Anda di halaman 1dari 7

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Stoikiometri Reaksi” yang bertujuan untuk
menentukan stoikiometri reaksi sistem : Pb(NO3)2 + NaCl + H2O. Prinsip yang
digunakan pada percobaan ini adalah dengan menggunakan metode job atau metode
variasi kontinu, yaitu dengan memvariasikan volume dari senyawa-senyawa yang
direaksikan. Percobaan ini dilakukan reaksi antara Pb(NO 3)2 ditambah NaCl dengan 3
volume yang berbeda-beda, hasilnya didapat dengan menghitung massa residu.
Massa residu dapat diketahui dengan mencari selisih antara massa kertas saring
sebelum digunakan dan massa kertas saring setelah digunakan. Dengan diketahuinya
massa residu PbCl2 dari reaksi antara Pb(NO3)2 dengan NaCl, maka stoikiometri
reaksi tersebut dapat ditentukan. Tabung satu dilakukan dengan mereaksikan 6 mL
Pb(NO3)2 dengan 14 mL NaCl menghasilkan 0,089 gram, tabung dua dilakukan
dengan mereaksikan 10 mL Pb(NO3)2 dengan 10 NaCl menghasilkan 0,137 gram,
dan tabung tiga dilakukan dengan mereaksikan 12 mL Pb(NO3)2 dengan 8 NaCl
menghasilkan 0,087 gram. Disimpulkan bahwa kertas saring yang ke tiga adalah
kertas saring terberat, namun dari perobaan ini didapatkan pula faktor kesalahan
sehingga didapatkan data yang kurang akurat. Diantara faktor kesalahannya adalah
kesalahan dalam pengukuran massa residu yang mungkin terjadi karena larutan yang
terdapat pada kertas saring tidak terlalu kering.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stoikiometri adalah suatu aspek atau bagian dalam ilmu kimia yang
mempelajari data-data kuantitatif yang terjadi dalam suatu reaksi kimia. Data-data
kuantitatif adalah suatu data yang wujudnya berupa angka-angka yang
merepresentasikan keadaan-keadaan tertentu yang terjadi dalam suatu reaksi kimia.
Data-data dari suatu reaksi kima sendiri dapat bersifat kuantitatif atau bersifat
kualitatif. Suatu data bersifat kualitatif apabila ia tidak dipresentasikan dalam bentuk
angka. Dengan demikian analisis stoikiometris tidak dapat dilakukan kepada data
yang berbentuk non-angka.
Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi yang semua reaktannya habis bereaksi
dan reaksi no stoikiometri adalah suatu reaksi yang salah satu reaktannya tidak habis
bereaksi (tersisa) dan reaktan yang lain habis bereaksi. Stoikiometri juga merupakan
suatu ilmu yang sangat penting bagi perkembangan ilmu kimia. Dengan
diterapkannya ilmu stoikiometri dalam penelitian mengenai reaksi kimia maka
aspek-aspek kuantitatif dari suatu reaksi kimia dapat dikaji sehingga penelitian dapat
dilakuknn dengan tepat dan akurat. Keakuratan terhadap hasil penelitian merupakan
sesuatu hal yang penting karena dapat meminimalkan kesalahan yang terjadi dalam
suatu penelitian.
Dalam proses pemahaman tentang stoikiometri ini sangat dibutuhkan
penjabaran yang lebih spesifik yang mengarah pada hasil percobaan yang kemudian
dijelaskan dalam pembahasan. Stoikiometri didasari pada hukum-hukum dasar kimia,
yaitu hukum kekebalan masa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan
berganda.
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan stoikiometri reaksi


sistem Pb(NO3)2 + NaCl +H2O.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat menentukan stoikiometri


reaksi sistem Pb(NO3)2+ NaCl + H2O, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
mampu menentukan senyawa yang mengendap dari reaksi tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu rekasi kimia biasa. Fisika
modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konversi energi, dan
bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep yang menjadi penting
dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting
mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika. Dalam ilmu kimia,
stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif
dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang di dasari pada
hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi (Alfian, 2009).
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunanti stoiceon (unsur) dan metrein
(mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah pertikel
atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam
reaksi kimia (Goldberg, 2007).
Stoikiometri juga dapat didefinisikan dengan mengukur unsur-unsur. Istilah
ini umumnya digunakan lebih luas, yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih
luas dan meliputi perhitungan zat dan campuran kimia, zat yang dimasudkan
merupakan unsur-unsur, senyawa, dan lainnya (Petrucci, 1987).
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia (Brady,1986).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun
molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap)
diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari
grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal
atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan
pereaksi-pereaksi dalam senyawa (Hiskia, 1991).
Senyawa stoikiometrik yaitu senyawa yang atom–atomnya bergabung dengan
nisbah bilangan bulat yang tepat. Bandingkan dengan senyawa non-stoikiometrik.
Rasio atom dalam setiap senyawa juga menunjukkan jumlah satuan berat atom unsur
tersebut. Berat relatif diperoleh dengan mengalikan rasio atom dan berat atom.
Persen berat setiap unsur dihitung dari berat relatifnya dibagi dengan jumlah berat
relatif. Senyawa–senyawa kimia dengan rasio atom integral, seperti nitrit oksida
disebut sebagai senyawa stoikiometri. Contoh adalah oksida aluminium, namun kali
ini dimulai dengan membagi presentasi berat dengan berat atom dari tabel periodik.
Satu mol adalah sejumlah bilangan avogrado dari atom, molekul, atau pertikel
lain. Massa molar (dalam gram) suatu unsur atau senyawa nilainya sama dengan
massa dari atom, molekul, atau satuan rumus lain (dalam sma) serta mengandung
atom (pada unsur), molekul, atau satuan rumus lain yang paling sederhana (pada
senyawa ionik) sebanyak bilangan avogrado (Chang, 2005).
Bobot satu mol suatu zat disebut bobot molar. Bobot molar dalam gram suatu
senyawa secara numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan massa atom.
Banyaknya satu hasil reaksi yang diperhitungkan akan diperoleh jika hasil reaksi itu
sempurna disebut rendemen teuritis. Dalam praktek, pemulihan suatu hasil reaksi
kurang dari 100 %, kadang–kadang jauh lebih rendah. Rendemen nyata suatu hasil
reaksi dibagi dengan rendemen teoritis kali seratus adalah rendemen persentase.
Pereaksi pembatas adalah zat yang habis bereaksi dan karena itu membatasi
kemungkinan diperpanjangnya reaksi itu (Petrucci, 1985).
Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-
hukum dasar ilmu kimia, diantaranya:
1. Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa dikemukakan oleh Antonio Laurent Laoisier
(1785) yang berbunyi : “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama”.
2. Hukum Perbandingan Tetap
Hukum proust atau hukum perbandingan tetap yang berbunyi :
“Setiap senyawa terbentuk dari unsur-unsur dengan perbandingan
tetap”.
3. Hukum Perbandingan Berganda
HukumDalton atau hukum perbandingan berganda yang berbunyi :
“Jika dua jenis unsur dapat membentuk lebih dari satu macam
senyawa, maka perbandingan massa salah satu unsure yang terikat
pada massa unsur lain yang sama, merupakan bilangan bulat dan
sederhana”.
4. Hukum Perbandingan Volum
Hukum Gay Lussac atau hukum perbandingan volum yang berbunyi :
“Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volum gas-gas yang
bereaksi dan dan hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan
sederhana”.
5. Hukum Avogadro
Hukum Avogadro berbunyi : “Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-
gas yang volumenya sama mengandung jumlah partikel yang sama
pula” (Petrucci, 1987).
Jumlah pereaksi pembatas yang ada pada awal rekasi menentukan hasil
teoritis (theoritical yield) dari rekasi tersebut, yaitu jumlah produk yang akan
terbentuk jika seluruh pereaksi pembatas terpakai pada reaksi. Jadi, hasil teoritis
adalah hasil maksimum yang didapat, seperti yang diprediksi dari persamaan yang
setara. Pada praktiknya, jumlah produk yang didapat hampir selalu lebih kecil dari
pada hasil teoritis. Perhitungan hasil teoritis ini atau biasa disebut theoritical yield.
Hasil teoritis adalah banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang
berlangsung sempurna. Persen hasil adalah ukuran efisiensi suatu reaksi. Dari
persamaan reaksi yang sudah setara dapat dihitung banyaknya zat pereaksi atau
produk reaksi. Perhitungan ini dilakukan dengan melihat angka perbandingan mol
dari pereaksi dan produk reaksi. Salah satu pereaksi habis bereaksi sedangkan yang
lainnya berlebihan. Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas,karena
membatasi kemungkinan reaksi terus berlangsung. Sehingga produk reaksi
ditentukan oleh pereaksi pembatas (Achmad, 2001).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret, gelas piala, pengaduk,
kertas saring, gelas arloji, oven, dan timbangan.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Pb(NO3)2, NaCl, kertas
saring, dan aquadest.

3.2 Konstanta Fisik dan Tijauan Keamanan

Tabel 3.1 Konstanta fisik dan tinjauan keamanan


Berat
Titik Didih Titik Leleh Tinjauan
Bahan Molekul
(ᵒC) (ᵒC) Keamanan
(gram/mol)
Iritasi dan
Pb(NO3)2 331,2 755 290
Beracun
NaCl 58 1465 801 Aman
Aquades 18,0153 100 0 Aman

3.2 Cara Kerja

Larutan
Pb (NO3)2
dimasukkan dengan menggunakan buret ke dalam gelas piala sesuai volume
seperti yang tertera pada tabel
ditambahkan larutan NaCl sesuai dengan volume pada tabel

diaduk campuran
disaring dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya
diketahuidikberatberatnya

Filtrat Residu
ditaruh endapan dan kertas saring dalam gelas arloji
disaring dalam oven pada suhu 90ᵒC selama 1 jam

Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia dan Tupamahu. 2001. Stoikiometri Energi Kimia. Citra Aditya
Bakti, Bandung.

Alfian, Zl. 2009. Kimia Dasar. USU press, Medan.

Brady, J.E.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid Satu. Binarupa Aksara,
Jakarta.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, Edisi ketiga, Jilid 1.
Terjemahan dari General Chemistry The Essential Concept third edition,
oleh Tim Departemen Kimia ITP. Erlanga, Jakarta.

Goldberg, D. E. 2007. Kimia Untuk Pemula edisi ketiga. Terjemahan dari Schaum’s
Outline’s of Theory and Problems of Begunning Chemistry, oleh Suminar
Setiadi Achmadi. Erlangsa, Jakarta.

Hiskia, A dan Tupamahu. 1991. Stoikiometri Energi Kimia. ITB Press, Bandung.

Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar. Gelora Aksara, Jakarta.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern edisi keempat
jilid 1. Terjamahan dari General Chemistry Principle and Modern
Applications fourth Edition, oleh Suminar Achmadi, Penerbit Erlangga,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai