. Fraksi mol
Fraksi mol (x) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan
jumlah mol semua komponen. Jika suatu larutan mengandung zat A, B,
dan C dengan jumlah mol masing-masing nA, nB, dan nC maka fraksi mol
masing-masing komponen adalah :

nA nB nC
ntot ntot ntot
XA = XB = XC =

ntot = nA + nB + nC

Dalam campuran (larutan) jumlah fraksi mol = 1, sehingga:

XA + XB + XC = 1

Contoh soal :
Hitunglah fraksi mol zat terlarut bila 117 g NaCl dilarutkan dalam 3 kg air
Jawab :
117
58,7
117 g NaCl = mol = 2 mol
3000
18
3 kg air = mol = 166,6 mol
2
2 166,6
Fraksi mol NaCl = = 0,012
Fraksi mol biasa dipakai dalam perhitungan yang memerlukan
komposisi zat terlarut dan pelarut, misalnya dalam tekanan uap jenuh
suatu larutan.

2. Kemolaran
Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat
terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan
pelarut setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stoikiometri
untuk menghitung zat terlarut.
Contoh soal :
17,1 g sukrosa (C12H22O11) dilarutkan dalam air sehingga volume
larutan 500 ml. Tentukan kemolaran glukosa.
Jawab :
17,1
342
17,1 g sukrosa = mol = 0,05 mol
0,05
0,51
Kemolaran(M) = mol = 0,1 M

9
Nilai kemolaran dapat diubah menjadi mol bila diketahui kerapatan
larutan, yaitu untuk menghitung massa dan mol pelarut.

10
3. Molal
Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 g
pelarut murni. Nilainya dapat ditentukan bila mol zat dan massa pelarut
diketahui.
Contoh soal :
5,85 g NaCl dilarutkan dalam 500 g air. Tentukan kemolalan NaCl.
Jawab :
5,85
58,5
5,85 g NaCl = mol = 0,1 mol dalam 500 g air
1000
500
Kemolalan NaCl = x 0,1 = 0,2 m
4. Kenormalan
Kenormalan (N) adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang
dialami zat itu. Karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam
reaksi. Ekivalen suatu zat ada hubungannya dengan molarnya, dan
hubungan itu bergantung pada jenis reaksi, apakah asam-basa, atau
redoks. Dalam reaksi asam-basa, ekivalen asam dan basa masing-masing
bergantung pada jumlah H+ dan OH- yang dilepaskan, contohnya :
HCL H+ + Cl- 1M HCl =1N
+ -
H2SO4 2H + SO4 1M H2SO4 =2N
NaOH Na+ + OH- 1M NaOH =1N
++ -
Ba(OH)2 Ba + 2OH 1M Ba(OH)2 = 2 N
Pada reaksi redoks, nilai ekivalen bergantung pada jumlah elektron yang
dilepaskan atau diterima oleh senyawa, contohnya seperti berikut ini.
0 -1 +2 0
Fe + 2HCl FeCl2 + H2
+
(Fe + 2H Fe2+ + H2)
Fe melepaskan 2e, maka 1 M Fe = 2 N
Hidrogen menerima 1e-, maka 1 M HCl = 1 N

(MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O)

Bilangan oksidasi Mn turun dari +7 ke +2, atau menerima 5e- dan


bilangan oksidasi Fe naik dari +2 ke +3, atau melepaskan 1e-.
Berdasarkan hal ini maka dalam reaksi ini :
1 M KmnO4 = 5 N
1 M FeCl2 =1N

11
5. Persen massa
Persen massa (%W) adalah perbandingan massa zat terlarut dengan
massa larutan dikalikan 100%. Satuan ini biasa dipakai untuk larutan padat
dalam cair, atau padat dalam padat.
Contoh soal :
Hitunglah % massa NaCl dalam campuran 20 g NaCl dengan 55 g air.
Jawab :
20
20 55
Persen massa NaCl = x 100% = 26,6 %

6. Persen volume
Persen volume (%V) adalah perbandingan volume zat terlarut dengan
volume larutan dikalikan 100%. Satuan ini sering dipakai untuk campuran
dua cairan atau lebih, contohnya air dengan alkohol.
Contoh soal :
50 ml alkohol ditambah air sehingga volume larutan 500 ml. Tentukanlah
% volume alkohol.
Jawab :
50
500
Persen volume alkohol = x 100% V = 10%
Sebagai catatan, bila dua cairan dicampurkan, adakalanya tidak bersifat
aditif. Artinya jumlah campuran tidak sama dengan jumlah kedua cairan
sebelum dicampur, contohnya 500 ml air dicampur dengan 500 ml alkohol
menjadi 960,4 ml bukan 1000 ml. Oleh sebab itu, dalam kimia istilah
persen diartikan persen berat, kecuali kalau dinyatakan lain.

7. Parts per million


Parts per million (ppm) adalah miligram zat terlarut dalam tiap kg
larutan. Satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil
dalam larutan gas, cair, atau padat.
Contoh soal :
Air buangan industri mengandung 0,015 g CuSO4 dalam dua liter.
Hitunglah konsentrasi zat ini dalam ppm. (Rapat massa air = 1)
Jawab :
0,015 g = 15 mg 2 l air = 2 kg
15
2
Konsentrasi CuSO4 = ppm = 7,5 ppm

12
D. Pengaruh suhu dan tekanan pada kelarutan
Walaupun suatu zat bisa larut dalam pelarut cair, tetapi jumlah yang dapat
larut selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Cara
menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut
murni, misalkan 1 liter. Kemudian menimbang zat yang akan dilarutkan, misalkan 5
g. Jumlah zat harus diperkirakan agar membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai
dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dicampur, dikocok dan
didiamkan sampai terbentuk kesetimbangan zat yang tidak larut (padat) dengan yang
larut.
Kemudian padatan yang tidak larut disaring, dikeringkan dan ditimbang,
misalkan didapat 1,5 g. Larutan yang telah disaring itu mengandung (5 1,5) g = 3,5
g zat terlarut dan disebut larutan jenuh. Berarti kelarutan zat 3,5 g/liter , dan dapat
dinyatakan dalam mol/liter dengan mencari molnya terlebih dahulu.

1. Pengaruh suhu
Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis.
Kesetimbangan itu akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya
kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena
umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang
sebaliknya, yaitu eksotermik dalam melarut, seperti Ce2(SO4)3.
Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan zat berbeda satu dengan yang
lain. Perbedaan itu dapat dipakai untuk memisahkan campuran dua zat atau
lebih dengan cara rekristalisasi bertingkat, contohnya memisahkan KNO3
dengan KBr. Kelarutan KNO3 sangat terpengaruh oleh kenaikan suhu,
sedangkan KBr kecil sekali. Jika campuran ini dimasukkan dalam air panas,
maka larutan KNO3 lebih besar daripada KBr sehingga KBr lebih banyak
mengkristal pada suhu tinggi, dan KBr dapat dipisahkan dengan menyaring
dalam keadaan panas.
Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikkan suhu, maka
kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan
meninggalkan pelarut. Ikan akan mati dalam air panas karena kelarutan
oksigen berkurang. Minuman akan mengandung CO 2 lebih banyak bila
disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara terbuka.
2. Pengaruh tekanan dan hukum Hendry
Tekanan udara di atas cairan berpengaruh kecil sekali (dapat diabaikan)
terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam pelarut cair. Akan tetapi kelarutan
suatu gas bertambah dalam larutan bila tekanan parsial gas tersebut di
permukaan bertambah besar. Pabrik minuman memberi tekanan CO2 yang
tinggi agar konsentrasi CO2 di dalamnya besar. Hal ini terbukti saat membuka
botol minuman, terlihat ada gelombang gas CO2 yang keluar.

13
Penyelam dilaut tidak boleh dengan cepat muncul ke udara, karena
waktu menyelam, kelarutan N2 dan O2 meningkat. Jika muncul mendadak, gas
itu menggelembung ke luar secara tiba-tiba. Hal ini menimbulkan rasa sakit
atau menyebabkan kematian.
Gas dapat larut dalam cairan karena sebagian molekul gas yang
terdapat di atas cairan akan menabrak permukaan cairan itu dan ada yang
masuk atau larut di dalamnya. Akan tetapi kemudian sebagian molekul itu
akan meninggalkan cairan kembali. Jika ruang di atas cairan tertutup, maka
jumlah molekul yang larut akan konstan. Pada keadaan itu terjadi
kesetimbangan, artinya jumlah molekul gas yang masuk dan keluar cairan
selalu sama. Keadaan setimbang itu dapat dituliskan sebagai :

Zat (gas) + pelarut (l) Larutan (l)

Kesetimbangan ini dapat bergeser ke kiri atau ke kanan sesuai dengan


asas Le Chatelier, bergantung pada kerapatan molekul gas di atas permukaan.
Jika kerapatan besar, misalnya dengan memperkecil volume gas maka jumlah
yang menabrak permukaan cairan bertambah dan kemungkinan larut lebih
banyak sehingga kesetimbangan bergeser ke kanan. Berarti jumlah gas yang
larut bertambah banyak. Pergeseran ini tidak lama, dan berakhir sampai
kerapatan gas di atas sama seperti semula.
Dalam ruang tertutup di atas permukaan cairan mengandung beberapa
macam gas, dan kelarutan masing-masing bergantung pada kerapatan.
Kerapatan itu setara dengan tekanan parsial atau fraksi mol gas bersangkutan.
Contohnya udara mengandung gas N2, O2, H2O, dan CO2, mempunyai tekanan
total 1 atm. Fraksi mol O2 di udara = 0,0313 berarti tekanan parsial O2 =
0,0313 atm. Dengan menganggap tekanan udara di suatu tempat konstan,
maka kelarutan di tempat itu juga konstan atau berada dalam kesetimbangan.
Hubungan antara kelarutan dengan tekanan parsial suatu gas
diungkapkan oleh hukum Hendry :

c g Pg atau cg = kg . Pg
Dengan :
cg = konsentrasi gas dalam cairan
Pg = tekanan parsial gas di permukaan cairan
kg = konstanta Hendry (ada pada tabel)

Hukum ini berlaku untuk konsentrasi dengan tekanan rendah.


Kelarutan gas dalam air pada suhu 25oC dapat dihitung, bila tekanan parsial
gas dan tekanan total campuran diketahui.

14
Tabel konstanta Hendry beberapa gas dalam air

Gas Kg (mol-1 . atm-1)


O2 1,28 x 10-1
CO2 3,38 x 10-2
H2O 7,10 x 10-4
N2 6,48 x 10-4
CH4 1,34 x 10-3

Contoh soal :
Hitunglah kelarutan oksigen pada suhu 25oC, bila tekanan total 1,00 atm dan
udara kering (tanpa uap air) mengandung 20,95% oksigen. Diketahui tekanan
parsial uap pada 25oC adalah 0,0313 atm.

Jawab : Pertama harus dicari tekanan parsial oksigen yang mengandung uap
air (Po2).
Po2 = (1,00 atm 0,0313 atm) x 0,2095
= 0,2029 atm

Menurut huk Hendry


Co2 = Ko2 x Po2
= 1,28 x 10-1 x 0,2029 M
= 2,6 x 10-2 M

Kelarutan O2 = 2,6 x 10-2 x 32 g l-1


= 0,832 mgl-1

Kelarutan gas juga dipengaruhi oleh suhu. Jika suhu dinaikkan maka
kelarutan berkurang, karena molekul gas lebih banyak yang meninggalkan
larutan daripada yang masuk. Akibatnya konstanta Hendry (k g) akan lebih
kecil bila suhu dinaikkan.

15
E. Larutan ideal dan hukum Raoult
1. Larutan ideal
Sifat larutan dua zat cair merupakan gabungan sifat kedua zat itu.
Penyimpangan sifat larutan dari pelarut murni bergantung pada komposisi
larutan. Sifat suatu larutan lebih mendekati sifat pelarutnya, karena jumlahnya
lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa
batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau zat
terlarut, bergantung pada komposisinya, contohnya air dengan alkohol.
Kita tidak dapat meramalkan sifat larutan langsung dari sifat
komponennya, karena dalam campuran terdapat banyak interaksi antara
partikelnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model larutan yang dapat
dijadikan patokan. Model ini berguna untuk mengungkapkan hubungan
komposisi dengan sifat larutan dalam keadaan standar.
Yang banyak dipakai sebagai model adalah larutan ideal. Larutan ini
sedemikian rupa sehingga interaksi antara partikel lain jenis sama dengan yang
sejenis.
2. Hukum Raoult
Hukum Raoult adalah hukum yang dicetuskan oleh Francois M. van
Raoult (1830-1901) untuk mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang
mengandung zat pelarut yang bersifat nonvolatil, serta membahas mengenai
aktivitas air.
Bunyi dari hukum Raoult adalah: tekanan uap larutan ideal
dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang
terkandung dalam larutan tersebut. Secara matematis, hukum Raoult untuk
satu komponen dalam larutan ideal ditulis sebagai berikut :

Plarutan = Xpelarut . Popelarut

Keterangan :

Plarutan = tekanan uap larutan


Xpelarut = fraksi mol pelarut
Popelarut = tekanan uap pelarut murni

Secara matematis, Hukum Raoult merupakan persamaan linear :

Y = mX

Keterangan :
Y = Plarutan
m = Popelarut
X = Xpelarut

16
Jika Plarutan diekstrapolasikan terhadap Xpelarut, akan dihasilkan garis lurus
dengan kemiringan menunjukkan Popelarut (Gambar 1).

Penurunan tekanan uap (P) pelarut akibat adanya zat terlarut non volatil
dapat dihitung dari Hukum Raoult, yaitu :

Plarutan = Xpelarut . Popelarut

Oleh karena (Xpelarut + Xterlarut) = 1, atau (Xpelarut = 1 Xterlarut) maka :

Plarutan = (1 Xterlarut) Popelarut = Popelarut Xterlarut . Popelarut

Dengan menata ulang persamaan di atas, diperoleh :

Popelarut Plarutan = Xterlarut . Popelarut

(Popelarut Plarutan) adalah selisih antara tekanan uap pelarut murni dan tekanan
uap larutan (P). Jadi, penurunan tekanan uap pelarut murni dapat dirumuskan
sebagai berikut.

P = Xterlarut . Popelarut

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam satu wadah ada tiga
kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan
terbentuk zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Berdasarkan keadaan fase
zat padat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen.
Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain disebut zat terlarut
(solute). Sifat larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut, karena adanya zat
terlarut. Penyimpangan itu makin besar jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk
menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif disebut konsentrasi. Konsentrasi
adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut.
Walaupun suatu zat bisa larut dalam pelarut cair, tetapi jumlah yang dapat
larut selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Cara
menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut
murni, misalkan 1 liter. Kemudian menimbang zat yang akan dilarutkan, misalkan 5 g.
Jumlah zat harus diperkirakan agar membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai
dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dicampur, dikocok dan
didiamkan sampai terbentuk kesetimbangan zat yang tidak larut (padat) dengan yang
larut.

B. Saran
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai kimia larutan ini
secara lanjut dan lebih mendalam lagi, penulis mengharapkan agar pembaca juga
mencari referensi lainnya sebagai tambahan ataupun pertimbangan dalam memahami
teori tentang kimia larutan. Sebab pada tulisan ini, penulis menyampaikan isi materi
dengan cara yang sederhana, dan mudah dipahami agar setiap orang yang
membacanya bisa dengan mudah memahami maksud dan tujuan dari tulisan ini.
Semakin banyak referensi kita maka semakin luas pula wawasan kita mengenai ilmu
pengetahuan alam.

18
Daftar Pustaka

S, Syukri. 2015. Kimia dasar 1. Bandung: Penerbit ITB

http://fujianto21-chikafe.blogspot.com/2015/01/contoh-penulisan-daftar-pustaka.html

19

Anda mungkin juga menyukai