Anda di halaman 1dari 8

Biosaintifika 4 (2) (2012)

Biosantifika
Berkala Ilmiah Biologi

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika

POTENSI HIDROLISAT TEMPE SEBAGAI PENYEDAP RASA MELALUI


PEMANFAATAN EKSTRAK BUAH NANAS

The potency of Tempe hydrolysate as a flavor enhancer by


utilization of the pineapple extract

Achmad Machin

SMA Negeri 1 Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan perlunya pengembangan penyedap rasa
Diterima Juli 2012 alternatif berbahan hidrolisat tempe dan proses pembuatannya, menguji jenis asam amino,
Disetujui Agustus 2012 kadar protein dan uji organoleptik. Metode eksperimen digunakan pada penelitian ini.
Dipublikasikan September Pengujian jenis asam amino melalui teknik kromatografi, kadar protein terlarut melalui
metode Biuret dan uji organoleptik produk dibandingkan penyedap rasa sintetis. Hasil yang
2012
didapatkan adalah pengembangan penyedap rasa hidrolisat tempe perlu dilakukan karena
alasan dampak mengkonsumsi penyedap rasa sintetis, pengembangan teknologi, sumber
Keywords: penghasilan dan potensi penelitian. Proses pembuatannya melalui penambahan sari nanas
flavoring; pineapple juice; pada tempe yang telah dikukus dan diblender dengan perbandingan tempe:air:sari nanas 1:
0,5:0,5. Pengovenan selama 2 jam pada suhu 55ºC, penambahan dektrin + NaCl (masing-
tempe hydrolysate
masing sebanyak 0,5 gr/100 gr tempe), pengovenan kembali selama 2 jam pada suhu 55ºC.
Perlakuan B2 (pengovenan pada suhu 55ºC selama 2 jam) menghasilkan asam glutamat.
Produk ini berpotensi membentuk monosodium glutamat dengan penambahan NaCl. Jumlah
protein terlarut dipengaruhi oleh lama pengovenan dan suhu. Produk hidrolisat tempe sebagai
penyedap rasa menghasilkan rerata kesukaan warna (3,3 = menarik), aroma (3,9 = sangat
suka) dan menghasilkan cita rasa sama jika ditambahakan sebanyak 2 kali dibandingkan
penyedap rasa sintetis.

Abstract
This research was aimed to describe the need for the development of alternative flavor made from
hydrolyzated tempe and its manufacturing process, to test the types of amino acid, to measure the protein
levels and to test the favor organoleptically. This was an experimental study. The types of amino acid was
tested using chromatographic technique, the level of soluble protein was tested using Biuret method and
the products were compared organoleptically. The study showed that the development of hydrolyzated
tempe flavoring needs to be performed by the reason of the impact of consuming synthetic flavors, the
technology development and the research potential. The manufacturing process was done by adding
pineapple juice in steamed and blended tempe (the ratio of tempe:water:pineapple juice was 1:0.5:0.5),
and then baked for 2 hours at the temperature of 55ºC, added with NaCl + dextrine (each as much as
0.5 g/100 g tempe), baked again for another 2 hours at 55ºC. The treatment B2 (baked at temperature
of 55ºC for 2 hours) produced glutamic acid. This product has potentially forms monosodium glutamate
with the addition of NaCl. The total soluble protein was affected by the length of the baking time and
the temperature. The products i.e. the hydrolyzated tempe as the flavor enhancer yielded an average color
preference of 3.3 (i.e. interesting), aroma of 3.9 (i.e. like much), and produced the same taste when using
as much as twice volume of the product compared to the synthetic flavors.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2085-191X
SMA Negeri 1 Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah
E-mail: machin_achmad@yahoo.co.id
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

PENDAHULUAN produk makanan hasil fermentasi telah ada


diseluruh dunia. Tempe telah menjadi salah
Beragam makanan menggunakan food satu produk makanan yang paling banyak
additive (bahan makanan tambahan) dalam diterima. Tempe merupakan makanan hasil
proses pengolahannya. Salah satu food addi- fermentasi yang populer di Indonesia yang
tive yang sering digunakan pada pengolahan kaya nutrisi dan zat aktif. Komposisi gizi
makanan adalah Monosodium Glutamat tempe baik kadar protein, lemak dan karbo-
(MSG). Menurut Nuryani dan Jinap (2010), hidratnya tidak banyak berubah dibanding-
MSG adalah garam natrium yang berikatan kan dengan kedelai. Karena terdapat enzim
dengan asam amino berupa asam glutamat. pencernaan yang dihasilkan selama proses
MSG berbentuk kristal putih yang stabil, te- fermentasi, kandungan zat makanan menja-
tapi dapat mengalami degradasi oleh oksida- di lebih mudah dicerna. Oleh karena itu tem-
tor kuat. pe baik untuk diberikan pada semua umur
Meskipun diperkenankan sebagai pe- (Astawan, 2008).
nyedap masakan, penggunaan MSG Hasil penelitian Subagio (2002), men-
berlebihan bisa mengakibatkan rasa pu- jelaskan bahwa hasil hidrolisis tempe oleh
sing dan mual. Gejala itu disebut Chinese enzim protease menghasilkan peptida-pepti-
Restaurant Syndrome. MSG pada makanan da pendek yang mempunyai rasa gurih. Pen-
yang dikonsumsi sering mengganggu kes- elitian ini membawa pada pemikiran bahwa
ehatan karena MSG akan terurai menjadi hasil hidrolisat tempe oleh enzim protease
sodium dan glutamat. Garam dari MSG berpotensi dibuat sebagai bahan penyedap
mampu memenuhi kebutuhan garam se- rasa pengganti MSG.
banyak 20-30%, sehingga konsumsi MSG Menurut Sun (2011) terdapat dua meto-
yang berlebihan menyebabkan kenaikan ka- de untuk menghidrolisis protein, yaitu hidro-
dar garam dalam darah (Nuryani & Kensaku, lisis asam dan hidrolisis enzimatik. Hidrolisis
2006). asam mulai dihindari oleh kebanyakan in-
Bahan kimia MSG dalam makanan dustri makanan, karena produk yang diha-
berfungsi menambah citarasa, meningkat- silkan kurang terjamin bagi kesehatan. Hid-
kan rasa enak atau menekan rasa yang tidak rolisis enzimatis merupakan pilihan metode
diinginkan. Asam glutamat mengelabuhi yang aman, enzim yang sering digunakan
otak seakan telah merasakan sesuatu yang adalah bromelin, papain dan fisin.
lezat. Dampak inilah yang disebut dengan Menurut Kunts (2000), produk hid-
eksitosin. Eksitosin merupakan salah satu fak- rolisis protein mempunyai range aplikasi yang
tor yang memperparah terjadinya alzhemair, luas terkait dengan sifat fungsional atau sifat
multiple sclerosis, stroke dan parkinson (Mu- nutrisinya. Mengingat enzim protease untuk
lyono, 2006). Menurut laporan masyarakat industri pangan selama ini kebanyakan ma-
ke Food Drug Administration (FDA), 2% dari sih impor dan harganya relatif mahal, maka
seluruh pengguna MSG mengalami masa- perlu dikembangkan pemanfaatan enzim pro-
lah kesehatan, sehingga WHO menetapkan tease yang bersumber dari bahan alam lokal
ADI (Acceptable daily intake) untuk manusia Indonesia, salah satunya adalah enzim bro-
sebesar 120 mg/ kg (Setiyawati, 2008). Ber- melin yang berasal dari buah nanas (Ananas
dasarkan hal tersebut, maka pengembangan comosus).
sumber cita rasa alternatif perlu dilakukan. Nanas (Ananas comosus) dapat tumbuh
Diharapkan cita rasa alternatif tersebut tidak dan berbuah di dataran tinggi hingga 1.000
hanya berfungsi dalam menciptakan rasa gurih meter di atas permukaan laut. Tanaman buah
pada makanan, tetapi juga memberikan peran yang tidak menyukai air yang menggenang
nutrisi dan aman bagi kesehatan. ini, ditanam luas di Indonesia. Nanas men-
Tempe merupakan salah satu makanan gandung serat yang berguna untuk memban-
hasil fermentasi asli Indonesia yang telah tu proses pencernaan (Sebayang, 2006). Me-
diakui oleh dunia, seperti yang dipaparkan nurut Wuryanti (2006), sekitar setengah dari
oleh Babu & Vidyalaksmi (2009) berbagai protein dalam nanas mengandung protease

71
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

bromelin. Di antara organ tanaman nanas, boratorium Biologi SMA Negeri 1 Dempet.
buah nanas merupakan sumber brome- Eksperimen pembuatan hidrolisat
lin dan memiliki konsentrasi tinggi pada tempe dengan memanfaatkan ekstrak buah
buah yang masak. nanas dilakukan melalui tahapan pembuatan
Bromelin termasuk dalam golongan ekstrak buah nanas, mengukus tempe selama
protease yang dihasilkan dari ekstraksi buah 10-15 menit, pemblenderan tempe dengan
nanas. Protease memiliki kemampuan me- penambahan air 1: 0.5 hingga 1:1, menuang
mutus ikatan peptida pada protein. Nanas air sari nanas sebanyak jumlah air yang dibe-
merupakan buah yang dapat diperoleh di se- rikan, mengukur pH campuran, menambah-
luruh Indonesia dan dapat berbuah sepanjang kan asam/basa lemah hingga didapatkan pH
tahun (Utami & Pudjomartatmo, 2011). Me- 6 -7 kemudian dilakukan pengovenan. Sete-
nurut Rusnakova & Jaroslav (2004), enzim lah pengovenan (reaksi hidrolisis) selesai,
bromelin merupakan salah satu jenis enzim produk hidrolisat segera dididihkan selama
protease yang mampu menghidrolisis ikatan 10 menit untuk menonaktifkan enzim.
peptida protein menjadi molekul yang lebih Kesepuluh sampel yang dihasilkan
kecil yaitu asam amino. Menurut Herdyastu- pada pembuatan hidrolisat tempe diuji jenis
ti (2006) bromelin merupakan enzim penting asam aminonya dengan teknik kromatografi
dari nanas yang berguna dalam bidang far- kertas. Tahap pengujian mengikuti petunjuk
masi dan makanan. Fungsi bromelin mirip Bintang (2010), dan pengujian diakhiri den-
dengan papain dan fisin, sebagai pemecah gan menghitung nilai Rf setiap sampel diban-
protein. dingkan dengan tabel.
Berdasarkan uraian di atas, diperlu- Kesepuluh sampel yang dihasilkan pada
kan pengembangan penyedap rasa alternatif pembuatan hidrolisat tempe diuji kandungan
berbahan hidrolisat tempe sebagai pengganti protein terlarutnya secara Spektrofotometri
MSG, salah satunya dengan memanfaatkan dengan reagen Biuret. Tahap pengujian men-
ekstrak buah nanas. Selain itu diperlukan uji gikuti Bintang (2010) terdiri atas pembuatan
jenis asam amino yang dihasilkan dari pro- reagen Biuret, pembuatan larutan standar
duk hidrolisat tempe melalui teknik kroma- protein, pembuatan kurva kalibarasi dan
tografi, menguji kadar protein terlarut dari pengukuran kadar protein.
produk hidrolisat tempe secara spektrofoto- Setelah diketahui dari uji kromatogra-
metri dengan reagen Biuret, serta menguji fi diantara kesepuluh sampel yang mengan-
secara organoleptik terhadap hidrolisat tem- dung asam glutamat, maka sampel tersebut
pe sebagai penyedap rasa dibandingkan den- dibuat lebih banyak untuk bahan uji organ-
gan MSG. oleptik. Sampel tersebut ditambah dekstrin
0,5 g/100 g tempe + 0,5 g NaCL (hasil
METODE MSG), NaCl ditambahkan terlebih dahulu
(agar terbentuk MSG), sambil dipanaskan
Penelitian ini menggunakan metode ditambahkan dekstrin.
eksperimen, meliputi eksperimen pembuatan Pengujian organoleptik terhadap pro-
hidrolisat tempe melalui pemanfaatan ekst- duk hidrolisat tempe dilakukan dengan cara
rak buah nanas, pengujian jenis asam amino menyiapkan satu jenis masakan, yakni sup.
yang dihasilkan melalui teknik kromatografi, Sup yang dibuat disiapkan dalam 6 perla-
pengujian kadar protein terlarut melalui me- kuan, dan sebagai pembanding digunakan
tode biuret dan eksperimen uji organoleptik MSG komersial merk A. Keenam perlakuan
terhadap hidrolisat tempe sebagai penyedap tersebut adalah: (1) sup dengan penyedap
rasa dibandingkan MSG. rasa A 1 sendok teh, (2) sup dengan penye-
Eksperimen pembuatan hidrolisat dap rasa hidrolisat sebanyak 1/2 sendok teh,
tempe, uji kromatografi dan uji biuret dilak- (3) sup dengan penyedap rasa hidrolisat se-
sanakan dilaboratorium biologi dan kimia banyak 1 sendok teh, (4) sup dengan penye-
Universitas Negeri Semarang. Eksperimen dap rasa hidrolisat sebanyak 1½ sendok teh,
pengujian organoleptik dilaksanakan di la- (5) sup dengan penyedap rasa hidrolisat se-

72
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

Tabel 1. Alasan pengembangan penyedap rasa berbahan hidrolisat tempe

No. Alasan Tujuan


Mengurangi dampak negatif konsumsi
1. Dampak konsumsi MSG
MSG bagi masyarakat
Membiasakan masyarakat menggunakan
2. Sumber penyedap rasa alternatif
penyedap rasa berbahan produk lokal
Inovasi teknologi, untuk pengembangan
3. Pengembangan teknologi
teknologi selanjutnya
Kemungkinan pengembangannya sebagai
4. Potensi sumber penghasilan
sumber pendapatan.
Perlu penelitian lebih lanjut, menemukan
5. Potensi penelitian
produk hidrolisat tempe terbaik.

Tempe (dipotong kecil, dikukus 10- Buah nanas (dikupas, dipotong


15 menit, dinginkan) kecil, ditumbuk)
Diblender (ditambahkan air per- Disaring, didapatkan air sari
bandingan 1:0,5) nanas

Menambahkan sari nanas pada tempe


(perbandingan 1:0,5:0,5)

Diblender ulang, menambahkan


asam/ basa agar pH 6-7

Pengovenan suhu 55º C,


selama 2 jam

Penambahan dektrin + NaCl


( sebanyak 0,5 gr/ 100 gr tempe), dio-
ven kembali, 2 jam suhu 55º C
Gambar 1. Diagram alir pembuatan hidrolisat tempe sebagai penyedap rasa

banyak 2 sendok teh, dan (6) sup dengan pe- rak buah nanas mengikuti diagram alir yang
nyedap rasa hidrolisat sebanyak 2½ sendok ditampilkan pada Gambar 1, sedangkan ha-
teh. Tester pengujian organoleptik adalah sil pengujian jenis asam amino dari produk
siswa kelompok KIR SMA Negeri 1 Dempet hidrolisat tempe hasil eksperimen melalui
sebanyak 30 siswa. Secara bergantian masuk teknik kromatografi kertas ditampilkan pada
ruangan untuk menilai secara kuantitatif Tabel 2.
warna, aroma dan cita rasa. Pengujian kadar protein secara spekt-
rofotometri dengan reagen Biuret didahului
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan membuat kurva kalibrasi. Kurva ka-
librasi yang didapatkan ditampilkan pada
Alasan perlunya pengembangan pe- Gambar 2, hasil pengujian kadar protein
nyedap rasa alternatif berbahan hidrolisat dengan reagen Biuret secara spektrofotomet-
tempe dirangkum pada Tabel 1, pembuatan ri ditampilkan pada Tabel 3, sedangkan hasil
hidrolisat tempe dengan memanfaatkan ekst- pengujian organoleptik terhadap hidrolisat

73
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

Tabel 2. Hasil pengujian jenis asam amino produk hidrolisat tempe

Asam amino Teridentifi-


Kode Sampel Nilai Rf
kasi
Aº - Tidak teridentifikasi
A1 0.24 asam aspartat
A2 0.30 asparagin
A3 0.68 fenilalanin
B1 0.26 glutamin
B2 0.33 Asam glutamat
B3 0.60 triptofan
C1 0.41 prolin
C2 0.69 isoleusin
C3 - Tidak teridentifikasi

Gambar 2. Kurva kalibrasi pengujian kadar protein dengan reagen Biuret.

tempe (perlakuan B2) sebagai penyedap rasa lan menjadi tidak ada artinya lagi, bahkan
dibandingkan dengan MSG komersial A di- produk tersebut harus dimusnahkan.
tampilkan pada Tabel 4. Penyedap rasa MSG banyak digu-
Kesehatan merupakan bagian penting nakan di seluruh dunia. Konsumsi masya-
dari kualitas hidup manusia, kesehatan me- rakat dunia terhadap MSG bervariasi. Ma-
rupakan bagian utama dari usaha pemban- syarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi
gunan. Teknologi pertanian yang mengolah MSG sebesar 0,6 g/hari, Taiwan sebanyak
sumber daya alam hayati menjadi produk 3 g/hari, di Korea 2,3 g/hari, di Jepang 1,6
yang dapat dimakan hendaknya mendukung g/hari, di India 0,4 g/hari, dan di Amerika
usaha peningkatan kualitas hidup manusia. 0,35 g/hari. China yang merupakan negara
Produk-produk yang dihasilkan hendaknya produsen MSG terbanyak di dunia, meng-
mampu meningkatkan derajat kesehatan konsumsi MSG 52% - 57% lebih besar dari
manusia. seluruh jumlah konsumsi di dunia (Mulyo-
Persyaratan keamanan pangan yang no, 2006).
dikonsumsi seharusnya menjadi persyara- Tuntutan kebutuhan terhadap maka-
tan terpenting yang harus dipenuhi sebelum nan yang rasanya enak membawa konse-
persyaratan lain dipertimbangkan. Hal ini kuensi pemakaian bahan penyedap teruta-
berarti apabila suatu makanan tidak aman ma MSG semakin meningkat dari waktu ke
dikonsumsi, maka kelezatan dan penampi- waktu, sehingga memungkinkan terjadinya

74
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

Tabel 3. Hasil pengujian protein terlarut dengan reagen Biuret

Jumlah Protein terlarut


Kode Sampel
(%)
A0 4,51
A1 2,73
A2 0,89
A3 0,37
B1 2,04
B2 2,02
B3 1,44
C1 1,45
C2 2,03
C3 2,07

Tabel 4. Hasil pengujian organoleptik hidrolisat tempe (perlakuan B2) sebagai penyedap
rasa dibandingkan MSG komersial A

Skor warna Skor aroma Sampel cita rasa


Kriteria
3 4 3 4 4 5 6
Tester pemilih 21 9 3 27 2 27 1
Rerata 3,3 3,9 Sampel 5

akumulasi zat tersebut dalam tubuh. Kenya- Rhizopus. Tempe berwarna putih karena per-
taan menunjukkan bahwa masyarakat dalam tumbuhan miselia jamur yang merekatkan
mengonsumsi MSG sebagai penyedap berba- biji-biji kedelai sehingga membentuk tekstur
gai masakan sering melebihi dosis konsumsi yang padat. Degradasi komponen-konponen
yang aman bagi kesehatan. Pedagang maka- kedelai pada fermentasi membuat tempe me-
nan cenderung menggunakan MSG pada miliki kandungan protein yang tinggi.
proses pengolahan makanan yang dijualnya Melalui teknik hidrolisis, protein
karena murah serta dianggap efektif dalam tempe dapat diubah menjadi senyawa asam
meningkatkan cita rasa makanan tanpa perlu amino, nukleotida, dan berbagai ragam pep-
mengeluarkan biaya yang mahal. tida. Ragam hasil hidrolisis inilah yang ber-
Dampak negatif dari penggunaan peran dalam pembentukan cita rasa yang
MSG secara berlebihan sebenarnya sudah dihasilkan. Menurut Nowak (2011) produk
lama diketahui dari penelitian para ahli, hidrolisat protein dapat dibuat dari berbagai
namun penggunaan MSG secara bebas tetap sumber protein, baik protein hewani maupun
dilakukan masyarakat. Meskipun konsumsi protein nabati. Hidrolisat protein digunakan
MSG pada manusia masih diliputi kontro- secara luas untuk sup, kuah daging dan flavor
versi, namun terdapat suatu kekhawatiran daging. Selain itu digunakan sebagai peng-
bahwa efek MSG bersifat lambat. Oleh ka- ganti monosodium glutamat untuk sosis, bis-
rena itu beralih ke penyedap rasa alami me- kuit, mayonaise dan lainnya.
mang lebih baik. Buah nanas mengandung enzim prote-
Tempe merupakan makanan khas asli ase yang disebut bromelin. Enzim ini mam-
Indonesia, yang dibuat dari proses fermen- pu memecah protein, oleh karena itu dapat
tasi terhadap biji kedelai atau beberapa ba- meningkatkan kadar protein. Enzim ini
han lain dengan menggunakan jamur genus mempunyai arti penting seperti halnya en-

75
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

zim papain yang dihasilkan tanaman pepa- (%) dipengaruhi oleh lama pengovenan dan
ya. Bromelin dapat diperoleh dari tanaman suhu yang digunakan. Suhu mempengaruhi
nanas baik dari tangkai, kulit, daun, buah, aktivitas enzim bromelin. Beberapa temuan
maupun batang dalam jumlah yang berbe- yang diperoleh pada uji ini adalah: (1) pada
da. Kandungan bromelin pada jaringan yang suhu 40 ºC dan 55 ºC semakin lama pengo-
umurnya belum tua terutama yang bergetah venan jumlah protein terlarut semakin ke-
sangat sedikit sekali bahkan kadang-kadang cil. Sebagian besar protein terurai menjadi
tidak ada sama sekali. Konsentrasi enzim asam amino oleh aktivitas enzim bromelin;
bromelin terdapat dalam jumlah yang re- (2) pada suhu 70 ºC semakin lama pengoven
latif tinggi pada buah yang sudah matang an kadar protein terlarut semakin besar, se-
(Wuryanti, 2006). bagian enzim bromelin telah terdenaturasi.
Hasil pengujian jenis asam amino Sehingga aktivitas hidrolisis mengalami per-
melalui teknik kromatografi kertas didapat- lambatan. Menurut Nowak (2011) kecepatan
kan berbagai jenis asam amino. Penentuan hidrolisat protein dipengaruhi oleh faktor
jenis asam amino ini ditentukan nilai Rf di- kekhasan bahan, suhu dan konsentrasi. Ting-
bandingkan dengan Rf tabel. Melalui eks- kat kerusakan asam amino dipengaruhi oleh
perimen ini diketahui bahwa perlakuan B2 kemurnian protein dan bahan awal dan jenis
(pengovenan pada suhu 55 ºC selama 2 jam) bahan penghidrolisis yang digunakan.
menghasilkan asam glutamat (nilai Rf 0,33). Uji organoleptik merupakan cara pen-
Perlakuan inilah yang berpotensi memben- gujian produk makanan dengan menggu-
tuk MSG dengan penambahan NaCl. nakan indra manusia. Kriteria yang dapat di-
Kandungan protein dalam setiap ba- buat antara lain rasa, aroma, warna, tekstur
han makanan berbeda-beda. Untuk menge- dan kesukaan. Penguji organoleptik disebut
tahui kadar protein ataupun asam amino da- dengan tester, hasil pengujian merekomen-
lam suatu bahan dapat digunakan beberapa dasikan kelayakan produk makanan tersebut
metode, salah satunya adalah metode spekt- untuk dikonsumsi. Menurut Astawan (2008)
roskopi. Prinsip dasar metode spektroskopi penentuan mutu bahan makanan pada
berdasarkan pada penyerapan radiasi. Me- umumnya ditentukan oleh beberapa faktor
tode ini menggunakan alat yang dinamakan diantaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai
spektrofotometer. Spektrofotometer selain gizinya serta sifat sifat mikrobiologisnya.
merupakan alat pengukuran kualitatif juga Namun sebelum faktor-faktor lain dipertim-
merupakan alat pengukuran kuantitatif (Bin- bangkan, faktor warna visual lebih dahulu
tang, 2010). dipertimbangkan bahkan kadang-kadang
Reagen Biuret mengandung CuSO4. sangat menentukan.
Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan Pengujian organoleptik produk hidroli-
mempunyai struktur mirip dengan struktur sat tempe sebagai penyedap rasa didasarkan
pepetida dari protein. Prinsip reaksi Biuret atas warna, aroma dan cita rasa dibanding-
adalah reaksi antara tembaga sulfat dalam kan kontrol. Hasil pengujiannya ditampil-
alkali dengan senyawa yang berisi dua atau kan pada Tabel 4. Diketahui bahwa produk
lebih ikatan pepetida seperti protein yang hidrolisat tempe (perlakuan B2) sebagai pe-
memberikan warna ungu biru yang khas. nyedap rasa menghasilkan rerata kesukaan
Fungsi reagen biuret adalah untuk mem- dengan skor warna (3,3 = menarik), aroma
bentuk kompleks sehingga yang dikandung (3,9 = sangat suka) dan menghasilkan cita
dapat diidentifikasi. Reaksi biuret ini ber- rasa sama dengan kontrol jika ditambahkan
sifat spesifik, artinya hanya senyawa yang produk hidrolisat (perlakuan B2) sebanyak 2
mengandung ikatan pepetida saja yang akan kali dibandingkan pada kontrol.
bereaksi dengan pereaksi Biuret (Bintang,
2010). SIMPULAN
Hasil pengujian protein terlarut secara
spektrofotometri dengan reagen Biuret me- Hasil pengujian jenis asam amino di-
nunjukkan bahwa jumlah protein terlarut dapatkan bahwa pada perlakuan B2 meng-

76
Achmad Machin / Biosaintifika 4 (2) (2012)

hasilkan asam glutamat dengan nilai Rf ation of Peptide Contribution to the


0,33. Jumlah protein terlarut dipengaruhi Intense Umami Taste of Japanese Soy
oleh lama pengovenan dan suhu yang digu- Sauces. Journal of Food Science, 71(3),
nakan. Suhu mempengaruhi aktivitas enzim 277-283.
bromelin, dan hasil pengujian organoleptik Rusnakova, M. & Jaroslav, Z. (2004). Enzy-
menghasilkan rerata kesukaan dengan skor matic Hydrolysis of Defatted Soy Flour
warna menarik, aroma sangat disukai dan by Three Different Proteases and their
menghasilkan cita rasa sama dengan kontrol Effect on the Functional Properties of
jika penambahan hidrolisat sebanyak 2 kali Resulting Protein Hydrolysates. Czech
penyedap rasa komersial. Journal Food Science, 20(1), 7-14.
Sebayang, F. (2006). Pengujian Stabili-
DAFTAR PUSTAKA tas Enzim Bromelin yang Diisolasi
dari Bonggol Nanas serta Imobilisasi
Astawan, M. (2008). Panduan Lengkap Men- Menggunakan Kappa Karagenan. Jur-
jaga Kesehatan dengan Tempe. Jakarta: nal Sains Kimia, 10(1), 20-26.
PT Dian Rakyat. Setiawati, S. N. (2008). Dampak Penggunaan
Babu, D. & Vidhyalaksmi, R. (2009). A Low Monosodium Glutamat terhadap Kes-
cost Nutritions food “Tempe”. Journal ehatan Lingkungan. Jurnal Orbith, 4(3),
of Dairy and Food sciences, 4(1), 22-27. 453-459.
Bintang, M. (2010). Biokimia teknik Penelitian. Subagio, A. (2002). Kajian Sifat Fisiko-
Jakarta: Erlangga. kimia dan Organoleptik Hidrolisat
Herdyastuti, N. (2006). Isolasi dan Karak- Tempe Hasil Hidrolisis Protease. Jur-
terisasi Ekstrak Kasar Enzim Brome- nal Teknologi dan Industri Pangan, 13(3),
lin dari Batang Nanas. Jurnal Penelitian 204 –210.
Hayati, 12, 75-77. Sun, D. S. (2011). Enzymatic Hydrolysis of
Kunts, A. (2000). Enzymatic Modification of Soy Protein and the Hydrolysates Utili-
Soy Proteins to Improve Their Func- sation. International Journal of Food Sci-
tional Properties, Magazine of Industrial ence and Technology, 46, 2447- 2459.
Protein , 8(3), 9-11. Utami, D. P. & Pudjomartatmo. (2011).
Mulyono. (2006). Zat Aditif Makanan. Yog- Manfaat Bromelin dari Ekstrak Buah
yakarta: Media Pressindo. Nanas dan Waktu Pemasakan untuk
Nowak, D. (2011). Enzymes in Tenderization Meningkatkan Koalitas Daging Itik
of Meat. Polandian Journal Food Nutri- Afkir. Jurnal Sains Peternakan, 9(2), 82
tion, 61(4), 231-237. – 87.
Nuryani, H. & Jinap, S. (2010). Soy Sauce Wuryanti. (2006). Amobilisasi Enzim Bro-
and Its Umami Taste: A Link From melin dari Bonggol Nanas dengan ba-
the Past to Current Situation. Journal of han Pendukung Karagenan dari Rum-
Food Science, 75(3), 71-76. put Laut (Euchema cottonii). Jurnal SKA,
Nuryani, H. & Kensaku, T. (2006). Evalu- 9(3),1-6.

77

Anda mungkin juga menyukai