Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum Kimia Dasar

KESETIMBANGAN ASAM BASA

AISYAH AINUL YAKIN

H041231106

KELOMPOK IV

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

KESETIMBANGAN ASAM BASA

Disusun dan diajukan oleh:

AISYAH AINUL YAKIN

H041231106

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Asisten Praktikan

HANIFA FUADA AISYAH AINUL YAKIN


NIM. H031201023 NIM. H041231106
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesetimbangan adalah keadaan di mana tidak ada perubahan yang dapat

diamati seiring berjalannya waktu. Ketika reaksi kimia telah mencapai keadaan

setimbang, konsentrasi reaktan dan produk tetap konstan dari waktu ke waktu, dan

tidak ada perubahan yang terlihat dalam sistem. Namun, ada banyak aktivitas di

molekul tingkat karena molekul reaktan terus membentuk molekul produk

sementara molekul produk bereaksi untuk menghasilkan molekul reaktan.

Kesetimbangan kimia tercapai ketika laju reaksi maju dan reaksi balik sama dan

konsentrasi reaktan dan produk tetap. Kesetimbangan kimia adalah keadaan

reaktan dan produk hadir dalam konsentrasi yang sama dan dinamis (Chang, 2010).

Asam adalah zat yang molekulnya menyumbangkan ion hidrogen positif

(proton) untuk molekul atau ion lain. Basa adalah zat yang molekulnya menerima

ion hidrogen dari molekul lain (Hutchinson, 2022). Afinitas proton adalah

parameter yang berguna untuk prediksi kasar situs protonasi. Untuk simulasi proses

atau desain material yang akurat, harus di pertimbangkan kesetimbangan asam-basa

menggunakan afinitas proton. Proton yang dihasilkan oleh paparan terperangkap di

situs protonasi dengan afinitas proton maksimum di sekitar anion lawan sebelum

PEB (Natsuda dkk., 2015).

Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar mendapat pengetahuan

mengenai asam basa serta pengaruh pengenceran nilai pH, tetapan ionisasi serta

derajat ionisasi.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

menentukan pH larutan asam lemah, pengaruh pengenceran terhadap nilai pH,

tetapan kesetimbangan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai Ph.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1. menentukan pH larutan asam lemah dengan menggunakan kertas pH universal

dan indikator asam basa.

2. menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH, tetapan kesetimbangan

ionisasi, dan derajat ionisasi larutan asam lemah.

3. menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pengenceran terhadap pH larutan, tetapan kesetimbangan ionisasi dan derajat

ionisasi larutan asam formiat dan asam asetat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Asam Basa

Konsep asam basa merupakan salah satu konsep kimia yang memiliki sifat-sifat

contoh kongkrit abstrak. Pemahaman konsep ini membutuhkan pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif, aplikasi, analisis, evaluasi dan

penciptaan proses kognitif (Nursa’dah dkk., 2016). Beberapa teori asam basa

dikemukakan oleh para ilmuwan berikut:

1. Teori Asam Basa Arrhenius

Svante August Arrhenius adalah seorang ahli kimia asal Swedia yang

pertama kali mengemukakan teori tentang asam dan basa pada tahun 1884. Dalam

teorinya, Arrhenius mengatakan bahwa dalam pelarut air asam merupakan zat yang

menghasilkan ion hidrogen, H +(aq) dan basa merupakan zat yang menghasilkan ion

hidroksida OH-(aq). Arrhenius juga membedakan antara asam-basa kuat dan asam-

basa lemah. Asam kuat terionisasi secara sempurna menjadi ion-ion H +(aq) dan basa

kuat terdisosiasi secara sempurna menjadi ion-ion OH-(aq) (Haryono, 2019).

2. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Bronsted-Lowry menerangkan bahwa asam adalah donor proton (ion

hidrogen atau H+) sedangkan basa adalah akseptor proton (ion hidrogen atau H+).

Suatu zat dapat bertindak sebagai asam maupun basa. Jika zat lebih mudah untuk

melepaskan proton berarti zat tersebut berperan sebagai asam. Adapun lawannya

bertindak sebagai basa. Sebaliknya, jika suatu zat lebih mudah menerima proton
maka zat tersebut berperan sebagai basa. Pada suatu larutan adam di dalam molekul

air, air berperan sebagai basa (Hani’ah, 2020).

3. Teori Asam Basa Lewis

Lewis mengemukakan bahwa asam adalah zat yang bisa menerima

pasangan elektron sedangkan basa merupakan zat yang dapat memberikan

pasangan elektron. Pada teori ini, setiap reaksi yang melibatkan amonia dan air

menggunakan pasangan elektron bebasnya untuk membentuk ikatan koordinasi,

dimana keduanya bertindak sebagai basa. Adapun asam lewis adalah akseptor

pasangan elektron (Hani’ah, 2020).

Reaksi asam-basa memainkan peran kunci dalam banyak cabang kimia.

Reaksi kompleksasi anorganik, pelipatan protein, proses enzimatik, polimerisasi,

reaksi katalitik, dan banyak transformasi lain di berbagai area sensitif terhadap

perubahan pH. Memahami peran pH dalam reaksi ini menyiratkan memiliki kontrol

atas reaktivitas dan kinetika asam basa (Grifoni dkk., 2019). Derajat keasaman atau

pH suatu larutan penyangga ditentukan oleh komponen-komponennya. Jika suatu

campuran tersebut diencerkan maka harga perbandingan komponen-komponen

tersebut tidak berubah, sehingga pH larutan penyangga juga praktis tidak berubah.

Perubahan nilai pH terjadi apabila larutan diencerkan sebanyak 10 kali volume

semula. Rerata nilai pH berbanding terbalik dengan rerata nilai total asam suatu

larutan, semakin banyak jumlah asam maka semakin besar pula ion H + dari [H3O+]

sehingga menurunkan nilai pH. Jika larutan semakin basa, maka [OH–] semakin

besar, dan pOH semakin kecil, akan tetapi pH semakin besar (Kurniati dkk, 2020).
Asam dan basa adalah larutan yang umum ditemukan di mana-mana.

Hampir setiap zat cair yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari mempunyai sifat

asam atau basa, kecuali air Indikator pH biasanya asam lemah atau basa lemah yang

berubah warna sesuai dengan pH larutan yang ditambahkannya. Beberapa indikator

pH standar adalah phenolphthalein, methyl orange, methylene blue dan indikator

lainnya (Yadav dkk., 2016).

Tingkat keasaman pada suatu larutan dipengaruhi oleh konsentrasi ion OH -

semakin besar konsentrasi larutan maka tingkat keasaman semakin besar dan nilai

pH semakin kecil. Sedangkan pada tingkat kebasaan dipengaruhi oleh konsentrasi

ion OH-. Apabila asam kuat mengalami ionisasi sempurna saat dilarutkan di dalam

air, lain halnya pada asam lemah yang hanya mengalami ionisasi sebagian. Hal ini

menyebabkan ketika asam lemah dilarutkan, terjadi kesetimbangan reaksi antara

ion yang berasal dari asam dan molekul asam yang terlarut di dalam air. Tetapan

kesetimbangan pada reaksi ionisasi asam dinamakan sebagai tetapan ionisasi asam

yang disimbolkan dengan Ka (Hani’ah, 2020).

Derajat Ionisasi (α) merupakan hasil bagi dari jumlah total molekul

elektrolit yang terionisasi menjadi ion-ion. Artinya, derajat ionisasi ini menunjukan

jumlah dari molekul-molekul senyawa elektrolit yang berubah menjadi ion-

ion. Derajat ionisasi asam sangat kecil, maka konstenrasi asam HA tidaklah

berubah. Dengan demikian, [H+] = [A-]. Pada basa lemah juga terjadi ionisasi

sebagian ketika dilarutkan dalam air misalnya AgOH dan NH 4OH. Saat dilarutkan

dalam air akan terjadi kesetimbangan reaksi antara ion OH - yang berasal dari basa

dan molekul basa yang terlarut di dalam air. Tetapan kesetimbangan basa
disimbolkan dengan Kb. Asam dan basa akan terionisasi di dalam air, ion H +

dihasilkan oleh asam sedangkan ion OH - dihasilkan oleh basa. Jika asam dan basa

direaksikan maka akan menghasilkan garam dan air yang disebut dengan reaksi

penetralan (Hani’ah, 2020).

2.2 Teori Penentuan pH

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman

atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai

7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasamanpH 0 menunjukkan derajat

keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.

Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah

menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.

Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur

makan kertas dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip

elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga

bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur

impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negatif

logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal

tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. pH adalah

singkatan dari power of Hydrogen (Ardiansyah, 2015).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat (CH 3COOH)

0,1 M, asam formiat (HCOOH) 0,1 M, aquades (air suling), kertas pH universal,

pH meter.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu labu semprot, bulb, plat

tetes, labu ukur, thermometer, pipet volume, gelas kimia, tabung reaksi, dan pipet

tetes.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Larutan Asam Formiat (HCOOH)

Dituangkan larutan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan air

suling sampai batas tanda. Dibuat larutan kedua dengan cara memipet larutan induk

yang dibuat sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL selanjutnya

pada prosedur dilakukan sebanyak 5 kali. Larutan asam formiat 0,1 M dituang ke

dalam gelas kimia, selanjutnya diukur suhu pada larutan asam formiat. Diteteskan

asam formiat 0,1 M ke plat tetes lalu diukur pH nya. Setelah mendapatkan pH

dicatat, kemudian dilihat range indikator yang disediakan dan digunakan indikator

yang sesuai dengan range-nya. Setelah diteteskan indikator, dilihat perubahan


warna terjadi kemudian dicatat perubahan warna tersebut. Larutan kedua, ketiga,

dan seterusnya yang memiliki konsentrasi lebih rendah.

3.3.2 Larutan Asam Asetat (CH 3COOH)

Prosedur pada asam cuka yang pertama, dituangkan larutan ke dalam labu

ukur 50 mL, kemudian ditambahkan air suling sampai batas tanda. Dibuat larutan

kedua dengan cara memipet dari larutan induk yang dibuat tadi sebanyak 5 mL dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL selanjutnya, prosedur tersebut dilakukan

sebanyak 5 kali. Larutan asam cuka 0,1 M kemudian dituang ke dalam gelas kimia,

selanjutnya akan diukur suhu pada larutan asam cuka tersebut. Diteteskan asam

cuka 0,1 M ke plat tetes lalu diukur pH nya. Setelah mendapatkan pH dicatat dan

kemudian dilihat range indikator yang disediakan dan digunakan indikator yang

sesuai dengan range-nya. Setelah diteteskan indikator, dilihat perubahan warna

yang terjadi kemudian dicatat perubahan warna tersebut. Larutan kedua, ketiga, dan

seterusnya yang memiliki konsentrasi lebih rendah, dilakukan hal yang sama

dengan prosedur konsentrasi 0,1 M.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Asam Formiat

Tabel 4.1 Asam Formiat


No. Konsentrasi Ph Suhu Derajat Ionisasi (α)
1. 0,1 M 3 31°C 1%
2. 0,01 M 5 31°C 0.1%
3. 0,001 M 5,5 31°C 0,3%
4. 0,0001 M 6 31°C 1%
5. 0,00001 M 6,5 31°C 3,1%

4.1.2 Asam Asetat

Tabel 4.2 Asam Asetat


No. Konsentrasi pH Suhu Derajat Ionisasi (α)
1. 0,1 M 4 31°C 0.1%
2. 0,01 M 5 31°C 0.1%
3. 0,001 M 5,5 31°C 0,3%
4. 0,0001 M 6 31°C 1%
5. 0,00001 M 6,5 31°C 3,1%

4.2 Perhitungan

4.2.1 Asam Formiat

a. Pengenceran

1. Konsentrasi 0,1 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,1 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,01 M

2. Konsentrasi 0,01 M
M1 . V1 = M2 . V2

0,01 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,001 M

3. Konsentrasi 0,001 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,001 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,0001 M

4. Konsentrasi 0,0001 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,0001 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,00001 M

5. Konsentrasi 0,00001 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,00001 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,000001 M

b. Tetapan Kesetimbangan Asam Lemah (Ka)

1. Konsentrasi 0,1 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-3 )
Ka1 =
0,1

(10- 6)
Ka1 =
0,1

Ka1 = 10-5

2. Konsentrasi 0,01 M
2
(10-pH )
Ka n =
M
2
(10-5 )
Ka2 =
0,01

(10-10 )
Ka2 =
0,01

Ka2 = 10-8

3. Konsentrasi 0,001 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-5,5 )
Ka3 =
0,001

(10-11 )
Ka3 =
0,001

Ka3 = 10-8

4. Konsentrasi 0,0001 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-6 )
Ka4 =
0,0001

(10-12 )
Ka4 =
0,0001

Ka4 = 10-8

5. Konsentrasi 0,00001 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-6,5 )
Ka5 =
0,00001

(10-13 )
Ka5 =
0,00001

Ka5 = 10-8
Ka1 + Ka2 + Ka3 Ka4 + Ka5
Σ Ka=
5
Σ Ka = 2,008×10-6

c. Penentuan Derajat Ionisasi

1. Konsentrasi 0,1 M

10-pH
αn = M
×100%

10-3
α1 = 0,1
×100%

α1 = 10-2 × 100%

α1 = 1 %

2. Konsentrasi 0,01 M

10-pH
αn = M
×100%

10-5
α2 = 0,01 ×100%

α2 = 10-3 × 100%

α2 = 0,1%

3. Konsentrasi 0,001 M

10-pH
αn = M
×100%

10-5,5
α3 = 0,001 × 100%

α3 = 10-2,5 × 100%

α3 = 0,3%

4. Konsentrasi 0,0001 M

10-pH
αn = M
×100%

10-6
α4 = 0,0001 ×100%
α4 = 10-2 × 100%

α4 = 1%

5. Konsentrasi 0,00001 M

10-pH
αn = M
×100%

10-6,5
α5 = 0,00001 ×100%

α5 = 10-1 × 100%

α5 = 3,1%

Rata-rata jumlah ionisasi


a1+a2+a3+a4+a5
∑α =
5

1%+0,1%+0,3%+1%+3,1%
∑α =
5

∑α = 0,011

4.2.2 Asam Asetat

a. Pengenceran

1. Konsentrasi 0,1 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,1 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,01 M

2. Konsentrasi 0,01 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,01 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,001 M
3. Konsentrasi 0,001 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,001 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,0001 M

4. Konsentrasi 0,0001 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,0001 M . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,00001 M

5. Konsentrasi 0,00001 M

M1 . V1 = M2 . V2

0,00001 M1 . 5 mL = M2 . 50 mL

M2 = 0,000001 M

b. Tetapan Kesetimbangan Asam Lemah (Ka)

1. Konsentrasi 0,1 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-4 )
Ka1 =
0,1

(10-8 )
Ka1 =
0,1

Ka1 = 10-7

2. Konsentrasi 0,01 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-5 )
Ka2 =
0,01

(10-10 )
Ka2 =
0,01
Ka2 = 10-8

3. Konsentrasi 0,001 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-5,5 )
Ka3 =
0,001

(10-11 )
Ka3 =
0,001

Ka3 = 10-8

4. Konsentrasi 0,0001 M
2
(10-pH)
Ka n =
M

2
(10-6 )
Ka4 =
0,0001

(10-12 )
Ka4 =
0,0001

Ka4 = 10-8

5. Konsentrasi 0,00001 M
2
(10-pH )
Ka n =
M

2
(10-6,5 )
Ka5 =
0,00001

(10-13 )
Ka5 =
0,00001

Ka5 = 10-8

c. Penentuan Derajat Ionisasi

1. Konsentrasi 0,1 M

10-pH
αn = M
×100%

10-4
α1 = 0,1
×100%
α1 = 10-3 × 100%

α1 =0,1%

2. Konsentrasi 0,01 M

10-pH
αn = M
×100%

10-5
α2 = 0,01 ×100%

α2 = 10-3 × 100%

α2 = 0,1%

3. Konsentrasi 0,001 M

10-pH
αn = M
×100%

10-5,5
α3 = 0,001 ×100%

α3 = 0,3%

4. Konsentrasi 0,0001 M

10-pH
αn = M
×100%

10-6
α4 = 0,0001 ×100%

α4 = 10-2 × 100%

α4 = 1%

5. Konsentrasi 0,00001 M

10-pH
αn = M
×100%

10-6,5
α5 = 0,00001 ×100%

α5 = 3,1%
Rata-rata jumlah ionisasi
a1+a2+a3+a4+a5
∑α =
5

0,1%+0,1%+0,3%+1%+3,1%
∑α =
5

∑α = 0,0092

4.2 Pembahasan

Percobaan kesetimbangan asam basa pertama dilakukan dengan

pengenceran larutan asam lemah dalam hal ini asam formiat. Asam formiat dengan

konsentrasi 0,1 M diencerkan menjadi konsentrasi 0,01 M, 0,001 M, 0,0001 M,

hingga 0,00001 M. Kemudian diukur pH nya menggunakan kertas pH universal.

Untuk asam formiat konsentrasi 0,1 M diperoleh nilai pH 3, untuk konsentrasi 0,01

M diperoleh nilai pH 5, untuk konsentrasi 0,001 M diperoleh nilai pH 5,5, untuk

konsentrasi 0,0001 M diperoleh nilai pH 6, dan untuk konsentrasi 0,00001 M

diperoleh nilai pH 6,5. Pengenceran dilakukan dengan mencampur larutan pekat

dengan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pada percobaan

diencerkan asam formiat dihasilkan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih

rendah dari sebelumnya. Berdasarkan percobaan, semakin kecil konsentrasi larutan

maka semakin kecil nilai Ka. Pada hasil perhitungan derajat ionisasi, tampak bahwa

semakin kecil konsentrasi larutan, maka akan semakin besar derajat ionisasinya.

Maka data yang diperoleh dari hasil percobaan telah berhasil membuktikan hukum

Le Châtelier bahwa jika tekanan eksternal diterapkan pada sistem kesetimbangan,

maka sistem akan menyesuaikan sedemikian rupa sehingga sebagian tegangan

diimbangi karena mencoba untuk membangun kembali keadaan setimbang.

Tekanan eksternal yang diberikan pada larutan adalah berupa perubahan


konsentrasi sehingga tetapan kesetimbangan pun semakin kecil sedangkan derajat

ionisasi semakin besar. Dari hasil percobaan yang diperoleh, nilai Ka selalu

bertambah sesuai kenaikan pH nya sedangkan derajat ionisasinya menghasilkan

rata-rata 1%. Percobaan kesetimbangan asam basa kedua juga dilakukan dengan

pengenceran larutan asam lemah dalam hal ini asam asetat. Asam asetat dengan

konsentrasi 0,1 M diencerkan menjadi konsentrasi 0,01 M, 0,001 M, 0,0001 M,

hingga 0,00001 M. Kemudian diukur pH nya menggunakan kertas pH universal.

Untuk asam asetat konsentrasi 0,1 M diperoleh nilai pH 4, untuk konsentrasi 0,01

M diperoleh nilai pH 5, untuk konsentrasi 0,001 M diperoleh nilai pH 5,5, untuk

konsentrasi 0,0001 M diperoleh nilai pH 6, dan untuk konsentrasi 0,00001 M

diperoleh nilai pH 6,5. Pengenceran dilakukan dengan mencampur larutan pekat

dengan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pada percobaan

diencerkan asam asetat dihasilkan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih

rendah dari sebelumnya. Berdasarkan percobaan, semakin kecil konsentrasi larutan

maka semakin kecil nilai Ka. Pada hasil perhitungan derajat ionisasi, tampak bahwa

semakin kecil konsentrasi larutan, maka akan semakin besar derajat ionisasinya.

Maka data yang diperoleh dari hasil percobaan telah berhasil membuktikan hukum

Le Châtelier bahwa jika tekanan eksternal diterapkan pada sistem kesetimbangan,

maka sistem akan menyesuaikan sedemikian rupa sehingga sebagian tegangan

diimbangi karena mencoba untuk membangun kembali keadaan setimbang.

Tekanan eksternal yang diberikan pada larutan adalah berupa perubahan

konsentrasi sehingga tetapan kesetimbangan pun semakin kecil sedangkan derajat

ionisasi semakin besar. Dari hasil percobaan yang diperoleh, nilai Ka selalu
bertambah sesuai kenaikan pH nya sedangkan derajat ionisasinya menghasilkan

rata-rata 10%.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. pH larutan asam lemah dapat ditentukan menggunakan kertas pH universal

dengan melihat kecocokan warna sesuai dengan warna yang telah ditetapkan

dan pH larutan asam lemah juga dapat ditentukan menggunakan pH indikator

dengan melihat perubahan warna yang terjadi

2. Semakin encer suatu larutan asam lemah maka semakin tinggi nilai pH dan

derajat ionisasinya, serta semakin berkurang tingkat keasaman dan tetapan

kesetimbangannya.

3. Derajat ionisasi suatu asam lemah dalam tingkat keasaman yang berbeda, tetap

menunjukkan jumlah yang sama, hal ini menunjukkan bahwa nilai derajat

ionisasi suatu asam lemah tidak berpengaruh terhadap perubahan pH

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Diharapkan dapat memberikan dukungan kepada praktikan dengan fasilitas-

fasilitas yang lebih lengkap lagi.

5.2.2 Saran Untuk Asisten

Saran kami untuk asisten agar tetap membimbing praktikan dalam

menjalankan praktikum, sehingga praktikum dapat dijalankankan sesuai prosedur

kegiatan yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Amry Urwatil, Sri Rahayu, Yahmin., 2017, Analisis Miskonsepsi Asam Basa pada
Pembelajaran Konvensional dan Dual Situated Learning Model (DSLM),
Jurnal Pendidikan, 3 (2):385-391.

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, McGraw-Hill, New York.

Grifoni Emanule, giovannimaria Picinni, dan Michele Parrinelo., 2019,


Microscopic Description of Acid-Base Equilibrium, PNAS, 10 (116):
4054-4057.

Hani’ah, M., 2020, Jago Kimia Dasar 1 Tingkat Perguruan Tinggi, DIVA Press,
Yogyakarta.

Haryono, H. E., 2019, Kimia Dasar, Deepublish; Sleman.

Hutchinson, J.S., 2022, Concept Development Studies in Chemistry, OpenStax


CNX, Houston.

Kurniati, E., 2020, Analisis Pengaruh pH dan Suhu pada Desinfeksi Air
Menggunakan Microbubbble dan Karbondioksida Bertekanan, Journal of
Natural Resources and Environmental Management, 10 (2): 247-256.

Natsuda Kenichiro, Takahiro Kozawa, Kazumasa Okamoto, dan Seiichi Tagawa.,


2018, Acid-Base Equilibrium in Chemically Amplified Resist, SPIE
Proceedings, 1 (6923): 1-8.

Nursa’dah Euis, Devi Kurniawati, Yumita., 2016, Analisis Kemampuan Kognitif


Mahasiswa Pada Konsep Asam-Basa Menggunakan Tes Berdasarkan
Taksonomi Bloom Revisi, Edu Chemia, 1 (1): 25-35.

Yadav Rajender, Sanchit Sravastav, dan Chhanama Shukla., 2016, Acid-Base Basic
Concepts, International Journal of Medical Chemistry & Analysis, 6 (1):
40-43.
Lampiran 1. Bagan kerja

1. Larutan Asam Formiat (HCOOH)

HCOOH 0,1 M

- Disiapkan 5 labu ukur 50 mL

- Dimasukkan 5 mL HCOOH 0,1 mL ke dalam labu ukur 50 mL

menggunakan pipet volume

- Ditambahkan akuades sampai batas yang ditentukan dan

dihimpitkan dengan labu ukur

- Dimasukkan HCOOH 0,1 M ke dalam gelas kimia dan

mengukur suhunya menggunakan termometer, selanjutnya

teteskan HCOOH pada plat tetes dan diukur pHnya

menggunakan kertas pH universal

- Dilakukan penambahan indikator yang sesuai dengan range

pengukuran pH untuk memastikan kembali tingkat keasaman

pada larutan HCOOH

- Diamati dan dicatat hasil pengukuran yang telah dilakukan.

Hasil

Catatan : dilakukan percobaan yang sama pada CHOOH sebanyak 5 kali dengan

konsentrasi yang berbeda.


2. Asam Asetat (CH3COOH)

CH3COOH 0,1 M

- Disiapkan 5 labu ukur 50 mL

- Dimasukkan 5 mL CH3COOH 0,1 mL ke dalam labu ukur 50

mL menggunakan pipet volume

- Ditambahkan akuades sampai batas yang ditentukan dan

dihimpitkan dengan labu ukur

- Dimasukkan CH3COOH 0,1 M ke dalam gelas kimia dan

mengukur suhunya menggunakan termometer, selanjutnya

teteskan CH3COOH pada plat tetes dan diukur pHnya

menggunakan kertas pH universal

- Dilakukan penambahan indikator yang sesuai dengan range

pengukuran pH untuk memastikan kembali tingkat keasaman

pada larutan CH 3COOH

- Diamati dan dicatat hasil pengukuran yang telah dilakukan.

Hasil

Catatan : dilakukan percobaan yang sama pada CH 3COOH sebanyak 5 kali dengan

konsentrasi yang berbeda.


Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Pengenceran Asam Formiat

Gambar 2. Pengukuran Suhu Larutan Asam Formiat

Gambar 3. Mengukur pH Larutan Asam Fotmiat


Gambar 4. Pengenceran Asam Asetat

Gambar 4. Pengenceran Asam Asetat

Gambar 5. Mengukur Suhu Larutan Asam Asetat

Gambar 6. Mengukur pH Larutan Asam Asetat.


Lampiran 3. Referensi

Anda mungkin juga menyukai