Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN IV PENENTUAN KALOR REAKSI (TERMOKIMIA)

NAMA NIM KELOMPOK/ REGU HARI/ TANGGAL PERCOBAAN ASISTEN

: YENNI OCTAVIANA : H311 12 293 : III/ 6 : SELASA / 25 FEBRUARI 2014 : HERLINA RASYID

LABORATORIUM KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu dari cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi disebut dengan termokimia. Fokus bahasan dalam termokimia ini adalah jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi. Selain itu ilmu kimia ini juga mempelajari cara pengukuran dari kalor reaksi tersebut. Pada reaksi eksoterm, kalor diserap, sedangkan pada reaksi endoterm kalor dilepaskan. Jumlah kalor berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi dan pada suhu. Secara eksperimen, kalor reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan kalorimeter. Namun tidak semua reaksi dapat ditentukan dengan kalorimetrik, penentuan itu terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan yang dapat berlangsung dengan cepat, seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan. Juga tidak boleh terjadi reaksi samping. Dalam termokimia terdapat suatu fenomena energi, yaitu hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat juga dimusnahkan. Sehingga energi dijagad raya ini tetap, yang mengalami perubahan hanya bentuknya saja. Dari asumsi itulah percobaan mengenai energi yang ikut serta dalam suatu reaksi dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui beberapa besaran energi yang terlibat dalam suatu reaksi. Pada penggunaan kalorimeter dapat ditentukan tetapan kalorimeter serta kalor penetralan. Oleh karena itu, maka dilakukanlah percobaan penentuan kalor reaksi ini untuk menetukan tetapan calorimeter dan kalor penetralan suatu larutan.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari tetapan kalorimeter dan kalor penetralan larutan asam dan basa secara kalorimetrik.

1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah : 1. Menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik 2. Menentukan kalor penetralan larutan NaOH dan HCl secara kalorimetrik.

1.3 Prinsip Percobaan Penentuan tetapan kalorimeter dilakukan dengan mencampurkan air pada suhu kamar dengan air yang telah dipanaskan hingga 50oC dan mengukur suhunya, penentuan kalor penetralan dengan mereaksikan larutan asam HCl dan larutan basa NaOH dan diukur suhunya pada selang waktu setengah menit selama lima menit. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian beberapa tetes metil jingga yang bertindak sebagai indikator terjadinya reaksi penetralan secara sempurna.

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOH 1 M, larutan HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, dan akuades.

3.2 Alat Alat yang diguanakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 250 mL, termometer 105oC skala 0,1oC, stopwatch, pengaduk lingkar, isolator dari pecahan plastik, gelas ukur 100 mL, gabus, pipet skala, pembakar, kasa, wadah kaca dan penutup.

3.3 Prosedur Kerja Alat dan bahan dirangkai sesuai gambar berikut : Termometer Pengaduk lingkar Gelas kimia 250 mL Pecahan Plastik Akuades Gabus 3.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter Untuk penentuan tetapan kalorimeter, mula-mula dimasukkan air sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia 250 ml lalu dimasukkan ke dalam kalorimeter. Air dibiarkan beberapa saat agar tercapai kesetimbangan termal, kemudian suhunya dicatat sebagai T1. Pada gelas kimia yang lain dimasukkan 50 ml air, dipanaskan Wadah

hingga suhunya melewati 50C, pemanas dimatikan kemudian suhu air dicatat sebagai T2. Air panas kemudian dituangkan ke dalam kalorimeter dan dicatat suhunya sebagai T kemudian diaduk. Stopwatch dijalankan dan sambil diaduk perlahan-lahan, suhu air dicatat tiap 30 detik selama 5 menit.

3.3.2 Penentuan kalor penetralan 50 ml NaOH dan 50 ml HCl dibiarkan beberapa waktu pada suhu kamar sampai kedua larutan mempunyai suhu yang sama. Kemudian suhunya dicatat sebagai T. Larutan asam dimasukkan ke dalam kalorimeter. Larutan NaOH kemudian dituangkan ke dalam larutan asam dan dicatat suhunya tiap 30 detik selama 5 menit sambil diaduk perlahan. dua tetes larutan indikator metil jingga ditambahkan untuk mengetahui apakah terjadi penetralan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini dapat terjadi karena kalorimeter sendiri (baik gelas, politena, atau logam) mengisap panas, sehingga tidak semua panas terukur (Bird, 1987). Reaksi Asam dengan Basa menghasilkankan air dan garam. Telah diketahui bahwa asam menghasilkan ion H+, sedangkan basa menghasilkan ion OH dalam air (Fatkhurrozi, 2007). HA(aq) LOH(aq) H+(aq) + A-(aq) L+(aq) + OH-(aq)

Oleh karena itu, larutan asam mempunyai konsentrasi ion H+ yang relatif besar dan larutan basa mempunyai konsentrasi ion OH yang relatif besar. Apabila lanrtan asam direaksikan dengan larutan basa maka sebagian dari ion H+ asam akan bereaksi dengan ion OH basa rnembentuk air (Fatkhurrozi, 2007). H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)

Jika benda menerima kalor, maka kalor itu digunakan untuk menaikkan suhu benda atau berubah wujud. Benda yang berubah wujud dapat berubah wujud menjadi cair atau menguap. Perubahan suatu kalor reaksi dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut, persamaannya sebagai berikut (Tazi, 2011) :

Dimana q

= jumlah kalor ( J )

m = massa zat ( g ) = perubahan suhu (C/K) c C = kalor jenis ( J/g. C ) = kapasitas kalor ( J/ C )

Instrumen modern yang digunakan untuk percobaan apapun dalam analisis termal atau kalorimeter biasanya terdiri dari empat bagian utama, yaitu (House, 2002) :

Sampel dan wadah atau tempat Sensor untuk mendeteksi dan mengukur sifat tertentu sampel dan untuk pengukur suhu.

Sebuah lampiran dimana parameter percobaan (misalnya suhu, tekanan, atmosfir gas) dapat dikerjakan

Sebuah komputer yang mengontrol parameter percobaan seperti program suhu, yang mengumpulkan data dari sensor dan memproses data untuk di kerjakan dan disimpan. Penetralan adalah suatu reaksi antara asam dengan basa, sehingga

menghasilkan suatu senyawa yang netral. Dalam proses penetralan sebagai asamnya adalah asam lemak sedangkan sebagai basanya umumnya digunakan soda api (NaOH) ataupun garam sodiumkarbonat (Na2CO3). Karena sodium atau natrium merupakan logam alkali yang mudah sekali melepaskan elektronnya sehingga bermuatan positif (Winarni, 2010). lstilah asam berasal dari bahasa Latin yang berarti cuka, sedangkan basa atau alkali berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Asam dapat memberikan proton dan

basa dapat menerima proton, hidrogen klorida (HCl) dalam air bersifat asam (dapat melepas ion H+ tetapi tidak dalam benzena karena molekul benzena tidak mempunyai kecenderungan menarik ion H+. Jadi ionisasi HCI dalam air adalah pemindahan sebuah proton dari molekul HCI ke molekul air membentuk ion sisa asam dan ion H3O+ (ion hidronium) (Fatkhurrozi, 2007). Kalorimeter didefinisikan dengan pengukuran panas. Sudah digunakan untuk mempelajari sistem reaktif sejak 1780 ketika lavoiser dan Laplace pertama mempelajari respirasi hewan pada percobaan dalam kalorimeter es. Jumlah air yang dikumpulkan dan tingkat pencairan memberikan penilaian termodinamika dan kinetika untuk respirasi (House, 2002). Kemudian telah dibuat kemajuan dalam teknologi kalorimeter, pengukuran Lavoiser hanya terbatas untuk reaksi eksotermik pada suhu 273,15 K dan sensitivitas instrumen tergantung pada keakuratan timbangan es yang mencair. Kalorimeter modern dapat mencatat sinyal serendah 5 x 10-8 W (House, 2002). Reading (2011), menunjukkan ada empat poin bidang penentuan terhadap suhu adalah sebagai berikut (Kraftmakher, 2004) : 1. 2. 3. Penentuan parameter kinetik Pengukuran kalorimertik Pemisahan sampel yang bergantung pada tingkat perubahan suhu masing-masing sampel. 4. Analisis termal mikro

Modulasi kalorimetri menjadi sangat penting dan banyak teknik yang digunakan, dan modulasi kalorimeter dirancang oleh sinku-rico, Inc. Sudah muncul. Instrumen ini menggunakan pemanasan cahaya termodulasi yang diperkenalkan oleh

Handler, modifikasi instrumen ini digunakan dalam rentang suhu yang lebar 2-800 K (Kraftmakher, 2004). Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalor) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar, atau khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran (Tazi, 2011). Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka (Tazi, 2011) : q reaksi = - (qair + qbom) Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus: qbom = C bom x Cbom= kapasitas kalor bom ( J/g C) atau ( J/K ) = perubahan suhu ( C atau K) Hukum Newton biasanya dapat mendekati pendinginan bejana yang terjadi dengan konduksi atau konveksi, jika perbedaan suhu kecil (House, 2002) : = K (TS - TE) Dimana K 'adalah sebuah konstanta untuk sistem dan kondisi. aturan ini juga menunjukkan bahwa, secara umum, jika sistem ini terganggu pada saat t = 0 sehingga perbedaan suhu T0 tercapai, sistem akan masuk keseimbangan secara eksponensial sesuai dengan (House, 2002) : ( )

Dimana waktu yang konstan dari system yang penting dikalorimetri (House, 2002).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter T1 T2 Vtotal = 27,8 oC = 48,5 oC = 100 mL = 300,8 K = 321,5 K

t (menit) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

T (C) 38 37 36,2 35,1 35 35 35 35 35 33

T (K) 311 310,5 309,2 308,1 308 308 308 308 308 306

4.1.2 Penentuan Kalor Penetralan T Vtotal = 28 oC = 100 mL = 301 K

t (menit) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

T (C) 33 33,2 33,4 33,4 33 33 33 33 33 33

T (K) 306 306,2 306,4 306,4 306 306 306 306 306 306

4.2 Grafik 4.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter


312 311 310

t (menit)

309 308 307 306 305 0 2 4 6 Series1 Linear (Series1)

y = ax + b = -0,93499 + 291,1744

T (K)

4.2.2 Penentuan Tetapan Kalorimeter


306.45 306.4 306.35 306.3

y = ax + b = -4,42308 + 1356,65

t (menit)

306.25 306.2 306.15 306.1 306.05 306 305.95 0 2 4 6 Series1 Linear (Series1)

T (K)

4.3 Perhitungan 4.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

Dimana:

W V Ta

= Tetapan kalorimeter (J/K) = Volume campuran (mL) = Suhu akhir (K) = 311 K

CH2O = Kapasitas kalori air per gram = 4,2 J/K.g mL = 41,176 J/K

4.3.2 Penetuan Kalor Penetralan

Dimana :

HT = Kalor Penetralan (J/mol) m M T V = massa larutan (g) = Konsentrasi (mol/L) = suhu akhir (K) = 311 K = volume total (mL)

= -21,529 J/mol = -0,021529 kJ/mol

4.4 Pembahasan Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter, air dalam kalorimeter ditambahkan air yang telah dipanaskan hingga 50oC, kemudian di ukur suhunya. Tujuannya ialah untuk melihat pengaruh penambahan air yang memiliki suhu yang lebih tinggi dengan suhu dalam sistem. Dengan begitu, dapat pula diketahui perubahan kalor yang terjadi pada proses tersebut. Pada percobaan penentuan kalor penetralan, larutan asam dan basa harus memiliki suhu yang sama, sebab pada percobaan ini, yang akan ditentukan ialah kalor yang terjadi selama reaksi berlangsung. Jika suhunya berbeda, maka perubahan kalor yang teramati bukan hanya berasal dari kalor reaksi melainkan juga kalor pencampuran dua larutan yang berbeda suhunya. Setelah suhu kedua larutan sama, barulah keduanya direaksikan dalam kalorimeter dan diamati perubahan suhu yang terjadi. perubahan suhu yang terjadi itulah yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan kalor yang terjadi pada reaksi tersebut. Pada tahap akhir pengerjaan, ke dalam campuran diteteskan indikator metil orange untuk mengetahui apakah telah

terjadi reaksi penetralan. Dari percobaan yang telah dilakukan, warna yang ditunjukkan setelah campuran ditambahkan indikator MO ialah orange, yang berarti telah terjadi reaksi penetralan dalam pencampuran kedua larutan asam dan basa tersebut. Efek panas terhadap tetapan kalorimeter sangat berpengaruh dimana semakin besar panas yang dihasilkan maka semakin kecil nilai tetapan kalorimeter, karena temperatur berbanding terbalik dengan nilai tetapan kalorimeter. Dari grafik yang dihasilkan dapat diketahui bahwa semakin besar waktu yang digunakan, suhu semakin menurun. Penurunan suhu ini disebabkan karena sistem melepaskan panas ke lingkungan sehingga terjadi reaksi eksoterm. Dari percobaan diperoleh nilai tetapan kalorimeternya adalah 41,176 J/K, yang menunjukkan bahwa pada saat reaksi berlangsung terjadi pertukaran kalor dengan lingkungan. Jika dilihat dari Kalor penetralan sebesar -0,021 KJ/mol H-nya bernilai negatif. Hal ini berarti reaksi penetralan antara asam kuat dengan basa kuat merupakan reaksi eksoterm. Sedangkan pengaruh konsenterasi larutan asam dan basa terhadap panas penetralan ialah semakin besar konsentrasi larutan, maka panas penetralan akan semakin kecil. Atau bisa dikatakan bahwa panas penetralan berbanding terbalik dengan konsentrasi larutan asam dan basa. Nilai kalor penetralan antara HCl dengan NaOH secara praktek adalah sebesar -0,021 KJ/mol, yang bila dibandingkan dengan panasan penetralan secara teori yaitu 55,9 KJ/mol, terdapat selisih yang mencolok. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yang mungkin menyebabkan perbedaan ini adalah adanya keterlambatan dalam pengukuran suhu, sehingga nilai suhu yang diperoleh tidak tepat dengan suhu yang sebenarnya. Dapat juga

disebabkan oleh kesalahan pembacaan skala pada termometer yang digunakan. Faktor lainnya ialah pada rangkaian alat termometer yang digunakan dimana, bahan isolator tidak berfungsi optimal, sebab masih ada celah udara yang dapat digunakan untuk terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan. Selain itu pertimbangan lain mengenai konsentrasi larutan asam HCl dan basa NaOH yang digunakan, yang kemungkinan tidak tepat 1 M. sedangkan dalam perhitungan, nilai konsentrasi yang digunakan adalah tepat 1 M.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kalorimeter adalah sebesar 41,176 J/K dan nilai untuk kalor penetralan larutan NaOH dan HCl adalah -0,0215 kJ/mol

5.2 Saran Saran untuk percobaan ini adalah penambahan larutan sampel asam dan basa lemah untuk penentuan kalor penetralan, agar bisa dijadikan pembanding untuk asam dan basa kuat. Saran untuk laboratorium adalah bahan isolasi yang digunakan sebaiknya yang lebih baik lagi karena alat kalorimeter yang diisolasi dengan pecahan plastik masih ada ruang kosong yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan.

LAMPIRAN 1

BAGAN KERJA A. Penentuan Tetapan Kalorimeter

50 mL air

Masukkan ke dalam Kalorimeter Ukur suhunya

50 mL air Panaskan sampai 50oC (diaduk dgn termometer) Catat suhu Masukkan ke dalam kalorimeter

Jalankan stopwatch Termometer di letakkan kembali Aduk perlahan Catat suhu tiap 30 detik selama 5 menit

Hasil

B. Penentuan Kalor Penetralan

50 mL HCl 1 M

50 mL NaOH 1 M

Diamkan hingga mencapai kesetimbangan termal Ukur suhu (T) Masukkan ke dalam kalorimeter

Diamkan hingga mencapai kesetimbangan termal Ukur suhu (T) Masukkan ke dalam kalorimeter

Tutup calorimeter Aduk perlahan Catat suhu setiap 30 detik selama 5 menit + 2-3 tetes indicator MO Jika kemolaran berbeda, dititrasi Hasil

LAMPIRAN 2 FOTO PERCOBAAN

1. Rangkaian Alat

2. Hasil Percobaan Sebelum Ditetesi Metil Jingga Sesudah Ditetesi Metil Jingga

Makassar, 27 Februari 2014 ASISTEN PRAKTIKAN

HERLINA RASYID NIM. H311 10 904

YENNI OCTAVIANA NIM. H311 12 293

Anda mungkin juga menyukai