Kimia Dasar
ACC+ 25/10/21
FITRI
H021211041
KELOMPOK IB
FITRI
H021211041
PENDAHULUAN
keadaan, yaitu kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Bila reaksi kimia
telah mencapai keadaan setimbang, konsentrasi reaktan dan produk tetap konstan dan
tidak ampak perubahan yang terjadi dalam sistem. Reaksi ini dimana reaktan
dikonversi ke produk lain dan produk dikonversi menjadi reaktan di bejana reaksi
yang sama dan secara alami menyebabkannya menjadi setimbang. Terlepas dari
sukarnya reaksi dan sifat kinetik dari reaksi baliknya. Perubahan konsentrasi dapat
,mempengaruhi proses kesetimbangan atau lebih tepatnya jumlah dari reaktan dan
pengaruh yang sama terhadap sistem gas pada kesetimbangan. Katalis dapat
mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan pada reaksi maju dan reaksi balik.
terjadi pada suatu senyawa asam, basa, atau asam basa. Tetapan kesetimbangan atau
konsentrasi senyawa atau larutan sangat berpengaruh pada pH dari suatu senyawa
atau larutan. Senyawa asam basa yang umumnya mengalami ksetimbangan adalah
nilai pH, tetapan kesetimbangan ionisasi, derajat ionisasi larutan asam lemah, dan
universal.
pengenceran terhadap nilai pH, tetapan kesetimbangan dan derajat ionisasi larutan
asam lemah berdasarkan nilai pH yang diperoleh dalam percobaan asam basa..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pembelajaran yang dikenal dengan larutan atau kertas indikator. Indikator asam-
basa dapat dibuat dari bahan alami dengan mengekstrak bagian dari tanaman.
Beberapa tanaman seperti ubi ungu, dan bunga kangkung telah digunakan sebagai
Materi asam-basa merupakan salah satu materi yang harus dipelajari dan
dipahami oleh mahasiswa. Terdapat beberapa materi prasyarat yang harus dikuasai
terlebih dahulu untuk dapat memahami materi asam-basa, antara lain kesetimbangan
kimia, reaksi kimia, stoikiometri, hakikat materi, dan larutan. Selain itu, materi
yaitu buffer, hidrolisis dan titrasi pada peristiwa asam-basa. (Amry dkk., 2017).
Sifat kimia dari suatu senyawa dapat dijlaskan oleh sifat asam-basa dari
bersifat asam jika dapat menyumbangkan proton (H=), sedangkan basa jika senyawa
dapat menerima proton (H+). Asam-asam kuat memiliki konstanta keasaman besar
yang merupakan nilai negatif logaritma dari konstanta keasaman. Dengan demikian,
Asam-asam kuat memiliki nilai Ka rendah, sedangkan asam-asam lemah memiliki
Sejauh ini, yang dibicarakan adalah tetang keasaman, tetapi konsep yang
sama dapt digunakan pula unuk menenukan kebasaan dari suatu senyawa. Basa
konjugasi dari asam kuat adalah basa lemah, karena memiliki afinitas yang kcil
terhadap proton. Sebaliknya, basa konjugasi dari asam lemah adalah basa kuat,
Asam basa Lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sbagai aseptop
atau penerima paangan elektron, sedangkan bas Lewis adalah senyawa yang dapat
bertindak sebagai donor/pmberi paangan elektron. Konsep asam basa Lewis sangat
luas digunakan bukan hanya senyawa pemberi atau penerima elektron, tapi juga
dapat diterapkn pada senyawa lain. Proton (senyawa hidrogen) merupakan asam
Lewis karena dapat menerima sepasang elektron supaya dapat stabil, dan juga
karena memilki orbital-orbital kosong yang dapat menrima sepasang elektron dari
basa Lewis (Prasojo, 2012). Ka suatu asam semakin kuat asamnya. Sementara itu,
terionisasi di dalam air yang dinyatakan dengan nilai Kb. Semakin besar nilai
untuk pH yang sebaliknya akan negatif karena nilai [H+] yang kecil. pH yang diukur
dari suatu larutan biasanya tidak sama dengan yang dihitung dari persamaan tersebut
karena konsentrasi ion H+ dalam molaritas tidak secara numerik sama dengan nilai
pH larutan. Meskipun banyak pH meter yang memiliki skala ditandai dengan nilai
dari 1 hingga 14, nilai pH sebenarnya bisa kurang dari 1 dan lebih besar dari 14.
rendah (keasaman tinggi) sedangkan pH darah yang lebih tinggi karena digunakan
ketika basa lemah ditambahkan ke dalam air. Rekasi antara anion dan kation suatu
dari larutan garam. Klasifikasi asam basa pada senyawa organik umumnya
mengikuti teori asam basa Bronsted-Lowry. Indikator asam basa adalah suatu
senyawa organik yang dapat berubah warna dengan berubahnya pH, biasa
digunakan untuk membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa dengan cara
memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa. Konsep
yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, serta yang tetap diterima hingga
METODE PERCOBAAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah larutan asam
asetat 0,1 M dan larutan asam formiat 0,1 M. Adapun indikator yang digunakan
pada percobaan ini adalah indikator merah netral (pH 7,0 – 8,0), indikator merah
violet (pH 0,2 – 2,0), indikator bromcresol green (pH 4,0 – 6,0), indikator merah
orange (pH 3,0 – 4,4), indikator bromphenol blue (pH 2,8 – 4,6), indikator metil
merah (pH 4,2 – 6,3), indikator thympolphtaler (pH 9,3 – 10,5), dan indikator thymol
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah labu semprot, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, plat tetes, labu ukur, termometer, pH universal, pipet
diukur pH dan suhu larutan, dilakukan dua kali. Masing-masing pH larutan ini
diukur dengan ditetesi larutan petunjuk atau indikator yang sesuai dengan trayek pH
hasil pembacaan kertas pH universal larutan asam formiat 0,1 M. Dilakukan
pengenceran bertingkat sebanyak 3-5 kali. Dicatat hasil analisis yang diperoleh.
diukur pH dan suhu larutan, dilakukan dua kali. Masing-masing pH larutan ini
diukur dengan ditetesi larutan petunjuk atau indikator yang sesuai dengan trayek pH
pengenceran bertingkat sebanyak 3-5 kali. Dicatat hasil analisis yang diperoleh.
BAB IV
Secara teori, semakin pekat suatu larutan maka pH larutan tersebut akan
semakin naik atau semakin besar dan semakin encer suatu larutan maka pH larutan
tersebut akan semakin turun atau semakin kecil. Hal ini menbuktikan bahwa
pengenceran berbanding lurus dengan tingkat kenaikan pH. Teori tersebut sesuai
dengan hasil yang didapatkan dari percobaan yang telah dilakukan. Berdasarkan
data pada tabel di atas, maka pH larutan asam formiat semakin turun setelah
dilakukan pengenceran bertingkat sebanyak lima kali yang berarti kedua larutan
tersebut semakin encer dan nilai pH atau tingkat keasamannya semakin rendah.
Secara teori, semakin pekat suatu larutan maka pH larutan tersebut akan
semakin naik atau semakin besar dan semakin encer suatu larutan maka pH larutan
tersebut akan semakin turun atau semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
pengenceran berbanding lurus dengan tingkat kenaikan pH. Teori tersebut sesuai
dengan hasil yang didapatkan dari percobaan yang telah dilakukan. Berdasarkan data
pada tabel di atas, pH larutan asam asetat semakin turun setelah dilakukan
pengenceran bertingkat sebanyak empat kali yang berarti kedua larutan tersebut
dengan tingkat kesetimbangan asam. Semakin kecil konsentrasi maka semakin kecil
nilai kesetimbangan dan semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula nilai
kesetimbangan.
dari suatu larutan tidak mempengaruhi derajat ionisasi dari larutan tersebut. Baik
pada saat konsentrasi dinaikkan maupun diturunkan, tak akan berpengaruh dengan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin encer konsentrasi suatu larutan asam maka pH yang dihasilkan akan
asam lemah maka konsentrasi yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan pH
yang dihasilkan serta berbanding lurus juga dengan nilai Ka larutan. Tetapi
3. Larutan asam lemah yang telah diketahui nilai pH-nya dapat dicari nilai derajat
ionisasi larutannya.
5.2 Saran
praktikum yang menyertakan referensi dan selalu diperbaharui serta lebih dilengkapi
lagi agar para praktikan tidak kewalahan mencari referensi untuk mengerjakan
lab yang digunakan walaupun praktikum hanya dilakukan oleh tim laboratorium
tanpa melibatkan praktikan secara langsung melainkan virtual, agar dalam praktikum
selanjutnya, tim laboratorium tidak kewalahan dalam menyiapakan alat dan bahan
Amry, U.W., Rahayu, S., dan Yahmin, Y., 2017, Analisis Miskonsepsi Asam
Basa pada Pembelajaran Konvensional dan Dual Situated Learning Model
(DSLM), Jurnal Pendidikan, 2(3): 385-391.
Chang, R., 2003, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ngafifuddin M., Susilo, dan Sunarno, 2017, Penerapan Rancang Bangun pH Meter
Berbasis Arduino pada Mesin Pencuci Film Radiografi Sinar-X, Jurnal
Sains Dasar, 6(1): 66-70.
Prasojo, L.S., 2009, Kimia Organik 1 Jilid 1, Novena, Yogyakarta.
Sukemi, dkk., 2017, Indikator Asam Basa Dari Ekstrak Etanol Pucuk Daun Pucuk
Merah (Syzygiumoleana), Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia, 2(3): 140.
Utomo, M. P., 2008, Teori Asam Basa, FMIPA UNY, Yogyakarta.
Lampiran 1
HCOOH 0,1M
batas..
tetes.
HCOOH.
Hasil
Catatan: Dilakukan percobaan yang sama pada HCOOH sebanyak 5 kali dengan
CH3COOH 0,1 M
batas..
tetes.
HCOOH.
Hasil
Catatan: Dilakukan percobaan yang sama pada HCOOH sebanyak 5 kali dengan
V1 M1 = V2 M2
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2
M2 = 0,01 M
V1 x M1 = V2 xM2
5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2
M2 = 0,001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,0001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,00001 M
2. Konsentrasi Kesetimbangan Asam Formiat 0,1 M
2
[10-pH]
𝐾𝑎𝑛 =
[𝑀]
a. Konsenrasi 0,1 M, pH = 2
2
[10-pH]
𝐾𝑎1 = [M]
-1 2
[10 ]
𝐾𝑎1 =
[0,1]
𝐾𝑎1 = 10−1 M
b. Konsenrasi 0,01 M, pH = 3
2
[10-pH]
𝐾𝑎2 =
[[M]
2
[10-3]
𝐾𝑎2 =
[0,01]
𝐾𝑎2 = 10−4 M
c. Konsenrasi 0,001 M, pH = 4
2
[10-pH]
𝐾𝑎3 =
[M]
2
[10-4 ]
𝐾𝑎3 =
[0,001]
𝐾𝑎3 = 10−5 M
d. Konsenrasi 0,0001 M, pH = 5
2
[10-pH]
𝐾𝑎4 =
[M]
2
[10-5 ]
𝐾𝑎4 =
[0,0001]
𝐾𝑎4 = 10−6 M
e. Konsenrasi 0,0001 M, pH = 6
2
[10-pH]
𝐾𝑎4 =
[M]
2
[10-6 ]
𝐾𝑎4 =
[0,0001]
𝐾𝑎4 = 10−
3. Derajat Ionisasi Asam Formiat 0,1 M
10−pH
𝛼𝑛 = × 100 %
[M]
a. Konsentrasi 0,1 M, pH = 1
10−pH
𝛼1 = × 100 %
[M]
10−1
𝛼1 = × 100 %
[0,1 M]
𝛼1 = 1 %
b. Konsentrasi 0,01 M, pH = 3
10−pH
𝛼2 = × 100 %
[M]
10−3
𝛼2 = × 100 %
[0,01 M]
𝛼 2 = 10 %
c. Konsentrasi 0,001 M, pH = 4
10−pH
𝛼3 = × 100 %
[M]
10−4
𝛼3 = × 100 %
[0,001 M]
𝛼 3 = 10 %
d. Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6
10−pH
𝛼4 = × 100 %
[M]
10−6
𝛼4 = × 100 %
[0,0001 M]
𝛼4 = 1 %
e. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
10−pH
𝛼5 = × 100 %
[M]
10−7
𝛼5 = × 100 %
[0,00001 M]
10−6
𝛼4 = × 100 %
[0,0001 M]
𝛼4 = 1 %
f. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
10−pH
𝛼5 = × 100 %
[M]
𝛼4 = 1 %
B. Asam Asetat (CH3COOH) 0,1 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,1 M = 50 mL x M2
M2 = 0,01 M
V1 x M1 = V2xM2
5 mL x 0,01 M = 50 mL x M2
M2 = 0,001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,0001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,00001 M
V1 x M1 = V2 x M2
5 mL x 0,0001 M = 50 mL x M2
M2 = 0,000001 M
2. Konsentrasi Kesetimbangan Asam Asetat
2
[10-pH]
𝐾𝑎𝑛 =
[Mn]
a. Konsenrasi 0,1 M, pH = 3
2
[10-pH]
𝐾𝑎1 =
[M]
𝐾𝑎1 = 2
[10-3]
[0,1]
𝐾𝑎1 = 10−5 M
b. Konsenrasi 0,01 M, pH = 4
2
[10-pH]
𝐾𝑎2 =
[M]
2
[10-4]
𝐾𝑎2 =
[0,01]
𝐾𝑎2 = 10−6 M
c. Konsenrasi 0,001 M, pH = 5
2
[10-pH]
𝐾𝑎3 =
[M]
[10-5]]
𝐾𝑎3 =
[0,001]
𝐾𝑎3 = 10−7 M
d. Konsenrasi 0,0001 M, pH = 6
2
[10-pH]
𝐾𝑎3 =
[M]
[10-7]]
𝐾𝑎3 =
[0,0001]
𝐾𝑎3 = 10−8
e. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
2
[10-pH]
𝐾𝑎5 =
[M][M]
[10 -7]
𝐾𝑎5 = 𝐾𝑎5 =
[0,00001]
𝐾𝑎5 = 10-8 M
3. Derajat Ionisasi Asam Asetat
10−pH
𝛼𝑛 = × 100 %
[M]
a. Konsentrasi 0,1 M, pH = 3
10−pH
𝛼1 = × 100 %
[M]
10−3
𝛼1 = [0,1 × 100 %
M]
𝛼1 = 1 %
b. Konsentrasi 0,01 M, pH = 4
10−pH
𝛼2 = × 100 %
[M]
10−4
𝛼2 = [0,01 × 100 %
M]
𝛼2 = 1
c. Konsentrasi 0,001 M, pH = 5
10−pH
𝛼4 = × 100 %
[M]
10−5
𝛼4 = × 100 %
[0,0001 M]
𝛼4 = 1 %
d. Konsentrasi 0,0001 M, pH = 6
10−pH
𝛼4 = × 100 %
[M]
10−6
𝛼4 = [0,0001 × 100 %
M]
𝛼4 = 1 %
e. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
10−pH
𝛼4 = × 100 %
[M]
10−7
𝛼4 = [0,0001 × 100 %
M]
𝛼4 = 1 %
f. Konsentrasi 0,00001 M, pH = 7
10] × 100 %
𝛼5 =
10−7
𝛼5 = [0,] × 100 %
𝛼5 = 1 %
Lampiran 3. Gambar Percobaan