Anda di halaman 1dari 14

Laporan Lengkap Praktikum

SENYAWA HALOGEN ORGANIK

ALIZA ZAKIAH RIFAAT AS


H041 20 1068

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi

zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu. Kelarutan suatu

senyawa, tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut,

temperature, pH larutan, tekanan untuk jumlah lebih kecil tergantung pada hal

terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut sampai batas daya melarutkannya,

larutan ini disebut larutan jenuh (Heaton, 2006).

Jenis-jenis pelarut yang digunakan untuk melarutkan, antara lain adalah

sebagai berikut: a) pelarut polar, melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lain, b)

pelarut nonpolar, aksi pelarut dan cairan nonpolar seperti hidrokarbon berbeda

dengan zat polar. Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik

antara ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.

Oleh karena itu, zat terlarut ionic dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat larut

sedikit dalam pelarut nonpolar, c) pelarut semipolar, sama seperti keton dan

alcohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut

nonpolar sehingga menjadi dapat larut dalam alcohol (Sumardjo, 2009).

Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam

formulasi suatu sediaan. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat

ini bersifat hidrofobik. Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1mg/mL

mempunyai tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu senyawa halogen

saling berkaitan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organic dan fungsinya

sebagai pelarut.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah :

1. mempelajari kelarutan senyawa halogen organic dalam beberapa pelarut

2. untuk mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organic melalui

reaksi dengan CHCl3, AgNO3/alcohol, NaI/aseton

1.3 Prinsip Percobaan

Pada percobaan ini, dilarutkan beberapa senyawa halogen organik dalam

beberapa pelarut untuk dilihat kelarutannya dalam pelarut tertentu. Selain itu,

direaksikan beberapa senyawa halogen organik dengan reagen tertentu untuk

dilihat keraktifan senyawa halogen organik tersebut.

1.4 Landasan Teori

1.4.1 Senyawa Halogen

Asal kata halogen adalah bahasa Yunani yang berarti produksi garam

dengan reaksi langsung dengan logam. Karena kereaktifannya yang sangat tinggi,

halogen ditemukan di alam hanya dalam bentuk senyawa. Konfigurasi electron

halogen adalah ns2np5, dan halogen kekurangan satu electron untuk membentuk

struktur gas mulia yang merupakan kulit tertutup. Jadi atom halogen

mengeluarkan energy bila menangkap satu electron. Walaupun afinitas electron

didefinisikan sebagai perubahan energy penangkapan electron, tanda positif


biasanya digunakan. Agar konsisten dengan perubahan entalpi, sebenarnya tanda

negatif lebih tepat (Damin, 2006).

1.4.2 Senyawa Organik

Elemen utama bahan organik adalah C (karbon). Umumnya bahan organik

alambersal dari tumbuhan dan hewan. Saat ini lebih dar 1,8 juta jenis bahan

sintesis yang diproduksi, dan kira-kira 250.000 bahan disintesis yang diproduksi

setiap tahunya. Pengolahan air atau limbah cair adalah untuk meminimalkan

kontaminan baik menggunakan pendekatan biologi, fisika, atapun proses

pengolahan secara kimia. Senyawa organik di dalam air dibagi ke dalam beberapa

kelompoktergantung dari struktur kimianya yaitu hidrokarbon, senyawa halogen

organik,senyawa organik yang lainnya (Izaru, 2018).

1.4.3 Senyawa Halogen

Senyawa organik ini terdiri dari unsur halogen (F, Cl, Br, I) sebagai atom

utama seperti khloroform (CH3Cl), diklorometana (CH2Cl2), dan karbon

tetraklorida (CCl4). Dalam senyawa organohalogen (C, H, X dimana X = F, Cl,

Bratau I), atomatom halogen dapat dianggap sebagai pengganti hidrogen, jadi

suatu senyawa hidrokarbon seperti C4H6Br2 ekuivalen dengan C4H8, dengan

demikian memiliki derajat ketidakjenuhan sama dengan satu (Prasojo, 2012).

Kebanyakan alkil halida adalah cair dan bromida, iodida dan polihalida umumnya

mempunyai kerapatan >1. Alkil halida tidak larut dalam air, tetapi dapat saling

melarutkan dengan hidrokarbon cair (Firdaus, 2010).


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Metode Percobaan

2.1.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan senyawa halogen organik ini adalah

tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, hot plate dan sikat tabung reaksi.

2.1.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah mentega, akuades,

minyak, benzil klorida, kloroform, kloro benzene, diklorometan, NaI/aseton,

AgNo3/alcohol dan CHCl3.

2.2 Prosedur Percobaan

2.2.2 Kelarutan Senyawa Halogen Organik

Disiapkan tiga buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 0,5

mL CHCl3. Tabung (1) ditambah dengan 1 mL air, tabung (2) dengan 1 mL

minyak, dan tabung (3) dengan 1 mL mentega yang sudah dilelehkan. Dikocok

dan diperhatikan kelarutannya masing-masing lalu dicatat.

2.2.3 Reaktifitas Senyawa Halogen Organik

Disiapkan empat buah tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi diisi

dengan 1 mL AgNO3/alkohol yang berkadar 2%. Tabung pertama ditambah

dengan benzil klorida, tabung kedua dengan kloro benzena, tabung ketiga dengan

kloroform dan tabung keempat dengan diklorometan, masing-masing 3 tetes.

Dikocok agak kuat, diamati dan dicatat. Prosedur tersebut dikerjakan, diganti

AgNO3/alcohol dengan NaI/aseton.


2.3 Hasil dan Pembahasan

2.3.1 Hasil

A. Tabel 1. Kelarutan Senyawa Halogen Organik


Kelarutan

Bahan CCl4 CHCl3 Keterangan

Air - 2 fasa Polar

Minyak - 1 fasa Non polar

Mentega - 1 fasa Non polar

B. Tabel 2. Perubahan Yang Terjadi pada Senyawa Halogen Organik


Perubahan yang terjadi

Bahan AgNO3/Alkohol Nal/Aseton Keterangan

Benzil klorida Endapan putih Larutan berwarna Bereaksi dengan AgNo3

kuning dan endapan dan NaI

putih

Kloro benze Larutan bening Larutan bening Tidak bereaksi dengan

AgNO3 dan NaI

Kloroform Larutan bening Larutan bening Tidak bereaksi dengan

AgNO3 dan NaI

Diklorometan Larutan bening Larutan bening Tidak bereaksi dengan

AgNO3 dan NaI


2.3.2 Reaksi Senyawa Halogen Organik

1. Cl
+
AgNO3

2. CH2Cl CH2NO2

+ AgNO 1
+ AgCl + O
2 2
3

Putih

3. CHCl3 + AgNO3

4. CH2Cl2 + AgNO3

5. Cl

+ NaI

6. CH2Cl
CH2I

+ NaI + NaCl

Putih

7. CHCl3 + NaI

8. CH2Cl2 + NaI
2.4 Pembahasan

2.4.1 Kelarutan Senyawa Halogen Organik

Pada percobaan ini, untuk mengetahui kelarutan suatu senyawa halogen

organik, direaksikan CHCl3 dengan air, minyak dan dicairkan). Dari hasil percobaan

yang dilakukan, terlihat bahwa CHCl3 tidak larut dalam air. Hal yang terjadi yaitu kedua

senyawa halogen organik tersebut tenggelam ke dasar wadah, yang disebabkan karena

kedua senyawa tersebut (CHCl3) bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Hasil

tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa perbedaan kepolaran diantara dua senyawa

menyebabkan senyawa-senyawa tersebut tidak dapat membentuk ikatan. Selain itu, juga

dikarenakan kedua senyawa tersebut mempunyai berat molekul yang lebih berat dari

pada air (1 g/cm3) sehingga menyebabkan CHCl3 (1,6 g/cm3) tenggelam ke dasar

wadah. Sedangkan ketika CHCl3 direaksikan dengan minyak dan mentega, terlihat

bahwa CHCl3 larut dalam keduanya. Hal ini terjadi karena CHCl3 dengan minyak dan

mentega sama-sama bersifat nonpolar sehingga dapat membentuk larutan homogen

karena saling melarutkan.

2.4.2 Reaktifitas Senyawa Halogen Organik

Pada percobaan ini, akan dilihat kereaktifan senyawa halogen organik.

Reaktifitas senyawa halogen organik dilihat dengan terbentuknya laju pembentukan

endapan yang terjadi ketika ditambahkan dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton.

Ketika AgNO3/alkohol direaksikan dengan benzil klorida, terjadi reaksi yang

ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Sedangkan ketika direaksikan dengan

kloroform, diklorometan, dan klorobenzena tidak terjadi reaksi dan larutan tetap bening.

Reaksi yang terjadi pada kloro benzena telah sesuai dengan teori, begitupun

kloroform, diklorometan, dan klorobenzena yang juga sesuai dengan teori. Teori yang

ada menyatakan, penyebab kloroform dan diklorometan tidak bereaksi karena


keelektronegatifannya rata selain itu kloroform dan diklorometan tidak bisa melepas Cl

dikarenakan strukturnya yang simetris kloro benzena tidak bereaksi dikarenakan ketika

kloro benzena bereaksi dengan AgNO3 dan menhasilkan AgCl maka kloro benzena

tidak aromatis lagi.

Pada reaksi antara NaI/aseton dengan benzil klorida, terjadi reaksi yang ditandai

dengan adanya perubahan warna larutan menjadi berwarna kuning dan adanya endapan

putih. Ketika NaI/aseton direaksikan dengan kloroform, diklorometan, dan kloro

benzena tidak terjadi reaksi dan larutan tidak berubah berubah warna dan tetap

berwarna bening. Teori menyatakan bahwa I (iodin) tidak dapat mendesak Cl sebab Cl

mempunyai kereaktifan dan keelektronegatifan lebih besar dibanding I (iodin),

begitupun jika dalam bentuk senyawa, tidak dapat bereaksi dengan NaI sebab I tidak

dapat mendesak Cl. Jadi pada percobaan kereaktifan senyawa halogen organik, kloro

benzena, benzil klorida, kloroform, dan diklorometan sesuai dengan teori. Dimana kloro

benzena dapat bereaksi dengan NaI dikarenakan ia dapat dengan mudah melepaskan Cl

sedangkan penyebab kloroform dan diklorometan tidak bereaksi karena

keelektronegatifannya rata selain itu kloroform dan diklorometan tidak bisa melepas Cl

dikarenakan strukturnya yang simetris kloro benzena tidak bereaksi dikarenakan ketika

kloro benzena bereaksi dengan NaI dan menghasilkan NaCl maka kloro benzena tidak

aromatis lagi.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Senyawa halogen organik CHCl3 tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air,

namun larut minyak dan mentega yang bersifat nonpolar. Sehingga senyawa

halogen organik CHCl3 termasuk senyawa nonpolar.

2. Pada percobaan kereaktifan senyawa halogen organik, hanya senyawa benzil

klorida yang dapat bereaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI sedangkan

kloroform, diklorometana, dan klorobenzena tidak dapat bereaksi dengan

AgNO3/alkohol dan NaI.

3.2 Saran

3.2.1 Saran untuk Praktikum

Sebaiknya dalam proses praktikum, video pengukuran dan pengambilan data

dilakukan dengan cermat sehingga dapat memperoleh hasil data yang bagus dan

akurat. Selain itu, pada praktikum seperti ini baik proses maupun hasilnya sebaiknya

didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Damin, S., 2006, Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta, EGC, Jakarta.

Fessenden, R. T., dan Fessenden, J. S., 2010, Dasar-Dasar Kimia Organik, Binarupa
Aksara Publisher, Tangerang.

Firdaus., 2010, Alkil Halida, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Unhas, Makassar.

Hart, H., Craine, L,E., dan Hart, D,J., 2003, Kimia Organik Edisi 11, Erlangga,
Jakarta.

Izarul, M., 2018, Pengantar Pengendalian Pencemaran: Pencemaran Air,


Pencemaran Udara, dan Kebisingan, CV, Budi Utama, Yogyakarta.
LAMPIRAN 1

BAGAN KERJA

A. Kelarutan senyawa Halogen Organik

CCl4 dan CHCl3

- Diisi 3 tabung reaksi dengan 0,5 mL larutan CCl4


- Dimasukkan ke dalam tabung 1 beberapa tetes air, tabung 2
dengan minyak, dan pada tabung 3 dengan mentega yang dicairkan
- Dikocok dan dipehatikan kelarutan masing-masing laludicatat
- dikerjakan sesuai prosedur diatas dengan mengganti CCl4dengan
CHCl3
Hasil

B. Reaktifitas senyawa halogen organik.

AgNO3/Alkohol dan
NaI/Aseton

- Diisi 4 tabung reaksi dengan 1 mL AgNO3/Alkoholberkadar


2%.
- Ditambahkan 1-2 tetes Klorobenzen pada tabung 1, kloroform pada
tabung 2, benzil klorida pada tabung 3, dan diklorometan pada tabung
4.
- Dikocok agak kuat dan diamati perubahan yang terjadi.
- Dilakukan prosdur yang sama dengan mengganti
AgNO3/Alkohol dengan NaI/Aseton.

Hasil
LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI PERCOBAAN

Kelarutan Senyawa Halogen Organik


Reaktifitas Senyawa Halogen Organik

Anda mungkin juga menyukai