Anda di halaman 1dari 46

Laporan Praktikum

Kimia Dasar

KESELAMATAN, KESEHATAN DAN


KETERAMPILAN KERJA DI LABORATORIUM
KIMIA

kaddhadhadoiadh

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Laporan Praktikum Kimia Dasar

1
KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KETERAMPILAN
KERJA DI LABORATORIUM KIMIA

Disusun dan diajukan oleh

ajdnakdadnkajb

Laporan ini telah disetujui dan diperiksa oleh:

Bekasi, 22 September 2021


Asisten Praktikan

JBADSABASA ADMNBADBKADBJADJBA
AMNDSKSAKD

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium adalah suatu tempat dilakukan kegiatan percobaan,

pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains

(kimia, fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan

yang tertutup, seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain

(Emda, 2017).

Laboratorium merupakan unsur penting dan salah satu syarat bagi

keberadaan suatu perguruan tinggi. Kelas praktikum membantu mahasiswa untuk

menguji teori yang dipelajari lebih terperinci sehingga dapat mengingkatkan

ketertarikan pada bidang yang dipelajari. Kelas praktikum adalah bagian penting

dari kurikulum. Karena kelas praktikum menekankan aspek psikomotorik

(keterampilan) dan kognitif (pengetahuan) serta afektif (sikap) mahasiswa (Ayana,

2017).

Laboratorium pendidikan seringkali belum mempunyai program

keselamatan yang maksimal. Program keselamatan lebih ditekankan pada

penanggulangan kebakaran yang merupakab tugas dari bagian umum dan

pemeliharaan. Sehingga keselamatan tidak begitu diperhatikan sebagaimana

seharusnya di institusi penelitian pendidikan. Adanya pemahaman yang keliru

bahwa potensi bahaya di laboratorium pendidikan relatif kecil karena cenderun

menggunakan bahan kimia relatif sedikit dibandingkan pada industri menyebablan

kurang dipahaminya potensi bahaya yang pada akhirnya menyebabkan kerugian

finansial, kerusakan peralatan, penyakit akibat kerja dan lebih buruk lagi

3
menyebabkan kematian (Olewski, 2017)

Oleh karena itu, melalui praktikum ini, kita bisa mengetahui apa saja alat-

alat keselamatan di laboratorium, kita juga bisa mengasah keterampilan bekerja di

laboratorium. Laboratorium kimia terdapat bahan-bahan kimia yang berbahaya

sehingga bekerja di laboratorium memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah:

1. Apa saja hal-hal bahaya di Laboratorium Kimia?

2. Apa saja simbol bahan kimia berbahaya serta alat keselamatan kerja di

laboratorium?

3. Apa saja peralatan yang umum digunakan di Laboratorium Kimia?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah menjabarkan pengetahuan terkait

Keselamatan dan Keterampilan Kerja di Laboratorium agar mengurangi

kecelakaan kerja, memberitahukan alat laboratorium, simbol, APD, dan

MSDS dari bahan kimia.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah:

1. Memahami prinsip-prinsip keselamatan kerja di Laboratorium Kimia.

2. Mengenal simbol bahaya bahan kimia dan cara penanganannya.

3. Mengenal peralatan keselamatan kerja di laboratorium kimia dan

mengetahui fungsi masing-masing.

4
4. Mengenal peralatan yang umum digunakan di Laboratorium Kimia.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengetahuan terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Laboratorium, untuk mengenal

peralatan di laboratorium, untuk mengenal peralatan APD di laboratorium, serta

untuk mempelajari simbol-simbol terkait bahan-bahan kimia dan MSDS dari

bahan kimia.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Keterampilan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium menjadi hal yang sangat

penting, karena ini menyangkut masa kini bahkan masa depan. Akan sangat

merugikan jika kita mengalami dampak buruk dari bahan-bahan kimia yang tidak

sengaja masuk ke badan kita. Ketersediaan fasilitas kesehatan dan keamanan di

laboratorium juga menjadi sangat penting, karena apabila fasilitasnya mencukupi

akan semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Mengajarkan

kepada para pengguna untuk bersikap teliti, waspada, dan sadar kondisi.

Kecelakaan laboratorium termasuk dalam dua kategori umum yang tidak

diinginkan peristiwa yakni kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian praktikum sendiri

dan kecelakaan di luarnya kendali praktikan. Meski kecelakaan di laboratorium

untungnya agak kejadian langka, praktikan tetap harus memahami semua aturan

keselamatan dan prosedur darurat. Jika praktikan tahu dan mengikuti prosedur dan

keterampilan praktik kerja yang aman, maka praktikan tidak akan menimbulkan ancaman

bahaya serius baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang disekitarnya (Cahyaningrum

dkk., 2019).

Ada lima urutan kejadian kecelakaan kerja berdasarkan teori domino, bahwa

kecelakaan kerja terjadi karena faktor bawaan, kurangnya pengetahuan dan keahlian

dalam melakukan pekerjaan, lingkungan sosial dan lingkungan kerja yang tidak tepat.

Enam puluh persen kecelakaan kerja disebabkan oleh kesalahan manusia hal ini antara

6
lain karena keterbatasan pengetahuan pekerja, lalai dan ceroboh dalam bekerja, tidak

melaksanakan prosedur kerja yang diberikan dan tidak disiplin melaksanakan peraturan

keselamatan kerja termasuk penggunaan alat pelindung diri. Pada dasarnya ada dua

penyebab dasar kecelakaan yaitu faktor manusia sebagai penyebab utama kecelakaan dan

kesalahan manajemen sebagai pihak yang bertanggung jawab mencegah kecelakaan

(Cahyaningrum dkk., 2019).

Kerugian akibat kecelakaan kerja bagaikan fenomena gunung es. Dari

mulai cedera, hilangnya waktu efektif akibat cedera, kerugian biaya yang

dikeluarkan untuk pengobatan ataupun dalam skala besar, yaitu rusaknya fasilitas.

Potensi bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak

menimbulkan kerugian. Potensi bahaya dikurangi melalui satu sistem managemen

dan penanganan. Menurut PP No. 50 tahun 2012 dinyatakan bahwa manajemen

bertanggung jawab untuk meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja dan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, sehingga

dalam hal ini bila terjadi kecelakaan kerja, dilihat dulu bagaimana manajemen

mengatur dan mengendalikan rsiko bahaya. Teori penyebab kecelakaan dari

Heinrich dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor manusia sebagai alasan

utama timbulnya kecelakaan dan managemen sebagai pihak yang bertanggung

jawab pada pencegahan kecelakaan. Pihak manajemen perlu menyusun program

keselamatan kerja yang tepat dan komprehensif untuk pengendalian potensi

bahaya di laboratorium pendidikan. (Husseinian, 2012).

Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium

yakni disebabkan oleh beberapa penyebab berikut (Harjanto dkk, 2011).

7
a. kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan kimia dan proses- proses

serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan.

b. kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya

pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.

c. kurangnya bimbingan terhadap praktikan yang sedang melakukan kegiatan

labolatorium.

d. kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan

perlindungan kegiatan labolatorium.

e. kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus

ditaati.

f. tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau

menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.

g. tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan (ceroboh).

Berdasarkan Penuntun Praktikum Percobaan ini dapat diketahui beberapa

pendekatan untuk meminimalkan risiko bekerja di laboratorium, yaitu:

1). Memahami prosedur lebih cermat untuk percobaan yang mengandung resiko

dibanding yang percobaan dengan resiko rendah dan mengetahui tahapan

percobaan untuk mengurangi resiko.

2). Mengetahui bahaya bahan-bahan kimia yang digunakan.

3). Tidak mencantumkan tugas atau pekerjaan yang beresiko tinggi.

4). Menggunakan alat keselamatan kerja ketika sedang bekeja.

8
5). Membangkitkan kesadaran keselamatan kerja setiap saat.

6). Memahami bahwa pekerjaan berkaitan dengan keselamatan dapat berpotensi

bahaya bilamana dilakukan tidak sesuai dengan prosedur.

7). Semua pendekatan di atas meggunakan akal sehat.

Keterampilan dasar ilmiah sebagian besar memiliki irisan dengan jenis-jenis

keterampilan proses yang merupakan penjabaran dari metode ilmiah pada tingkat

pendidikan dasar dan menengah banyak beririsan dengan keterampilan proses

yang mencakup keterampilan mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan,

(observasi), mengelompokkan (klasifikasi), melakukan inferensi, memprediksi,

menafsirkan dan merencanakan percobaan atau penelitian, menggunakan

alat/bahan, berkomunikasi dan berhipotesis. (Emda, 2017).

Sund & Trowbridge (1973) menyebutkan bahwa ada lima keterampilan

yang dapat diperoleh siswa setelah belajar sains melalui praktikum, yaitu

keterampilan memperoleh, keterampilan mengorganisasi, keterampilan kreatif,

keterampilan manipulasi, dan keterampilan komunikasi. (Maknun, 2012).

2.2 Material Safety Data Sheet (MSDS)

Bahan kimia merupakan suatu zat yang memiliki potensi

menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun dapat menimbulkan

bahaya kecelakaan. MSDS (Material Safety Data Sheet) adalah dokumen yang

dibuat khusus tentang suatu bahan kimia mengenai pengenalan umum, sifat-sifat

bahan, cara penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengelolaan limbah

9
buangan bahan kimia tersebut. Dokumen MSDS tersebut sebenarnya harus

diketahui dan digunakan oleh para pelaksana yang terlibat dengan bahan kimia

tersebut yakni produsen, pengangkut, penyimpan, pengguna dan pembuang bahan

kimia. Pengetahuan ini akan dapat mendukung budaya terciptanya kesehatan dan

keselamatan kerja. Untuk dapat mengetahui penanganan bahan kimia yang

digunakan, praktikan juga harus sudah membaca Material Safety Data Sheet

(MSDS). Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI, Material Safety Data Sheet

(MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) merupakan lembar

petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, sifat kimia, jenis

bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan

darurat, dan informasi yang diperlukan. Secara ringkas, MSDS atau Lembar Data

Keselamatan Bahan (LDKB) adalah kumpulan data keselamatan dan petunjuk

dalam penggunaan bahan kimia berbahaya (Hidayah dan Maharani, 2018).

BAB III

METODEOLOGI

3.1 Alat

1. pipet tetes 8. Labu ukur 100 mL

2. corong 9. Pipet ukur

3. spatula 10. Pipet volume

4. labu semprot 11. Timbangan

5. botol timbang 12. Pengisap (bulb pipet filter)

10
6. gelas piala 100 mL 13. Batang pengaduk

7. gelas ukur 50 mL 14. Botol zat

8. labu ukur 100 mL 15. Masker dan google

3.2 Bahan

1. garam dapur (NaCl) 5. Etanol 96%

2. Na2SO4 6. CuSO4 kertas saring

3. H2SO4 97% 7. akuadest

4. HCl 0,1 M

3.3 Metode dan prosedur percobaan

1) Sebelum melakukan kegiatan di laboratorium, sebaiknya mahasiswa mencari

informasi berkaitan dengan topik keselamatan kerja di laboratorium, khususnya

Laboratorium Kimia.

2) Perhatikan uraian dosen/asisten tentang keselamatan kerja di Laboratorium

Kimia.

3) Kegiatan selanjutnya, identifikasi bahan-bahan kimia dan peralatan

keselamatan kerja yang tersedia di laboratorium sesuai petunjuk asisten.

Perhatikan dan catat jenis zat kimia dalam kemasan, kemurnian, simbol dan

lainnya yang dapat dikenali pada label kemasan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hal-hal Bahaya di Laboratorium

Menurut KBBI arti kata bahaya adalah yang (mungkin) mendatangkan

11
kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian, dan sebagainya). Pada dasarnya di

semua tempat terdapat sumber bahaya yang bisa mengancam keselamatan atau

kesehatan kita. Hampir tidak ada tempat yang sama sekali bebas dari sumber

bahaya. Maka dari itu, perlu pemahaman serta kesadaran kita dengan keselamatan

dan bahaya baik di laboratorium atau di manapun.

Laboratorium sering dijumpai pada lembaga penelitian dan

pengembangan, perusahaan jasa, industri dan perguruan tinggi. Laboratorium

kimia adalah tempat melakukan kegiatan kerja, melakukan percobaan dan

penelitian yang memiliki sumber bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan

kerja seperti peledakan bahan kimia, kebakaran, keracunan dan lain sebagainya.

(Putra, 2018).

4.2 Simbol-simbol Bahan Kimia Berbahaya

Tanda dan simbol pencegahan bahaya adalah alat komunikasi keselamatan

yang penting, mereka membantu menunjukkan berbagai bahaya yang ada di

laboratorium. Pada saat yang sama, simbol pencegahan bahaya memperingatkan

praktikan agar selalu waspada terhadap bahaya tersebut dengan memberikan

informasi dan instruksi keselamatan yang dibutuhkan. Simbol pencegahan bahaya

bisa mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan mengatasi hambatan bahasa

(Sardi, 2018).

Berikut penjelasan mengenai beberapa bahan kimia berbahaya:

1. Bahan beracun (toxic)

12
Dalam jumlah kecil,bahan ini menimbulkan keracunan dan bersifat bahaya

terhadap kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, bahkan dapat

menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh lewat pernapasan atau

kulit. (Utomo, 2012)

Tabel 1. Beberapa contoh bahan kimia beracun

Bahan beracun Jenis bahan Akibat keracunan dan


gangguan
1. Logam/metalloid • Pb (TEL, PbCO3) • Syaraf, ginjal, darah, dan
syaraf
• Hg (Hg, senyawa- • Hati, ginjal, dan darah
• Kanker
senyawa organik & • Iritasi dan kanker
• Metabolisme karbohidrat,
anorganik) lemak, dan protein

• Cadmium

• Krom

• Arsen

• Posfor

2. Bahan pelarut > Hidrogen alifatik (bensin, > Pusing dan koma
minyak tanah) > Hati dan ginjal
>Hidrokarbon > Penglihatan, koma, dan
terhalogenasi (kloroform, syaraf
CCl4) > Syaraf pusat dan
> Alkohol (etanol dan leukemia
metanol)
> Hidrokarbonaromatik
(benzena)
3. Gas-gas beracun > Aspiksian biasa (N2, > Sesak napas, kekurangan
Argon, Helium) oksigen
> Aspiksian kimia (CO2, > sesak napas
C2H2) > pusing
> Asam sianida (HCN) > sesak napas, kejang,
>Asam sulfida (H2S) hilang kesadaran, sesak
> Karbon monoksida (CO) napas, iritasi
> Nitrogen oksida (NOx) > kematian
4. Karsinogen > benzena > leukemia

13
> asbes > paru-paru
> benzidin > kandung kencing
> krom > paru-paru
> vinil klorida > hati, paru-paru, syaraf,
pusat, dan darah
5. Pestisida > organoklorin, organo > pusing, kejang, hilang
fosfat kesadaran, kematian.

2. Bahan Oksidator (Oxidising)

Bahan-bahan ini kaya dengan oksigen sehingga dapat membantu dan

mempercepat proses pembakaran, karena bisa menghasilkan oksigen yang dapat

menyebabkan kebakaran bahan-bahan lain. Beberapa contoh bahan kimia

oksidator seperti: permanganat, perklorat, dikromat, peroksida, persulfat. Oksida-

oksida lain dapat terbentuk pula pada penyimpanan pelarut (solvent) organik

seperti: eter, ester dan keton. (Utomo, 2012)

3. Bahan korosif (Corrosive)

Tabel 2. Beberapa contoh bahan korosif berdasarkan wujud (Utomo, 2012)

Wujud (fase) Kerusakan yang Jenis bahan


diakibatkan
1. Korosif padat Bahaya jika kontak dengan Kaustik soda, NaOH
kulit Kalium hidroksida, KOH
Natrium silikat,
Na2OXSiO2 Kalsium
hidroksida, CaO, Ca(OH)2
Fenol, C6H6OH Asam
trikloroasetat, CCl3COOH
2. Korosif cair Bahaya jika kontak dengan Asam sulfat, H2SO4; asam
kulit atau mata, nitrat, HNO3; asam
menyebabkan proses klorida, HCl; asam
pelarutan atau denaturasi formiat/asam semut,
protein CHCOOH; asam
cuka/asam asetat,
CH3COOH; Asam sulfida,
H2S.

14
3. Korosif gas Bahaya jika terhirup, akan (Sifatnya tergantung
merusak pernapasan. kepada kelarutannya dalam
air)
a. Kelarutan dalam air Merusak saluran Ammonia, asam klorida,
mudah pernapasan bagian atas. asam asetat, asam florida
(HF), formaldehid.
b. Kelarutan dalam Merusak saluran Belerang dioksida, klor dan
airsedang pernapasan atas dan bagian brom (Br2)
dalam
c. Kelarutan dalam air kecil Merusak alat pernapasan Ozon, nitrogen oksida.
bagian dalam
Bahan ini reaktif terhadap zat lain sehingga dapat mengakibatkan

kerusakan apabila berkontak dengan jaringan hidup atau bahan lain. Bahan-

bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali dan bahan-bahan kuat lainnya. Dilihat

dari wujud/fasenya, bahan kimia korosif ada tiga macam, yaitu: a. Bahan korosif

padatan, misalnya: kaustik soda, NaOH; kalium hidroksida, KOH; kalsium

hidroksida, Ca(OH)2. b. Bahan korosif cairan, misalnya: asam sulfat, H2SO4; asam

cuka, CH3COOH; asam klorida, HCl; asam nitrat, HNO3. c. Bahan korosif

gas,misalnya: ammonia, NH3; formaldehida, HCOH; asam klorida, HCl; asam

asetat, CH3COOH; belerang oksida, SO2/SO3; klorin, Cl2; ozon, O3. (Utomo,

2012)

4. Bahan mudah terbakar (Flammable)

Bahan ini adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan

menimbulkan kebakaran.Tingkat bahaya ditentukan oleh titik bakarnya (titik

nyala). Makin rendah titik bakarnya justru makin berbahaya. Reaksi pembakaran

yang berlangsung sangat cepat dan juga dapat menghasilkan ledakan. Dilihat dari

wujudnya, bahan ini dapat berupa: (Utomo, 2012)

15
a. Padatan mudah terbakar, misalnya: belerang, fosfor, kertas/rayon, hidrida

logam, kapas dan padatan berupa serbuk halus (seperti debu: kapuk, kapas,

gandum).

b. Cairan mudah terbakar, seperti: eter, alkohol, aseton, benzena, heksan dan

lain-lain. Bahan-bahan tersebut pada umumnya digunakan sebagai bahan pelarut

organik, pada suhu kamar akanmenguap, dan dalam perbandingan tertentu

dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Bahan-bahan

pelarut organik banyak ditemukan dalam industri, seperti pada:

>Industri cat : petroleum, eter, alkohol, aseton, ester, heksan, isobutil, keton dan

lain-lain. >Industri kertas : karbon disulfida

>Pabrik alkohol : metanol, etanol.

>Pengolahan minyak : bensin, benzena, toluena dan ksilena

>Industri obatobatan : aseton, eter, alkohol

>Laboratorium kimia : hampir semua pelarut organik

c. Gas mudah terbakar: gas alam sebagai bahan bakar, hidrogen, asetilen (untuk

pengelasan), etilen oksida (gas untuk sterilisasi) dan lain-lain.

Tabel 3.Beberapa contoh bahan oksidator dan reduktor. (Utomo, 2012)

No Oksidator Reduktor
1 Kalium klorat, Natrium nitrat Karbon, Belerang
2 Asam nitrat Etanol
3 Kalium permanganat Gliserol
4 Krom trioksida Hidrazin

5. Bahan mudah meledak (explosive)

16
Bahan ini adalah padatan atau cairan atau campuran keduanya yang karena

suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar

serta suhu tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat. Ada beberapa

macam bahan eksplosif, antara lain: (Utomo, 2012)

a. Bahan eksplosif buatan, yaitu bahan yang sengaja dibuat untuk tujuan

peledakan atau bahan peledak, seperti: trinitrotoluene (TNT); nitrogliserin;

ammonium nitrat. Bahan-bahan tersebut sangat pekaterhadap panas dan

pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan).

b. Bahan eksplosif karena sifatnya, yaitu karena tidak stabil atau reaktif

seperti: nitro, diazo, peroksida, azida dan lain-lain.

c. Debu eksplosif, seperti: debu karbon (dalam industri batu bara); zat warna

diazo (dalam pabrik zat warna); magnesium (dalam pabrik baja).

d. Campuran eksplosif, yaitu karena terjadinya campuran beberapa bahan

oksidator dan reduktor dalam suatu reaktor atau dalam penyimpanan

(gudang).

Tabel 4.Beberapa contoh bahan eksplosif di 41ermanga. (Utomo, 2012)

No Bahan produksi/digunakan Industri


1 Ammonium nitrat, TNT Peledak
2 Campuran Amunisi
3 Asetilen, 41ermanga, oksigen. Gas
4 Natrium nitrat, Kalium klorat, karbon Petasan (mercon)
5 Kalium klorat, belerang Korek api
6 Azo, diazo Zat warna

17
6. Bahan radioaktif

Bahan ini mempunyai kemampuan memancarkan sinar-sinar radioaktif

dari zat itu sendiri.Radiasi yang dipancarkan adalah sinar alfa, sinar beta, sinar

gamma, sinar netron dan lain-lain. Bahaya radioaktif terutama terkait dengan sinar

radiasinya. Radiasi ini jika masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan efek

somatik dan genetik.Efek somatik bisa bersifat akut dan bisa pula kronis. Efek

kronis akibat radiasi dosis rendah, sedangakan efek akut akibat radiasi dosis tinggi

dari 200 Rad sampai 5000 Rad. Pada efek akut mungkin terjadi sindroma sistem

syaraf sentral dan sindroma kelainan darah. (Utomo, 2012)

Keberadaan bahan radioaktif antara lain dalam bidang kedokteran, bidang

industri dan bidang pertanian. Dalam bidang kedokteran banyak dipakai cairan zat

radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh atau isotop-isotop untuk penyinaran.

Dalam bidang industri, bahan radioaktif dipakai untuk menelusuri jejak proses

dalam rangka pengendalian atau dipakai langsung dalam produksi seperti

mempercepat proses polimerisasi. Sedangkan dalam bidang pertanian isotop

radioaktif dipakai untuk menelusuri proses seperti penyerapan air, pemupukan dan

lain-lain. (Utomo, 2012)

Adapun simbol-simbol dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, yakni:

No Simbol Bahaya Penanganan

18
1. Korosif merupakan dapat Hindarkan jangan

menyebabkan kerusakan pada sampai tumpah dan

mata, kulit, sistem pernapasan, jika bersentuhan

dan banyak lagi. dengan kulit, cucilah

segera dengan air dan


Korosif
sabun.
(Corrosive)

2. Jauhkan dari sumber


Ledakan pada bahan

tersebut bisa terjadi karena adanya api dan panas,


benturan, pemanasan, gesekan,
termasuk loncatan api
reaksi dengan bahan kimia,
atau karena sumber percikan api. listrik dan bara api

pada rokok,

cairan mudah terbakar


atau reduktor.
Mudah meledak

(Explosive).

3. Keracunan yang bisa diakibatkan Cara penanganan dari

bahan kimia tersebut bisa bersifat bahan kimia mudah

akut dan kronis, bahkan bisa meledak adalah yakni

menyebabkan kematian pada Temperatur ruangan

konsentrasi tinggi. Ia juga bisa dingin dan berventilasi.

meracuni lewat proses pernafasan Jauhkan dari


Beracun (Toxic)
(inhalasi) atau melalui kontak sumber api dan

dengan kulit. panas, termasuk loncatan

19
api listrik dan bara

rokok. Jauhkan

dari cairan mudah pada

terbakar atau reduktor.


4. Penyebab terjadinya Bekerja dengan bahan

kebakaran umumnya terjadi akibat ini, hindarilah panas,

reaksi bahan tersebut dengan udara reduktor, serta bahan-

yang panas, percikan api, atau bahan mudah terbakar

karena raksi dengan bahan- bahan lainnya.


Mudah teroksidasi
yang bersifat reduktor.
(Oxidsing)
5. Bahan yang mudah terbakar Jauhkan dari sumber api

menyala dengan sedikit usaha dan dan panas,termasuk

bahan yang mudah terbakar segera loncatan api listrik dan

terbakar saat terpapar api. bara rokok. Jauhkan

dari bahan bahan yang


Mudah Terbakar cairan mudah yang
(Flammable)
terbakar atau reduktor.
6. Bahan bisa masuk melalui Jika berhadapan dengan

pernafasan, melalui mulut dan bahan ini, jangan

melalui kontak kulit. Risiko menghirup bahan bahan

inflamasi jika bahan kontak tersebut serta hindari

langsung dengan kulit dan selaput kontak langsung dengan


Bahaya Iritasi
lendir, mata dan kulit
(Irritant/Harmful)

20
7. Melepasnya langsung ke Cara penanganan bahan

lingkungan, baik itu ke tanah, kimia ini yakni sebelum

udara, perairan, atau ke dibuang ke alam, bahan

mikroorganisme dapat kimia tersebut diolah

Bahaya Lingkungan menyebabkan terlebih dahulu

(Dangerous) kerusakan ekosistem.


8. Dampak buruk yakni radiasibisa Melindungi diri dengan

menyebabkan kerusakan pada penahan seperti timbal,

jaringan kulit. Orang yang terpapar menjauhkan diri dari

radiasi dosis tinggi akan sumber radiasi.

mengalami kulit terbakar, lecet dan


Radioaktif
luka, bahkan kanker
(Radioactive)
kulit.
9. Bahaya biologis yang memiliki Saat menangani bahaya

beresiko dari zat kimia atau biologis pada tingkat ini,

organisme berbahaya seperti penggunaan setelan

racun, virus, bakteri, parasit, personel bertekanan


Bahaya Biologis
jamur, protein prion dan lain positif dengan pasokan
(Biohazard)
sebagainya. udara terpisah adalah

wajib. Pintu masuk dan

keluar dari laboratorium

agar sirkulasi udara

dalam laboratorium bisa

21
tersirkulasi dengan

baik.

4.3 Peralatan Keselamatan Kerja di Laboratorium

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kita bisa mengetahui bahwa bekerja

di laboratorium mempunyai risiko kecelakaan kerja. Untuk itu, setiap praktikan

wajib memiliki peralatan keselamatan kerja yang digunakan ketika melakukan

kegiatan praktikum sebagai berikut:

No Nama Alat Gambar Fungsi

1. Jas Laboratorium Melindungi diri dari

percikan api larutan

berbahaya

22
2. Kacamata Melindungi mata dari
Pelindung
percikan atau kontak
(Goggle)
langsung

dengan larutan

berbahaya

3. Masker Mencegah terhirup zat

berbahaya

4. Kaos Melindungi tangan dari


Tangan
ceceran larutan kimia
(Lateks)
yang bisa membuat

kulit gatal atau

melepuh.

23
5. Sepatu Melindungi kaki dari

zat berbahaya

6. Pelindung Wajah Melindungi wajah dari


(Face Shield)
percikan larutan

berbahaya atau loncatan

api

4.4 Peralatan Keterampilan Kerja di Laboratorium

Setelah mengetahui Alat-alat pelindung diri ketika kita berada di dalam

laboratorium, selanjutnya sebelum memulai kegiatan praktikum di laboratorium

kita harus mengenal peralatan praktikum dan fungsi-fungsinya. Adapun contoh-

contoh dari peralatan keterampilan kerja di laboratorium sebagai berikut:

Nama alat-alat
No Gambar Fungsi
kimia

24
1. Labu Ukur Untuk membuat dan atau

mengencerkan larutan

dengan ketelitian yang tinggi.

2. Erlenmeyer Mengukur volume bahan

kimia cair dengan ketelitian

rendah

25
3. Gelas Kimia Menampung sample / bahan

sementara, atau bisa digunakan

sebagai penyimpan zat

sementara.

4. Tabung Reaksi Tempat pengenceran atau

digunakan tempat menyimpan

media.

26
5. Rak Tabung Tempat meletakkan tabung

reaksi.

6. Gelas Ukur Alat ukur volume, untuk

sampel bahan cair dengan

ketelitian rendah.

27
7. Pipet Tetes Mengambil bahan dalam

jumlah sedikit / tetesan tidak

ada skala ukuran volume pada

alat ini

8. Pipet Skala Mengambil larutan dan

mengukur volume larutan pada

berbagai skala / ukuran dengan

ketelitian tinggi.

28
10. Pipet Volume Mengambil bahan dan

mengukur volume larutan

hanya satu skala ukuran

dengan ketelitian tinggi.

11. Karet Pengisap Membantu mengambil larutan


(Bulb)
kimia yang berbahaya dengan

cara disambungkan dengan

pipet ukur atau pipet volume.

29
12. Corong Untuk memindah larutan ke

wadah yang mempunyai

dimensi pemasukkan sampel

bahan kecil.

13. Termometer Mengukur suhu larutan

30
14. Botol Semprot Tempat untuk Menyimpan

Aquades

15. Bunsen (Lampu Untuk memanaskan larutan


Spiritus)

31
16. Kaki Tiga Sebagai penyangga alat dalam

proses pemanasan.

17. Kasa Abses Sebagai alas pada pemanasan

alat-alat kaca yang berisi cairan

atau larutan dengan maksud

agar panasnya merata.

32
18. Sikat Tabung Membersihkan

tabung reaksi, gelas ukur, labu

ukur dan lain-lain setelah

digunakan.

19. Penjepit Tabung Untuk menjepit tabung reaksi

disaat proses pemanasan.

33
20. Batang Menghomogenkan perlarut
Pengaduk
dengan terlarut menjadi larutan

kimia

21. Sendok Tanduk Mengambil sediaan padat,

seperti tablet, serbuk, atau

kapsul.

34
22. Spatula Logam Mengambil bahan kimia padat

23. Pinset Untuk menjepit zat kecil

ataupun yang

sangat lembek

35
24 Cawan Petri untuk menjaga sterilisasi

bakteri atau virus dari spesi

atau elemen yang dapat

mengontaminasinya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa bekerja di

laboratorium bukan hal yang mudah dan tidak bisa seenaknya, karena kita sebagai

praktikan harus bersikap disiplin, teliti, tertib, sadar kondisi. Semua itu dilakukan

karena di laboratorium terdapat berbagai sumber yang bisa menyebabkan

kecelakaan kerja di laboratorium.

36
5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Saran saya untuk laboratorium, yaitu menjaga kelengkapan fasilitas dan

peralatan laboratorium, apalagi peralatan APD agar meminimalisasi terjadinya

kecelakaan.

5.2.2 Saran Untuk Praktikum

Saran saya untuk praktikum, yaitu menurut saya praktikum lebih efektif

apabila dilakukan offline, karena kami para praktikan bisa melihat dan mencoba

langsung percobaannya. Namun, di lain sisi kami juga memahami keadaan saat

ini.

5.2.3 Saram Untuk Asisten

Saran untuk asisten adalah semoga ada penambahan keaktifan antara

praktikan dengan asisten dalam berkomunikasi, agar praktikan dan asisten saling

mengerti kondisi satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningrum, D., 2020, Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di


Laboratorium Pendidikan, Jurnal Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan, 2(1); 35-40.

Emda, A., 2017, Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia dalam


Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah,
Lantanida Journal, Vol. 5 No.1, 2017

Tomasz Olewski. 2017. Challenges in applying process safety management at


university laboratories. Journal of loss prevention in the process
industries. Elsevier.

37
Seyyed Shahab Husseinian. 2012 Major Theories of Construction Accident
Causation Models, a Literature Review. IJAET.

Harjanto, N.T., Suliyanto., Ismojowati, E.S., 2011, Manajemen Bahan Kimia


Berbahaya Dan Beracun Sebagai Upaya Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan, Pusat Teknologi
Bahan Bakar Nuklir-BATAN, 4(8); 54-67.

Manknun, D., 2012, Evaluasi Keterampilan Laboratorium Mahasiswa


Menggunakan Asessmen Kegiatan Laboratorium Berbasis
Kompetensi pada Pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL), Holistik Vol. 13 No. 01, Juni 2012

Putra, I.O., 2018, Management Risiko Pada Laboratorium Biofarmasetika Dan


Analisis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 7(1); 81-
90.

Utomo, S., 2012, Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) dan Keberadaannya di
dalam
Limbah, Konversi Vol. 1 April 2012
Sardi, A., 2018, GHS:Keselamatan Berbicara Melalui Simbol, Bioscience, 2(1);
01-
10.
Ayana U.C.2017. Chemical laboratory safety awareness, attitudes and practices
of
tertiary student. Safety science. Elsevier.

38
LAMPIRAN
Sumber Referensi

39
40
41
42
43
44
45
46

Anda mungkin juga menyukai