PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan
melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena
pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl,
asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan
dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk
menentukan asam.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara
kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.
Indikator potensiometrik dapat pula digunakan (Sasongko, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang timbul dalam percobaan asidi alkalimetri ini adalah bagaimana cara
untuk menentukan kadar suatu larutan asam ataupun basa dengan
prinsip asidi alkalimetri dengan tepat.
1.3 Tujuan Percobaan
1.4 Manfaat Percobaan
2. Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan
prinsip titrasi asidi alkalimetri.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Tekanan udara : 760 mmHg
TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang
pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang
konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan pengukuran
volume larutan reaktan disebut analisis volumetri.Pada suatu titrasi, salah satu
larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke dalam buret, sebuah
tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai kran dan diberi skala dalam
mililiter dan sepersepuluh mililiter.
Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi, larutan ini
diteteskan secara perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer yang
mengandung larutan reaktan lain. Larutan penitrasi ditambahkan sampai seluruh
reaksi selesai yang dinyatakan dengan berubahnya warna indikator, suatu zat yang
umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam bejana penerima dan yang
mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir. Perubahan warna ini
menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada
titik ini, penetesan larutan penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat (Brady,
1987).
Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes)
hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
[H+] = [OH-]
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika
pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi
asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara
khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen
(Sasongko, 2010).
Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan
warna dan titrasi harus dihentikan (Brady, 1987).
2.5 Indikator Titrasi
b. indikator azo
2.5.1 Fenolftalein
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda
terang.Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke
arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna.Penambahan ion
hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke
kanan untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda
dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk
mendeteksinya dengan akurat!(Clark, 2007).
A. Sifat Fisika
2. Berasa asam.
3. Berbau menyengat.
B. Sifat Kimia
A. Sifat Fisika
5. Tidak berbau.
B. Sifat Kimia
3. Bersifat higroskopik.
A. Sifat Fisika
B. Sifat Kimia
A. Sifat Fisika
B. Sifat Kimia
A. Sifat Fisika
5. Tidak berbau.
B. Sifat Kimia
1. Pipet tetes
2. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
4. Buret
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
6. Corong
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret.
7. Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terbentuk larutan yang
homogen.
8. Gelas Ukur
Fungsi : Mengukur larutan sesuai dengan takaran yang diperlukan dalam
percobaan.
a. Timbang 0,1 gram asam borat dan larutkan dengan aquadest lalu masukkan
c. Tambah 2-3 tetesindikator pp. Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul
Prlakuan Hasil
4.2 Perhitungan
Asam borat
Cara 1 = V. N. BE
BM
0,1
% kadar 1 = mg/BE = V. N
mg = 72,95
11,8
4.3 Pembahasan
Titrasi atau analisa volumetric adalah salah satu cara pemakaian jumlah zat
kimia yang yang luas pemakaiannya.Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari
pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara
stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan.Larutan pereaksi ini biasanya
diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut pentitter atau larutan
baku.Sedangkan proses pembentukan atau penambahan pentitter ke dalam larutan
zat yang akan ditentukan disebut titrasi.
Kuning meti
Biru Bromfen
Metil jingga
Baku primer dalah pembakuan dengan cara menimbang seksama zat yang
diketahui kemurniannya, sedangkan baku sekunder adalah pembakuan yang
dilakukan dengan menggunakan larutan baku yang diketahui.
Pada penentuan kadar asam borat 0,1 gram menggunakan metode alkali metri
dimana menggunakan NaOH 0,1 N dengan indicator fenolftalein sebanyak 2-3
tetes.Penentuan titik akhir titrasi didasrkan pada perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda.Volume yang dipelukan untuk menitrasi asam
borat 0,1 gram adalah 11,8 ml.Dari data tersebut didapatkan kadar masing-masing
sebesar 11,8%.Data ini sesuai dengan literature bahwa asam borat mengandung
tidak kurang dari 16,17%.
BAB VI
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan, diperoleh konsentrasi asam asetat pada sampel Cuka
Anggur “Tahesta” run I dan run II berturut-turut adalah 0,192 N dan 0,185 N.
2. Dari hasil percobaan, kadar asam asetat pada sampel Cuka Anggur
“Tahesta”, runI, dan run II berturut-turut adalah 1,097% dan 1,057%.
3. Dari hasil percobaan, dihitung% ralat dalam percobaan yang dilakukan pada
sampel Cuka Anggur “Tahesta” adalah 4,79%.
5. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah
phenolphthalein.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
2. Praktikan diharapkan memilih buret yang lebih baik, karena buret yang
kurang bagus dapat mempengaruhi proses pentitrasian dan persen ralat.
3. Saat melakukan titrasi, praktikan harus memperhatikan tetesan larutan baku
yang diteteskan agar tidak mengenai dinding labu tetapi langsung kelarutan.
http://wiwidhikaru.blogspot.com/2015/02/laporan-oh-laporan-laporan-asidi.html
Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur. Tangerang : Binarupa
Aksara.
http://noxarya.blogspot.com/2012 /04/
2014.
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa/article/download/3300/2964.
Diakses pada
tanggal 14 Maret 2014.