Anda di halaman 1dari 27

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Dasar dengan judul “Netralisasi Asam


Basa” disusun oleh:
nama : Syafiqatul Fuady
nim : 200104500002
kelas / kelompok: Fisika sains / I (satu)
telah diperiksa dan dikonsultaikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka
laporan ini dinyatakan telah diterima.

Makassar, November 2020


Koordinator Asisten Asisten

Miftahul Haryani Haeruddin, S. Pd Panji Muhajid Al Haq


NIM. 1713041009

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Mohammad Wijaya, M. Si


NIP. 19730927199031001
A. Judul Percobaan
Netralisasi Asam Basa
B. Tujuan Percobaan
Melakukan titrasi Asam Basa dengan menggunakan indikator
C. Landasan Teori
Istilah asam berasal dari kata latin acidus (asam) yang berkaitan
dengan acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka adalah larutan air dari asam
asetat. Sedangkan istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab al-qali, yaiu
abu dari suatu tanaman yang berkaitan dengan daerah rawa garam dan padang
pasir. Sebelumnya, sumber kata dari basa adalah abu hasil pembakaran kayu.
Sudah lama diketahui sifat yang mencolok bahwa asam dan basa dapat saling
menetralkan dan membentuk senyawa yang disebut garam (Budiwati,2019:
253).
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa,
sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang di titrasi. Secara percobaan,
perubahan pH larutan yang dititrasidengan elektrode pada pH meter
(Wiryawan, 2008: 44).
Titrasi asam basa pada prinsipnya merupakan reaksi netralisasi.
Sehingga biasa disebut titrasi netralisasi. Larutan analit pada titrasi netralisasi
bisa berupa asam lemah, asam kuat, basa lemah, basa kuat, ataupun garam
yang bersifat asam maupun basa. Menentukan titik ekuivalen dalam suatu
titrasi harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan
dari buret ke asam dalam labu erlenmeyer.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut ialah dengan
menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awal
titrasi. Indikator biasanya adalah suatu asam atau basa organik lemah dengan
warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan terionisasinya.
(Afandy,dkk,2017)
Asam sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion H + dan
basa yang sebagai zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH-. Definisi
ini dirumuskan pada akhir abad kesembilan belas oleh kimiawan Swedia
Svante
Arrhenius untuk mengelompokkan zat-zat yang sifatnya di dalam
larutan telah di ketahui dengan baik.
Asam
 Asam memiliki rasa masam; misalnya, cuka yang mempunyai rasa
dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang
mengandung asam sitrat.
 Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;
mialnya mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah.
 Asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium dan
besi menghasilkan gas hidroge. Reaksi yang khas adalah antara asam
klorida dengan magnesium:
2HCl(aq) + Mg MgCl2 + H2(g)
 Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat seperti Na2CO3,
CaCO3, dan NaHCO3 Menghasilkan gas karbon dioksida.
 Larutan asam dalam air menghantarkan arus listrik.
Basa
 Basa memiliki rasa pahit
 Basa terasa licin; misalnya, sabun yang mengandung basa memiliki
ifat ini.
 Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;
misalnya mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru.
 Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik. (Chang,2004:95-
96)
Berdasarkansifat-sifat kimia larutan tersebut kemudian dikemukakan
beberapa teori larutan asam basa, yang biasanya adalah teori Arrhenius dan
teori Bronsted-Lowy.Kedua teori ini dapat memberikan jawaban mengapa
suatu zat dapat memberikan sifat asam atau sifat basa.
Teori Arrhenius menjelaskan asam sebagai zat yang dapat
memperbesar konsentrasi ion H+dalam air.Ion-ion H+itulah yang berfungsi
sebagai pembawa sifat asam.Dengan demikian semakin banyak jumlah ion
H+dalam air, maka semakinkuat sifat asamnya.Menurut Arrhenius basa
adalah zat-zat yang dapat memperbesar konsentrasi ion OH dalam air.Oleh
karena itu seperti halnya asam, semakin banyak jumlah ion OH dalam air,
sifat basa semakin kuat5.Penjelasan-penjelasan semacam ini merupakan
definisi verbal yang biasa dipergunakan dalam menjelaskan konsep larutan
asam basa (Azhar,2017).
Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa. Reaksi
asam-basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam
(salt),yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain
H+ dan suatu anion selain OH- atau O2- .
Asam+basa garam+air
Semua garam merupakan elektrolit kuat. Zat yang kita kenal
sebagagai garam daput, NaCl, merupakan contoh yang sudah dikenal baik.
Senyawa ini merupakan produk dari reaksi asam-basa berikut:
HCl(aq)+NaOH(aq) NaCl(aq)+H2O(l)
Walaupun demikian, karena baik asam maupun basa merupakan
elektrolit kuat, senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan. Persamaan
ioniknya:
H+(aq)+ Cl-(aq)+Na+(aq)+ OH-(aq) Na+ (aq)+ Cl-(aq)+H2O (l)
Sehingga, reaksinya dapat ditampilkan melalui persamaan ionik total
H+(aq)+ OH-(aq) H2O (l)
Baik Na+ maupun Cl- merupakan ion-ion pendamping.
Jika kita memulai reaksi diatas dengan jumlah molar asam dan basa
yang sama, pada akhir reaksi kita hanya akan dihasilkan garam dan tidak ada
asam ataupun basa yang tersia. Ini merupakan ciri dari penetralan asam-basa.
(Chang,2003:99)
Studi kuantitatif mengenai eaksi penetralan asam basa paling nyaman
apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi
(titration). Dalam percobaan titrasi suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standar solution),
ditambahkan secara bertahap kelarutan lain yang konsentrasinya tidak
diketahui, sampai reaksi kimia antara keduan larutan tersebut berlangsung
sempurna. Jika kita mengetahui volume larutan standar dan larutan yang tidak
diketahui yang digunakan dalam titrasi., maka kita dapat menghitung
konsentrasi larutan yang tidak diketahui itu.
Natrium hidroksida adalah salah satu basa yang umum yang
digunakan di laboratorium. Namun demikian , karena padatan natrium
hidroksida sulit diperoleh dalam keadaan murni, larutan natrium hidroksida
harus distandardisasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis
yang memerlukan keakuratan. Kita dapat menstandardisasi larutan natrium
hidroksida dengan menitrasinya menggunakan larutan asam yang sudah
diketahui konsentrasinya secara tepat (Chang, 2004:111-112).
Air, sebagaimana kita ketahui merupaka pelarut yang unik. Salah satu
sifat khasnya ialah kemampuannya untuk bertindak baik sebagai asam
maupun sebagain basa. Air berfungsi sebagai basa dalam reaksi dengan asam-
asam seperti HCl dan CH3COOH, dan pelarut ini berfungsi sebagai asam
dalam reaksi dengan basa seperti NH3. Air merupakan elektrolit yang sangat
lemah dan dengan demikian merupakan penghantar listrik yang buruk,
meskipun hanya terionisasi sedikit
H2O(l) H+(aq)+OH-
Reaksi ini adakalanya disebut autoionisasi air.
Karena konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan seringkali sangat
kecil dan karenanya sulit diukur, bokimiawan Denmark Soren Sorensen pada
tahun 1909 mengajukan cara pengukuran yang lebih praktis yang disebut pH.
pH suatu larutan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen (dalam mol per liter):
pH = -log [H3O] atau pH = -log [H+]
Asam kuat ialah elektrolit kuat, untuk kebanyakan tujuan praktis,
dianggap terionisasi sempurna dalam air. Kebanyakan asam kuat adalah asam
anorganik: asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), asam perklorat (HClO4)
dan asam sulfat (H2SO4):
HCl(aq) + H2O (l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
HNO3(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + NO-3(aq)
HClO4(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + ClO-4(aq)
H2SO4(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + HSO-4(aq)
Perhatikan H2SO4 adalah asam diprotik; yang kita lihat disini adalah
hanyalah tahap ionisasi. Pada kesetimbangan, molekul asam kuat terionisasi
semua.
Kebanyakan asam terionisasi hanya sedikit dalam air. Asam seperti
ini di golongkan kedalam asam lemah. Kekuatan asam lemah sangat beragam
karena beragamnya derajat ionisasi. Basa kuat ialah semua elektrolit kuat
yang terionisasi sempurna di air. Basa lemah, sama seperti asam lemah,
adalah elektrolit lemah (Chang, 2003: 97-101).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Labu Erlenmeyer 100 mL 3 buah
b. Pipet ukur 10 mL 1 buah
c. Ball pipet 1 buah
d. Pipet tetes 1 buah
e. Buret 50 mL 1 buah
f. Statif dan Klem 1 buah
g. Lap kasar 2 buah
h. Botol semprot 1 buah
i. Corong biasa 1 buah

2. Bahan
a. Larutan Asam Klorida 0,1 M (HCl)
b. Larutan Natrium Hidroksida 0,2 M (NaOH)
c. Indikator Phenoftalein (C20H14O4)
d. Indikator universal
e. Aquades
E. Prosedur Kerja
1. Mengisi larutan NaOH 0,2 M dalam buret
2. Memasukkan 10 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam labu Erlenmeyer Dengan
menggunakan pipet ukur 10 mL, kemudian mengukur pH larutan dengan
indikator universal, dan menambahkan 3 tetes indikator phenolftalein.
3. Keadaan awal (skala) dalam buret dicatat, 1 mL larutan NaOH dari buret,
diteteskan ke larutan HCl dengan hati hati, pH larutan diukur.
4. Titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna, dari tidak berwarna
menjadi merah muda, pH larutan diukur.
5. Mencatat keadaan awal (skala) buret, teteskan 1 mL larutan NaOH dari
buret ke dalam larutan HCl dengan hati-hati, mengukur pH larutan.
6. Melanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi
merah muda, mengukur pH larutan.
7. Mencatat keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
8. Menambahkan lagi 1 mL larutan NaOH dari buret dan ukur pH larutan.
Mengulangi titrasi paling sedikit dua kali.

F. Hasil Pengamatan
1. Tabel pembacaan pH HCl

Pembacaan pH Titrasi I Titrasi II Titrasi III

pH awal HCl 1 1 1

Saat penambahan
1 1 1
1 mL NaOH

Saat mencapai
10 10 10
titik ekivalen

Setelah melewati
12 12 12
titik ekivalen
2. Tabel volume NaOH saat mencapai titik ekivalen
Pembacaan buret Titrasi I (mL) Titrasi II (mL) Titrasi III (mL)
G.
NaOH akhir 1,5 1,5 1,5

NaOH awal 1 1 1

Volume NaOH 2,5 2,5 2,5

Analisis Data
Volume rata – rata NaOH yang digunakan :
V1 = 2,5 mL
V2 = 2,5 mL
V3 = 2,5 mL
2,5 mL+2,5 mL+ 2,5 mL
V =
3
= 2,5 mL
a. pH larutan HCl sebelum penambahan larutan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M

V HCl= 10 mL = 0,01 L

Ditanyakan : pH ……..?

Penyelesaian :
−¿¿
+¿+Cl ¿
HCl → H
¿= M × a
= 0,1 M × 1
= 0,1 M
pH = - log ¿
= - log 10-1
=1
b. pH larutan saat penambahan 1 mL NaOH0,2 M kedalam 10 mL HCl

Diketahui : M HCl = 0,1 M

V HCl = 10 mL = 0,01 L
M NaOH = 0,2 M

Ditanyakan : pH =……?

Penyelesaian :

MolHCl = M HCl × V HCl


= 0,1mol/liter x 0,01 liter
= 0,001mol
MolNaOH= M NaoH × V NaOH
= 0,2 mol/liter x 0,001 liter
= 0,0002 mol

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Mula-mula0,001 mol0,0002mol - -
Terurai0,0002mol 0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol
Sisa 0,0008mol - 0,0002 mol0,0002 mol

0,0008 mol
M HClsisa =
( 0,01+ 0,001 ) liter
0,0008 mol
=
0,011 liter
= 7,273 x 10-2 M
Maka pH = - log ¿
= - log 7,273 x 10-2
= 2 – log 7,273
= 1,14
c. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen

Diketahui : M HCl= 0,1 M


M NaOH = 0,2 M
V HCl = 10 mL = 0,01 L

Ditanyakan : pH ……..?

Penyelesaian :

MolHCl = MolNaOH
M1 x V1 = M2 x V2
0,1mol/liter x 0,01 liter = 0,2 mol/liter x V2
0,001 mol = 0,2mol/liter x V2
0,001 mol
V2 =
0,2 mol/liter
V2 = 0,005 liter
MolHCl = M HCl x V HCl
= 0,1mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol
MolNaOH= M NaOH x V NaOH
= 0,2mol/liter x 0,005 liter
= 0,001 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Mula-mula 0,001 mol 0,001 mol - -
Terurai 0,001 0,001 mol0,001 mol 0,001 mol -
Sisa - -0,001 mol0,001 mol

Pada reaksi diatas asam (HCl) dan basa (NaOH) sesuai dengan percobaan
dalam campurannya bersifat basa dengan pH = 9

Grafik
1. Grafik berdasarkan teori
a. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M, pH = 1
b. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
c. pH larutan setelah mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan pH =
7
d. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan pH=
12
14
12
10
8
pH larutan

6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)

2. Grafik percobaan I
a. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M pH = 1
b. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
c. pH larutan saat mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan, pH = 10
d. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan, pH=
12
14

12

10

8
pH Larutan

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)

3. Grafik percobaan II
e. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M pH = 1
f. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
g. pH larutan saat mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan, pH = 10
h. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan, pH=
12
14

12

10

8
pH Larutan

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)

4. Grafik percobaan III


i. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M pH = 1
j. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
k. pH larutan saat mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan, pH = 10
l. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan, pH=
12
14

12

10

8
pH Larutan

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)

H. Pembahasan
Dalam percobaan ini berjudul Netralisasi Asam Basa, dimana reaksi
penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa. Reaksi asam basa
dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam yang merupakan
senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H + dan suatu anion
−¿¿
selain OH atau O2−¿¿.
Asam + Basa Garam + Air
Semua garam merupakan elektrolit kuat.Zat yang kita kenal sebagai
garam dapur yaitu NaCl. Senyawa ini merupakan produk dari reaksi asam
basa berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Walaupun demikian, karena baik asam maupun basa merupakan
elektrolit kuat, senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan.
Adapun tujuan dari percobaan ini yakni melakukan titrasi asam basa
dengan menggunakan indikator. Titrasi merupakan penambahan secara
cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang konsentrasinya
tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara
kuantitatif. Selesai reaksi, yaitu pada titik akhir ditandai dengan perubahan
fisis atau perubahan warna pada larutan. Zat yang ditambahkan dalam
campuran sehingga titik akhir dapat dideteksi disebut indikator. Indikator
inilah yang akan mengubah
warna pada titik akhir.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa kuat.
Titik ekivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada
temperatur 25oC sama dengan pH air yaitu sama dengan 7. Sebagai catatan
perlu dikemukakan bahwa dasar perhitungan pada reaksi asam basa yang
terpenting adalah kesetimbangan dan stokiometri reaksi. Titrasi asam dengan
basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau menggunakan pH
meter. Pada percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam dengan basa
yang menggunakan indikator. Pada titik ekivalen, jumlah asam yang dititrasi
ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen
ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa, yaitu suatu zat yang
perubahan warnanya tergantung pada pH larutan.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah penentuan larutan asam
dengan basa untuk melakukan proses titrasi agar mencapai titik ekivalen.
Adapun prinsip kerjanya yaitu proses pengisian, penambahan, pengukuran,
serta pencampuran bahan antara larutan asam dan larutan basa dengan
bantuan indikator untuk melakukan proses titrasi agar suatu bahan mencapai
titik ekivalen.
Titik ekivalen, sebagaimana kita ketahui ialah titik pada saat jumlah
mol ion OH −¿¿ yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion
+¿¿
H yang semula ada. Jadi, untuk menetukan titik ekivalen dalam suatu
titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang
ditambahkan dari buret ke asam dalam labu erlenmeyer. Salah satu cara untuk
mencapai tujuan ini adalah menambahkan indikator asam basa ke larutan
asam basa saat awal titrasi. Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa
organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk
tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya.Kedua bentuk ini berkaitan dengan
perubahan larutan yang melarutkan indikator tersebut.
Dalam percobaan ini telah dilakukan titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator. Indikator yang digunakan ada dua, yakni indikator
universal yang memiliki rentang 1-14 dan indikator phenolftalein yang
memiliki trayek perubahan warna antara pH 8-9,8. Jika pH kurang dari 8
larutan tidak berwarna, dan jika pH lebih dari 9,8 larutan berwarna ungu.
Terdapat beberapa alat yang digunakan dalam percobaan ini yakni
statif dan klem yang berfungsi untuk menjepit buret agar tidak jatuh, buret
berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk menitrasi, corong berfungsi
untuk mempermudah kita memasukkan NaOH ke dalam buret, pipet ukur 10
mL berfungsi untuk mengambil larutan HCl 0,1 M secara teliti dan
memasukkan ke dalam labu erlenmeyer, erlenmeyer berfungsi sebagai wadah
larutan HCl yang akan dititrasi, pipet tetes berfungsi sebagai alat untuk
meneteskan dan mengambil larutan indikator phenolftalein yang akan
menyebabkan perubahan dari tidak berwarna menjadi merah muda, dan lap
kasar berfungsi untuk meletakkan secara terbalik alat yang telah dibersihkan.
Adapun bahan yang digunakan ialah larutan HCl (Asam klorida) 0,1
M berfungsi sebagai bahan yang akan dititrasi agar proses titrasi mencapai
titik ekivalen yang ditambahkan dengan larutan NaOH (Natrium hidroksida)
0,2 M yang bertindak sebagai titrant, indikator phenolftalein berfungsi untuk
mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan, indikator
universal berfungsi sebagai pengukur pH HCl selama proses titrasi, dan
aquades berfungsi sebagai pembersih alat-alat percobaan.
Proses titrasi pada percobaan ini yaitu dengan mereaksikan kedua
macam larutan yaitu HCl 0,1 M dengan NaOH 0,2 M. Untuk menentukan
titik ekivalen ini dipakai suatu indikator asam basa yakni indikator
phenolftalein yang memiliki trayek perubahan warna antara pH 8-9. Jika pH
kurang dari 8 larutan tidak berwarna, dan jika pH lebih dari 9,8 larutan
berwarna ungu.
Pada percobaan netralisasi asam basa ini, dimana netralisasi adalah
proses ketika asam dan basa bereaksi dalam larutan berair untuk
menghasilkan garam dan air. Hal pertama yang dilakukan yakni mengisi buret
dengan larutan NaOH 0,2 M hingga mencapai skala nol. Kemudian
memasukkan larutan HCl 0,2 M ke dalam labu erlenmeyer menggunakan
pipet ukur 10 mL, pH larutannya diukur menggunakan indikator universal.
Adapun pH larutan yang diperoleh dari ketiga titrasi yaitu 1 artinya larutan
HCl merupakan larutan asam.
Setelah itu, larutan tersebut ditambahkan indikator phenolftalein untuk
mengetahui sifat dari larutan asam ataukah basa, dan diperoleh larutan
bersifat asam. Setelah ditetesi ternyata larutan masih bening artinya larutan
masih bersifat asam sehingga akan dititrasi dengan titrant yang bersifat basa.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan NaOH dari buret ke dalam larutan
HCl sambil dikocok untuk mengetahui sifat dari larutan dan ternyata masih
belum berubah warna dengan pH menjadi 2, hal ini karena NaOH yang
mereaksi larutan HCl masih bersifat asam. Perlakuan dikocok bertujuan agar
reaksinya lebih cepat sehingga perubahan warna dapat diamati.
Langkah berikutnya yaitu melakukan titrasi lanjut dengan larutan HCl
0,1 M dicampurkan dengan larutan NaOH 0,2 M sambil dikocok, sampai
terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi merah. Pada titrasi pertama
dan kedua, volume NaOH yang ditambahkan sampai terjadi perubahan dari
tidak berwarna menjadi merah muda yaitu 5,7 mL sedangkan pada titrasi
ketiga volume yang ditambahkan yaitu 4,5 mL, sementara pH HCl pada titrasi
pertama dan ketiga yaitu 11 dan pada titrasi kedua yaitu 10. Perbedaan pH
tersebut diakibatkan oleh cara penggocokan yang salah pada titrasi pertama
dan ketiga sehingga pH 11 artinya larutan sudah bersifat basa dan telah
melewati titik ekivalen. Titik ekivalen adalah suatu titik ketika asam dan basa
dalam jumlah yang sama telah bercampur. Dalam hal ini terjadi perubahan
warna yang diakibatkan oleh adanya indikator phenolftalein yang
ditambahkan dalam larutan dan larutan HCl tepat bereaksi dengan
NaOH.Adapun titik akhir titrasi yaitu titik dalam titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna indikator.
Setelah itu, dititrasi lagi 1 mL larutan NaOH ke dalam larutanHCl
sehingga pH ketiga titrasi menjadi 12, artinya larutan sudah melewati titik
ekivalen dan diperoleh warna ungu. Pada percobaan ini 1 mL NaOH dititrasi
di awal dan di akhir karena dengan penambahan NaOH berarti menetralkan
ion H+ oleh ionOH −¿¿ sehingga konsentrasi ion H+ berkurang. Reaksi yang
terjadi pada percobaan antara NaOH dan HCl akan menghasilkan garam
dapur (NaCl) dan air (H2O), dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut.
HCl + NaOH NaCl + H2O
I. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses titrasi akan
terjadi apabila larutan HCl dengan NaOH terionisasi secara sempurna.,
sehingga mencapai titik akhir titrasi yaitu suatu titik dimana terjadi
perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda, pada
saat pencampuran larutan NaOH dengan HCl dan mencapai titik ekivalen
yakni digunakan indikator phenolftalein, dimana fungsi dari penambahan
indikator ini untuk menentukan larutan bersifat asam atau basa. Pada titrasi
pertama, kedua dan ketiga terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
praktikan saat penggocokan sehingga pH yang diperoleh adalah 9, berarti
larutan sudah bersifat basa.

2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya ketika melakukan proses
titrasi asam basa agar lebih teliti saat melakukan percobaan, terkhusus
pada saat penggocokan agar dilakukan dengan benar sesuai yang
diarahkan oleh asisten, sebab proses penggocokan mempengaruhi cepat
lambatnya larutan untuk bereaksi menghasilkan warna sehingga akan
berpengaruh pada hasil yang kita peroleh. Selain itu, diharapkan praktikan
lebih teliti dalam pembacaan skala pada buret sehingga tidak
mempengaruhi hasil akhir. Dan yang paling utama adalah kerja sama atau
kekompakan antaranggota kelompok harus lebih ditingkatkan, karena
dengan kerja sama yang baik akan menunjang keberhasilan suatu
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Afandy, Moh. Azhar, dkk. 2017. Ekstraksi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L.)
Menggunakan Variasi Pelarut Serta
Pemanfaatannya Sebagai Indikator Asam Basa).
Jurnal Akademika Kimia. Vol 6 (2): 79-85.

Azhar. 2017. Keefektifan Pembelajaran Konsep Kimia Larutan dengan


Menerapkan Model Penggambaran Mikroskopis di MAN Kabupaten Pidie.
Lantanida Journal. Vol 5 (1): 77.

Budiwati, Rini. 2019. Kimia Dasar. Bandung: Institut Teknologi Nasional


(Itenas).

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisis Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisis Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Wiryawan, Adam, dkk. 2008. Kimia Analitik untuk Sekolah Menengah Kejurusan.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejurusan.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Laporan Sementara


Lampiran 2. Jurnal Percobaan
Lampiran 3. Dokumentasi Netralisasi Asam Basa

Proses memasukkan larutan HCl


Pengisian buret dengan larutan 0,1M ke dalam labu Erlenmeyer
NaOH 0,2 M menggunakan pipet ukur
Mencatat keadaan akhir buret dan

Menambahkan 1 mL larutan NaOH dari


Buret dan ukutr pH nya. Ulangi titrasi paling sedikit 2 kali

Lampiran 4. Literatur

Anda mungkin juga menyukai