Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS KUANTITATIF

JUDUL PERCOBAAN :
ADISI / ALKALIMETRI

Disusun oleh :
Praktikan 1 : Ginanjar Faisal Akbar 24030111120003
Praktikan 2 : M. Fachrizal Sukmana 24030111130028
Praktikan 3 : Widiarsih 24030111120018
Praktikan 4 : Silvi Oktaviani 24030111130033
Praktikan 5 : Sri Wuning 24030111120001
Praktikan 6 : Nurullita Riani Pratama 24030111130046
Hari Tanggal : Kamis, 22 November 2012
Asisten : Palupi Dyah Arumsari J2C009040

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul asidi-alkalimetri. Percobaan


asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dari HCl pekat
dan larutan standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan
standar dalam analisis kuantitatif, melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan
standar skunder sebelum analisis, menentukan kadar Natrium karbonat dalam
sampel-sampel asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukan
kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel cuka
perdagangan, menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang
mengandung campuran karbonat dalam natrium hidroksida dan menentukan
pilihan indikator dalam analisis campuran. Pada percobaan ini metode yang
digunakan adalah metode titrasi asam basa. Prinsip yang dilakukan adalah
netralisasi dan standarisasi larutan-larutan standar sekunder dengan menggunakan
beberapa indikator. Penambahan PP memberi warna merah muda dengan basa.
Titik ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator metil
orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat suasana asam.
Hasil yang didapatkan pada titrasi standarisasi HCl dengan boraks, didapatkan
konsentrasi HCl 0,125 N. Pada standarisasi NaOH dengan HCl, konsentrasi NaOH
0,113 N. Pada standarisasi NaOH dengan H2C2O4, didapatkan konsentrasi NaOH
sebesar 0,095 N. Dalam penentukan Na2CO3 dalam Soda, kemurnian Na2CO3
sebesar 49,32 %. Dalam penentukan Campuran NaOH + Na2CO3, didapatkan.
NaOH adalah 11,6 mg dalan 25 ml sampel dan besar Na2CO3 adalah 127,2 mg
dalam 25 ml sampel. Dalam penentukan campuran Na2CO3 + NaHCO3 didapatkan
hasil besar Na2CO3 adalah 109,18 mg dalan 25 ml sampel dan besar NaHCO3
adalah 54,18 mg dalam 25 ml sampel.

Keyword : Netralisasi, asidi-alkalimetri, indikator konsentrasi


PERCOBAAN III
ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar NaOH serta
pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif
1.2. Melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar sekunder sebelum
analisis
1.3. Menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel asetat glasial maupun
sampel cuka perdagangan
1.4. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel
cuka perdagangan
1.5. Menentukaaan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang mengandung
campuran karbonat dalam natrium hidroksida
1.6. Menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Asidimetri- Alkalimetri
Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dan
alkalimetri sebaiknya diartikan secara umum saja, yakni titrasi yang menyangkut
reaksi-reaksi asam dengan basa. Secara tersirat diartikan di atas, bahwa
asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau dengan basa.
Diantaranya :
1. asam kuat – basa kuat
2. asam lemah – basa kuat
3. asam kuat – basa lemah
4. asam kuat – garam dan asam lemah
5. basa kuat – garam dan basa lemah
dalam titrasi asidi alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari penentuan
titik akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat
1. Asam dengan basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif maka asam dan atau
basa yang bersangkutan harus kuat.
2. Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif,
asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
3. Basa dengan garam, agar kuantitatif basa harus kuat dan garam harus
terbentuk dari basa lemah sekali.
(Harjadi, 1993)
2.2 Teori Asam Basa
2.2.1. Teori Archenius
Dalam teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante
Archenius (1884) mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam
air terurai menjadi ion-ion. Elektrolit yang kuat terurai sempurna, elektrolit
yang lemah terurai hanya sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai
menghasilkan ion hidrogen (H+) disebut asam, misalnya HCl
HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)
Basa jika terurai akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)
Reaksi antara asam dan basa, yaitu reaksi netralisasi, dapat ditunjukkan
oleh salah satu dari tiga cara yaitu:
Persamaan reaksi lengkap:HCl(aq) +NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
Persamaan reaksi ion: H+(aq + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq) Na+(aq) +
Cl-(aq) + H2O(aq)
Persamaan reaksi ion bersih: H+(aq) + OH-(aq) H2O(aq)
(Petrucci, 1992)
2.2.2. Teori Bronsted
Dalam pengertian Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat
memberikan proton, dan basa adalah segala zat yang dapat menerima
proton. Ion hidroksida, pastinya adalah suatu akseptor proton dan karena
itu merupakan basa Bronsted, tetapi ion itu tidak unik, ion tersebut adalah
satu dari banyak spesies yang dapat mempertunjukkan perilaku dasar.
Ketika suatu asam menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus
memiliki sedikit afinitas proton, sehingga merupakan suatu basa. Jadi,
dalam perlakuan Bronsted kita menemui pasangan asam basa konjugat.
HB H+ + B
Asam basa
Sebagai unsur yang bermuatan positif, proton memiliki suatu
kerapatan muatan yang membuat keberadaannya yang bebas dalam larutan
sangat tidak mungkin. Jadi, untuk mengubah HB menjadi B, suatu
akseptor proton harus ada. Seringkali, seperti dalam penguraian asam
asetat dalam air, basa ini bisa jadi adalah pelarut itu sendiri;

HOAc(aq) H+(aq) + OAc-(aq)


H2O(aq) + H+(aq) H3O+(aq)

HOAc(aq) + H2O(aq) H3O+(aq) + OAc-(aq)


Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
(Underwood, 1986)
2.2.3. Teori Bronsted Lowry
Disamping keberhasilannya dan manfaatnya, teori Archenius
memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah teori ini tidak mengenal
senyawa lain sebagai basa kecuali menghasilakan OH-. Hal ini menjadi
penyajian ionisasi larutan amonia dengan pelarut air sbb :
NH4OH(aq) NH4+ (aq) + OH-(aq)
Tetapi zat NH4OH (ammonium hidroksida) tidak pernah ada, zat tersebut
tidak dapat diisolasi dalam bentuk murni seperti NaOH.
Selain itu, sejak zaman Archenius reaksi-reaksi sudah dilakukan
dalam pelarut bukan air seperti ammonia cair. Beberapa dari reaksi-reaksi
tersebut kelihatannya mempunyai sifat-sifat reaksi asam basa. Ternyata,
OH- tidak ada karena tidak ada atom oksigen di dalam susunan tersebut.
Misalnya ammonium klorida dan natrium amida bereaksi dengan amonia
cair yaitu:
Reaksi lengkap : NH4Cl(aq) + NaNH2(aq) NaCl(aq) + 2NH3(aq)
Reaksi ion:NH4+(aq)+ Cl-(aq)+ Na+(aq)+ NH2-(a q) Na+(aq)+ Cl-(aq)+ 2NH3(aq)
Reaksi ion bersih: NH4+(aq) + NH2-(aq) 2NH3(aq)
(Petrucci, 1992)
2.3 Titrasi
Analisis volumetri adalah salah satu analisis kuantitatif yang
didasarkan pada pengukuran volume dari larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara pasti (larutan standart). Salah satu larutan yang
mengandung pereaksi ditempatkan pada erlenmeyer (titrat). Dalam proses
ini, perlahan-lahan titran ditambahkan ke dalam larutan sampai titran dan
titrat bereaksi secara sempurna secara stoikiometri. Titrasi harus
diberhentikan bila dekat dengan titik ekuivalen yang disebut titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
(Rivai, 1995)
2.4 Penentuan Titik Akhir
Biasanya dua jenis indikator di gunakan untuk menentukan titik
akhir. Indikator tersebut adalah indikator eksternal maupun indikator
internal. Biasanya indikator eksternal di gunakan dalam uji bercak.
Contohnya K2Fe(CN)6 untuk Zn. Indikator eksternal dapat digantikan oleh
indikator redoks internal. Indikator dari jenis ini harus menghasilkan
perubahan potensial oksidasi di sekitar titik ekivalen reaksi redoks. Yang
terbaik adalah indikator 1,10-fenantrolin, indikator ini mempunyai
potensial oksidasi pada harga antara potensial larutan yang di titrasi dan
penitrannya sehingga memberikan titik akhir yang yang jelas.
(Khopkar, 1999)

2.5 Titik Akhir Titrasi Dan Titik Akhir Ekivalen Titrasi


a. Titik akhir titrasi
Titik pada saat indikator berubah warna. Perubahan warna akan terjadi
apabila zat yang dititrasi sudah mencapai PH yang sesuai atau tertentu.
b. Titik akhir ekivalen titrasi
Titik pada saat terjadi reaksi sempurna atau titik pada saat ditambahkan
kuantitas asam atau basa yang ekivalen.
(Daintith,1994)
2.6 Indikator Asam- Basa
Asam atau basa organik yang mempunyai satu waktu jika
konsentrasi hidrogen lebih tinggi dari pada suatu harga tertentu oleh suatu
warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Akan digunakan rumus umum
HIn untuk indikator asam lemah untuk menggambarkan tipe reaksi yang
terlibat. Kesetimbangan untuk pengionnya dinyatakan sebagai :
HIn H+ + In-
(Keenan,1990)
2.7 Jenis-Jenis Indikator
a. Phenolphtalein (PP)
Phenolphtalein adalah indikator dari golongan ftalein yang
banyak di gunakan dalam pelaksanaan pemeriksaan kimia. Phenolphtalein
adalah senyawa hablur putih yang mempunyai kerangka. Indikator ini
sukar larut dalam air tapi dapat bereaksi dengan air sehingga cincinya
terbuka dan membentuk asam yang berwarna. Trayek pH 8,0 – 9,6.
Struktur phenolphtalein adalah :
HO

OH

O
phenolphtalein

b.Metil Orange
Adalah indikator asam basa dari golongan zat warna diazo, indikator
ini merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan tetapi
mempunyai mutan positif dan negatif karena itu jingga metil adalah
zwitter ion. Trayek pH 3,1 – 4,4.
(Mulyono, 1997)
2.8 Klasifikasi Indikator Asam – Basa
Indikator asam-basa dapat berubah warna apabila PH lingkungannya
berubah. Warna dalam keadaan asam biasanya dinamakan warna asam dari
indikator (kuning untuk MO) sedangkan warna yang di tunjukan dalam
keadaan basa disebut warna basa.
Diluar trayek pH, indikator hanya menampakan warna asam atau
warna basa tanpa tergantung dari pH sesungguhnya.
Tabel range Indikator asam-basa

No Nama Pki Jenis Trayek Warna


PH Asam Basa
1 Asam pikrat 2,3 A 0,1 – 0,8 Tak berwarna Kuning
2 Metil kuning 3,2 B 2,9 – 4,0 Merah Kuning
3 Metil jingga 3,4 B 3,1 – 4,4 Merah Jingga
4 Metil merah 5,0 B 4,2 – 6,3 Merah Kuning
5 Lakmus 4,5 – 8,3 Merah Biru
6 Merah fenol 8,0 A 6,4 – 8,0 Kuning Merah
7 Fenolftalein A 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah muda
8 Timolftalein A 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru
(Harjadi,1993)
2.9 Kesalahan Karbonat
NaOH dapat dititrasi dengan HCl atau sebaliknya, menggunakan
metil jingga atau fenolftalein dengan hasil yang hampir tak berbeda. Hal
ini hanya benar jika larutan NaOH atau basa kuat lainnya, tidak berisi
karbonat yang bersangkutan, sebab bila NaOH berisi Na2CO3, lalu di titrasi
dengan HCl, maka titik akhir dengan fenolftalein akan lebih kecil daripada
metil jingga. Karena untuk yang pertama Na2CO3 hanya mengambil satu
satu ion H+ untuk setiap molekul karbonat, sedang untuk titik akhir kedua,
diperlukan dua ion H+. Selisih antara kedua titik akhir akan semakin besar
jika kandungan NaOH semakin besar pula.
Basa-basa kuat banyak digunakan sebagai larutan baku untuk
menitrasi asam, tetapi basa mudah sekali bereaksi dengan CO2 dari udara
sehingga selalu terbentuk larutan berisi karbonat ini berakibat bahwa
standarisasinya adalah akan memberikan nilai konsentrasi basa yang
berada pada indikator PP yang dipakai dari pada memakai metil jingga.
Jika larutan ini di pakai untuk menitrasi asam lain dan indikator lain,
dari pada waktu standarisasi maka akan timbul kesalahan, untuk
menghindarkan hal ini, sebaiknya pada etiket juga di cantumkan juga
indikator yang di pakai dalam standarisasinya dan titrasi dengan basa
tersebut juga selalu menggunakan indikator tadi.
(Harjadi,1993)
2.10 Analisa Bahan
2.10.1 HCl
Sifat Fisik : Bersifat korosif, titik leleh :-14 dan titik didih : -850C.
Sifat Kimia : Senyawa hidrogen dan khlorin, dapat mengiritasi
kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.
(Daintih, 1994)
2.10.2 NaOH
Sifat Fisik : Kristal berwarna putih, titik didih: 19390C dan titik
leleh:3180C.
Sifat Kimia : Menyerap air dan CO2 dari udara, larut dalam air,
alkohol.
(Daintith,1994)
2.10.3 Na2CO3
Sifat Fisik : agak higrokopis.
Sifat Kimia : Digunakan untuk standar primer, dapat dititrasi
dengan indikator PP, merupakan soda pembersih,
larut dalam air dan berbentuk bubuk putih.
(Underwood,1986)
2.10.4 Boraks
Sifat Fisik :Natrium tetraborat dekahidrat, NaBaO7.10H2O
(BM=381,4)
Sifat Kimia : untuk pekerjaan yang sangat teliti, kristalnya dikristal
ulang, dua kali dari larutan air kemudian dikeringkan
dalam desikator dengan dengan kelembaban relatif
70% atau diatas larutan jenuh. Untuk titik akhir yang
baik dapat di pakai larutan asam borat di tambah NaCl
sebagai pembanding warna dengan volume,
konsentrasi serta jumlah indikator seperti yang di
peroleh dalam standarisasi.
(Mulyono,1997)
2.10.5 Indikator Metil Merah

Sifat Fisik : (CH3)2 NC6 H$NN C6H4COOH, asam para-


dimetilaminoazbenzena karbooksilat,
Sifat Kimia : Larutan 0,02% dalam etanol 60%, digunakan sebagai
indikator dengan selang pH 4,4 (Merah) hingga 6,0
(kuning).
(Mulyono,1997)
2.10.6 Indikator Phenolftalein
Sifat Fisik : Senyawa hablur putih, titik leleh :2610C
Sifat Kimia : sukar larut dalam air, tetapi dapat berinteraksi dengan
air, larut dalam alkohol, , trayek pH:8,0-9,8,
perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah
muda.
(Mulyono,1997)
2.10.7 Asam oksalat kristal
Sifat Fisik : (COOH)2.2H2O (BM= 126). Sangat stabil dalam
keadaan atmosfer biasa,
Sifat Kimia : harus dititrasi sebagai asam berbasa dua dengan
indikator Fenolftalein atau biru timol berdasar reaksi :
2NaOH(aq)+(COOH)2(aq) (COONa)2(aq)+2H2O(aq)
(Basri,1996)
2.10.8 NaHCO3
Sifat Fisik : Padatan kristal putih,
Sifat Kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, serbuk
kuning pemadam api dikenal sebagai soda kue
(Daintith,1994)

2.10.9 Aquades
Sifat Fisik : Senyawa dengan formula H2O, berbentuk cair, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berbasa, titik leleh:00C,
titik didih: 100oC, densitas:1 g/ml,
Sifat Kimia : Bersifat polar, dan merupakan pelarut universal.
(Basri,1996)
2.10.10 H2C2O4
Sifat Fisik : BM 90,03 g/mol, berbentuk kristal putih,
Sifat Kimia : Asam organik yang relative kuat, sebagai agen
pereduktor.
(Basri,1996)
III METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Neraca listrik 6. Pipet ukur
2. Labu takar 250 ml 7. Gelas arloji
3. Buret 8. Gelas beker
4. Erlenmeyer 9. Gelas ukur
5. Pipet tetes
3.1.2 Bahan
1. Na2B4O7 6. Indikator metil orange
2. HCl pekat 7. Indikator PP
3. Kristal H2C2O4 8. Sampel soda
4. Akuades 9. CH3COOH
5. Na2CO3
3.2 Skema kerja
3.2.1 Standarisasi HCl dengan Boraks
0,2 g natrium tetraborat murni
Erlenmeyer

Penambahan aquadest hingga 50 ml


Penambahan 2 tetes indikator M.O
Larutan berwarna kuning
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl
Pengulangan penitrasian hingga 2 x
Hasil

3.2.2 Standarisasi NaOH dengan HCl Nx

15 mL Larutan NaOH
Erlenmeyer
Penambahan aquadest hingga50 ml
Penambahan 2 tetes metil orange
Larutan berwarna kuning
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl Nx
Pencatatan volume HCl Nx
Pengulangan 2 x

Hasil
3.2.3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4

0,2-0,25 g H2C2O4
Erlenmeyer
Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP
Larutan berwarna bening
Erlenmeyer
Penitrasian dengan NaOH
Pencatatan volume NaOH
Pengulangan 2 x
Hasil

3.2.4 Penggunaan Larutan Standar Asam-Basa


1. Menentukan Na2CO3 dalam soda

3,5 g soda
Labu ukur 250 ml
Penambahan aquadest sampai tanda batas
Pengocokan hingga homogen
25 ml larutan soda
Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes M.O
Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Pencatatan volume HCl 0,1 N
Pengulangan 2 x

Hasil
2. Menentukan Asam Asetat Glasial

25 g asam asetat glasial


Labu ukur 250 ml
Penambahan 2 tetes PP
Penitrasian dengan NaOH
Pencatatan volume
Pengulangan 2 x
Hasil

3. Menentukan campuran NaOH + Na2CO3

25 ml larutan campuran
Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes PP
Pengenceran dengan aquadest
Larutan berwarna merah muda
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes M.O
Larutan berwarna kuning
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl

Hasil
4. Menentukan campuran Na2CO3 dan Na2CO3

25 ml larutan campuran
Erlenmeyer
Penetesan dengan indicator PP 2 tetes
Larutan berwarna merah muda
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume HCl

Larutan berwarna jernih


Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes indikator M.O
Larutan berwarna kuning
Erlenmeyer
Penitrasian dengan HCl
Pencatatan volume

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1 Standarisasi HCl dengan Boraks
- 0,2 g Natrium tetraborat murni dan larutkan Larutan bening
dalam aquadest hingga 50 ml
- Penambahan beberapa tetes indikator metil Warna kuning
merah (metil orange)
- Penitrasian dengan HCl Warna orange
- Perhitungan volume titrasi V1= 6,8 ml ; V2= 7 ml
2 Standarisasi NaOH dengan HCl Nx
- Pengenceran NaOH sampai 50 ml Larutan bening
- Penambahan 2 tetes indicator metil orange Warna kuning
- Penitrasian dengan HCl Nx Warna orange
- Perhitungan volume V1= 11,3 ml ; V2= 11,1 ml
3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O3
- Natrium oksalat dilarutkan dalam aquadest Larutan bening
- Penambahan 2 tetes indicator PP Larutan bening
- Penitrasian dengan NaOH Warna merah muda
- Perhitungan volume V1= 35 ml ; V2= 30,5 ml
4 Menentukan Na2CO3 dalam soda
- 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest Larutan bening
- Penambahan 2 tetes metil orange Warna kuning
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N Warna orange
- Pencatatan volume V1= 33,3 ml ; V2= 33,7 ml
5 Menentukan asam asetat glacial
- Asam asetat glacial dilarutkan dalam aquadest Larutan bening
- Penambahan indicator PP 2 tetes Larutan bening
- Penitrasian dengan larutan standar NaOH Warna merah muda
- Pencatatan volume V1= 45,2 ml ; V2= 43,5 ml
6 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
- Penambahan 2 tetes indicator PP pada Warna merah muda
campuran
- Penitrasian dengan HCl sampai PP hilang Larutan bening
Penambahan indicator MO 2 tetes Warna kuning
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N Warna orange
- Pencatatan volume V1= 8,9 ml ; V2= 6 ml
7 Menentukan campuran Na2CO3 + Na2CO3
- Titik ekivalen I dengan indicator PP dan titik
ekivalen II dengan indicator M.O
- 25 ml larutan campuran lalu ditambahkan Warna merah muda
indicator PP
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N sampai warna Larutan bening
merah dari PP hampir hilang
- Penambahan indicator MO 2 tetes Warna kuning
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N Warna orange
- Pencatatan volume V1= 5,15 ml ; V2= 11,6 ml
V. HIPOTESA

Percobaan ini berjudul asidi-alkalimetri. Percobaan asidi-alkalimetri ini


bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar
NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis
kuantitatif, melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar skunder sebelum
analisis, menentukan kadar Natrium karbonat dalam sampel-sampel asetat glasial
maupun sampel cuka perdagangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel
asam asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukan komposisi
produk pangan atau sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dalam
natrium hidroksida dan menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran. Pada
percobaan ini metode yang digunakan adalah metode titrasi asam basa. Prinsip yang
dilakukan adalah netralisasi dan standarisasi larutan-larutan standar sekunder
dengan menggunakan beberapa indikator. Penambahan PP memberi warna merah
muda dengan basa. Titik ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya.
Indikator metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat
titrasi.
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dari HCl pekat
dan larutan standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan
standar dalam analisis kuantitatif, melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan
standar sekunder sebelum analisis, menentukan kadar natrium karbonat dalam
sampel-sampel asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukan kadar
asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan,
menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang mengandung
campuran karbonat dalam natrium hidroksida, menentukan pilihan indikator dalam
analisis campuran, yang dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan standar
sekunder dengan menggunakan beberapa indikator. Pada percobaan ini prinsip yang
digunakan adalah reaksi netralisasi asam basa dan standarisasi larutan-larutan
standar sekunder sedangkan metode yang digunakan adalah metode titrasi, dimana
suatu larutan akan ditentukan konsentrasinya dengan mereaksikannya dengan
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya.

5.1 Standarisasi HCl dengan Boraks


Percobaan ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi HCl yang
dibuat dari pengenceran dan mengetahui indikator apakah yang tepat untuk
standarisasi HCl. Dalam standarisasi ini, HCl bertindak sebagai titran yaitu
larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dan terdapat di dalam buret
sedangkan boraks (Natrium tetraborat) bertindak sebagai titrat yaitu larutan yang
sudah ditentukan konsentrasinya dan terdapat di dalam erlenmeyer. Boraks yang
merupakan basa lemah digunakan sebagai titrat karena reaksinya dengan HCl
dapat menghasilkan keakuratan yang lebih baik dibanding dengan basa lemah
lain. Reaksi antara HCl dan boraks menghasilkan reaksi sempurna. HCl (asam
kuat) akan bereaksi dengan boraks (basa lemah) membentuk garam yang bersifat
asam. Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati
titik akhir titrasinya, dimana perubahan warna yang terjadi pada larutan sudah
dapat teramati oleh pratikan.
Reaksi :
Na2B4O710H2O(aq) + 2HCl(aq) 2NaCl(s) + 4H3BO3(aq) +5H2O(l)
( Svehla, 1990 )
Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik
akhir titrasinya.
Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer yaitu
larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui
secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. dan HCl
merupakan larutan standar sekunder yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya
tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah
murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan
larutan baku primer. Hal ini disebabkan kerena :
- Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak
mudah teroksidasi, boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan
dalam keadaan murni, tidak korosif. Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123
g/aq. (Budavary, 1997).
- HCl merupakan larutan gas HCl dalam air (Budavary, 1997). Hal ini
memungkinkan kelarutannya mudah sekali berubah terhadap perubahan
suhu, perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi konsentrasinya.
(Petrucci, 1992).
- HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga
dimungkinkan konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat.( Budavary,1997)
Pada percobaan ini 0,2 gram natriumtetraborat murni ditambahkan 50 ml
aquadest. Penambahan aquadest bertujuan untuk melarutkaan natriumtetraborat,
kemudian ditetesi indikator, yang paling tepat digunakan untuk titrasi ini adalah
indikator MO (Metil orange) yang memiliki range pH 3 - 4,5, karena pH dari
produk garam yang dihasilkan akan bersifat asam (mendekati range pH dari
indikator MO) sehingga larutan berwarna kuning ke orange. Kemudian dititrasi
dengan HCl sampai mencapai warna titran berubah menjadi tepat orange pekat
dimana pada proses titrasi telah mencapai titik ekuivalen yaitu keadaan dimana
jumlah titran yang ditambahkan tepat sama dengan perubahan warna yang
timbul pada larutan titrat, dan pada saat itu volume HCl yang dibutuhkan
sebanyak ml. Dan ketika warna larutan benar-benar sudah terlihat titrasi
dihentikan karna sudah mencapai titik akhir titrasi dimana perubahan warna
sudah teramati oleh pratikan dan titrasi dihentikan.

Reaksi :
Na2B4O7(aq) + 10H2O(l) + 2HCl(aq) 2NaCl(s) + 4H3BO3(aq) +
5H2O(l)
( Svehla, 1990 )
Dari percobaan ini konsentrasiHCl yang didapatkan adalah 0,125 N, konsentrasi
yang diinginkan adalah N. Karena hasilnya mendekati konsentrasi yang
diinginkan, maka pengenceran HCl tidak menyimpang jauh karena
kekurangtelitian pengenceran. Titrasi dilakukan dua kali pengulangan agar data
yang diperoleh lebih akurat.

5.2 Standarisasi NaOH dengan HCl


Standarisasi ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi NaOH
hasil pengenceran. Dalam standarisasi ini NaOH berfungsi sebagai titran yitu
larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dan terdapat didalam buret
sedangkan HCl bertindak sebagai titrat yaitu larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dan terdapat di dalam erlenmeyer. NaOH merupakan basa kuat,
sehingga dapat bereaksi sempurna baik dengan asam kuat maupun basa kuat. Di
sini yang dipakai adalah asam kuat.
Reaksi yang terjadi antara HCl dan NaOH, dimana 15 ml NaOH
diencerkan dengan aquadest yang bertujuan untuk mengurangi
kepekatannya(memperkecil konsentrasi) menghasilkan garam yang lebih
cenderung bersifat asam. Kemudian ditambahkan indikator MO larutan menjadi
warna kuning ke orange, sebab range pH indikator ini 3-4,5 mendekati range pH
garam asam yang dihasilkan, lalu dititrasi dengan HCl yang menghasilkan warna
orange pekat yang menunjukkan laarutan bersifat asam dan HCl yang
dibutuhkan sebesar 11,2 ml
Reaksi :
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(s) + H2O(l)
( Svehla, 1990 )
NaOH hasil pengencran yang diinginkan adalah 0,1 N, ternyata setelah
penitrasian dihasilkan konsentrasi NaOH 0,113 N. Mendekati 0,1 N, maka
penganceran NaOH tidak menyimpang jauh karena kekurangtelitian
pengenceran.

5.3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O2


Selain distandarisasi dengan HCl yang merupakan asam kuat, NaOH
juga distandarisasi dengan asam lemah, asam oksalat. Hal ini dilakukan untuk
memastikan keakuratan konsentrasi NaOH yang nantinya akan digunakan
sebagai larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui, dan
untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik
dengan asam lemah maupun kuat.
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat dilakukan dengan
melarutkan 0,2 gram oksalat di dalam 50 ml aquadest bertuuan untuk
mendapatkan larutan yang homogen dan menghasilkan garam yang bersifat
basa, sehingga indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH
indikator ini 8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan. Sehingga
warna tetap bening ketika ditambahkan PP. Kemudian dititrasi dengan NaOH
sampai titran berubah warna menjadi tepat merah muda yang menunjukkan
larutan bersifat basa dan volume NaOH yang diperlukan sebanyak 33,25 ml
Reaksi :
2NaOH(aq) + H2C2O2(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
(Svehla, 1990 )
Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi NaOH N, sama dengan
konsentrasi NaOH hasil standarisasi dengan HCl. Maka hal ini membuktikan
kalau NaOH dapat bereaksi sempurna dengan asam lemah maupun kuat. Dan
NaOH dapat digunakan sebagai larutan standar untuk titrasi asam basa.
5.4 Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Garam Na2CO3 yang digunakan berupa bubuk (padatan halus) berwarna putih
yang kemudian dilarutkan dengan akuades. Tujuan dilarutkan adalah supaya larutan
homogen. Setelah terlarut semua, 25 ml larutan tersebut di titrasi dengan HCl.
Reaksi :
CO3 2-(aq) + H3O +(aq) HCO3 –(aq) + H2O(l)
HCO3 –(aq) + H3O +(aq) H2CO3(aq) + H2O(l)
(Underwood, 1990)
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah metil orange karena produk
yang terbentuk adalah asam lemah, sehingga kesetimbangan tercapai pada pH < 7.
Terjadinya titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari orange
ke orange pekat. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali yang bertujuan agar diperoleh
data yang valid. Dari titrasi pertama diperoleh data volume HCl sebesar 33,3 ml dan
dari titrasi kedua diperoleh data volume HCl sebesar 33,7 ml. Kemudian, dari data
tersebut dimasukkan ke dalam perhitungan dan diperoleh kemurnian Na2CO3
sebesar 49,32 %.
5.5 Menentukan Asam Asetat Glasial
Pertama-tama 2 gram asam asetat diencerkan dalam labu ukur 250 mL. Tujuan
pengenceran adalah agar diperoleh konsentrasi yang lebih rendah. Setelah
diencerkan, 25 mL larutan diambil, kemudian ditambahkan indikator pp. Setleah itu
dititrasi dengan NaOH. Reaksi :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) →CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Underwood, 1990)
Indikator phenolphthalein digunakan dalam penentuan titik akhir titrasi yang
pertama karena larutan bersuasana basa. Terjadi titik akhir titrasi ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Titrasi dilakukan
sebanyak 2 kali dengan tujuan agar diperoleh data yang valid. Dari titrasi pertama
diperoleh data volume NaOH sebesar 45,2 mL dan titrasi kedua diperoleh data
volume NaOH sebesar 43,5 mL. Dan kemurnian asam asetat yang didapat adalah
113,05 %
5.6 Menentukan Campuran NaOH + Na2CO3
Dalam percobaan ini yang berperan sebagai larutan standar adalah HCl. Larutan
standar yaitu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. HCl berguna untuk
menetapkan campuran NaOH + Na2CO3. Campuran NaOH + Na2CO3 memiliki dua
titik ekivalen sehingga agar dapat mengetahui titik akhir titrasi digunakan dua indikator.
Titik ekivalen adalah titik pada saat terjadi reaksi sempurna atau titik pada saat
ditambahkan kuantitas asam atau basa yang ekivalen. Sedangkan titik akhir titrasi
adalah titik pada saat indikator berubah warna.
VII. PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
7.1.1 Normalitas HCl hasil standarisasi dengan boraks (0,1 N) adalah 0,125 N
7.1.2 Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan HCl Nx adalah 0,0113 N
7.1.3 Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan H2C2O4 adalah 0,095 N
7.2 Saran
7.2.1 Praktikan harus bisa melakukan titrasi dengan baik dan benar
7.2.2 Praktikan lebih teliti dalam mengamati terjadinya titik akhir titrasi
7.2.3 Praktikan lebih teliti dalam membaca volume titran yang habis terpakai
untuk titrasi
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal,S,2011,”Isolationof herbal acid base indicator from the seed of punica
granatum”, Chemical and Pharmaceutics Research,168-171
Basri, S, 1996, ’Kamus Kimia”,Rineka Cipta : Jakarta
Bitter, J.H, 2009, “ On the virtue of acid-base titrations for the determination of basic
sites in nitrogen doped carbon nanotubes”, Catalys Today,61-66.
th
Budavari, S., 1997, “The Merck Index”, 9 edition, Merck and Co. Icn., New Jersey.
Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta
Drimal, P,2007, “ Evaluating the Aerobic biodegradabilily of plastics in soil
environment through GC and IR analysis of gaseous phase”,ScienceDirect,729-
741.
Hardjadi, W,1993, “ Ilmu Kimia Analitik Dasar”, PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Janos, Pavel,2007,” Acid-base titration curves of solid humic acids”,ScienceDirect,242-
247.
Keenan, C, 1990,” Ilmu Kimia Untuk Universitas”, Erlangga : Jakarta
Phatade, K.S,2009,”Morus alba fruit-herbal alternative to synthetic acid base
indicators”,Chemtech Research,549-551.
Pudjaatmaka, H, 2002,” Kamus Kimia Organik”, Depdikbud. : Jakarta
Rivai, H, 1995,” Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press : Jakarta
Underwood, 1990, ‘ Analisis Kimia Kuantitatif”, Erlangga : Jakarta
Svehla, 1990,” Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”, PT
Kalman Media Pustaka : Jakarta
Semarang, 21 November 2012

Praktikan 1 Praktikan 2

M.Fachrizal Sukmana Ginanjar Faisal Akbar


24030111130028 24030111120003

Praktikan 3 Praktikan 4

Widiarsih Silvi Oktaviani


24030111120018 24030111130033

Praktikan 5 Praktikan 6

Sri Wuning Nurullita Riani Pratama


24030111120001 24030111120046

Mengetahui
Asisten

Palupi Dyah Arumsari


J2C009040
PERHITUNGAN

1. Standardisasi HCL dengan Boraks


Diketahui :
V Boraks : 50 mL
M Boraks : 0,2 gram
V HCL I : 6,8 mL
V HCl II : 7 mL
Vrata-rata HCl : 6,9 mL
Eq boraks : 2 eq
Ditanya : Normalitas HCl ...?
Jawab :
N Boraks gram 1000
 X
BE V
0,2 gram 1000mL
 X
191gram / eq 50mL
 0,02 N

VBoraks x NBoraka = VHCl x NHCl


50 mL x 0,02 N
N HCl 
6,9 mL
= 0,152 N

2. Standardisasi NaOH dengan HCl


Diketahui :
V NaOH : 15 mL
N HCl : 0,1 N
V HCl I : 11,3 mL
V HCl II : 11,1 mL
Vrata-rata HCl : 11,2 mL
Ditanya : Normalitas NaOH ...?
Jawab :
VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
11,2mlx 0,152 N
N NaOH 
15 mL
= 0,113 N

3. Standardisasi NaOH dengan H2C2O4


Diketahui :
V H2C2O4 : 50 mL
N H2C2O4 : 0,2 N
V NaOH I : 36,0 mL
V NaOH II : 30,5 mL
Vrata-rata NaOH : 33,25 mL
Equivalen H2C2O4 : 2 eq
Ditanya : Normalitas NaOH ...?
Jawab :
gram 1000
N oksalat  X
BE V
0,2 gram 1000
 X
63gram / eq 50

 0,06 N

V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH


50 mL x 0,06 N
N NaOH 
33,25mL
= 0,095 N

4. Menentukan Na2CO3 dalam Soda


Diketahui :
BM Na2CO3 : 106 g mol-1
V Na2CO3 : 25 mL
M Na2CO3 : 0,13 M
N HCl : 0,1 N
V HCl I : 33,3 mL
V HCl II : 33,7 mL
Vrata-rata HCl : 33,5 mL
Ditanya : Kemurnian Na2CO3 …?
Jawab :
Na2CO3 = 10 V x 0,1 mgrek
BM
V x
2 mg
106mg / mmol
 33,5 mL x
2 mg
 1775,5mg

mg Na 2 CO 3
Kemurnian Na2CO3  x 100 %
3600

1775,5mg
 x 100 %
3600 mg
 49,32%

5. Menentukan asam asetat glasial


Diketahui : BM asam asetat = 60 gram/mol
V asam asetat = 25 ml
V1 NaOH = 45,2 ml
V2 NaOH = 43,5 ml
V rata rata NaOH = 44,35 ml
N NaOH = 0,1 N
Ditanya : kemurnian asam asetat ?
Jawab :
CH3COOH = (10V x 0.1 BM) / 200

Vratarata  0,1xBM
Kemurnian asam asetat  x 100 %
200

44,35  0,1x60
 x 100 %
200
= 133,05 %
6. Menentukan Campuran NaOH + Na2CO3
Diketahui :
BM NaOH : 40 g mol-1
BM Na2CO3 : 106 g mol-1
Vrata-rata HCl pada indikator PP : 8,9 mL
Vrata-rata HCl pada indikator MO : 6 mL
Ditanya : NaOH dan Na2CO3 ...?
Jawab :
NaOH = (a - b) x 0,1 x BM NaOH
= (8,9 – 6) x 0,1 N x 40
= 11,6 mg dalam 25 mL campuran

Na2CO3 = 2b x 0,1 x (BM Na2CO3)


= 2 (6)x 0,1x (106)
= 127,2 mg dalam 25 mL campuran

7. Menentukan campuran Na2CO3 + NaHCO3

Diketahui :
BM Na2CO3 : 106 g mol-1
BM NaHCO3 : 84 g mol-1

Vrata-rata HCl pada indikator PP : 5,15 mL


Vrata-rata HCl pada indikator MO : 11,6 mL
Ditanya : Na2CO3 dan NaHCO3...?

Jawab :
Na2CO3 = 2a x 0,1 x BM Na2CO3
= 2 (5,15) x 0,1 x 106
= 109, 18 mgram dalam 25 mL

NaHCO3 = (b – a) x 0,1 x BM NaHCO3


= (11,6–5,15) x 0,1 x 84
= 54,18 mg dalam 25 mL campuran
LAMPIRAN
Soal Latihan
1. Diketahui : BJ = 1,400 g/mL;
kadar 75%
HNO3 0,1 N
Ditanya : Volume HNO3
Jawab : M = % x BJ : Mr
= 0,75 x 1,400 kg/L: (63 x 10-3 kg/mol)
= 16,67
N HNO3 = N1
= 1 x 16,67

V1 . N1 = V2 . N2
V1 x 16,67 N = 5 L x 0,1 N
V1 = 0,029 L

2. Larutan standar H2SO4 tidak dapat dibuat dengan menimbang tepat asam
pekatnya, karena pada proses penimbangan H2SO4 tersebut dilakukan secara
bertahap dimana perlu menggunakan banyak alat sehingga dalam
pelaksanaannya dimungkinkan adanya volume H2SO4 yang tercecer dan
nantinya akan mengubah konsentrasinya. Berbeda dengan cara pengenceran,
larutan H2SO4 tinggal ditambahkan pelaru saja, sehingga dapat ditentukan
konsentrasinya, disamping itu pula uap yang dihasilkan dari H2SO4 pekatakan
menggangu bila dilakukan pengenceran uap H2SO4 akan segera lenyap.
3. Dimaksudkan agar buret maupun pipet tidak mengandung zat yang dapat
mengkontaminasi bahan yang akan digunakan untuk praktikum, sehingga
sebelum menggunakan buret dan pipet untuk praktikum harus dipastikan bersih
dan dicuci dengan akuades sampai bersih, pencucian selanjutnya dilakukan
dengan larutan yang akan digunakan supaya suasana dalam alat tersebut
homogen dengan larutan yang akan digunakan. Begitupun untuk erlenmeyer.

4. Pada saat diketahui

Diket : m HNO3 = 9,770 diencerkan dengan aquades 1 L


V NaOH = 25 mL
N NaOH = 0,1040 N
V HNO3 encer = 24,45 mL
V HNO3 x N HNO3 = V NaOH x N NaOH
25,45 mL x N HNO3 = 25 mL x 0.1040 N
N HNO3 = 0.102 N

M HNO3 = N HNO3 = 0,102 M


Mol HNO3 = 24,45 mL x 0.102 M
=2,59 mmol
=0,00259 mol
m HNO3 encer dalam 25,45 mL adalah = 0,00259 x 63
= 0,1637
m HNO3 encer dalam 1000 mL adalah = (1000 : 25,45) x 0,16317
= 3,1109627
% HNO3 dalam asam nitrat pekat = (3,1109627 : 9.77) x 100%
= 31,83%
5. Prinsip titrasi balik (back titrasion)
Analat direaksikan dengan pereaksi yang jumlahnya berlebih kemudian
kelebihan larutan baku tersebut dititrasi. Dalam hal ini jumlah berlebih yang
ditambahkan itu harus diketahui dengan tepat. Karena kelebihannya ditentukan
oleh titrasi itu, maka jumlah yang dihabiskan oleh analat itu ialah selisihnya.
Dengan demikian jumlah analat dapat dihitung.
Contoh : menentukan amonia dalam garam amonium
25 mL garam ammonium diberi a mL NaOH dari 0,099 N. Setelah dididihkan,
didinginkan, diberi indicator MO dan dititrasi dengan HCl 0,1001 N sebanyak n
mL (BM NH3 = 17 g/mol). Maka dalam 25 mL larutan garam ammonium
mengandung NH3
= (a x 0,0991 – n x 0,1001) mgrek
= (a x 0,0991 – n x 0,1001) x 17 mg
6. Kesalahan indikator dalam titrasi adalah bila range pH pada indikator tidak tepat
sama dengan titik ekuivalen titrasi.
. Indikator campuran merupakan campuran antara dua buah indikator atau
campuran sebuah indikator dengan suatu zat warna biasa (bukan indikator pH,
jadi tidak berubah warna, meskipun pH berubah). Pada pH tertentu warnanya
berubah dari orange menjadi merah muda dengan indikator MO, kemudian dari
bening menjadi warna merah muda dengan indikator PP dalam satu keadaan.
Warna ini tampak jelas berbeda pada pH sedikit di atas maupun di bawahnya,
sehingga sangat mempermudah menentukan apakah larutan sudah mencapai pH
tersebut. Bila pH itu bertepatan dengan pH titik ekuivalen suatu titrasi maka titik
akhir dapat ditentukan dengan mudah dan ketelitian yang besar.

8. pH = 7 berarti titrasi asm kuat dan basa kuat (atau sebaliknya)


pH > 7 berarti titrasi asam lemah dan basa kuat
pH < 7 berarti titrasi asm kuat dan basa lemah
9 Indikatar asam basa berubah warna apabila pH lingkungan berubah, ini disebabkan
indikator asam basa ialah asam organik yang lemah atau basa organik lemah, jadi
dalam larutan dapat mengalami kesetimbanagan dalam ionisasinya, molekul
indikator-indikator tersebut mempunyai warna yang berbeda dengan ion-ionnya.
Karena berupa asam atau basa yang lemah letak trayek pH pada pH tinggi, atau
rendah atau ditengah tergantung dari besar kecilnya Ka atau Kb indikator tersebut.
Saat terjadi perubahan warna karena adanya trayek merupakan akibat
kesetimbanagan dan karena memi8liki warna yang berbeda dengan ionnya, mata
mampu untuk membedakan campuran warna-warna tersebut.
10 Karbonat harus dihilangkan karena apabila dalam larutan baku basa kuat telah
bereaksi dengan CO2 dari udara. maka kenormalannya dapat berubah menjadi lebih
rendah dari seharusnya, jika digunakan untuk standarisasi asam kuat maka hasilnya
tidak akan tepat karena konsentrasi standar primernya (alkali) sudah tidak tepat.
11 Penggunaan indikator secara berlebihan dapat menyebabkan kesalahan dalam
penentuan titik akhir titrasi karena apabila volume indikator berlebihan perubahan
warnanya dapat terjadi pada pH yang kurang tepat.
12 Garam dari suatu asam lemah yang merupakan basa Bronsted dapat dititrasi secara
layak dengan menggunakan asam kuat. Sedangkan untuk garam dari basa lemah
dapat dititrasi dengan baik menggunakan basa kuat.
Pretest
Silvi oktiviani
24030111130033

Soal
1. Jelaskan hipotesa percobaan
2. Jelaskan hipotesa jurin
3. Cara mengolah data

Jawab
1. Hipotesa percobaan
Percobaan ini berjudul Asidi Alkali Metri. Percobaan ini bertujuan untuk
membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dengan larutan standar NaOH
serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis
kuantitatif, melakukan prosedur standardisasi larutan-larutan standard sekunder
sebelum dianalisis, menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel
produk pangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial
maupun sampel cuka perdagangan, menentukan komposisi produk pangan atau
sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dan natrium hidroksida,
dan dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran. Prinsip yang
digunakan, yaitu : reaksi netralisasi asam-basa dan standardisasi larutan-larutan
standard sekunder. Metode dalam percobaan ini adalah titrasi asidi-alkalimetri
yang menggunakan indikator phenolphtalien (pp) dan Metil Orange (MO)
dengan range pH yang disesuaikan dengan larutan yang akan dinetralkan. Hasil
dari percobaan ini adalah pp akan memberikan warna merah muda pada saat
basa. Dimana titik akhir titrasi dan titik ekuivalen dapat diketahui dengan
perubahan warna. Sedangkan MO akan memberikan warna orange pada saat
basa.
2. Hipotesa Jurin
Percobbonaan ini berjudul “ keutamaan Titrasi Asam Basa Untuk Penentuan
Gugus dasar Di Nanotube Karbon Nitrogen Doped(NCNT). Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan pKa atau kebasaan dari spesies Nitrogen yang
terdapat di dalam NCNT. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah
reaksi Quarternarisasi piridin dan piridin nitrogen di dalam NCNT yang
dilakukan dalam kondisi refluks selama 1 jam. Sedangkan metode dari
percobaan ini adalah titrasi asam basa. Hasil yang diperoleh dalam percobaan
ini adalah model senyawa dalam NCNT dengan atom N Sp3 hibridisasi yaitu
trietilamina pKa nya: 10,75, benzylamine pKa nya : 9,33. Dan pirepidin pKa
nya 11,12.
3. Cara mengolah data

Pengenceran : VBasa x NBasa = Vasam x Nasam


mg Na2 CO3
Kemurnian Na2CO3 :  x100 %
3500
Vratarata  BM
Kemurnian asam asetat :  x 100 %
2000
Ginanjar Faisal Akbar
24030111120003
1. Hipotesa Percobaan?
Jawab :
Konsentrasi suatu asam atau basa dapat diketahui dengan metode asidi-
alkalimetri. Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi
yang tepat dari larutan standar, menentukan jumlah Na2CO3 dalam sampel,
menentukan jumlah campuran NaOH dan Na2CO3 dalam larutan dan untuk
menentukan indikator yang tepat. Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah
metode titrasi. Prinsip yang dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan standar
skunder dengan menggunakan beberapa indikator. Penambahan PP memberi warna
merah muda dengan basa. Titik ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan
warnanya. Indicator metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange)
pada saat titrasi.
2. Hipotesa Jurin ?
Jawab :
Percobaan “Titrasi asam-basa untuk penentuan Natrium dalam NCNT”.
Tujuan percobaan ini adalah untuk menunjukan karakteristik NCNT dalam berbagai
kondisi. Metode percobaan ini adalah ASIDI-ALKALIMETRI. Prinsip percobaan
ini adalah titrasi asam-basa untuk NCNT dalam berbagai kondisi. Hasil percobaan
diperoleh PH NCNT berturut-turut 5-7 dan Pka berturut-turut 7-9. Jadi titrasi asam-
basa untuk NCNT dalam berbagai kondisi menunjukan karakteristik yang signifikan
dalam berbagai kondisi.
3. Sebutkan Rumus. Min 3?
Jawab :
a. V1.N1 = V2.N2
b. N = gr 1000
BE V
M. Fachrizal Sukmana
24030111130028

1. Hipotesa percobaan : Percobaan ini berjudul asidi-alkalimetri. Percobaan asidi-


alkalimetri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari larutan
standar, menentukan jumlah Na2CO3 dalam sampel, menentukan jumlah campuran
NaOH dan Na2CO3 dalam larutan dan untuk menentukan indikator yang tepat. Pada
percobaan ini metode yang digunakan adalah metode titrasi. Prinsip yang dilakukan
adalah netralisasi dan standarisasi larutan-larutan standar skunder dengan
menggunakan beberapa indikator. Penambahan PP memberi warna merah muda
dengan basa. Titik ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya.
Indicator metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat
titrasi.
2. Resume Jurnal Internasional : Jurnal ini bertujuan untuk meneliti biji dari buah
punica granatum yang dijadikan sebagai pengganti indikator pada titrasi asam basa.
Metode yang digunakan adalah mengamati perubahan warna dari pigmen buah
punica granatum yang digunakan sebagai indikator dan dapat penunjukkan
perubahan warna saat pH lingkungannya berubah. Prinsip yang digunakan adalah
penitrasian dengan asam dan basa yang berbeda kekuatan asam dan basanya. Hasil
yang didapatkan adalah bahwa ekstrak biji dari buah punica granatum dapat
digunakan sebagai pengganti indikator asam dan basa dengan ketepatan yang
mendekati sama. Dengan membandingkan hasil titrasi menggunakan indikator dari
biji buah tersebut dengan indikator PP, metal merah dan indikator fenol. Didapatkan
hasil bahwa pada titrasi dengan asam dan basa kuat, indikator dengan ekstrak buat
mirip dengan PP, dengan trayek yang mendekati sama, pada asam kuat basa lemah
mendekati warna seperti metal merah. Pada asam lemah basa kuat seperti PP dan
pada asam lemah basa lemah seperti indikator fenol. Dengan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ekstrak biji dari buah punica granatum dapat digunakan untuk
mengganti indikator pada titrasi asam basa menggantikan indikator PP, Metil merah
dan fenol pada keadaan tertentu.
(Agrawal, Shubham 2011)
3. Sebutkan cara pengolahan data yang digunakan dalam percobaan ini (minimal 3)!
mg
a. Kemurnian  x 100 %
3500

b. berat suatu molekul = V x mgrek


BM
V x
2 mg

c. menentukan kadar NaOH NaOH = (a - b) x N x BM


ket: a dan b adalah volume titran saat titrasi dengan PP dan MO
Widiarsih
24030111120018

1. Hipotesa percobaan?
2. Hipotesa percobaan jurin?
3. Cara mengolah data?

Jawaban
1. Percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri” yang bertujuan untuk membuat
larutan standar HCl dari HCl pekat dengan larutan standar NaOH serta pengenceran
larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif, melakukan
prosedur standardisasi larutan-larutan standard sekunder sebelum dianalisis,
menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel produk pangan,
menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel
cuka perdagangan, menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang
mengandung campuran karbonat dan natrium hidroksida, dan dapat menentukan
pilihan indikator dalam analisis campuran. Prinsip yang digunakan, yaitu : reaksi
netralisasi asam-basa dan standardisasi larutan-larutan standard sekunder. Metode
dalam percobaan ini adalah titrasi asidi-alkalimetri yang menggunakan indikator
phenolphtalien (pp) dan Metil Orange (MO) dengan range pH yang disesuaikan
dengan larutan yang akan dinetralkan. Hasil yang didapat yaitu standardisasi HCl
dengan borax menghasilkan nilai konsentrasi HCl sebesar 0,164 N, standardisasi
NaOH dengan HCl.Nx menghasilkan konsentrasi NaOH sebesar 0,1015 N,
standardisasi NaOH dengan H2C2O4 menghasilkan konsentrasi NaOH sebesar 0,245
N. Sedangkan untuk massa Na2CO3 dalam soda sebesar 2072,3 mg dengan
kemurnian Na2CO3 sebesar 59,21 %. Asam Asetat glasial 5,1 %, NaOH dalam
campuran 11,6 mg dan Na2CO3 63,6 mg dalam campuran NaOH dan Na2CO3,54,59
mg Na2CO3dan 54,18 mg NaHCO3 dalam campuran Na2CO3 dan NaHCO3
2. Percobaan ini berjudul ‘Mengevaluasi biodegradabilitas aerobik dari plastik dalam
tanah lingkungan melalui GC dan analisis IR fase gas’, yang bertujuan untuk
menggunakan kromatografi gas untuk menganalisis fase gas (CO2 dan konten O2),
Micro-Oxymax respirometer (IR analisis CO2, O2 analisis oleh analyzer
paramagnetik) untuk mengamati biodegradasizat polimer dalam lingkungan tanah di
termos pengujian tertutup, dan untuk membandingkan hasil diukur dengan
standaracidimetric prosedur untuk menentukan CO2. Metode percobaan adalah
degradabilisasi, sedangkan prinsipnya adalah degradibilisasi dari campuran klasik
polimer. Hasil dari percobaan adalah didapatkan atau diketahui bahwa kandungan
dalam bahan degradasi adalah gas O2 dan gas CO2 yang seimbang dalam bahan
tersebut.

3. a. Kemurnian

b. berat suatu molekul = V x mgrek


BM
V x
2 mg

c. menentukan kadar NaOH NaOH = (a - b) x N x BM


ket: a dan b adalah volume titran saat titrasi dengan PP dan MO
Nama : Nurullita Riani Pratama
NIM : 24030111130046

Jawab:
1. Percobaan ini berjudul Asidi Alkali Metri. Percobaan ini bertujuan untuk
membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dengan larutan standar NaOH serta
pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif,
melakukan prosedur standardisasi larutan-larutan standard sekunder sebelum
dianalisis, menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel produk
pangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial
maupun sampel cuka perdagangan, menentukan komposisi produk pangan atau
sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dan natrium hidroksida,
dan dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran. Prinsip yang
digunakan, yaitu : reaksi netralisasi asam-basa dan standardisasi larutan-larutan
standard sekunder. Metode dalam percobaan ini adalah titrasi asidi-alkalimetri
yang menggunakan indikator phenolphtalien (pp) dan Metil Orange (MO)
dengan range pH yang disesuaikan dengan larutan yang akan dinetralkan. Hasil
dari percobaan ini adalah pp akan memberikan warna merah muda pada saat
basa. Dimana titik akhir titrasi dan titik ekuivalen dapat diketahui dengan
perubahan warna. Sedangkan MO akan memberikan warna orange pada saat
basa.

2. Penelitian ini berjudul “Kurva Titrasi Asam Basa pada Asam Lembab Padat”
yang bertujuan untuk mengembangkan ciri-ciri properti asam basa dari sifat
kompleks polyelektrolit. Prinsip penelitian ini adalah berdasarkan pertukaran
ion. Metode yang digunakan adalah metode Toppand Pepper yaitu pertukaran
ion kalsium asetat. Cara kerjanya adalah jumlah NaOH yang berbeda
ditambahkan ke masing-masing botol dan dicampur dengan sejumlah NaCl yang
berbeda untuk menjaga kekuatan ion konstan setelah mengatur volume konstan
menjadi 0,05 dm3. Larutan dibersihkan dengan N2 untuk beberapa menit, botol
PE mengandung sampel di bawah tekanan atmosfer nitrogen yang tertutup dan
disetimbangkan untuk 72 h dengan penggojokan perlahan-lahan. Kemudian nilai
pH setimbang diukur menggunakan kombinasi antara gelas elektroda Sen tix 21
dan inoLab Multilevel 1 pH meter.
Hasil yang diperoleh adalah data titrasi menyediakan informasi yang berharga
pada sifat dan distribusi dari grup asam fungsional pada molekul HA.
Ketidakpastian relatif adalah 1,8% untuk penentuan grup klarboksilat dan 9,1%
untuk penentuan grup fenol. Kesimpuilannya adalah metode Topp and Pepper
merupakan metode yang aplikatif untuk mengukur kurva titrasi asam basa pada
substansi padatan lembab dan untuk menyelidiki properti asam basanya.
3. Cara mengolah data

Pengenceran : VBasa x NBasa = Vasam x Nasam


mg Na2 CO3
 x100 %
3500
Kemurnian Na2CO3 :
Kemurnian asam asetat :  Vratarata  BM x 100 %
2000
Jurnal Internasional

Silvi Oktiviani
24030111130033

Keutamaan Titrasi Asam Basa Untuk Penentuan


Gugus dasar di Nanotube Karbon Nitrogen Dopet(NCNT)

Percobaan ini berjudul “ Keutamaan Titrasi Asam Basa Untuk Untuk


Penentuan Gugus Dasar di Nanotube Karbon Nitrogen Dopet(NCNT).
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kebasaan dari rentang spesies
Nitrogen yang terdapat di dalam NCNT. Prinsip yang digunakan dalam
percobaan ini adalah reaksi quarternarisasi piridyn dan piridy nitrogen di dalam
NCNT yang dilakukan dalam kondisi refluks selama satu jam, serta metode yang
digunakan adalah titrasi asam basa. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini
model senyawa daalam NCNT dengan atom N sp3 hibridisasi yaitu trietilamina
pKa nya 10,75, benzylamine kebasaan/ pKa nya 9,33 dan pirepidin pKanya
11,12

(Bitter,J.H, 2009)
Nama : Nurullita Riani Pratama
NIM : 24030111130046

Kurva Titrasi Asam Basa pada Asam Lembab Padat


Penelitian ini berjudul “Kurva Titrasi Asam Basa pada Asam Lembab Padat”
yang bertujuan untuk mengembangkan ciri-ciri properti asam basa dari sifat kompleks
polyelektrolit. Prinsip penelitian ini adalah berdasarkan pertukaran ion. Metode yang
digunakan adalah metode Toppand Pepper yaitu pertukaran ion kalsium asetat. Cara
kerjanya adalah jumlah NaOH yang berbeda ditambahkan ke masing-masing botol dan
dicampur dengan sejumlah NaCl yang berbeda untuk menjaga kekuatan ion konstan
setelah mengatur volume konstan menjadi 0,05 dm3. Larutan dibersihkan dengan N2
untuk beberapa menit, botol PE mengandung sampel di bawah tekanan atmosfer
nitrogen yang tertutup dan disetimbangkan untuk 72 h dengan penggojokan perlahan-
lahan. Kemudian nilai pH setimbang diukur menggunakan kombinasi antara gelas
elektroda Sen tix 21 dan inoLab Multilevel 1 pH meter.
Hasil yang diperoleh adalah data titrasi menyediakan informasi yang berharga
pada sifat dan distribusi dari grup asam fungsional pada molekul HA. Ketidakpastian
relatif adalah 1,8% untuk penentuan grup klarboksilat dan 9,1% untuk penentuan grup
fenol. Kesimpuilannya adalah metode Topp and Pepper merupakan metode yang
aplikatif untuk mengukur kurva titrasi asam basa pada substansi padatan lembab dan
untuk menyelidiki properti asam basanya.
(Janos, Pavel, dkk, 2007)
Sri Wuning
24030111120001

BUAH MORUS ALBA SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF HERBAL


UNTUK SINTESIS ASAM BASA

Percobaan ini berjudul “Buah Morus Alba sebagai Indikator Alternatif


Herbal untuk Sintesis Asam dan Basa”. Tujuan percobaan ini adalah untuk
mengetahui bahwa buah morus alba dapat digunakan sebagai indikator alternatif herbal
dalam sintesis asam dan basa. Prinsip percobaan ini adalah reaksi netralisasi asam-basa
dan standarisasi larutan-larutan standard sekunder. Metode yang digunakan adalah
titrasi asidi-alkalimetri yang menggunakan indikator buah morus alba yang hasilnya
akan dibandingkan dengan indikator PP untuk menguji kelayakan indikator. Percobaan
ini dilakukan dengan mengambil air ekstrak dari buah morus alba yang ditambahkan ke
dalam larutan HCl yang distandarisasi dengan larutan NaOH. Kemudian, dilakukan pula
teknik percobaan yang serupa dengan menggunakan indikator PP dan dibandingkan
pula kedua hasil percobaan. Adapun hasil percobaan ini diperoleh bahwa buah morus
alba dapat dijadikan indikator alternatif herbal dalam sintesis asam dan basa. Hal ini
dibuktikan dengan adanya perubahan warna yang tajam pada saat titik akhir titrasi yang
disebabkan oleh perubahan warna pada flavonoid. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pemilihan indikator dalam sintesis asam basa tidaklah harus mahal, yang terpenting
adalah dapat memberikan adanya perubahan warna yang tajam pada saat titik akhir
titrasi, sehingga dapat dibedakan antara larutan asam dan basa. Sebaiknya indikator
yang digunakan juga mudah didapatkan, murah, dan mudah dijangkau seperti halnya
buah morus alba.
Nama : Ginanjar Faisal Akbar
NIM : 24030111120003

Percobaan “Titrasi asam-basa untuk penentuan Natrium dalam


NCNT”. Tujuan percobaan ini adalah untuk menunjukan karakteristik NCNT dalam
berbagai kondisi. Metode percobaan ini adalah ASIDI-ALKALIMETRI. Prinsip
percobaan ini adalah titrasi asam-basa untuk NCNT dalam berbagai kondisi. Hasil
percobaan diperoleh PH NCNT berturut-turut 5-7 dan Pka berturut-turut 7-9. Jadi
titrasi asam-basa untuk NCNT dalam berbagai kondisi menunjukan karakteristik
yang signifikan dalam berbagai kondisi.
Widiarsih
24030111120018

Mengevaluasi biodegradabilitas aerobik dari plastik dalam tanah


lingkungan melalui GC dan analisis IR fase gas
(Evaluating the aerobic biodegradability of plastics in soil
environments through GC and IR analysis of gaseous phase)
Tujuan penelitian adalah untuk menggunakan kromatografi gas untuk
menganalisis fase gas (CO2 dan konten O2), Micro-Oxymax respirometer (IR
analisis CO2, O2 analisis oleh analyzer paramagnetik) untuk mengamati
biodegradasizat polimer dalam lingkungan tanah di termos pengujian tertutup, dan
untuk membandingkan hasil diukur dengan standaracidimetric prosedur untuk
menentukan CO2. Metode percobaan adalah degradabilisasi, sedangkan prinsipnya
adalah degradibilisasi dari campuran klasik polimer. Hasil dari percobaan adalah
didapatkan atau diketahui bahwa kandungan dalam bahan degradasi adalah gas O2
dan gas CO2 yang seimbang dalam bahan tersebut.
M. Fachrizal Sukmana
24030111130028

Isolasi indikator asam basa alami dari biji punica granatum

Jurnal ini bertujuan untuk meneliti biji dari buah punica granatum yang
dijadikan sebagai pengganti indikator pada titrasi asam basa. Metode yang digunakan
adalah mengamati perubahan warna dari pigmen buah punica granatum yang digunakan
sebagai indikator dan dapat penunjukkan perubahan warna saat pH lingkungannya
berubah. Prinsip yang digunakan adalah penitrasian dengan asam dan basa yang berbeda
kekuatan asam dan basanya. Hasil yang didapatkan adalah bahwa ekstrak biji dari buah
punica granatum dapat digunakan sebagai pengganti indikator asam dan basa dengan
ketepatan yang mendekati sama. Dengan membandingkan hasil titrasi menggunakan
indikator dari biji buah tersebut dengan indikator PP, metal merah dan indikator fenol.
Didapatkan hasil bahwa pada titrasi dengan asam dan basa kuat, indikator dengan
ekstrak buat mirip dengan PP, dengan trayek yang mendekati sama, pada asam kuat
basa lemah mendekati warna seperti metal merah. Pada asam lemah basa kuat seperti PP
dan pada asam lemah basa lemah seperti indikator fenol. Dengan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ekstrak biji dari buah punica granatum dapat digunakan untuk
mengganti indikator pada titrasi asam basa menggantikan indikator PP, Metil merah dan
fenol pada keadaan tertentu.
(Agrawal, Shubham 2011)

Anda mungkin juga menyukai