Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman dahulu sampai dengan

masa sekarang. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi teoritisnya di akhir abad

ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam basa. Akibat dari serangan

teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif. Istilah asam berasal dari

bahasa Latin acetum. Seperti diketahui, zat utama dalam cuka adalah asam asetat.

Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Juga sudah lama

diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan, ada beberapa indikator yang

sering digunakan dalam praktikum kimia materi asam basa di antaranya adalah kertas

lakmus, indikator universal pH, dan lain-lain. Sebagian besar bahan kimia yang

umum kita jumpai adalah asam dan basa. Namun, hanya belakangan ini saja

kimiawan dapat menyimpan dan menggunakan dengan bebas berbagai asam basa

dalam raknya di laboratorium. Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman

dulu adalah asam asetat yang tak murni, dan basa.Di abad pertengahan, kimiawan

Arab mengembangkan metode untuk menghasilkan asam mineral semacam asam

hidrokhlorat atau asam nitrat dan menggunakannya (Takeuchi, 2006).

Oleh karena itu, untuk mengetahui penentuan pH larutan asam lemah

menggunakan kertas pH Universal, dan pH meter. Selain itu, pengaruh pengenceran

terhadap nilai pH,dan tetapan kesetimbangan ionisasi larutan asam lemah dan juga

menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH yang mendasari

dilakukannya percobaan ini.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.1.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui pH universal, mengukur

suhu larutan, serta menetuan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH, tetapan

kesetimbangan ionisasi, dan derajat ionisasi larutan asam lemah.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu

1. menentukan pH larutan asam lemah dengan menggunakan kertas pH universal

dan pH meter

2. menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH, dan tetapan kesetimbangan

ionisasi, dan derajat ionisasi larutan asam lemah

3. menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasar nilai pH.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat percobaan adalah mampu mengetahui tetapan kesetimbangan serta

derajat ionisasi asam lemah yaitu dengan mengencerkan HCOOH dan CH 3COOH

dengan cara dilarutkan dalam pelarut akuades lalu menentukan pH-nya dengan kertas

pH universal atau pH meter


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Asam Basa

Sejumlah definisi asam-basa konsep telah diusulkan untuk menggambarkan

keasaman dan kebasaan molekul atau ion. Menurut definisi Lewis, keasaman dan

kebasaan adalah sifat menerima-elektron dan memberi elektron yang berkontribusi

atau yang terlibat terhadap pembentukan ikatan kovalen. Dengan demikian, dapat

diketahui sebagai perkiraan pertama, keasamannya bisa diungkapkan oleh skala

elektronegativitas; artinya semakin besar elektronegativitas, semakin kuat kekuatan

penerima elektron (Tanaka dan Ozaki, 1967).

Sifat asam pertama diketahui dengan kuantitatof pada akhir abad ke-19. Di

tahun 1884, kimiawan Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927) mengusulkan

teori disosiasi elektrolit yang menyatakan bahwa elektrolit semacam asam, basa dan

garam terdisosiasi menjadi ion-ion komponennya dalam air. Ia lebih lanjut

menyatakan bahwa beberapa elektrolit terdisosiasi sempurna (elektrolit kuat) tetapi

beberapa hanya terdisosiasi sebagian (elektrolit lemah). Teori asam basa berkembang

dengan cepat belandaskan teori ini (Takeuchi, 2006).

Menurut Bronsted, mendefinisakan asam sebagai zat yang mampu

menyumbangkan proton dan basa sebagai zat yang dapat menerima proton definisi-

definisi ini secara umum cocok untuk sifat-sifat dan reaksi asam dan basa.

Perpanjangan definisi asam dan basa bronsted adalah konsep pasangan asam basa

konjugat yang dapat didefinisikan sebagai asam dan basa konjugatnya. Basa konjugat

dari asam bronsted adalah spesies yang tersisa ketika satu proton telah dihapus dari

asam. Sebaliknya, konjugasi dihasilkan dari penambahan proton ke basa, dan setiap
basa memiliki asam konjugat. Sebagai contoh ion klorida adalah basa konjugat yang

terbentuk dari asam HCl dan H2O adalah basa konjugat dari asam H3O+. Teori Lewis,

fokus perhatian pada Proton secara stimulan memberikan kekuatan dan kelemahan

utama dari teori asam basa asam dan basa bronsted (Chang, 2002).

Menurut teori kesetimbangan kimia, bila zat A, B dan C berubah menjadi X, Y

dan Z dan secara simultan X, Y dan Z berubah menjadi A, B dan C, proses gabungan

ini disebt reaksi reversibel dan diungkapkan denganpersamaan bertanda panah ganda

di bawah ini.

A + B + C +・・・⇄ X + Y + Z + ・・・

(2.1)

Zat di sebelah kiri tanda panah disebut dengan reaktan, dan zat di sebelah kanan

disebut produk. Di tahap awal reaksi, konsentrasi produk rendah, dan akibatnya laju

reaksi balik juga rendah.Dengan berjalannya reaksi, laju reaksi balik akan meningkat,

dan sebaliknya laju reaksi maju semakin rendah. Ketika akhirnya laju dua reaksi

sama, nampaknya seolah tidak ada reaksi lagi. Keadaan semacam ini disebut dengan

kesetimbangan kimia. Pada kesetimbangan, konsentrasi komponen bervariasi

bergantung pada suhu.Konsentrasi tiap komponen (biasanya dalam mol dm–3)

misalnya komponen A, disimbolkan dengan [A] (Takeuchi, 2006).

Menurut kesetimbangan disosiasi elektrolit. Reaksi disosiasi, yakni ketika

elektrolit AB melarut di air dan terdisosiasi menjadi komponennya A – dan B+ disebut

dengan disosiasi elektrolit atau ionisasi.Reaksi ini juga merupakan reaksi reversibel.

AB ⇄ A– + B+ (2.3)

Kesetimbangan disosiasi elektrolit konstanta ini didefinisikan sebagai berikut

K = [A–][B+]/[AB] (2.4)
Persamaan ini berlaku untuk air murni dan larutan dalam air (Takeuchi, 2006).

Menurut teori disosiasi elektrolit Arrhenius, di tahun 1886, Arrhenius

mengusulkan teori ini dengan teori ini ia mendefinisikan asam basa sebagai asam

sebagai zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan proton (H+)

basasebagai zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan ion hidroksida

(OH–). Walaupun teori Arrhenius baru dan persuasif, teori ini gagal menjelaskan

fakta bahwa senyawa semacam gas amonia, yang tidak memiliki gugus hidroksida

dan dengan demikian tidak dapat menghasilkan ion hidroksida menunjukkan sifat

basa (Takeuchi, 2006).

2.2 Indikator

Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah apabila dalam satu statis asam maupun basa hal ini

merupakan elektrolit elektrolit kuat larutan pada titik ekivalen mempunyai pH 7.

Tetapi bila asalnya ataupun bacaannya merupakan elektrolit lemah garam yang

terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai

pH lebih dari 7 berarti basa atau pH kurang dari 7 bereaksi asam harga th yang cepat

dapat dihindari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari

konsentrasi larutan yang diperoleh titik akhir titrasi asam basa dapat ditunjukkan

dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008)

Indikator alami dapat dibuat dari berbagai tumbuhan berwarna

yang ada di sekitar kita. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan

berwarna dapat memberikan perubahan warna yang jelas pada

kondisi asam maupun basa. Oleh karena itu, hanya beberapa saja
yang memberikan perubahan warnamengetahuihal
merah pada suasana
ini,asam dan hijaubunga
pada
yang dapat dipakai untuk misalnya;
suasana basa (Nuryanti dan Ratman, 2010).
sepatu
Bunga mawar yang memberikan perubahan warna merah dan

kuning, bunga waru yang memberikan perubahan warna merah

dan hijau dan bunga johar yang memberikan perubahan warna

kuning dan orange. Seperti halnya bunga berwarna tersebut, dadap

merah juga merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi

untuk dijadikan indikator alami. Hal ini dikarenakan, antara bunga

dari tanaman dadap merah maupun bunga-bunga tersebut di atas

sama-sama mengandung senyawa pemberi warna pada tumbuhan,

yakni antosianin (Rahmawati dkk., 2016).

Indikator yang digunakan dalam titrasi menunjukkan perubahan warna yang

ditandai dengan baik pada interval pH tertentu. Sebagian besar indikator ini adalah

pewarna organik dan berasal dari sintetis. Sebuah studi perbandingan Delonix regia

Raf. dan Cassalpina pulcherrima Swartz Obs. Ekstrak bunga dengan indikator

sintetis yaitu. fenolftalein dan metil merah dilakukan untuk mengevaluasi akurasi

ekstrak bunga sebagai indikator asam-basa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ekstrak bunga dari tanaman ini dapat digunakan sebagai indikator asam-basa dalam

titrasi asam kuat dengan basa kuat karena hasil yang sama diperoleh oleh fenolftalein

dan metil merah. Dalam hal asam lemah dan titrasi basa lemah, hasil yang diperoleh

oleh ekstrak bunga bertepatan dengan hasil yang diperoleh dengan indikator

campuran (Singh dkk., 2018).

Alasan di balik menggunakan indikator-indikator alami ini lebih disukai

daripada indikator-indikator sintetik adalah ketersediaan yang mudah, kelembaman,

kemudahan persiapan dan efektivitas biaya. Bunga disusun dalam bentuk ras, yang
sangat luas, batang bawah lebih panjang 7,5-10 cm. Kelopak berukuran 1,3-1,6 cm

dan kelopak yang gundul berbentuk bulat, kerikil, kuning kemerahan, dengan cakar

yang sangat berbeda, benang sari lebih banyak digunakan dan benang sari dibuat

merah terang, 3-4 kali dari panjang mahkota, Daun, bunga dan biji sebagian besar

digunakan dalam pengobatan India. Dianggap sebagai tonik dan stimulan. Infus

bunganya pektoral dan obat penurun panas. Biasanya diresepkan pada bronkitis,

asma, dan demam malanial. Berdasarkan penelitian tentang indikator asam basa

yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, dapat disimpulkan bahwa tanaman yang

mengandung antosianin dapat dijadikan sebagai indikator asam-basa alami yang

dapat sebagai alternative menggantikan indikator sintesis seperti metil orange (mo),

fenolftalein (pp) dan metil merah (Singh dkk., 2018).

Indikator adalah zat yang solusinya berubah warna karena perubahan pH. Ini

disebut indikator asam-basa. Mereka biasanya asam lemah adalah basa, tetapi basa

konjugat atau bentuk asam memiliki warna yang berbeda karena perbedaan dalam

spektrum penyerapan mereka. Mereka juga dikenal sebagai indikator netralisasi.

Delonc regia Raf. (Leguminosac) juga dikenal sebagai tanaman Falmboyan yang

merupan sejenis pohon berukuran sedang yang sangat tidak menyenangkan, ditanam

di jalan dan kebun di seluruh India. Ini memiliki mahkota jatuh dedaunan berbulu

jatuh dan cabang hampir telanjang. Bunga-bunga dengan malai, bervariasi dalam

warna dari merah tua melalui oranye merah hingga salmon halus, muncul dalam

limpah di cluster tegak yang luas di sepanjang cabang, menghadirkan penampilan

cantik. Benih tanaman dianggap sebagai sumber protein berbiaya rendah untuk

digunakan sebagai makanan atau pakan. Ekstrak bunga menunjukkan toksisitas yang

tinggi terhadap larvac dan pupac dari hama polifag, ricini. Keberadaan pigmen warna
diselidiki sesuai IP dan tes diberikan Anthocyanins ane chanacterized pada pH dan

pelarut. Oleh karena itu, panggilan ini dicoba untuk menilai bunga sebagai indikator

alami (Singh dkk., 2018).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan asam formiat 0,1

M, larutan asam cuka 0,1 M, aquades, kertas pH universal, pH meter, dan larutan

petunjuk.

3.2 Alat Percobaaan

Alat yang digunakan dalam perobaan ini adalah Erlenmeyer, pipet volume,

tabung reaksi dan labu takar.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Tempat/ Tanggal : Lab. Kimia Dasar/ 27 September 2019

Waktu :Pukul 07:30 – Selesai

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Larutan Asam Formiat

Disiapkan 5 buah labu takar 50 mL dan 1 gela kimia 50 mL. Diambil asam

formiat secukupnya kedalam gelas kimia 50 mL. Dipipet 5 mL larutan asam formiat

0,1 M dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan aquades hingga

tanda batas dan dihomogenkan diambil 5 mL larutan asam formiat 0,01 m sisa dari

tahap sebelumnya dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan


aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan selanjutnya hal yang sama dilakukan

untuk konsentrasi 0,001 M, 0,0001 M dan 0,00001 M. Diambil larutan dengan

konsentrasi menggunakan pipet tetes ke dalam plat tetes yang sudah diberi label

masing-masing larutan dimasukkan larutan larutan tersebut sebanyak 3 tetes lalu di

ukur pH dan suhu larutan dengan kertas indikator PH universal universal dan

termometer.

3.4.2 Larutan Asam Cuka

Disiapkan 5 buah labu takar 50 mL dan 1 gelas kimia 50 mL. Diambil asam cuka

secukupnya kedalam gelas kimia 50 mL. Dipipet 5 mL larutan asam cuka 0,1 M dan

dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan aquades hingga tanda batas

dan dihomogenkan diambil 5 mL larutan asam cuka 0,01 m sisa dari tahap

sebelumnya dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Ditambahkan aquades

hingga tanda batas dan dihomogenkan selanjutnya hal yang sama dilakukan untuk

konsentrasi 0,001 M, 0,0001 M dan 0,00001 M. Diambil larutan dengan konsentrasi

menggunakan pipet tetes ke dalam plat tetes yang sudah diberi label masing-masing

larutan dimasukkan larutan larutan tersebut sebanyak 3 tetes lalu di ukur pH dan

suhu larutan dengan kertas indikator PH universal universal dan termometer.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Asam Formiat

Tabel 4.1.1 Konsentrasi dan Suhu

Larutan Asam pH Suhu(° C)


Asam Formiat 0,1 M 3 27
Asam Formiat 0,01 M 4 27
Asam Formiat 0,001 M 5 27
Asam Formiat 0,0001 M 6 27

Asam formiat 0,1 M memiliki pH 3. Jika konsentrasinya 0,01 M memiliki pH 4.

Jika 0,001 M memiliki pH 5. Lalu, jika 0,0001 M memiliki pH 6. Berdasarkan data

tersebut terlihat jelas bahwa semakin pekat konsentrasi suatu larutan asam maka pH

yang dihasilkan akan semakin mendekati nol atau semakin menjauhi angka 7 (netral).

Larutan asam-asam lemah yang mengalami pengenceran bertingkat akan

menghasilkan pH yang meningkat pula, artinya keasaman yang dimiliki larutan

tersebut hampir netral.

Tabel 4.1.2 Konsentrasi dan Indikator

KONSE pH MM MO MN BCG TB TP BPB


NTRASI univ
ersal
0,1 3 pink Merah merah kuning merah Beni Coklat
ng
0,01 4 pink Orang merah kuning merah Beni Ungu
e ng
0,001 5 kuning Orang merah hijau Orang Beni Ungu
e e ng
0,0001 6 kuning Orang merah biru Orang Beni Ungu
e e ng
Asam formiat dengan konsentrasi 0,1 M dengan pH 3 jika ditetesi indikator MM

akan berwarna pink, MO MM dan TB akan berwarna merah, BCG berwarna kuning,

TP bening, dan BPB berwarna coklat memiliki K a = 10-3 dengan  = 0,1. Jika

konsentrasi 0,01 M dengan pH 4 jika ditetesi MM berwarna pink, MM orange, MN

dan TB merah, BCG kuning, TP bening, dan BPB ungu memiliki Ka = 10-4 dengan 

= 0,1. Jika memiliki konsentrasi 0,001 M dengan pH 5 jika ditetesi MM berwarna

kuning, MO orange, MN merah, BCG hijau, TB orange, TP bening, dan BPB ungu

Ka = 10-5 dengan  = 0,1. Jika memiliki konsentrasi 0,0001 dengan pH 6 jika ditetesi

MM berwarna kuning, MO orange, MN merah, BCG biru, TB orange, TP bening,

BPB ungu dengan Ka = 10-6 dengan  = 0,1. Larutan asam formiat yang ditetesi

indikator akan menunjukkan perubahan warna yang khas untuk setiap larutan yang

telah diencerkan dan juga apabila semakin diencerkan tetapan Ka dan derajat ionisasi

akan semakin kecil pula.

4.2 Asam Cuka

Tabel 4.2.1 Konsentrasi dan Suhu

Larutan Asam pH Suhu(° C)


Asam Cuka 0,1 M 4 27
Asam Cuka 0,01 M 5 27
Asam Cuka 0,001 M 6 27
Asam Cuka 0,0001 M 7 27
Asam cuka dengan konsentrasi 0,1 M emiliki pH 4. Jika 0,01 M emiliki pH 5.

Jika 0,001 M memiliki pH 6. Lalu, jika 0,0001 M memiliki pH 7. Berdasarkan data

di atas terlihat jelas bahwa semakin pekat konsentrasi suatu larutan asam maka pH

yang dihasilkan akan semakin mendekati nol atau semakin menjauhi angka 7
(netral). Larutan asam-asam lemah yang mengalami pengenceran bertingkat akan
(netral). Larutan asam-asam lemah yang mengalami pengenceran bertingkat akan
menghasilkan pH yang meningkat pula, artinya keasaman yang dimiliki larutan
menghasilkan pH yang meningkat pula, artinya keasaman yang dimiliki larutan
tersebut
tersebut hampir
hampir netral.
netral.
Tabel 4.2.2 Konsentrasi dan Indikator
KON pH MM MO MN BCG TB TP BPB
SEN univer
TRA sal
SI
0,1 4 Pink orange kemer Kuning orange kuni Ungu
ahan kehijauan ng pekat

0,01 5 Pink orange merah hijau orange beni ungu


muda ng

0,001 6 kuning orange merah biru orange Beni ungu


ng

0,000 7 kuning orange merah Hijau orange beni ungu


1 kebiruan ng

Asam cuka dengan konsentrasi 0,1 M dengan pH 4 jika ditetesi indikator MM

akan berwarna pink, MO orange, MN kerah-merahan, BCG kuning kehijauan, TB

orange, dan BPB ungu pekat dengan Ka = 10-4 dengan  = 0,1. Jika memiliki

konsentrasu 0,01 M dengan pH 5 jika ditetesi indikator MM berwarna pink muda,

MO orange, MN merah, BCG hijau, TB orange, TP bening, BPB ungu dengan K a =

10-5 dengan  = 0,031. Jika konsentrasinya 0,001 M dengan pH 6 jika ditetesi

indikator MM akan berwarna kuning, MO orange, MN merah, BCG biru, TB

orange, TP bening, BPB ungu dengan Ka = 10-6 dengan  = 1. Jika konsentrasinya

0,0001 M dengan pH 7 jika ditetesi indikator MM berwarna kuning, MO orange,

MN merah, BCG hijau kebiruan, TB orange, TP bening, dan BPB ungu diperoleh

dengan nilai Ka = 10-7 dengan  = 3,162. Larutan asam cuka yang ditetesi

indikator akan menunjukkan perubahan warna yang khas untuk setiap larutan yang
telah diencerkan dan juga apabila semakin diencerkan tetapan Ka dan derajat

ionisasi akan semakin kecil.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil percobaan asam formiat dan asam cuka dengan pH universal

diperoleh hasil pH larutan semakin besar jika semakin diencerkan.

2. Semakin banyak pengenceran yang dilakukan pada suatu larutan maka nilai pH

akan semakin mendekati angka 7 (netral), hal ini pula berpengaruh pada tetapan

Ka dan derajat ionisasi yang semakin mengecil pula.

3. Dari hasil percobaan yang dilakukan nilai derajat ionisasi dari asam formiat

dan asam cuka yaitu 0,1, jika diencerkan 1, 2, hingga 3 kali akan memperoleh

derajat ionisasi sebesar 0,01 dan pada asam formiat yaitu 0,1 jika diencerkan

sebanya 1, 2, hingga 3 kali akan memperoleh derajat ionisasi 0,01.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium

Kebersihannya dijaga agar orang-orang yang berada di lab dapat merasa

nyaman. Demikian pula dengan, fasilitas dan sarananya harus mencukupi.

5.2.2 Saran untuk percobaan

Alat-alat dan bahannya diperbanyak. Selain itu, waktu yang digunakan dalam

percobaan lebih diefisiensikan sehingga percobaan dapat tercapai dengan baik.

5.2.3 Saran untuk asisten

Sebaiknya kakak lebih menjelaskan dengan lebih detail atau merinci dan tetap

sabar dalam membimbing kami.

Anda mungkin juga menyukai