Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
2. Bahan
a. Larutan Asam Klorida 0,1 M (HCl)
b. Larutan Natrium Hidroksida 0,2 M (NaOH)
c. Indikator Phenoftalein (C20H14O4)
d. Indikator universal
e. Aquades
E. Prosedur Kerja
1. Mengisi larutan NaOH 0,2 M dalam buret
2. Memasukkan 10 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam labu Erlenmeyer Dengan
menggunakan pipet ukur 10 mL, kemudian mengukur pH larutan dengan
indikator universal, dan menambahkan 3 tetes indikator phenolftalein.
3. Keadaan awal (skala) dalam buret dicatat, 1 mL larutan NaOH dari buret,
diteteskan ke larutan HCl dengan hati hati, pH larutan diukur.
4. Titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna, dari tidak berwarna
menjadi merah muda, pH larutan diukur.
5. Mencatat keadaan awal (skala) buret, teteskan 1 mL larutan NaOH dari
buret ke dalam larutan HCl dengan hati-hati, mengukur pH larutan.
6. Melanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi
merah muda, mengukur pH larutan.
7. Mencatat keadaan akhir buret dan volume NaOH yang dipakai.
8. Menambahkan lagi 1 mL larutan NaOH dari buret dan ukur pH larutan.
Mengulangi titrasi paling sedikit dua kali.
F. Hasil Pengamatan
1. Tabel pembacaan pH HCl
pH awal HCl 1 1 1
Saat penambahan
1 1 1
1 mL NaOH
Saat mencapai
10 10 10
titik ekivalen
Setelah melewati
12 12 12
titik ekivalen
2. Tabel volume NaOH saat mencapai titik ekivalen
Pembacaan buret Titrasi I (mL) Titrasi II (mL) Titrasi III (mL)
G.
NaOH akhir 1,5 1,5 1,5
NaOH awal 1 1 1
Analisis Data
Volume rata – rata NaOH yang digunakan :
V1 = 2,5 mL
V2 = 2,5 mL
V3 = 2,5 mL
2,5 mL+2,5 mL+ 2,5 mL
V =
3
= 2,5 mL
a. pH larutan HCl sebelum penambahan larutan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
V HCl= 10 mL = 0,01 L
Ditanyakan : pH ……..?
Penyelesaian :
−¿¿
+¿+Cl ¿
HCl → H
¿= M × a
= 0,1 M × 1
= 0,1 M
pH = - log ¿
= - log 10-1
=1
b. pH larutan saat penambahan 1 mL NaOH0,2 M kedalam 10 mL HCl
V HCl = 10 mL = 0,01 L
M NaOH = 0,2 M
Ditanyakan : pH =……?
Penyelesaian :
Mula-mula0,001 mol0,0002mol - -
Terurai0,0002mol 0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol
Sisa 0,0008mol - 0,0002 mol0,0002 mol
0,0008 mol
M HClsisa =
( 0,01+ 0,001 ) liter
0,0008 mol
=
0,011 liter
= 7,273 x 10-2 M
Maka pH = - log ¿
= - log 7,273 x 10-2
= 2 – log 7,273
= 1,14
c. pH larutan saat mencapai titik ekuivalen
Ditanyakan : pH ……..?
Penyelesaian :
MolHCl = MolNaOH
M1 x V1 = M2 x V2
0,1mol/liter x 0,01 liter = 0,2 mol/liter x V2
0,001 mol = 0,2mol/liter x V2
0,001 mol
V2 =
0,2 mol/liter
V2 = 0,005 liter
MolHCl = M HCl x V HCl
= 0,1mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol
MolNaOH= M NaOH x V NaOH
= 0,2mol/liter x 0,005 liter
= 0,001 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Mula-mula 0,001 mol 0,001 mol - -
Terurai 0,001 0,001 mol0,001 mol 0,001 mol -
Sisa - -0,001 mol0,001 mol
Pada reaksi diatas asam (HCl) dan basa (NaOH) sesuai dengan percobaan
dalam campurannya bersifat basa dengan pH = 9
Grafik
1. Grafik berdasarkan teori
a. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M, pH = 1
b. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
c. pH larutan setelah mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan pH =
7
d. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan pH=
12
14
12
10
8
pH larutan
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)
2. Grafik percobaan I
a. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M pH = 1
b. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
c. pH larutan saat mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan, pH = 10
d. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan, pH=
12
14
12
10
8
pH Larutan
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)
3. Grafik percobaan II
e. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH, 10 mL HCL 0,1 M pH = 1
f. pH larutan setelah penambahan 1 mL NaOH, pH= 1
g. pH larutan saat mencapai titik ekivalen, 5 mL NaOH ditambahkan, pH = 10
h. pH larutan setelah melewati titik ekivalen, 6 mL NaOH ditambahkan, pH=
12
14
12
10
8
pH Larutan
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)
12
10
8
pH Larutan
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Volume NaOH (mL)
H. Pembahasan
Dalam percobaan ini berjudul Netralisasi Asam Basa, dimana reaksi
penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa. Reaksi asam basa
dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam yang merupakan
senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H + dan suatu anion
−¿¿
selain OH atau O2−¿¿.
Asam + Basa Garam + Air
Semua garam merupakan elektrolit kuat.Zat yang kita kenal sebagai
garam dapur yaitu NaCl. Senyawa ini merupakan produk dari reaksi asam
basa berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Walaupun demikian, karena baik asam maupun basa merupakan
elektrolit kuat, senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan.
Adapun tujuan dari percobaan ini yakni melakukan titrasi asam basa
dengan menggunakan indikator. Titrasi merupakan penambahan secara
cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang konsentrasinya
tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara
kuantitatif. Selesai reaksi, yaitu pada titik akhir ditandai dengan perubahan
fisis atau perubahan warna pada larutan. Zat yang ditambahkan dalam
campuran sehingga titik akhir dapat dideteksi disebut indikator. Indikator
inilah yang akan mengubah
warna pada titik akhir.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi antara asam kuat dan basa kuat.
Titik ekivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada
temperatur 25oC sama dengan pH air yaitu sama dengan 7. Sebagai catatan
perlu dikemukakan bahwa dasar perhitungan pada reaksi asam basa yang
terpenting adalah kesetimbangan dan stokiometri reaksi. Titrasi asam dengan
basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau menggunakan pH
meter. Pada percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam dengan basa
yang menggunakan indikator. Pada titik ekivalen, jumlah asam yang dititrasi
ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen
ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa, yaitu suatu zat yang
perubahan warnanya tergantung pada pH larutan.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah penentuan larutan asam
dengan basa untuk melakukan proses titrasi agar mencapai titik ekivalen.
Adapun prinsip kerjanya yaitu proses pengisian, penambahan, pengukuran,
serta pencampuran bahan antara larutan asam dan larutan basa dengan
bantuan indikator untuk melakukan proses titrasi agar suatu bahan mencapai
titik ekivalen.
Titik ekivalen, sebagaimana kita ketahui ialah titik pada saat jumlah
mol ion OH −¿¿ yang ditambahkan ke larutan sama dengan jumlah mol ion
+¿¿
H yang semula ada. Jadi, untuk menetukan titik ekivalen dalam suatu
titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang
ditambahkan dari buret ke asam dalam labu erlenmeyer. Salah satu cara untuk
mencapai tujuan ini adalah menambahkan indikator asam basa ke larutan
asam basa saat awal titrasi. Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa
organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk
tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya.Kedua bentuk ini berkaitan dengan
perubahan larutan yang melarutkan indikator tersebut.
Dalam percobaan ini telah dilakukan titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator. Indikator yang digunakan ada dua, yakni indikator
universal yang memiliki rentang 1-14 dan indikator phenolftalein yang
memiliki trayek perubahan warna antara pH 8-9,8. Jika pH kurang dari 8
larutan tidak berwarna, dan jika pH lebih dari 9,8 larutan berwarna ungu.
Terdapat beberapa alat yang digunakan dalam percobaan ini yakni
statif dan klem yang berfungsi untuk menjepit buret agar tidak jatuh, buret
berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk menitrasi, corong berfungsi
untuk mempermudah kita memasukkan NaOH ke dalam buret, pipet ukur 10
mL berfungsi untuk mengambil larutan HCl 0,1 M secara teliti dan
memasukkan ke dalam labu erlenmeyer, erlenmeyer berfungsi sebagai wadah
larutan HCl yang akan dititrasi, pipet tetes berfungsi sebagai alat untuk
meneteskan dan mengambil larutan indikator phenolftalein yang akan
menyebabkan perubahan dari tidak berwarna menjadi merah muda, dan lap
kasar berfungsi untuk meletakkan secara terbalik alat yang telah dibersihkan.
Adapun bahan yang digunakan ialah larutan HCl (Asam klorida) 0,1
M berfungsi sebagai bahan yang akan dititrasi agar proses titrasi mencapai
titik ekivalen yang ditambahkan dengan larutan NaOH (Natrium hidroksida)
0,2 M yang bertindak sebagai titrant, indikator phenolftalein berfungsi untuk
mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan dalam suatu larutan, indikator
universal berfungsi sebagai pengukur pH HCl selama proses titrasi, dan
aquades berfungsi sebagai pembersih alat-alat percobaan.
Proses titrasi pada percobaan ini yaitu dengan mereaksikan kedua
macam larutan yaitu HCl 0,1 M dengan NaOH 0,2 M. Untuk menentukan
titik ekivalen ini dipakai suatu indikator asam basa yakni indikator
phenolftalein yang memiliki trayek perubahan warna antara pH 8-9. Jika pH
kurang dari 8 larutan tidak berwarna, dan jika pH lebih dari 9,8 larutan
berwarna ungu.
Pada percobaan netralisasi asam basa ini, dimana netralisasi adalah
proses ketika asam dan basa bereaksi dalam larutan berair untuk
menghasilkan garam dan air. Hal pertama yang dilakukan yakni mengisi buret
dengan larutan NaOH 0,2 M hingga mencapai skala nol. Kemudian
memasukkan larutan HCl 0,2 M ke dalam labu erlenmeyer menggunakan
pipet ukur 10 mL, pH larutannya diukur menggunakan indikator universal.
Adapun pH larutan yang diperoleh dari ketiga titrasi yaitu 1 artinya larutan
HCl merupakan larutan asam.
Setelah itu, larutan tersebut ditambahkan indikator phenolftalein untuk
mengetahui sifat dari larutan asam ataukah basa, dan diperoleh larutan
bersifat asam. Setelah ditetesi ternyata larutan masih bening artinya larutan
masih bersifat asam sehingga akan dititrasi dengan titrant yang bersifat basa.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan NaOH dari buret ke dalam larutan
HCl sambil dikocok untuk mengetahui sifat dari larutan dan ternyata masih
belum berubah warna dengan pH menjadi 2, hal ini karena NaOH yang
mereaksi larutan HCl masih bersifat asam. Perlakuan dikocok bertujuan agar
reaksinya lebih cepat sehingga perubahan warna dapat diamati.
Langkah berikutnya yaitu melakukan titrasi lanjut dengan larutan HCl
0,1 M dicampurkan dengan larutan NaOH 0,2 M sambil dikocok, sampai
terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi merah. Pada titrasi pertama
dan kedua, volume NaOH yang ditambahkan sampai terjadi perubahan dari
tidak berwarna menjadi merah muda yaitu 5,7 mL sedangkan pada titrasi
ketiga volume yang ditambahkan yaitu 4,5 mL, sementara pH HCl pada titrasi
pertama dan ketiga yaitu 11 dan pada titrasi kedua yaitu 10. Perbedaan pH
tersebut diakibatkan oleh cara penggocokan yang salah pada titrasi pertama
dan ketiga sehingga pH 11 artinya larutan sudah bersifat basa dan telah
melewati titik ekivalen. Titik ekivalen adalah suatu titik ketika asam dan basa
dalam jumlah yang sama telah bercampur. Dalam hal ini terjadi perubahan
warna yang diakibatkan oleh adanya indikator phenolftalein yang
ditambahkan dalam larutan dan larutan HCl tepat bereaksi dengan
NaOH.Adapun titik akhir titrasi yaitu titik dalam titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna indikator.
Setelah itu, dititrasi lagi 1 mL larutan NaOH ke dalam larutanHCl
sehingga pH ketiga titrasi menjadi 12, artinya larutan sudah melewati titik
ekivalen dan diperoleh warna ungu. Pada percobaan ini 1 mL NaOH dititrasi
di awal dan di akhir karena dengan penambahan NaOH berarti menetralkan
ion H+ oleh ionOH −¿¿ sehingga konsentrasi ion H+ berkurang. Reaksi yang
terjadi pada percobaan antara NaOH dan HCl akan menghasilkan garam
dapur (NaCl) dan air (H2O), dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut.
HCl + NaOH NaCl + H2O
I. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses titrasi akan
terjadi apabila larutan HCl dengan NaOH terionisasi secara sempurna.,
sehingga mencapai titik akhir titrasi yaitu suatu titik dimana terjadi
perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda, pada
saat pencampuran larutan NaOH dengan HCl dan mencapai titik ekivalen
yakni digunakan indikator phenolftalein, dimana fungsi dari penambahan
indikator ini untuk menentukan larutan bersifat asam atau basa. Pada titrasi
pertama, kedua dan ketiga terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
praktikan saat penggocokan sehingga pH yang diperoleh adalah 9, berarti
larutan sudah bersifat basa.
2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya ketika melakukan proses
titrasi asam basa agar lebih teliti saat melakukan percobaan, terkhusus
pada saat penggocokan agar dilakukan dengan benar sesuai yang
diarahkan oleh asisten, sebab proses penggocokan mempengaruhi cepat
lambatnya larutan untuk bereaksi menghasilkan warna sehingga akan
berpengaruh pada hasil yang kita peroleh. Selain itu, diharapkan praktikan
lebih teliti dalam pembacaan skala pada buret sehingga tidak
mempengaruhi hasil akhir. Dan yang paling utama adalah kerja sama atau
kekompakan antaranggota kelompok harus lebih ditingkatkan, karena
dengan kerja sama yang baik akan menunjang keberhasilan suatu
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Afandy, Moh. Azhar, dkk. 2017. Ekstraksi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L.)
Menggunakan Variasi Pelarut Serta
Pemanfaatannya Sebagai Indikator Asam Basa).
Jurnal Akademika Kimia. Vol 6 (2): 79-85.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisis Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisis Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Wiryawan, Adam, dkk. 2008. Kimia Analitik untuk Sekolah Menengah Kejurusan.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejurusan.
LAMPIRAN
Lampiran 4. Literatur