Anda di halaman 1dari 29

Jurnal Hasil Praktikum

Kimia Organik Dasar

ASAM AMINO DAN PROTEIN

ALIZA ZAKIAH RIFAAT


H041 20 1068

KELOMPOK IV

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN ASAM AMINO DAN PROTEIN

Disusun dan diajukan oleh :

ALIZA ZAKIAH RIFAAT


H041 20 1068

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Makassar, 13 Mei 2021


Asisten Praktikan

TAUFIK HIDAYAT ALIZA ZAKIAH RIFAAT


NIM : H031 17 1306 NIM : H041 20 1068
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting. Proses kimia

dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya eznim, suatu protein

yang berfungsi sebagai biokatalis. Protein diperoleh dari makanan yang berasal

dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut dengan

protein hewani sedangkan protein yang berasal dari tumbuhan disebut dengan

protein nabati (Ginting dkk., 2017).

Protein adalah senyawa polipeptida yang dihasilkan dari polimerisasi

asam-asam amino yang menyusun satu molekul protein berkisar dari 50 sampai

1000 unit. Protein merupakan senyawa yang sangat penting dalam sistem

kehidupan, sebab protein memainkan peranan yang vital dalam semua aktivitas

sel-sel tubuh makhluk hidup, mulai dari virus, bakteri, hingga sampai kepada

tubuh manusia (Widya dkk., 2019).

Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah larutan yang

digunakan mengandung asam amino dan protein sehingga dilakukan reaksi uji

terhadap asam amino dan reaksi uji terhadap protein serta reaksi spesifik asam

amino dan protein dengan menggunakan pereaksi yang sesuai. Dari percobaan ini

praktikan dapat mengetahui reaksi-reaksi yang digunakan untuk mengidentifikasi

adanya asam amino dan protein dalam suatu zat dengan menggunakan pereaksi

tertentu.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan asam amino dan protein adalah mengenal

beberapa sifat asam amino dan protein berdasarkan reaksi kimia.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengidentifikasi protein atau ikatan peptida pada senyawa protein

2. untuk mengidentifikasi adanya gugus hidroksil fenil yang terikat pada protein

3. untuk mengidentifikasi asam amino atau adanya gugus amina dan asam

karboksilat yang terikat bebas pada senyawa protein

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini yakni untuk mengetahui adanya protein

pada sample larutan dengan melakukan beberapa uji yaitu uji millon, uji ninhidrin,

dan uji biuret.


BAB II

METODE PERCOBAAN

2.1 Metode Percobaan

2.1.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, penangas air, bunsen, kasa, dan penjepit tabung.

2.1.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pereaksi millon,

larutan protein, larutan ninhidrin 0,1%, NaOH 2 N, dan CuSO4 0,01 N.

2.1.3 Prosedur Percobaan

2.1.3.1 Uji Millon

Tabung reaksi disiapkan sebanyak 10 buah. Kemudian tabung reaksi diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein, dan ditambahkan 5 tetes pereaksi

millon. Selanjutnya, tabung reaksi dikocok dan dipanaskan sambil digoyang-

goyang lalu diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

2.1.3.2 Uji Ninhidrin

Tabung reaksi disiapkan sebanyak 10 buah. Kemudian tabung reaksi diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein, dan ditambahkan 0,5 mL larutan

ninhidrin 0,1% dan dikocok. Selanjutnya, tabung reaksi dipanaskan sampai

mendidih lalu diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

2.1.3.3 Uji Biuret

Tabung reaksi disiapkan sebanyak 10 buah. Kemudian tabung reaksi diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein, dan ditambahkan 1 mL NaOH 2 N.


selanjutnya, tabung reaksi dikocok dan ditambahkan 1 tetes CuSO4 0,01 N dan

diamati perubahan yang terjadi.

2.2 Hasil Percobaan

2.2.1 Uji Millon

Tabel 1. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi Millon
Perubahan Perubahan Pereaksi berlebih
Larutan contoh setelah ditambah setelah setelah
pereaksi Millon dipanaskan dipanaskan
L- Glisin Bening Bening Bening
L-Sistin Keruh Sedikit endapan Keruh
Ada endapan Keruh dan
L-Sistein Keruh
putih terbentuk endapan
L-Alanin Bening Bening Bening
L-Tirosin Keruh Kuning Merah bata
L-Aspharagin Keruh Keruh Keruh
L- Arginin Bening Bening Bening
Methionin Keruh Keruh Keruh
Protein Keruh Keruh Keruh

2.2.2 Uji Ninhidrin

Tabel 2. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi


Ninhidrin
Ditambah Ninhidrin Setelah dipanaskan
Larutan contoh
warna yang terbentuk warna yang terbentuk

L- Glisin Tidak berwarna Tidak berwarna


L-Sistin Keruh Ada endapan, Keruh
L-Sistein Kuning Bening, Kuning
L-Alanin Tidak berwarna Tidak berwarna
L-Tirosin Tidak berwarna Tidak berwarna
L-Aspharagin Tidak berwarna Tidak berwarna
L- Arginin Tidak berwarna Kuning
Methionin Tidak berwarna Tidak berwarna
Protein Keruh Keruh
2.2.3 Uji Biuret

Tabel 3. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi Biuret
Larutan Ditambah Ditambah CuSO4
Ditambah
contoh NaOH 2N 0,01 N berlebih
CuSO4 0,01 N

L- Glisin Tidak berwarna Biru muda Biru muda


L-Sistin Tidak berwarna Biru muda Biru muda
L-Sistein Tidak berwarna Tidak berwarna Biru muda
L-Alanin Tidak berwarna Tidak berwarna Biru muda
L-Tirosin Tidak berwarna Tidak berwarna Bitu muda
L-Arpharagin Tidak berwarna Tidak berwarna Biru muda
L- Arginin Tidak berwarna Tidak berwarna Biru muda
Methionin Tidak berwarna Tidak berwarna Biru muda
Protein Keruh Ungu Ungu tua

2.2.1.2 Reaksi

2.2.1.2.1 Reaksi Millon

a. H CH CO2H + Hg(NO3)2

NH2
Glisin
b.

HOOC CH2 CH S S CH2 CH COOH + Hg(NO3)2


NH2 NH2
Sistin
c. CH2 CH2 CH CO2H + Hg(NO3)2

SH NH2
Sistein
d. CH3 CH CO2H + Hg(NO3)2

NH2
Alanin
OOC
H2 2+ -H2O
e. 2
NH CH C OH + Hg2 + HNO3

NO2
tirosin
COOH
H2
+H N
3 C C OH + HgO
H

COO
H2 -H2O
C CH + Hg22+ + HNO3
f.
NH2
N
H COOH
triptofan H2
C CH + HgO
+
H3N
N
H

NH CH2 CH2 CH2 CH CO2H + Hg(NO3)2


g.
H2N CH NH2 NH2
Arginin

O NH2

h. H2NCCH2CH2 CHCO2H + Hg(NO3)2


glatin

i. O O
H N CH C NH CH2 C OH + Hg(NO3)2
H R
Protein
2.2.1.2.2 Reaksi Ninhidrin

a. H CH CO2H + O
OH
NH2 O
Glisin O
O + H-CHO + NH + CO
O 3 2
OH
b. HOOC CH2CH S S CH2CH COOH + O O
OH
NH2 NH2
Sistin O

c. CH2 CH2 CH CO2H + O


OH
SH NH2 O
Sistein

d. CH3 CH CO2H + O
OH
NH2 O
Alanin

e. HO CH2 H CO2H + O
OH
NH2
Tirosin O
O

CH2 CH CO2H + O
f.
OH
N
H Triptofan NH2 O
O
O COH + NH3 + CO2
O +
g. NH CH2 CH2 CH2 CH CO2H + O
OH OHN
H2N CH NH2 NH2 H
Arginin O O

O H2
O NH CH2 CH2 C COH + NH3 + CO2
O NH2 + O
OH H2N CH NH2
O
h. H2NCCH2CH2 CHCO OH 2 + OH
gelatin O

i. O
O O O
H N CH C NH CH2 C OH + OH
H R O
Protein

2.2.1.2.3 Reaksi Biuret

a. H CH CO2H + NaOH + CuSO4

NH2
Glisin

b. HOOC CH2 CH S S CH2 CH COOH + NaOH + CuSO4

NH2 NH2
Sistin

c.
CH2 CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4

SH NH2
Sistein
d. CH3 CH CO2H + NaOH + CuSO4

NH2
Alanin

e. HO CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4


NH2
Tirosin
CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4
f.
N NH2
Triptofan

NH CH2 CH2 CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4


g.
H2N CH NH2 NH2
Arginin

O NH2

h. H2NCCH2CH2 CHCO2H + CuSO4 + NaOH

gelatin C2H5
H H
H2N C N C COOH
H
O

Cu + Na2SO4 + H2O

C2H5 O
H
HOOC C N CH
H
NH2

i. O O C O
H N CH C NH CH2C OH + NaOH H N CH C NH CH2C ONa + H2O
H R H R

Protein
R R O
H2N HC CH N CH C OH
O H
C O
H N CH C NH CH2C ONa + CuSO4 Cu
H H

O R H O
OH C HC NH CH CH NH2
R

2.2.2 Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa glisin

dan alanin tetap bening dan tidak terjadi perubahan warna ketika ditambahkan

peraksi Millon. Sementara tirosin dan gelatin saat ditambahkan pereaksi Millon

menghasilkan endapan putih begitupun setelah dipanaskan. Tetapi setelah

dipanaskan dan diberi pereaksi lebih, tirosin berubah menjadi warna merah bata

sedangkan gelatin menjadi merah muda. Asam amino sistin, sistein, dan putih

telur membentuk endapan putih setelah ditambahkan pereaksi Millon. Tetapi

setelah dipanaskan dan diberi pereaksi berlebih, sistin dan sistein tetap dan tidak

mengalami perubahan, sementara protein membentuk endapan merah. Hal ini

sesuai dengan pendapat dari bahwa produk yang dihasilkan positif maka akan

terbentuk warna merah bata. Hal ini menandakan bahwa tirosin gelatin, dan

protein memiliki gugus fenol. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa perubahan

warna terjadi akibat gugus fenol pada tirosin ternitrasi membentuk garam merkuri

dengan pereaksi Millon yang akan membentuk kompleks yang berwarna merah

(Elzagheid, 2018).
Setelah melakukan percobaan ini, dapat diketahui bahwa ketika glisin

ditambahkan ninhidrin, larutan tetap bening, begitupun setelah dipanaskan. Tetapi

setelah didinginkan larutan mengalami perubahan warna menjadi biru.Terjadi pula

hal yang sama dengan alanin, gelatin, dan putih telur. Sedangkan ketika sistin

ditambahkan ninhidrin, larutan tidak mengalami perubahan warna atau tetap

bening, begitupun setelah dilakukan pemanasan dan setelah didinginkan kembali.

Terjadi pula hal yang sama dengan sistein, dan tirosin. Selanjutnya, ketika alanin

ditambahkan ninhidrin, larutan tetap bening dan tidak mengalami perubahan

warna, begitupun setelah dipanaskan. Tetapi setelah didinginkan kembali,

larutannya berubah menjadi warna ungu muda. Lain halnya dengan gelatin, ketika

ditambahkan ninhidrin, larutannya berubah menjadi warna merah muda keruh dan

menjadi ungu setelah dipanaskan. Kemudian setelah didinginkan, warna larutan

berubah lagi menjadi ungu pekat. Uji ini akan positif jika ada senyawa-senyawa

yang didalamnya mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan asam amino

bebas. Uji ninhidrin yang positif akan ditandai dengan terbentuknya warna

biru/ungu hal ini sesuai pendapat dari Harding dan. Pada percobaan ini, hanya

beberapa larutan saja yang perubahannya sesuai dengan teori, yaitu glisin, protein,

alanin, dan gelatin. Sedangkan beberapa larutan lainnya tidak sesuai dengan teori

karena tidak mengalami perubahan warna. Pada uji ini akan menghasilkan larutan

berwarna biru/ungu terhadap asam amino. Kompleks warna ungu tersebut

dihasilkan dari senyawa ninhidrin dengan atom nitrogen pada asam amino.

Semakin pekat warna ungu yang dihasilkan maka akan semakin besar

konsentrasinya dikarenakan warna yang dihasilkan (Warneford, 1916).


Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil yaitu pada semua larutan

pada saat ditambahkan larutan NaOH 2 N larutan tetap bening. Pada sistein dan

sistin ketika ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 N larutan berubah menjadi

warna hijau. Pada alanin, tirosin, dan glisin pada saat ditambahkan dengan setetes

CuSO4 0,01 N larutan menjadi berwarna biru. Sedangkan pada gelatin dan putih

telur pada saat ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 N larutan berubah warna

menjadi agak keunguan. Pada prinsip kerja biuret menguji ada atau tidaknya

ikatan peptida. Dimana ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan

bereaksi dengan polipeptida yang menyusun protein dan membentuk senyawa

kompleks berwarna biru hingga ungu. Sedangkan pada percobaan yang dilakukan,

hanya protein dan gelatin yang menghasilkan warna ungu, yang memiliki ikatan

peptida lebih dari dua sehingga bisa diidentifikasi dalam uji biuret ini, dan hasil

ujinya positif. Apabila warnanya ungu maka ikatan peptidanya panjang, apabila

warnanya kemerah mudaan maka ikatan peptidanya pendek (Putri dkk., 2016).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa:

1. pada pereaksi Millon, gelatin dan protein positif mengandung gugus hidroksi

fenil terbukti dengan terjadinya reaksi dengan terbentuknya endapan dan

mengalami perubahan warna.

2. pada pereaksi Ninhidrin, glisin, alanin, triptofan, arginin, gelatin dan protein

positif mengandung gugus amina dan asam karboksilat terbukti dengan

terbentuknya endapan yang membuktikan terjadinya reaksi dan mengalami

perubahan warna.

3. pada uji Biuret, gelatin dan protein terbukti positif mengandung ikatan

peptida karena terjadi perubahan warna.

3.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Praktikum

Sebaiknya saat pembuatan video hasil akhirnya diperjelas karena praktikan

terkadang sulit zat apa yang bereaksi dan tidak bereaksi dikarenakan pengambilan

video yang kurang jelas.


DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. dan Aviana T., 2003, Pengaruh Jenis Larutan Perendaman Serta
Metode Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan Fungsional Gelatin
Dari Kulit Cucut, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 14(1): 7-13.

Fessenden, Ralp J. dan Fessenden, Joan S., 1997, Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid Kedua, Jakarta, Erlangga.

Maharani, E.T. dan Yusrin, 2010, Kadar Protein Kista Artemia Curah yang Dijual
Petambak Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan, Prosiding
Seminar Nasional Unimus 2010, 13(1): 30-35.

Nurjannah, Suwandy R.dan Pratama, G., 2014, Perubahan Karakteristik Asam


Amino Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) Perairan Cirebon Akibat
Penggorengan, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 3(1): 76-82.

Sastrohamidjojo, H. dan Pranowo, D.H., 2011, Sintesis Senyawa Organik,


Erlangga, Jakarta.

Wilbraham, A. C. dan Matta, M. S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati,
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Akram, M., Asif H.M., Uzair M., Akhtar, N., Madni, A., Shah, S.M.A., Hasan, Z.,
and Ullah, A., 2016, Amino acids: A review article, Journal of Medicinal
Plants Research, 5, (17); 3997- 4000.

Bintang, M., Rahmawati, F., Safira, U.M., dan Andrianto, D., 2020, Biokimia
Fisik, IPB Press, Bogor.

Imtihani, N. H., Permatasari, N. S., 2020, Sintesis dan Karakteristik Kitosan dari
Limah Kulit Udang Kaki Putih, Simbiosa, 9, (2); 129-137.

Lestari, N.K.L., Sukrama, I.D.M., dan Suardana, I.W., 2019, Karakteristik


Fisikokimia dan Uji Aktivitas Antimikroba Bakteriosin dari Isolat Bakteri
Asam Laktat 15B Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali, Buletin Veteriner
Udayana, 11, (1); 65-70.
Mirdayanti, R., 2018, Idenfikasi Keratin dari Ekstraksilimbah Bulu Ayam, Jurnal
Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya, 2, (2); 33-36.

Purnama, R.C., Retnaningsih, A., dan Aprianti, I., 2019, Perbandingan Kadar
Protein Susu Cair Uht Full Cream pada Penyimpanan Suhu Kamar dan
Suhu Lemari Pendingin dengan Variasi Lama Penyimpanan dengan
Metode Kjeldhal, Jurnal Analis Farmasi, 4, (1); 50-58.

Rosmawati, 2015, Lama Perebusan Terhadap Kandungan Protein Pada Kerang


Darah, Jurnal Biology Science & Education, 2, (2); 103-109.

Sari, E. M., Nurilmala, M., dan Abdullah, A., 2017, Profil Asam Amino dan
Senyawa Bioaktif Kuda Laut (Hippocampus comes),Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 9, (2); 605-617.

Subroto, E., Lembong, E., Filianti, F., Indiarto, R., Primalia, G., Putri, M.S.K.Z.,
Theodora, H.C., and Junar, S., 2020, The Analysis Techniques Of Amino
Acid And Protein In Food And Agricultural Products, International
Journal of Scientific & Technology Research, 9, (10); 29-36.

Sufitri., Bahri, S., Khairuddin., Sumami, K. N., Rahim, A. E., 2020, Perbandingan
Kadara Perebusan dan Pengukusan dengan Menggunaan Uji Buiret, Jurnal
Riset Kimia, 6, (1); 67-73.

Yu, Y. dan Fukugawa, N., K., 2020, Protein and Amino Acids, Present
Knowledge in Nutrition, 1, (2); 1-35.
Lampiran 1. Bagan kerja

1. Uji Millon
Pereaksi Millon

- Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.


- Diisi pada masing-masing tabung dengan 2 ml: glisin,
sistein, sistin, meteonin, alanin, tirosin, triptopan,
arginin, fenil alanin, gelatin, protein.
- Ditambahkan 5 tetes pereaksi millon.
- Dikocok dan dipanaskan sambil digoyang-goyangkan,
dan amati.
- Dicatat perubahan yang terjadi, jika pereaksi berlebih
warna akan hilang.

Hasil

2. Uji Ninhidrin

Larutan ninhidrin 0,1%

- Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan


kering.
- Diisi pada masing-masing tabung dengan 2 ml larutan
asam amino atau protein yaitu: glisin, sistein, sistin,
meteonin, alanin, tirosin, triptopan, arginin, gelatin,
protein.
- Ditambahkan 0,5 mL larutan ninhidrin 0,1% dan
dikocok.
- Dipanaskan sampai mendidih, diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi.

Hasil
3. Uji Biuret

1 mL NaOH 2N CuSO4 0,01N

- Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.


- Diisi pada masing-masing tabung dengan 2 ml: glisin,
sistein, sistin, meteonin, alanin, tirosin, triptopan,
arginin, gelatin, protein.
- Ditambahkan 1 mL NaOH 2N, dikocok kemudian
ditambahkan setetes CuSO4 0,01N.
- Dikocok dan diamati serta dicatat perubahan yang terjadi.
Jika tidak timbul warna tambahkan setetes atau lebih
CuSO4.

Hasil
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

A. Uji Millon

Gambar 1. Setelah Penambahan pereaksi Millon


B. Uji Ninhidrin

Gambar 2. Sebelum Penambahan Ninhidrin

Gambar 3. Setelah Penambahan Ninhidrin


Gambar 4. Setelah Dipanaskan
C. Uji Biuret

Gambar 5. Sebelum Penambahan biuret

Gambar 6. Setelah Penambahan NaOH 2 N


Gambar 7. Setelah Penambahan CuSO4 0,01 N
Lampiran 3. Sumber Referensi

Anda mungkin juga menyukai