Anda di halaman 1dari 23

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Lengkap Kimia Dasar dengan Judul “Netralisasi Asam Basa”


disusun oleh :

Nama : Grace Tandioga


NIM : 200103501007
Kelas : Pendidikan Fisika A
Kelompok : I (Satu)
Telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asiten dan Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, 23 November 2020


Kordinator Asisten Asisten

Resky Awalia Azis Nur Intan S.


NIM.1613242004 NIM. 1613141001

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Eng Sulfikar, S.Si., M. T.


NIP. 19701201 199802 2 001
A. Judul Percobaan
Netralisasi Asam Basa

B. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan titrasi asam-basa dengan
menggunakan indikator.

C. Landasan Teori
Istilah asam berasal dari kata Latin acidus (asam), yang berkaitan dengan
kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka adalah larutan air dari asam asetat.
Sedangkan istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab al-qali, yaitu abu dari
suatu tanaman yang berkaitan dengan daerah rawa garam dan padang pasir.
Sebelumnya, sumber kata dari basa adalah abu hasil pembakaran kayu. Sudah
lama diketahui sifat yang mencolok bahwa asam dan basa dapat saling
menetralkan dan membentuk senyawa yang disebut garam. Sifat yang berkaitan
erat dengan asam adalah rasanya asam, rasa seperti ditusuk jarum apabila terkena
kulit, kemampuannya melarutkan sebagian besar logam (bersifat korosif),
kemampuannya melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya, serta
memiliki pH kurang dari 7. Basa memiliki rasa pahit atau rasa logam dan licin,
sifat dasar basa banyak ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah
tangga lainnya, memiliki pH lebih dari 7.

Larutan asam dan basa akan memberikan warna tertentu apabila


direaksikan dengan indikator. Indikator adalah zat yang warnanya berbeda dalam
lingkungan asam dan lingkungan basa (Tim Abdi Guru, 2014 : 140). Dengan
indikator, kita dapat mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa
indikator tersebut terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa
indikator yang dibuat secara sintetis di laboratorium. Dalam kegiatan praktikum
atau lapangan, indikator buatan yang sering digunakan biasanya dalam bentuk
kertas, misalnya lakmus merah, dan lakmus biru. Kertas lakmus (litmus paper)
yang dijual di pasaran merupakan produk impor yang dibuat dari maserasi
tanaman Rocella tinctoria (South America), Rocella fuciformis (Agola and
Madagascar), Rocella pygmaea (Algeria), Rocella phycopsis, Lecanora tartarea
(Norway, Sweden), Variolaria dealbata, Ochrolechia parella, Parmotrema
tincrotum and Parmelia, Rocella montagnei (Mozambique) and Dendrographa
leucophoea (California). Meskipun dapat menunjukkan sifat asam dan sifat basa
suatu larutan, indikator kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah tidak dapat
menunjukkan seberapa kuat sifat asam suatu larutan.Indikator buatan dalam
bentuk larutan, misalnya larutan fenolptalein, larutan universal, larutan metil
merah, larutan metil biru, dan sebagainya.

Beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang asam basa diantaranya


Antoine Lavoisier (1777) yang mengemukakan bahwa semua asam mengandung
oksigen. Pada tahun 1810, Humphry Davy mengemukakan bahwa unsur dalam
asam bukan oksigen tetapi indikator, yang ditunjukkan oleh asam hidrokhlorik
yang mengandung hanya atom H dan Cl tanpa ada O.

Teori Arrhenius. Gambaran tentang asam basa yang digunakan


sampai sekarang, dikembangkan oleh Svante Arrhenius (1884) berdasarkan
teori tentang penguraian elektrolisis, bahwa ada dua macam larutan elektrolit
(larutan dalam air), yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Disebut elektrolit
kuat apabila zat terlarut terurai sempurna (terionisasi) dalam larutan air, dan
disebut elektrolit lemah apabila hanya sedikit sekali yang terionisasi. Menurut
Arrhenius, asam adalah senyawa yang apabila terurai akan menghasilkan ion
hidrogen (H+), sedangkan basa adalah senyawa yang bila terdisosiasi
menghasilkan ion OH

Keterbatasan Teori Arrhenius. Disamping kesuksesan menjelaskan


mengenai asam dan basa, teori Arrhenius memiliki keterbatasan yang serius.
Salah satu yang sangat nyata adalah tentang basa lemah amonia, NH3.
Menurut Arrhenius, senyawa harus memiliki OH– kalau mau disebut basa.
Sedangkan NH3 tidak memiliki OH–. Untuk mengatasi kesulitan ini,
dikemukakan ide bahwa dalam larutan air NH3 membentuk senyawa NH4OH
(amonium hidroksida), yang kemudian terurai sebagai basa lemah menjadi
NH4+ dan OH.

Teori Brønsted – Lowry. J N Brønsted di Denmark dan T M Lowry


di Inggris secara sendiri-sendiri mengusulkan definisi baru untuk asam dan
basa pada tahun 1923. Menurut teori mereka, asam adalah donor proton
(pemberi proton) dan basa adalah aseptor proton (penerima proton), dimana
proton adalah H+.

Beberapa tambahan tentang teori Brønsted – Lowry

 Setiap spesies yang menurut teori Arrhenius adalah asam, tetap asam dalam
teori Brønsted– Lowry. Hal yang sama untuk basa.

 Spesies tertentu, karena tidak mengandung gugus hidroksi, tidak dapat


diklasifikasi sebagai basa oleh teori Arrhenius. Akan tetapi, menurut
teori Brønsted – Lowry, spesies tersebut diklasifikasi sebagai basa,
seperti Ocl– dan H2PO4–.
 Teori Brønsted – Lowry dapat menjelaskan senyawa yang dapat berfungsi
sebagai asam maupun basa (amfiprotik). Teori Arrhenius tidak dapat dengan
mudah menjelaskan perilaku ini.
Asam Kuat, Asam Lemah, Basa Kuat, dan Basa Lemah
Berdasarkan daya ionisasinya, larutan asam dibedakan atas asam kuat dan asam
lemah
1. Asam kuat, yaitu asam yang dapat terionisasi sempurna di dalam air (α =1 ¿
.
2. Asam Lemah Asam Kuat Asam
Asam asetat (CH3COOH) Asam klorida (HCl)
lemah
Asam sulfit (H2SO3) Asam nitrat (HNO3)
Asam benzoat (C7H6O5) Asam sulfat (H2SO4) adalah
Asam borat (H3BO3) Asam bromida (HBr) asam
Asam karbonat (H2CO3) Asam iodida (HI)
Asam sitrat (C6H8O7) Asam klorat (HCIO3) yang
Asam format (CHCOOH) Asam perklorat (HCIO4) hanya
Asam hidrazida (HN3) Asam bromit (HBrO3)
Asam sianida (HCN) Asam iodit (HIO3)
Asam nitrit (HNO2) Asam periodat (HIO4)
terionisasi sebagian di dalam air sehingga nilai α-nya kecil.

Berdasarkan daya ionisasinya, larutan basa dibedakan atas basa kuat dan basa
lemah
1. Basa kuat, yaitu basa yang dapat terionisasi sempurna di dalam air (α =1 ¿
2. Basa lemah adalah basa yang hanya terionisasi sebagian di dalam air
sehingga nilai α-nya kecil.

Basa Lemah Basa Kuat


Amonia (NH3) Natrium hidroksida (NaOH)
Besi (II) hidroksida (Fe(OH)2) Litium hidroksida (LiOH)
Amonium Hidroksida (NH4OH) Kalium hidroksida (KOH)
Hidroksilamin (NH2OH) Barium hidroksida (Ba(OH)2)
Aluminium hidroksida (Al(OH)3) Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)

Konsep pH dan pOH


Derajat keasaman (pH) dan (pOH) tergantung pada konsentrasi [H+] dan [OH-].
pH = -log[H+]
pOH = -log[OH-]

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pipet ukur 10 mL 1 buah
b. Labu Erlenmeyer 3 buah
c. Corong biasa 1 buah
d. Buret 1 buah
e. Statif dan klem 1 buah
f. Pipet bulb 1 buah
2. Bahan
a. Natrium hidroksida (NaOH) 0,2 M
b. Asam klorida (HCl) 0,1 M
c. Aquades (H2O)
d. Indikator universal
e. Indikator phenolftalein

E. Prosedur Kerja
1. Isi buret dengan larutan NaOH sebanyak 50 mL.
2. Dengan menggunakan pipet ukur 10 m, masukkan 10 mL larutan HCl ke
dalam labu erlenmeyer, ukur pH larutan dengan menggunakan indicator
universal, catat berapa ukuran pH yang didapatkan, kemudian tambahkan 3
tetes indikator phenolftalein .
3. Teteskan lagi 1 mL larutan NaOH dari buret kedalama larutan HCl dengan
hati-hati, ukur pH larutan dan catat lagi hasil pH yang telah didapatkan.
4. Teteskan larutan NaOH kedalam labu erlenmeyer hingga berubah warna
menjadi pink muda, ukur pH larutan dan catat pH berapa yang didapatkan.
5. Langkah terakhir dengan meneteskan atau menambahkan larutan NaOH ke
dalam larutan HCl sebanyak 1 mL, ukur ph dan catat berapa yang telah
didapatkan.
6. Ulangi lagi prosedur di atas untuk melakukan titrasi ke-2 dan ke-3.

F. Hasil Pengamatan
Titrasi larutan asam klorida (HCl) dengan larutan natrium hidroksda (NaOH).

Aktivitas I II III
a. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH 1 1 1
b. pH larutan HCl saat penambahan 1 mL NaOH 1 1 1
c. pH larutan saat mencapai titik ekivalen 10 10 10
d. ph larutan saat melewati titik ekivalen 13 13 13

Pembacaan Titrasi 1 (mL) Titrasi 2 (mL) Titrasi 3 (mL)


Buret
NaOH awal 50 46,7 42,9
NaOH akhir 46,7 42,9 39,6
Volume NaOH 3,1 3,8 3,3
Volume NaOH rata-rata = 3,4 mL

G. Analisis Data
a. pH larutan sebelum penambahan NaOH
Diketahui : MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL = 0,1 L
Ditanyakan : pH …?
Penyelesaian :
HCl(aq)→ H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = M×a
= 0,1 M × 1
= 0,1 M
= 10-1 M
pH = - log [H+]
= - log 10-1
=1
b. pH saat penambahan 1 ml NaOH 0,2 M dalam 10 ml HCl 0,1 M
Diketahui :
MNaOH = 0,2 M
VNaOH = 1 mL = 0,001 L
MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL = 0,01
Ditanyakan : pH… ?
Penyelesaian :
 mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 mmol/ml × 0,01 liter
= 1 mmol
= 1 x 10-3mol
 mol NaOH = MNaOH x VNaOH
= 0,2 mmol/ml x0,001 liter
= 0,2 mmol
= 0,2 x 10-3mol

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)


n mula-mula = 0,001 mol 0,0002 mol - -
n reaksi = 0,0002 mol 0,0002 mol0,0002 mol 0,0002 mol
n sisa = 0,0008 mol - 0,0002 mol0,0002 mol

n sisa
M [HCl] sisa =
v total
0,0008 mol
=
( 0,01+ 0,001 ) liter
0,0008 mol
=
0,011 liter
[H+] = 7,27 x 10-2M
pH = -log [H+]
= -log [7,27 x 10-2]
= 2 - log 7,27
= 1,14
Jadi, pH yang diperoleh 1,14. Dimana pH larutan tersebut <7 maka larutan
tersebut bersifat asam.
c. pH larutan saat mencapai titik ekivalen
Diketahui : M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
V HCl = 10 mL
= 0,01 L

VHCl = 10 mL
VNaOH = 5 mL
Ditanyakan : pH . . . . . ?
Penyelesaian :
n HCl =M×V
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol

n NaOH= M × V
= 0,2 mol/liter x 0,005 liter
= 0,001 mol

HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)


n mula-mula = 0,001 mol 0,001 mol - -
n reaksi = 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa = - - 0,001 mol 0,001 mol

Pada reaksi diatas asam (HCl) dan basa (NaOH) tepat habis bereaksi maka pada titik
ini disebut titik ekivalen yang memiliki pH = 7

d. pH pada saat melewati titik ekivalen


Diketahui:
MNaOH = 0,2 M
MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL
Ditanyakan : pH…?
Penyelesaian :
 n HCl = M×V
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol
 V NaOH = 5 mL + 1 mL
= 6 mL
= 0,006 liter

 n NaOH = M . V
= 0,2 mol/liter x 0,006 liter
= 1,2 x 10-3mol
HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 0,001 mol 0,0012 mol - -
n reaksi = 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa = - 0,0002 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa
M NaOH sisa =
V total
0,0002 mol
=
( 0,01+ 0,006 ) liter

0,0002mol
=
0,016 liter

= 1,25 x 10-2M

[OH-] = M × a

= 0,0125 M × 1

= 1.25 x 10-2 M

pOH = -log [OH-]

= -log [1,25 x 10-2 M]

= 2 – log [1,25]
= 1,91

pH = 14 – pOH

= 14 – 1,91

= 12,09

Jadi pH larutan tersebut saat melewati titik ekivalen yaitu 12,09 dan
bersifat basa.

H. Pembahasan
Percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah larutan NaOH yang dimana
larutan ini bersifat basa kuat dengan larutan HCl yang merupakan larutan yang
bersifat asam kuat. Percobaan ini pertama-tama dilakukan dengan memasukkan 1
ml NaOH dari buret kedalam larutan HCl. Namun semebul itu larutan HCl
tersebut ditetesi dengan indikator fenoftalein. Fungsi dari penetesan indikator
fenoftalein ini adalah untuk mengetahui kapan reaksi akan terjadi setelah
mencapai titik akhir. Adapun penambahan 1 ml larutan NaOH ke dalam larutan
HCl yaitu untuk mengetahui pH suatu larutan sebelum larutan tersebut mencapai
titik ekuivalen, yang secara teoritis titik ekuivalen berada pada pH = 7.
Larutan pH yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran dari larutan
HCl dan NaOHyang dibuat dari pH 1-10. Larutan masing-masingpH dibuat
dengan mencampurkan larutan HCl dan NaOH sampai diperoleh pH yang
diinginkan

I. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pada saat HCl ditambahkan 1 mL larutan NaOH larutan tersebut memiliki pH
<7 yang berarti larutan tersebut bersifat asam. Kemudian larutan akan
mencapai titik ekivalen pada pH 7 dan harus ditambahkan indikator
phenolftalein agar dapat diketahui apakah larutan tersebut telah mencapai titik
ekivalen atau belum. Jika larutan HCl telah ditambahkan indikator
phenolftalein, titik ekivalen dapat diketahui dengan ditandainya bahwa larutan
berubah warna menjadi merah muda. pH larutan diukur menggunakan
indikator universal. Pengukuran pH dimulai dari sebelum melakukan
titrasi,setelah titrasi 1 mL menggunakan NaOH 0,2 M, mencapai titik
ekivalen, dan yang terakhir ketika larutan melewati titik ekivalen. Jumlah
seluruhnya dalam menghitung pH adalah sebanyk 4 kali. Pada saat mengukur
pH perhatikan baik-baik warna di indikator universal dan juga di contoh
warna pH yang ada di botol/kotak tempat indikator universal. pH larutan akan
berubah-ubah seiring dengan semakin banyak larutan NaOH yang digunakan
dalam melakukan titrasi.
2. Saran
Praktikan selanjutnya diupayakan untuk mengetahui alat-alat yang
akan di pakai agar tidak terjadi kendala saat praktikum berlangsung. Sebelum
praktikum diharuskan untuk mempersiapkan diri dengan matang dengan
belajar baik agar di dalam laboratorium tidak pusing untuk melakukan hal
yang ada di buku penuntun.
DAFTAR PUSTAKA

Budiwati, Rini. Agustus 2019 Kimia Dasar


Rima Melati, Ratna.2019.Asam Basa dan Garam.:Penerbit Duta.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga

James, Joyce, dkk.2008.Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan.:Erlangga

Lestari, Puji.Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk


Uji Larutan Asam Basa.

Dian Inayati Siregar, Yusraini.Pembuatan Indikator Asam Basa dari Bunga


Kembanng Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan apa yang dimaksud denga titik ekivalen?

Titik ekivalen adalah titik dimana asam kuat dan basa kuat tepat habis

bereaksi.

2. Hitung pH teoritis larutan sebelum penambahan NaOH, saat penambahan

1 mL NaOH,saat tercapai tititk ekivalen dan setelah melewati titik ekivalen!

a. pH larutan sebelum penambahan NaOH


Diketahui : MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL = 0,1 L
Ditanyakan : pH …?
Penyelesaian :
HCl(aq)→ H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = M×a
= 0,1 M × 1
= 0,1 M
= 10-1 M
pH = - log [H+]
= - log 10-1
=1
b. pH saat penambahan 1 ml NaOH 0,2 M dalam 10 ml HCl 0,1 M
Diketahui :
MNaOH = 0,2 M
VNaOH = 1 mL = 0,001 L
MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL = 0,01
Ditanyakan : pH… ?
Penyelesaian :
 mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 mmol/ml × 0,01 liter
= 1 mmol
= 1 x 10-3mol
 mol NaOH = MNaOH x VNaOH
= 0,2 mmol/ml x0,001 liter
= 0,2 mmol
= 0,2 x 10-3mol

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)


n mula-mula = 0,001 mol 0,0002 mol - -
n reaksi = 0,0002 mol 0,0002 mol0,0002 mol 0,0002 mol
n sisa = 0,0008 mol - 0,0002 mol0,0002 mol
n sisa
M [HCl] sisa =
v total
0,0008 mol
=
( 0,01+ 0,001 ) liter
0,0008 mol
=
0,011 liter
[H+] = 7,27 x 10-2M
pH = -log [H+]
= -log [7,27 x 10-2]
= 2 - log 7,27
= 1,14
Jadi, pH yang diperoleh 1,14. Dimana pH larutan tersebut <7 maka larutan
tersebut bersifat asam.
c. pH larutan saat mencapai titik ekivalen
Diketahui : M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
V HCl = 10 mL
= 0,01 L

VHCl = 10 mL
VNaOH = 5 mL
Ditanyakan : pH . . . . . ?
Penyelesaian :
n HCl =M×V
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol

n NaOH= M × V
= 0,2 mol/liter x 0,005 liter
= 0,001 mol
HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 0,001 mol 0,001 mol - -
n reaksi = 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa = - - 0,001 mol 0,001 mol

Pada reaksi diatas asam (HCl) dan basa (NaOH) tepat habis bereaksi maka pada titik
ini disebut titik ekivalen yang memiliki pH = 7

d. pH pada saat melewati titik ekivalen


Diketahui:
MNaOH = 0,2 M
MHCl = 0,1 M
VHCl = 10 mL
Ditanyakan : pH…?
Penyelesaian :
 n HCl = M×V
= 0,1 mol/liter x 0,01 liter
= 0,001 mol
 V NaOH = 5 mL + 1 mL
= 6 mL
= 0,006 liter

 n NaOH = M . V
= 0,2 mol/liter x 0,006 liter
= 1,2 x 10-3mol
HCl (aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
n mula-mula = 0,001 mol 0,0012 mol - -
n reaksi = 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa = - 0,0002 mol 0,001 mol 0,001 mol
n sisa
M NaOH sisa =
V total
0,0002 mol
=
( 0,01+ 0,006 ) liter

0,0002mol
=
0,016 liter

= 1,25 x 10-2M

[OH-] = M × a

= 0,0125 M × 1

= 1.25 x 10-2 M

pOH = -log [OH-]

= -log [1,25 x 10-2 M]

= 2 – log [1,25]

= 1,91

pH = 14 – pOH

= 14 – 1,91

= 12,09

Jadi pH larutan tersebut saat melewati titik ekivalen yaitu 12,09 dan bersifat
basa.

3. Buat kurva reaksi antara HCl dengan NaOH!


4

3.5

2.5
pH larutan

1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 14
volume NaOH (mL)

Dokumentasi

1. Alat dan bahan disiapkan 2. Mengambil 10 ml larutan


HCI 0,1 M menggunakan
pipet uku 10 M
3. Masukkan 10 ml larutan HCI 0,1 M 4. Mengukur pH larutan dengan
ke dalam labu erlenmeyer indikator universal

5. pH HCI sebelum penambahan NaOH 6. Menambahkan 3 tetes


(pH = 1) indikator phenolftalein

7. Menambahkan larutan NaOH 8. Mengukur pHS setelah


ke labu erlenmeyer 1 mL penambahan larutan NaOH

9. pH HCI setelah penambahan NaOH

(pH = 1)

10. Terjadi perubahan warrna saat

mencapai titik ekivalen


11. pH larutan saat mencapai titik ekivalen 12. Teteskan kembali
Larutan NaOH

13. Mengukur pH setelah melewati titik ekivalen

14. Ph yang didapatkan setelah melewati titik ekivalen (pH) =13

Anda mungkin juga menyukai