Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

KESETIMBANGAN KIMIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Praktikum


Pada Mata Kuliah Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh
Ahmad Saepul Fikri
1177040007

LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS SAINS DAN TEKONOLGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum ini dengan judul
“KESETIMBANGAN KIMIA” dengan baik dan lancar. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
menjadi suri tauladan untuk semua umat Islam dan semoga sampai kepada
keluarganya, sahabatnya, dan kepada seluruh umat islam sampai hari kiamat.
Penulisan laporan praktikum ini dapat terwujud berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ikhlas dan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan praktikum ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan yang ada pada diri penulis.
Oleh karena itu, kritik maupun saran yang besifat konstruktif dari pembaca yang
budiman sangat berarti bagi penulis dalam menyempurnakan laporan praktikum
ini. Namun demikian, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dengan segala keterbatasannya.

Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

2
ABSTRAK

Ahmad Saepul Fikri. 1177040007. “Kesetimbangan Kimia”. Untuk


Memenuhi Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Praktikum. Program Studi
Kimia, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati. Bandung. 2018.
Percobaan ini dilakukan karena suatu reaksi kimia akan mencapai
kesetimbangan yang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti konsentrasi,
suhu dan volume. Tujuan dilakukannya percobaan ini: memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang faktor eksternal yang mempengaruhi sistem
kesetimbangan, mengetahui tetapan kesetimbangan asam lemah serta
kesetimbangan ion kromat dan dikromat. Pada percobaan ini digunakan prinsip Le
Chatelier menyatakan bahwa sebuah tekanan eksternal diterapkan pada suatu
sistem yang setimbangan, maka kesetimbangan akan bergeser untuk
menghilangkan tekanan eksternal yang terjadi. Instrumen yang digunakan pada
percobaan ini yaitu dengan mereaksikan beberapa larutan dan mengobservasi
secara langsung dan mengolah serta menganalisis data hasil percobaan secara
kuantitatif deskriptif. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sistem
kesetimbangan (1) konsentrasi dapat menggeser sistem kesetimbangan ke arah
reaksi yang memiliki konsentrasi lebih rendah (2) pengenceran dapat mengubah
volume larutan sehingga sistem kesetimbangan dapat bergeser ke arah reaksi yang
memiliki koefisien reaksi lebih besar (3) suhu dapat mengubah sistem
kesetimbangan dengan menggeser arah kesetimbangan dari reaksi eksoterm ke
arah reaksi endoterm (4) tetapan kesetimbangan asam asetat 10−2 sebagai asam
lemah yang yang tidak dapat terionisasi secara sempurna dalam air (5)
penambahkan ion hidrogen berlebih pada larutan ion kromium akan menggeser
sistem kestimbangan ke arah produk, penambahkan ion hidroksida berlebih pada
larutan dikromium akan menggeser sistem kesetimbangan ke arah reaktan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem kesetimbangan reaksi
dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu dan volume larutan dan tetapan kesetimbangan
untuk asam lemah dapat ditentukan dengan tingkat keasaman larutan, sistem
kesetimbangan reaksi dapat dipengaruhi oleh penambahan zat lain pada sistem
kesetimbangan.

Kata Kunci : Konsentrasi, Tetapan Kesetimbangan, Prinsip Le Chatelier,


Endoterm dan Eksoterm

3
ABSTRACT

Ahmad Saepul Fikri. 1177040007. “Chemical Equilibrum”. To fulfill


the task of the final examination of the practicum. Chemical Studies
program, Faculty of Science and Technology, the State Islamic University of
Sunan Gunung Djati. Bandung. 2018.
This experiment had done because a chemical reaction will reach
equilibrium which can be influenced by internal factors such as concentration,
temperature and volume. The purpose of the experiment giving knowledge and
understanding that external factors which affect equilibrium system, find out the
equilibrium constant weak acids and cromic ions and dicromic. In this
experiment, Le Chatelier's principle states that an external pressure is applied to a
system of equilibrium, so that equilibrium will shift to eliminate external stresses
that occur. The instrument used in this experiment is by reacting several solutions
and observing directly and processing and analyzing the data quantitatively
descriptive. External factors that can affect the equilibrium system (1)
concentration can shift the equilibrium system towards a reaction that has a lower
concentration (2) dilution can change the volume of the solution so that the
equilibrium system can shift towards a reaction that has a larger reaction
coefficient (3) temperature can change the equilibrium system by shifting the
equilibrium direction from the exothermic reaction towards the endothermic
reaction (4) the equilibrium constant of acetic acid 10−2 as a weak acid that cannot
be ionized perfectly in water (5) the addition of excess hydrogen ion to the
chromium ion solution will shift the equilibrium system towards product, adding
excess hydroxide ions to the dichromium solution will shift the equilibrium
system towards the reactant. Therefore it can be concluded that the reaction
equilibrium system is influenced by concentration, temperature and volume of the
solution and the equilibrium constant for weak acids can be determined by the
degree of similarity of the solution, the reaction equilibrium system can be
influenced by the addition of other substances to the equilibrium system.

Keywords : Concentration, Equilibrum Constant, Le Chatelier’s Principles,


Endothermic and Exothermic

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

ABSTRAK..............................................................................................................ii

ABSTRACT...........................................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Percobaan.......................................................................1
B. Rumusan Masalah Percobaan..................................................................4
C. Tujuan Percobaan....................................................................................5
D. Manfaat Percobaan..................................................................................5
E. Sistematika Penulisan..............................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................7

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN..........................................................11


A. Alat dan Bahan Percobaan.....................................................................11
1. Alat Percobaan...............................................................................11
2. Bahan Percobaan............................................................................11
B. Prosedur Percobaan...............................................................................12
1. Pengaruh Perubahan Konsentrasi...................................................12
2. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan........13
3. Penentuan Harga Tetapan Kesetimbangan.....................................14
4. Kesetimbangan Ion Kromat Dan Ion Dikromat.............................16
a. Kesetimbangan Ion Kromat....................................................16
b. Kesetimbangan Ion Dikromat.................................................17
C. Rencana Pengolahan Data.....................................................................17
1. Penentuan Massa Zat Terlarut........................................................17

5
2. Penentuan Molaritas Larutan..........................................................17
3. Penentuan Konstanta Kesetimbangan Asam (Ka)..........................18
4. Penentuan Konsentrasi Larutan......................................................18
5. Penentuan Konstanta Kesetimbangan (KC)....................................18

BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN..............................................................19


A. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Sistem Kesetimbangan....19
B. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan...............20
C. Penentuan Harga Tetapan Kesetimbangan............................................21
1. Asam Lemah (CH3COOH).............................................................21
2. Garam Kompleks............................................................................23
a. Data Kuantitatif Hasil Percobaan............................................25
b. Perubahan Konsentrasi Larutan FeCl3.....................................25
c. Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-.....................................26
d. Perubahan Konsentrasi Larutan [Fe(SCN)3]...........................26
e. Perubahan Konsentrasi Fe3+....................................................27
f. Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-.....................................27
g. Perubahan Konstanta Kesetimbangan.....................................28
D. Kesetimbangan Ion Kromat dan Ion Dikromat.....................................28

BAB V PEMBAHASAN......................................................................................30
A. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Sistem Kesetimbangan......................30
B. Pengaruh Pengenceran Terhadap Sistem Kesetimbangan.....................30
C. Pengaruh Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan.................................32
D. Harga Tetapan Kesetimbangan Pada Asam Lemah..............................33
E. Kesetimbangan Ion Kromat dan Ion Dikromat.....................................34

VI PENUTUP.......................................................................................................36
A. Kesimpulan............................................................................................36
B. Saran......................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

6
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat Percobaan......................................................................................11

Tabel 3.2 Bahan Percobaan...................................................................................11

YTabel 4.1 Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Sistem Kesetimbangan. .19

Tabel 4.2 Pengaruh Pengenceran Pada Air Teh....................................................20

Tabel 4.3 Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan...............20

Tabel 4.4 Penentuah Harga Tetapan Kesetimbangan Asam Asetat 0,1 M............21

Tabel 4.5 Penentuah Harga Tetapan Kesetimbangan Asam Asetat 0,01 M..........21

Tabel 4.6 Penentuah Harga Tetapan Kesetimbangan Asam Asetat 0,001 M.......22

Tabel 4.7 Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 1....................................23

Tabel 4.8 Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 2....................................24

Tabel 4.9 Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 3....................................24

Tabel 4.10 Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 4..................................24

Tabel 4.11 Kesetimbangan Ion Kromat................................................................28

Tabel 4.12 Kesetimbangan Ion Dikromat.............................................................29

7
DAFTAR GAMBAR

YGambar 3.1 Prosedur Percobaan Pengaruh Konsentrasi Larutan KSCN


Terhadap Sistem Kesetimbangan...........................................................................12

Gambar 3.2 Prosedur Percobaan Pengaruh Penganceran Terhadap Konsentrasi


Air Teh...................................................................................................................13

Gambar 3.3 Prosedur Percobaan Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem


Kesetimbangan.......................................................................................................13

Gambar 3.4 Prosedur Percobaan Pengenceran Asam Asetat 0,1 M.....................14

Gambar 3.5 Prosedur Percobaan Pengenceran Asam Asetat 0,01 M...................14

Gambar 3.6 Prosedur Percobaan Pengenceran Asam Asetat 0,001 M.................15

Gambar 3.7 Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Pertama..............15

Gambar 3.8 Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Kedua.................15

Gambar 3.9 Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Ketiga................16

Gambar 3.10 Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Keempat...........16

Gambar 3.11 Prosedur Percobaan Kesetimbangan Ion Kromat...........................16

Gambar 3.12 Prosedur Percobaan Kesetimbangan Ion Dikromat........................17

YGambar 4.1 Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap pH Larutan CH3COOH


................................................................................................................................22

Gambar 4.2 Perubahan konstanta asam................................................................23

Gambar 4.3 Perubahan Konsentrasi Larutan FeCl3..............................................25

Gambar 4.4 Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-..............................................26

Gambar 4.5 Perubahan Konsentrasi Larutan [Fe(SCN)3]....................................26

Gambar 4.6 Perubahan Konsentrasi Fe3+..............................................................27

Gambar 4.7 Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-..............................................27

Gambar 4.8 Perubahan Konstanta Kesetimbangan..............................................28

8
YGambar 5.1 Menurunnya Konsentrasi Pada Reaktan.........................................30

Gambar 5.2 Meningaktnya Konsentrasi Pada Produk Hasil Reaksi....................31

Gambar 5.3 pengenceran larutan Fe(SCN)3.........................................................31

Gambar 5.4 Reaksi Eksoterm...............................................................................32

Gambar 5.5 Reaksi Endoterm...............................................................................32

Gambar 5.6 Struktur Senyawa Asam Asetat........................................................33

Gambar 5.7 Persamaan Reaksi Asam Asetat Dengan Air....................................34

Gambar 5.8 Sistem kesetimbangan Ion Kromat...................................................35

Gambar 5.9 Sistem Kesetimbangan Ion Dikromat...............................................35

9
DAFTAR LAMPIRAN

YLampiran 1. Perhitungan Hasil Percobaan.........................................................42

Lampiran 2. Persamaan Reaksi Setara Hasil Percobaan......................................59

10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Percobaan


Suatu reaksi kimia tidak dapat berlangsung sampai selesai, tetapi
hanya mendekati suatu keadaan tertentu. Suatu reaksi kimia hanya dapat
terjadi, apabila jumlah reaktan dan jumlah produk yang tidak terpakai
terdapat dalam jumlah yang relatif tertentu. Konsentrasi reaktan dan
konsentrasi produk tidak akan berubah jika sistem sudah dalam keadaan
setimbang. Suatu keadaan kesetimbangan dapat digambarkan secara
kuantitatif dengan tetapan kesetimbangan reaksi yang dipengaruhi oleh faktor
eksternal pada saat reaksi berlangsung [ CITATION Oxt01 \l 1057 ].
Peristiwa absorspi merupakan suatu fenomena permukaan yang
merupakan sebuah proses terjadinya penambahan konsentrasi reaktan maupun
konsentrasi produk tertentu pada permukaan antar fasa. Suatu reaksi absorpsi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu absorspi fisis (Physical adsorpsion) dan
absorspi kimia (Chemical adsorpsion). Absorspi fisis merupakan sebuah gaya
intermolekul yang relatif lemah, sedangkan pada absorspi kimia dapat terjadi
pembentukan ikatan kimia antar molekul adsorbat dengan molekul yang
terikat pada permukaan adsorben. Pertukaran ion merupakan suatu peristiwa
atau proses yang melibatkan pertukaran ion-ion dalam larutan dengan ion
yang terikat dalam bahan penukar ion. Pada proses tersebut tidak terjadi
perubahan yang bersifat konstan pada struktur padatan. Mekanisme
pertukaran tersebut didasarkan pada sifat sorfit pada adsorben terhadap ion
bermuatan positif (X+) yang dapat terjadi karena adanya interaksi pada gaya
coulomb1. Pertukaran ion-ion tersebut juga dapat dikategorikan sebagai suatu
proses soption seperti hal-Nya absorspi yang merupakan bahan terlarut
(Solute) pada jumlah tertentu pada fasa fluida yang secara selektif bergerak

1
Gaya coulomb merupakan gaya yang dipengaruhi oleh muatan. Dua buah muatan yang
sejenis akan saling tolak menolak, sedangkan dua muatan yang berbeda muatannya akan saling
tarik menarik [ CITATION Kam07 \l 1057 ].
menuju suatu partikel yang tidak larut. Pertukaran ion-ion tersebut juga dapat
dikatakan sebagai counterion absorption [ CITATION Zai16 \l 1057 ].
Suatu reaksi kesetimbangan merupakan suatu reaksi yang bersifat
khusus dan mempunyai tetapan kesetimbangan yang berbeda-beda. Namun,
harga dari tetapan kestimbangan berdasarkan fasa reaksi yang terlibat dalam
suatu reaksi dapat dibagi menjadi dua yaitu tetapan kesetimbangan (Kc) dan
tetapan kestimbangan tekanan (Kp). Harga tetapan Kc hanya ditentukan oleh
zat-zat yang berada pada fasa cairan (Liquid) dan gas. Sedangkan Kp hanya
ditentukan oleh zat-zat yang berada pada fasa gas. Apabila diketahui suatu
reaksi seperti pada persamaan 1:

pA(g) + qB(g) ↔ rC(g) + sD(g) .................(1)

berada pada kondisi setimbang, maka harga tetapan kesetimbangan reaksinya


seperti pada persamaan 2:

[ C ]r ∙ [ D ] s
Kc= p q
………………………………………………………...(2)
[ A ] ∙ [ B]

[ CITATION Kri14 \l 1057 ]


Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap sistem kesetimbangan
kimia terkait langsung dengan reaksi eksotermis2 atau reaksi endotermis3.
Sistem kesetimbangan yang bersifat eksotermis akan mengakibatkan reaksi
akan bergerak kearah kanan dan sistem kesetimbangan yang bersifat
endotermis akan mengakibatkan reaksi akan bergerak kearah kiri. Apabila
suhu pada suatu reksi kimia dinaikan4 maka sistem kesetimbangan akan
bergeser ke arah kiri. Namun apabila suhu pada suatu reaksi diturunkan5
2
Reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia yang bersifat spontan dan tidak memerlukan
energi (suatu reaksi yang menghasilkan energi) dengan nilai ∆H negatif.
3
Reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia yang bersifat tidak spontan dan memerlukan
energi atau kalor dengan nilai ∆H positif.
4
Meningkatkan kalor atau menambah energi kedalam sistem, kondisi ini memaksa kalor
yang diterima oleh sistem aakan dipergunakan, sehingga sistem kesetimbangan akan bergerak
menuju arah reaksi endotermis.
5
Menurunkan kalor atau mengurasi energi kedalam sistem, kondisi ini memaksa kalor
yang diterima oleh sistem akan dilepas, sehingga sistem kesetimbangan akan bergerak menuju
arah reaksi eksotermis.
maka sistem kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan [ CITATION Ken99 \l
1057 ].
Dalam suatu sistem kesetimbangan suatu larutan, maka jumlah
koefisien reaksi disebelah kiri dan jumlah koefisien disebelah kanan, faktor
tekanan (P) dan volume (V) larutan tidak mempengaruhi sistem
kesetimbangan. Namun apabila terjadi perubahan suhu (T) (dinaikan maupun
diturunkan) maka sistem kesetimbangan akan berubah (bergeser) mengikuti
perubahan suhu sesuai dengan prinsip Van’t Hoff [ CITATION Syu97 \l 1057 ].
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat
terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapar bercampur, maka
pada suatu temperatur (T) konstan antara kedua pelarut itu dan angka
pembanding distribusi ini tidak bergantung pada spesi molekul lain yang
terdapat dalam larutan [ CITATION Ati90 \l 1057 ].
Pada kesetimbangan kimia terdapat asas Le Chatelier yang
menyatakan bahwa apabila pada sistem kesetimbangan terjadi perubahan
konsentrasi, suhu, volume dan tekanan, maka sistem kesetimbangan akan
menyesuaikan diri agar pengaruh perubahan yang bersifat eksternal
mendekati lim 0 dan akan terbentuk sistem kesetimbangan yang baru. Asas Le
Chatelier juga memiliki hubungan dalam memprediksi secara kualitatif
respon sistem pada kesetimbangan dengan perubahan kondisi yang bersifat
eksternal [ CITATION Mor15 \l 1057 ].
Persamaan kesetimbangan kimia secara matematis dirumuskan sesuai
persmaan 3:
[ C ]r ∙ [ D ]s
K= p q
………………………………………………………...(3)
[ A] ∙ [B]

dengan K adalah konstanta kesetimbangan.


Persamaan ini merupakan pernyataan matematis dari hukum aksi
massa (Law of mass Action) yang menyatakan bahwa pada reaksi reversible
(bolak-balik, dua arah) yang mencapai keadaan setimbang pada temperatur
(T) tertentu. Perbandingan konsentrasi reaktan dan produk memiliki nilai
tertentu yang bersifat konstan [ CITATION Mic80 \l 1057 ].
Suatu katalis6 tidak akan merubah kuantitas relatif yang ada dalam
kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidak akan berubah. Katalis hanya
akan mengubah waktu (t) dan menurunkan energi aktivasi7 reaksi yang
diperlukan untuk oleh suatu reaktan untuk dapat bereaksi dan mencapai titik
kesetimbangan [ CITATION Suk97 \l 1057 ].
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis mencoba
untuk melakukan percobaan dan membahas permasalahan tersebut dengan
judul “KESETIMBANGAN KIMIA”.

B. Rumusan Masalah Percobaan


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan8 yang berkaitan dengan kesetimbangan kimia, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap sistem kesetimbangan?
2. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap sistem kesetimbangan?
3. Bagaimana pengaruh suhu terhadap sistem kesetimbangan?
4. Bagaimana harga tetapan kesetimbangan pada asam lemah?
5. Bagaimana kesetimbangan ion kromat dan ion dikromat?

C. Tujuan Percobaan

6
Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat proses laju reaksi pada suhu
tertentu tanpa mengubah sistem kesetimbangan dan tidak mengalami perubahan maupun terpakai
oleh reaksi itu sendiri [ CITATION Oxt01 \l 1057 ].
7
Energi aktivasi merupakan suatu energi minimum yang diperlukan oleh suatu reaktan
agar reaksi kimia dapat terjadi [ CITATION Ano14 \l 1057 ].
8
Rumusan masalah jelas, singkat, termasuk konsep-konsep yang digunakan. Batas atas
limitasi masalah. Pentingnya atau signifikansi masalah antara lain: (1) memberi sumbangan
kepada perkembangan ilmu pengetahuan, (2) mengandung implikasi yang luas bagi masalah-
masalah praktis, (3) melengkapi penelitian yang telah ada, (4) menghasilkan generalisasi atau
prinsip-prinsip tentang interaksi sosial, (5) berkenaan dengan masalah yang penting pada masa ini,
(6) berkenaan dengan populasi, dan (7) mempertajam konsep yang penting. [CITATION SNa00 \l
1057 ]
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis menyusun
laporan praktikum ini dengan tujuan yaitu: memberikan pengetahuan dan juga
pemahaman kepada penulis dan juga semua pihak tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap sistem kesetimbangan kimia, mengetahui penentuan
harga tetapan kesetimbangan asam lemah serta kestimbangan ion kromat dan
dikromat.

D. Manfaat Percobaan
Laporan praktikum ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
kepada penulis, maupun kepada para pembaca. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penulisan laporan praktikum ini yaitu: agar penulis maupun
semua pihak dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
sistem kesetimbangan kimia, mengatahui penentuan harga tetapan
kesetimbangan asam lemah serta kestimbangan ion kromat dan dikromat.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil
praktikum kesetimbangan ini yaitu sebagai berikut:
BAB I : BAB Pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang
permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan
serta sistematika penulisan.
BAB II : BAB Landasan Teori memaparkan tentang teori-teori dasar dan
teori-teori pendukung yang digunakan dalam melaksanakan
praktikum dan sebagai dasar penulisan laporan praktikum kimia
dasar ini.
BAB III: BAB Metodologi Percobaan memaparkan tentang cara kerja
dalam melakukan percobaan ini yang dimuat dalam diagram alir
sebagai panduan dalam melakukan melakukan percobaan ini.
Serta dipaparkan tentang rencana pengolahan data hasil
percobaan untuk menguji ketepatan data yang diperoleh dari
percobaan.
BAB IV: BAB Data Hasil Percobaan memaparkan tentang data-data yang
diperoleh selama percobaan dan telah di uji keakuratan data yang
termuat dalam lampiran.
BAB V : BAB Pembahasan yang memaparkan tentang pengaruh
kosentrasi, suhu dasn pengenceran terhadap sistem
kesetimbangan. Serta memaparkan tentang penetapan
kesetimbangan asam lemah (CH3COOH) dan kesetimbangan ion
kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O72-).
BABVI: BAB Penutup memparkan tentang kesimpulan dan saran-saran
dengan menyikapi laporan praktikum ini mencoba untuk
memberikan saran-saran kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dalam permasalahan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI

Kesetimbangan kimia merupakan suatu keadaan dimana dua reaksi yang


tepat berlawanan terjadi pada laju reaksi yang sama. Ketika dua reaktan bereaksi
dan membentuk sebuah produk, maka produk tersebut akan bereaksi kembali
membentuk reaktan awal. Jika kondisi pada sistem kesetimbangan diubah, maka
akan terjadi beberapa reaksi berikutnya. Namun, sistem akan menggeser sistem
kesetimbangan agar kesetimbangan baru pada sistem dapat terbentuk. Pada
kesetimbangan kimia terdapat sebuah prinsip kesetimbangan yang disebut Prinsip
Le Chatelier yang menyatakan bahwa jika sebuah tekanan eksternal diterapkan
pada suatu sistem yang berada dalam kesetimbangan, maka kesetimbangan itu
akan bergeser untuk mengurangi dan menghilangkan tekanan eksternak yang
terjadi [ CITATION Gol04 \l 1057 ].
Kesetimbangan kimia akan terjadi apabila laju reaksi kearah pembentukan
produk telah sama dengan laju reaksi ke kiri kearah pembentukan reaktan dan
kondisi pada reaktan maupun kondisi pada produk sudah tidak terjadi perubahan.
Kesetimbangan kimia dapat dibedakan menjadi dua jenis reaksi reaksi yang
bersifat reversible dan reaksi yang bersifat irreversible. Untuk reaksi yang bersifat
reversible dapat di lihat pada persamaan (1) berkut:

aA + bB ↔ cC + dD .........................(1)

jika a,b,c dan d adalah angka koefisien zat-zat yang bereaksi pada zat A,B,C dan
D maka secara umum kesetimbangan kimia dapat dinyatakan sesuai persamaan
(2):
[ C ]c [ D ] d
K= a b
……………………………………………………… ( 2 )
[ A ] [ B]

Persamaan kesetimbangan kimia tersebut merupakan persamaan-persmaan


matematik dari hukum aksi massa yang pembilangnya diperoleh dengan
mengalikan konsentrasi produk pada saat kesetimbangan terjadi, masing-masing
dipangkatkan dengan angka koefisien reaksinya, sedangkan penyebut diperoleh
dengan cara yang sama dari reaktan [ CITATION Pur06 \l 1057 ].
Sistem reaksi yang berada dalam kesetimbangan dapat diubah dari luar
dengan cara mengubah konsentrasi, tekanan atau temperatur pada sistem. Suatu
reaksi yang berada dalam suatu kesetimbangan dapat diubah apabila pada sistem
itu dilakukan penambahan atau pengurangan salah satu reaktan maupun produk
hasil reaksi. Jika temperature dari sistem raeksi kesetimbangan diubah, maka
sistem akan berusaha mereduksi pengaruh perubahan temperatur. Akibat dari
perubahan temperature akan mengubah tetapan kesetimbangan tersebut. Pada
sistem yang melibatkan gas perubahan volume sistem pada suhu konstan dapat
menyebabkan tekanan pada sistem berubah. Jumlah molekul pada keadaan gas
akan berbanding lurus dengan besarnya tekanan yang diberikan. Semakin banyak
jumlah molekul maka tekanan yang terjadi akan semakin besar. Peningkatan
tekanan menyebabkan gas-gas berusaha memperkecil jumlah molekul dengan cara
menggeser jumlah zat kearah reaksi yang memiliki koefisien paling kecil
[ CITATION Sun10 \l 1057 ].
Reaksi kesetimbangan kimia akan melibatkan zat-zat yang berbeda pada
reaktannya untuk membentuk suatu produknya yang sifatnya berbeda dengan
reaktan awalnya. Kesetimbangan dari dua fasa zat yang sama dinamakan
kesetimbangan fisis karena perubahan yang terjadi hanyalah proses fisis.
Persamaan yang menghubungkan konsentrasi reaktan dan produk pada
kesetimbangan yang dinyatakan dalam suatu kuantitas yang disebut konstanta
kesetimbangan (Kc). Kesetimbangan dinyatakan sebagai hasil kali antara
konsentrasi-konsentrasi kesetimbangan pada produk dengan konsentrasi-
konsentrasi kesetimbangan pada reaktan yang dipangkatkan dengan koefisien
reaksinya dalam persamaan reaksi yang setara. Kesetimbangan homogen berlaku
untuk reaksi yang semua spesi bereaksinya berada pada satu fasa. Sedangkan
kesetimbangan heterogen merupakan suatu reaksi kimia yang bersifat reversibel
yang melibatkan reaktan dan produknya yang berbeda [ CITATION Cha05 \l 1057 ].
Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap sistem kesetimbangan kimia
terkait langsung dengan reaksi eksotermis9 atau reaksi endotermis10. Sistem
kesetimbangan yang bersifat eksotermis akan menyebabkan reaksi akan bergerak
kearah kanan dan sistem kesetimbangan yang bersifat endotermis akan
menyebabkan reaksi akan bergerak kearah kiri. Apabila suhu pada suatu reksi
kimia dinaikan11 maka sistem kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Namun
apabila suhu pada suatu reaksi diturunkan12 maka sistem kesetimbangan akan
bergeser ke arah kanan [ CITATION Ken99 \l 1057 ].
Dalam suatu sistem kesetimbangan suatu larutan, maka jumlah koefisien
reaksi disebelah kiri dan jumlah koefisien disebelah kanan, faktor tekanan (P) dan
volume (V) larutan tidak mempengaruhi sistem kesetimbangan. Namun apabila
terjadi perubahan suhu (T) (dinaikan maupun diturunkan) maka sistem
kesetimbangan akan berubah (bergeser) mengikuti perubahan suhu sesuai dengan
prinsip Van’t Hoff [ CITATION Syu97 \l 1057 ].
Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapar bercampur, maka pada suatu

9
Reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia yang bersifat spontan dan tidak memerlukan
energi (suatu reaksi yang menghasilkan energi) dengan nilai ∆H negatif.
10
Reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia yang bersifat tidak spontan dan memerlukan
energi atau kalor dengan nilai ∆H positif.
11
Meningkatkan kalor atau menambah energi kedalam sistem, kondisi ini memaksa kalor
yang diterima oleh sistem aakan dipergunakan, sehingga sistem kesetimbangan akan bergerak
menuju arah reaksi endotermis.
12
Menurunkan kalor atau mengurasi energi kedalam sistem, kondisi ini memaksa kalor
yang diterima oleh sistem akan dilepas, sehingga sistem kesetimbangan akan bergerak menuju
arah reaksi eksotermis.
temperatur (T) konstan antara kedua pelarut itu dan angka pembanding distribusi
ini tidak bergantung pada spesi molekul lain yang terdapat dalam larutan
[ CITATION Ati90 \l 1057 ].
Suatu katalis13 tidak akan merubah kuantitas relatif yang ada dalam
kesetimbangan nilai tetapan kesetimbangan tidak akan berubah. Katalis hanya
akan mengubah waktu (t) dan menurunkan energi aktivasi 14 reaksi yang
diperlukan untuk oleh suatu reaktan untuk dapat bereaksi dan mencapai titik
kesetimbangan [ CITATION Suk97 \l 1057 ].

13
Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat proses laju reaksi pada suhu
tertentu tanpa mengubah sistem kesetimbangan dan tidak mengalami perubahan maupun terpakai
oleh reaksi itu sendiri.
14
Energi aktivasi merupakan suatu energi minimum yang diperlukan oleh suatu reaktan
agar reaksi kimia dapat terjadi.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan Percobaan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan
kimia ini yaitu sebagai berikut:

1. Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan kimia
ini dapat di lihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3. Alat Percobaan


No
Nama Alat Spesifikasi Jumlah
.
1. Batang Pengaduk Besar, kecil 1 Buah
2. Erlenmeyer 100 mL 1 Buah
3. Gelas Kimia 100 mL 2 Buah
4. Gelas Kimia 1000 mL 1 Buah
5. Labu Ukur 50 mL 1 Buah
6. Pipet Tetes − 6 Buah
7. Silinder Ukur 25 mL 1 Buah
8. Sumbat Karet − 3 Buah
9. Tabung Reaksi − 7 Buah
10. Tabung Reaksi Besar − 3 Buah

2. Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kesetimbangan
kimia ini dapat di lihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3. Bahan Percobaan


No
Nama Alat Spesifikasi Jumlah
.
1. Akuades − Secukupnya
2. HNO3 Pekat 100 mL
3. Indikator Metil Merah − 3 tetes
4. Larutan CH3COOH 0,1 M 50 mL
5. Larutan CH3COOH 0,01 M 50 mL
6. Larutan CH3COOH 0,001 M 50 mL
7. Larutan FeCl3 2M 100 mL
8. Larutan HCl 1M 50 mL
9. Larutan K2Cr2O4 0,1 M 100 mL
10. Larutan K2CrO4 0,1 M 100 mL
11. Larutan KSCN 1M 100 mL
12. Larutan Na2HPO4 Jenuh −
13. Larutan NaOH 1M 50 mL
14. Lempeng Tembaga Padatan 3 Buah

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan kesetimbangan kimia ini yaitu sebagai
berikut :
1. Pengaruh Perubahan Konsentrasi
Prosedur percobaan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap
sistem kesetimbangan sebagai berikut:
a. Pengaruh konsentrasi KSCN terhadap sistem kesetimbangan dapat
dilihat pada Gambar 3.1 berikut :
25 mL air
Tambah 2 tetes FeCl3
Tambah 2 tetes KSCN
Aduk sampai warnanya tetap
Bagi dalam 5 rabung reaksi kecil
Larutan dalam tabung reaksi
Tabung reaksi 1 sebagai pembanding
Tambah 2 tetes larutan KSCN pada tabung 2
Tambah 2 tetes larutan FeCl3 pada tabung 3
Tambah 2 tetes larutan NaHPO4 pada tabung 4
Guncangkan tabung reaksi 2,3 dan 4
Bandingkan dengan tabung reaksi 1
Tambahkan 5 ml air pada tabung 5
Guncangkan tabung reaksi 5
Guncangkan tabung reaksi 5
hasil
Gambar 3. Prosedur Percobaan Pengaruh Konsentrasi Larutan KSCN
Terhadap Sistem Kesetimbangan

b. Pengaruh Penganceran Terhadap Konsentrasi Air Teh

Air teh

Masukan dalam 2 tabung reaksi


Tambahkan 5 cm3 air pada salah satu tabung reaksi
Bandngkan kedua tabung reaksi

Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Pengaruh Penganceran Terhadap


Konsentrasi Air Teh

2. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan


Prosedur percobaan pengaruh perubahan suhu terhadap sistem
kesetimbangan dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut:

10 tetes HNO3 + 1 kempeng Cu


Masukan dalam 3 tabung reaksi besar
Tutup dengan sumbat karet
larutan

Tabung reaksi 1 dimasukan dalam air ES


Tabung reaksi 2 dimasukan dalam air panas
Tabung reaksi 3 sebagai pembanding
Bandingkan warna gas pada ketiga tabung reaksi
Hasil
Gambar 3. Prosedur Percobaan Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap
Sistem Kesetimbangan

3. Penentuan Harga Tetapan Kesetimbangan


Prosedur percobaan penentuan harga tetapan kesetimbangan
sebagai berikut:
a. Asam Lemah
Prosedur percobaan penentuan harga tetapan kesetimbangan
asam lemah dapat di lihat pada Gambar 3.4 s.d. Gambar 3.6 berikut:

CH3COOH 0,1 M
Pipet 5 mL kedalam labu ukur
Tanda bataskan dengan akudes
Campuran

Pipet 20mL kedalam Erlenmeyer


Ukur suhu dan pH larutan
Tambahkan 3 tetes indikator metil orange
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Pengenceran Asam Asetat 0,1 M


CH3COOH 0,01 M
Pipet 5 mL kedalam labu ukur
Tanda bataskan dengan akudes
Campuran

Pipet 20mL kedalam Erlenmeyer


Ukur suhu dan pH larutan
Tambahkan 3 tetes indikator metil orange
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Pengenceran Asam Asetat 0,01 M

CH3COOH 0,001 M
Pipet 5 mL kedalam labu ukur
Tanda bataskan dengan akudes
Campuran

Pipet 20mL kedalam Erlenmeyer


Ukur suhu dan pH larutan
Tambahkan 3 tetes indikator metil orange
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Pengenceran Asam Asetat 0,001 M

b. Garam Kompleks
Prosedur percobaan penentuan harga tetapan kesetimbangan
garam kompleks dapat di lihat pada Gambar 3.7 s.d. Gambar 3.12
berikut:

5 mLKSCN

Masukan dalam tabung reaksi


Tambahkan 5 mL FeCl3 2 M
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Pertama


5 mLKSCN
5 mLKSCN
Masukan dalam tabung reaksi
Masukan dalam tabung
Tambahkan 10 mLreaksi
larutan percobaan sebelumnya
Tambahkan 10 mL larutan percobaan sebelumnya
Tambahkan air sampai volumenya 25 mL
Tambahkan air sampai volumenya 25 mL
Hasil
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Kedua

5 mLKSCN

Masukan dalam tabung reaksi


Tambahkan 10 mL larutan percobaan sebelumnya
Tambahkan air sampai volumenya 25 mL

Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Ketiga

Gambar 3. Prosedur Percobaan Garam Kompleks Perlakuan Keempat

4. Kesetimbangan Ion Kromat Dan Ion Dikromat


Prosedur percobaan kesetimbangan ion kromat dan dikromat yaitu
sebagai berikut:
a. Kesetimbangan Ion Kromat
Prosedur percobaan kesetimbangan ion kromat dapat di lihat
pada Gambar 3.11 berikut:

1 mL larutan K2CrO4 0,1 M


Masukan dalam tabung reaksi
Tambah 5 mL larutan HCl 1 M
Kocok tabung reaksi perlahan-lahan
Amati perubahan
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Kesetimbangan Ion Kromat


b. Kesetimbangan Ion Dikromat
Prosedur percobaan kesetimbangan ion kromat dapat di lihat
pada Gambar 3.12 berikut:

1 mL larutan K2Cr2O4 0,1 M

Masukan dalam tabung reaksi


Tambah 5 mL larutan NaOH 1 M
Kocok tabung reaksi perlahan-lahan
Amati perubahan
Hasil

Gambar 3. Prosedur Percobaan Kesetimbangan Ion Dikromat

C. Rencana Pengolahan Data


Adapan data-data yang diperoleh selama percobaan ini akan dioleh
dengan persamaan-persamaan matematis berikut:
1. Penentuan Massa Zat Terlarut
Untuk menentukan massa zat terlarut yang akan digunakan untuk
membuat sebuah larutan dapat menggunakan persamaan berikut :
massa 1000 mL
M= .
massa molar V
M . massa molar . V
= massa
1000 mL

2. Penentuan Molaritas Larutan


Untuk menentukan molaritas larutan pada saat pengenceran
larutan, maka dapat menggunakan persmaan berikut :
n 1 . V 1 = n 2 . V1

n1 . V 1
= n2
V2
3. Penentuan Konstanta Kesetimbangan Asam (Ka)
Untuk menentukan konstanta kesetimbangan asam (Ka) dapat
menggunakan persmaan berikut :
[ H+ ]
[C H 3 COO- ]
Ka=
[ CH3 COOH]

4. Penentuan Konsentrasi Larutan


Konsentrasi larutan yang digunakan dalam percobaan
kesetimbangan kimia ini antara lain :
a. Penentun Konsentrasi Larutan Fe(SCN)3
Untuk menentukan konsentrasi larutan Fe(SCN)3 dapat
menggunakan persamaan berikut :
D
[ Fe ( SCN )3 ] = dxi . ( [ Fe3+ ] m+ [ SCN- ] m )

b. Penentun Konsentrasi Fe3+


Untuk menentukan konsentrasi larutan Fe3+ dapat
menggunakan persamaan berikut :
[ Fe 3+ ] = [ Fe3+ ] m - [ Fe ( SCN )3 ]

c. Penentun Konsentrasi SCN−


Untuk menentukan konsentrasi larutan SCN− dapat
menggunakan persamaan berikut :
[ SCN - ] = [ SCN- ] m - [ Fe ( SCN )3 ]

5. Penentuan Konstanta Kesetimbangan (KC)


Untuk menentukan konstanta kesetimbangan (Kc) dapat
menggunakan persamaan berikut :
[ Fe ( SCN )3 ]
Ka=
[ Fe 3+- ] [ SCN- ]
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN

A. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Sistem Kesetimbangan


Data pengamatan hasil percobaan pengaruh perubahan konsentrasi
terhadap sistem kesetimbangan dapat di lihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2
berikut :

Tabel 4. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Sistem Kesetimbangan


Perlakuan Hasil Pengamatan
- 25 mL air dimasukan dalam gelas - Air dalam gelas kimia dan
kimia takberwarna
- Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 - Larutan FeCl3 berwarna kuning
dan 2 tetes larutan KSCN - Warna larutan tetap
- Aduk sampai warna larutan tetap - Larutan terbagi kedalam 5 tabung
- Bagi kedalam 5 tabung reaksi reaksi berbeda
- Tabung reaksi 1 sebagai - Larutan berwarna jingga
pembanding - Larutan menjadi jingga+++
- Tabung reaksi 2 ditambahkan - Larutan berubah warna dari
larutan KSCN sebanyak 1 tetes jingga kemarah
- Tabung reaksi 3 ditambahkan - Larutan berubah warna dari
larutan FeCl3 sebanyak 1 tetes jingga menjadi keruh
- Tabung reaksi 4 ditambahkan - Warna larutan tetap
larutan NaHPO4 sebanyak 2 tetes - Terdapat perbedaan warna
- Tabung reaksi 5 ditambahkan air - Air tidak berwarna
sebanyak 5 mL - Tidak terjadi perubahan warna
- Guncangkan ke-5 tabung - Terdapat sedikit perbedaan warna
- Bandingkan dengan tabung reaksi - Terjadi perubahan warna pada
1 setiap tabung reaksi
Tabel 4. Pengaruh Pengenceran Pada Air Teh
Perlakuan Hasil Pengamatan
- Air teh dimasukan dalam 2 - Air teh berwarna merah
tabung reaksi berbeda kecoklatan+++
- Ditambahkan 5 cm3 air pada - Air teh yang ditambahkan air
salah satu tabung reaksi menjadi berwarna coklat+
- Bandingkan warna pada setiap - Terjadi perubahan warna pada
tabung reaksi setiap tabung reaksi

B. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan


Data pengamatan hasil percobaan pengaruh perubahan suhu terhadap
sistem kesetimbangan dapat di lihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan HNO3 tidak berwarna
- 10 tetes HNO3 dimasukan dalam - Logam Cu berwarna abu-abu
3 tabung reaksi besar yang - Larutan menjadi berwarna biru
berbeda dan terdapat gelembung-
- Tambahkan 1 logam Cu kedalam gelembung gas
masing-masing tabung - Gas terkonsentrasi dalamtabung
- Tutup dengan sumbat karet reaksi
- Tabung reaksi 1 dimasukan dalam - Larutan berwarna biru dan
air Es terdapat gelembung gas
- Tabung reaksi 2 dimasukan dalam - Gas sedikit dan berwarna cokelat+
air panas - Gas banyak dan berwarna
- Tabung reaksi 3 sebagai cokelat++
pembanding - Gas sangat banyak dan berwarna
- Bandingkan warna gas pada cokelat+++
setiap tabung reaksi - Terdapat perbedaan warna gas
pada setiap tabung

C. Penentuan Harga Tetapan Kesetimbangan


Data pengamatan hasil percobaan penentuan harga tetapan
kesetimbangan yaitu sebagai berikut :
1. Asam Lemah (CH3COOH)
Data pengamatan hasil percobaan penentuan harga tetapan
kesetimbangan pada asam lemah dapat di lihat pada tabel 4.4 s.d tabel 4.6
berikut :

Tabel 4. Penentuah Harga Tetapan Kesetimbangan CH3COOH 0,1 M


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan CH3COOH 0,1 M di
- Larutan CH3COOH tidak
pipet kedalam labu ukur
berwarna
- Tanda bataskan dengan akuades
- Aquades tidak berwarna
- Pipet 20 mL larutan CH3COOH
- Larutan CH3COOH yang
yang telah ditanda bataskan
ditambahkan aquades tidak
- Suhu dan pH larutan di ukur
berwarna
menggunakan termometer dan
- Suhu larutan (T) = 29°C
pH meter
- pH larutan = 3
- Ditambahkan 3 tetes indikator
- larutan berwarna jingga
Metil Orange

Tabel 4. Penentuah Harga Tetapan Kesetimbangan CH3COOH 0,01 M


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan CH3COOH 0,01 M di
- Larutan CH3COOH tidak
pipet kedalam labu ukur
berwarna
- Tanda bataskan dengan akuades
- Aquades tidak berwarna
- Pipet 20 mL larutan CH3COOH
- Larutan CH3COOH yang
yang telah ditanda bataskan
ditambahkan aquades tidak
- Suhu dan pH larutan di ukur
berwarna
menggunakan termometer dan
- Suhu larutan (T) = 29°C
pH meter
- pH larutan = 4
- Ditambahkan 3 tetes indikator
- larutan berwarna jingga
Metil Orange
Tabel 4. Penentuah Harga Tetapan Kesetimbangan CH3COOH 0,001 M
Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan CH3COOH 0,001 M di
- Larutan CH3COOH tidak
pipet kedalam labu ukur
berwarna
- Tanda bataskan dengan akuades
- Aquades tidak berwarna
- Pipet 20 mL larutan CH3COOH
- Larutan CH3COOH yang
yang telah ditanda bataskan
ditambahkan aquades tidak
- Suhu dan pH larutan di ukur
berwarna
menggunakan termometer dan
- Suhu larutan (T) = 29°C
pH meter
- pH larutan = 5
- Ditambahkan 3 tetes indikator
- larutan berwarna jingga
Metil Orange

Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pH larutan CH3COOH


dapat di lihat pada Gambar 4.1 berikut :

6 Perubahan Tingkat Keasaman

5
f(x) = − 16.52 x + 4.61 Perubaha
4 n Tingkat
R² = 0.82
pH larutan

Keasaman
3 Linear
(Perubaha
2 n Tingkat
Keasaman
1
)
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi (M)

Gambar 4. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap pH Larutan


CH3COOH

Perubahan konstanta asam pada setiap percobaan dapat di lihat


pada Gambar 4.2 berikut :
0
Perubahan Nilai Ka

0 f(x) = − 0 x + 0 Perubahan
R² = 0.82 Nilai Ka
Nilai Ka

Linear
0
(Perubaha
n Nilai
0 Ka)

0
0.5 1 1.5 Percobaan
2 2.5 3 3.5

Gambar 4. Perubahan konstanta asam

2. Garam Kompleks
Data pengamatan hasil percobaan penentuan harga tetapan
kesetimbangan pada garam kompleks dapat di lihat pada tabel 4.8 s.d
tabel 4.11 berikut :

Tabel 4. Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 1


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan KSCN 5 mL
- Larutan KSCN tidak berwarna
dimasukan kedalam tabung
- Larutan FeCl3 berwarna
reaksi 25 mL
kecoklatan+++
- Ditambahkan 5 mL larutan
- Larutan berwarna merah+++
FeCl3 2 M

Tabel 4. Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 2


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan KSCN 5 mL - Larutan KSCN tidak berwarna
dimasukan kedalam tabung
reaksi 25 mL - Larutan FeCl3 berwarna
- Ditambahkan 5 mL larutan kecoklatan+++
FeCl3 2 M - Air tidak berwarna
- Ditambahkan air sampai - Larutan berwarna merah+++
volumenya 25 mL

Tabel 4. Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 3


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan KSCN 5 mL
dimasukan kedalam tabung - Larutan KSCN tidak berwarna
reaksi 25 mL - Larutan FeCl3 berwarna merah+
+
- Ditambahkan 10 mL larutan
pada percobaan sebelumnya - Air tidak berwarna
- Ditambahkan air sampai - Larutan berwarna merah+
volumenya 25 mL

Tabel 4. Perlakuan Larutan KSCN pada tabung reaksi 4


Perlakuan Hasil Pengamatan
- Larutan KSCN 5 mL
dimasukan kedalam tabung
- Larutan KSCN tidak berwarna
reaksi 25 mL
- Larutan FeCl3 berwarna merah+
- Ditambahkan 10 mL larutan
- Air tidak berwarna
pada percobaan sebelumnya
- Larutan berwarna merah
- Ditambahkan air sampai
volumenya 25 mL

Selain data-data hasil percobaan yang bersifat kulalitatif, juga


terdapat data-data hasil percobaan yang bersifat kuantitatif.
a. Data Kuantitatif Hasil Percobaan
Adapun data kuantitatif hasil percobaan dapat di lihat pada
pada tabel 4.11 Berikut

Tabel 4. Data Kuantitaif Hasil Percobaan

Perc. [FeCl3] [SCN−] Di/dx [Fe(SCN)3] [Fe3+] [SCN−] KC


1 2 1 1 1,5 0,5 -0,5 -6
2 0,8 1 1 0,9 -0,1 0,1 -90
3 0,32 1 1 0,66 -0,34 0,34 -5,71
-
4 0,128 1 1 0,564 0,436 -2,97
0,436

b. Perubahan Konsentrasi Larutan FeCl3


Perubahan konsentrasi larutan FeCl3 dapat di lihat pada
Gambar 4.3 berikut :

Perubahan Konsentrasi Larutan FeCl3


2.5

2
Perubahan
Konsentrasi
Konsentrasi (M)

1.5 f(x) = − 0.61 x + 2.34


FeCl3
R² = 0.88
Linear
1 (Perubahan
Konsentrasi
FeCl3)
0.5

0
0.5 1 1.5 2 2.5
Percobaan 3 3.5 4 4.5
Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Larutan FeCl3

c. Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-

Perubahan Konsentrasi SCN−


1.2

1
f(x) = 1
Konsentrasi (M)

0.8 R² = 0
Perubahan
0.6 Konsentra
si SCN−
0.4

0.2

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Percobaan

Perubahan konsentrasi larutan FeCl3 dapat di lihat pada


Gambar 4.4 berikut :

Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-


d. Perubahan Konsentrasi Larutan [Fe(SCN)3]
Perubahan konsentrasi larutan [Fe(SCN)3] dapat di lihat pada
Gambar 4.5 berikut :

Perubahan Konsentrasi Larutan Fe(SCN)3


1.6
1.4
f(x) = − 0.3 x + 1.67
1.2
R² = 0.88 Konsentras
Konsentrasi (M)

1 i Fe(SCN)3
0.8 Linear
(Konsentra
0.6 si
0.4 Fe(SCN)3)
0.2
0
0.5 1 1.5 2Percobaan
2.5 3 3.5 4 4.5

Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Larutan [Fe(SCN)3]

e. Perubahan Konsentrasi Fe3+


Perubahan konsentrasi larutan Fe3+ dapat di lihat pada
Gambar 4.6 berikut :
1 Perubahan Konsentrasi Fe3+

0.5
Konsentrasi (M)

Konsent
f(x) = − 0.3 x + 0.67 rasi
R² = 0.88 Fe3+
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Percobaan

Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Fe3+

f. Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-


Perubahan konsentrasi larutan SCN- dapat di lihat pada
Gambar 4.7 berikut :
Perubahan Konsentrasi SCN−
1

0.5
Konsentrasi (M) f(x) = 0.3 x − 0.67
R² = 0.88
Konsentr
0 asi
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 SCN−

-1
Percobaan

Gambar 4. Perubahan Konsentrasi Larutan SCN-

g. Perubahan Konstanta Kesetimbangan


Perubahan konsentrasi larutan konstanta kesetimbangan dapat di
lihat pada Gambar 4.8 berikut :

Perubahan Konstanta Kesetimbangan (KCz)


0
-10 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
-20 f(x) = 9.34 x − 49.52
R² = 0.08
-30
Konsentrasi (M)

-40 Konstanta
-50 Kesetimbang
-60 an (KC)
-70
-80
-90
-100
Percobaan

Gambar 4. Perubahan Konstanta Kesetimbangan

D. Kesetimbangan Ion Kromat dan Ion Dikromat


Data pengamatan hasil percobaan kesetimbangan Ion Kromat dan
Dikromat dapat di lihat pada tabel 4.11 s.d tabel 4.12 sebagai berikut :

Tabel 4. Kesetimbangan Ion Kromat

Tabel 4. Kesetimbangan Ion Dikromat


Perlakuan Hasil Pengamatan
- 1 mL larutan K2Cr2O7 0,1 M - larutan K2Cr2O7 berwarna
dimasukan dalam tabung reaksi kuning+++
- 1 mL larutan K2Cr2O7 0,1 M - larutan NaOH tidak berwarna
ditambahkan 5 mL larutan NaOH - larutan menjadi campuran
1M homogen
- Campuran larutan dikocok - warna akhir campuran menjadi
perlahan-lahan kuning+
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Sistem Kesetimbangan


Konsentrasi pada larutan merupakan suatu komposisi yang
menyatakan jumlah zat terlarut dan pelarut didalam suatu larutan yang
dinyatakan secara kuantitatif. Sedangkan secara kualitatif komposisi larutan
dapat dinayatakan sebagai larutan yang berkonsentrasi rendah dan larutan
yang berkonsentrasi tinggi [ CITATION Poe10 \l 1057 ]. Sehingga konsentrasi
pada larutan dapat mempengaruhi sistem kesetimbangan kimia ketika dua
atau lebih zat berekasi.
Jika konsentrasi pada reaktan ditambah maka konsentrasi pada reaktan
meningkat dan jumlah zat pada reaktan akan berdanding lurus dengan
meningkatnya konsentrasi larutan, sehingga menyebabkan konsentrasi dan
jumlah zat pada produk menurun. Dengan meningkatnya konsentrasi pada
reaktan dan menurunknya konsentrasi pada produk sehingga menyebabkan
hilangnya sistem kesetimbangan pada reaksi. Untuk membentuk kembali
sistem kesetimbangan yang baru, maka sistem kesetimbangan akan bergeser
ke arah produk.
Sebaliknya, jika konsentrasi pada produk hasil reaksi ditambah maka
konsentrasi pada produk hasil reaksi meningkat sehingga menyebabkan
konsentrasi pada produk hasil reaksi menurun. Dengan meningkatnya
konsentrasi pada produk dan menurunknya konsentrasi pada reaktan sehingga
menyebabkan hilangnya sistem kesetimbangan pada reaksi. Untuk
membentuk kembali sistem kesetimbangan yang baru, maka sistem
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan [CITATION Okt18 \l 1057 ].
Perubahan konsentrasi pada reaktan dapat di lihat pada gambar
persamaan reaksi 5.1 berikut :

2Fe(SCN)3(aq) + 3H2O(l) → 2Fe(SCN)3.3H2O

Gambar 5. Menurunnya Konsentrasi Pada Reaktan


Berdasarkan gambar 5.1 tersebut yang menunjukan bahwa konsentrasi
pada rektan menurun dengan ditambahkannya air sebagai zat pelarut yang
menyebabkan konsentrasi reaktan menurun dan konsentrasi pada produk hasil
reaksi meningkat.
Sedangkan meningkatnya konsentrasi pada produk hasil reaksi dan
menurunnya konsentrasi pada produk hasil reaksi dapat di lihat pada gambar
5.2 berikut :

2Fe(SCN)3(aq) + 3H2O(l) ← 2Fe(SCN)3.3H2O

Gambar 5. Meningaktnya Konsentrasi Pada Produk Hasil Reaksi

Berdasarkan gambar 5.2tersebut yang menunjukan bahwa konsentrasi


pada produk hasil reaksi meningkat sehingga menyebabkan konsentrasi pada
reaktan menurun. Sehingga sistem kesetimbangan akan bergeser kearah
reaktan awalnya.

B. Pengaruh Pengenceran Terhadap Sistem Kesetimbangan


Pengenceran merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan penambahan zat
pelarut kedalam larutan sampai volume tertentu [CITATION Nur07 \l 1057 ].
Pengenceran merupakan penambahan volume zat terlarut kedalam
larutan yang berada dalam sistem kesetimbangan. Penambahan volume pada
sistem yang setimbang akan menyebabkan sistem kesetimbangan bergeser ke
arah reaksi dengan koefisien reaksi yang lebih besar. Dengan adanya
penambahan volume zat terlarut kedalam larutan, menyebabkan konsentrasi
larutan menurun[ CITATION Bra90 \l 1057 ]. Hal tersebut dapat di lihat pada
gambar 5.3 dimana larutan Fe(SCN)3 dienceran dengan air :

2Fe(SCN)3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(aq) + 3HSCN(aq)

Gambar 5. pengenceran larutan Fe(SCN)3


Berdasarkan pada gambar 5.3 yang menunjukan bahwa larutan
Fe(SCN)3 diencerkan dengan air (H2O) sebagai zat pelarut sehingga
konsentrasi larutan Fe(SCN)3 menurun dan volume larutan Fe(SCN)3
meningkat seiring dengan penembahan volume air kedalam larutan Fe(SCN)3.
Dengan menurunnya konsentrasi larutan Fe(SCN)3 dan meningkatnya volume
larutan Fe(SCN)3 sehingga menyebabkan sistem kesetimbangan bergeser
kearah reaktan karen koefisien reaktan lebih besar.

C. Pengaruh Suhu Terhadap Sistem Kesetimbangan


Suhu atau temperatur merupakan suatu besaran derajat panas dari
suatu benda yang dinyatakan dalam satuan kelvin (K)[CITATION NSo15 \l
1057 ]. Suhu atau temperatur merupakan salah faktor yang dapat
mempengaruhi reaksi kimia termasuk sistem kesetimbangan reaksi kimia.
Dalam reaksi kimia terdapat dua jenis reaksi yaitu reaksi kimia yang bersifat
eksoterm dan reaksi kimia yang bersifat endoterm. Kedua jenis reaksi tersebut
dapat di lihat pada gambar 5.2 dan gambar 5.3 berikut:
1. Reaksi Eksoterm

Cu(s) + 4HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + H2O(g) + 2NO2(g) ∆H = −a kJ

Gambar 5. Reaksi Eksoterm

2. Reaksi Endoterm

Cu(s) + 4HNO3(aq) ← Cu(NO3)2(aq) + H2O(g) + 2NO2(g) ∆H = +a kJ

Gambar 5. Reaksi Endoterm

Berdasarkan pada gambar 5.2 dan gambar 5.3 reaksi kimia tersebut
menunjukan bahwa suatu sistem yang berada pada kondisi setimbang dapat
dipengaruhi oleh temperatur reaksi. Jika temperature suatu reaksi kimia yang
berada pada kondisi setimbang dinaikan maka sistem kesetimbangan akan
bergeser ke zat yang bereaksi secara endoterm15. Namun, jika temperatur pada
Jumlah konsentrasi gas NO2 meningkat. Sedangkan konsentrasi Cu dan lartan HNO 3
15

berkurang. Menurunkan suhu reaksi menyebabkan konsentrasi reaktan meningkat sedangkan


reaksi kimia yang berada pada kondisi setimbang diturunkan maka sistem
kesetimbangan akan bergeser kearah zat yang bereaksi secara eksoterm 16
[CITATION Ruk12 \l 1057 ]. Hal tersebut dapat terjadi karena suhu atau
temperatur merupakan suatu besaran kalor, sedangkan kalor akan bergerak
dari zat yang memiliki temperatur tinggi ke zat yang memiliki temperatur
rendah [ CITATION Har16 \l 1057 ].

D. Harga Tetapan Kesetimbangan Pada Asam Lemah


Asam merupakan suatu senyawa yang dapat menyebabkan rasa
masam pada berbagai materi17 [ CITATION Had15 \l 1057 ] . Salah satu jenis
asam yang tidak dapat terurai secara sempurna dalam air disebut dengan
asam lemah. Asam lemah merupakan salah satu jenis asam yang tidak dapat
terionisasi secara sempurna dalam larutan [ CITATION Sur13 \l 1057 ]. Asam
lemah yang paling banyak digunakan adalah asam etanoat atau asam asetat
dengan rumus senyawa asam asetat yaitu CH 3COOH dengan strukur kimia
senyawa asam asetat dapat di lihat pada gambar 5.4 berikut :

H O
H C C
H O H

Gambar 5. Struktur Senyawa Asam Asetat


Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak dapat teroinisasi
secara sempurna dalam air. Jika asam asetat dilarutkan dalam air akan
membentuk ion hidronium (H3O+) dan ion asetat (CH3COO−) sesuai
persamaan pada gambar 5.5 berikut :

konsentrasi pada produk meningkat sehingga sistem kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan
agar sistem kesetimbangan yang baru dapat tercapai.
16
Jumlah konsentrasi gas NO2 berkurang. Sedangkan konsentrasi Cu dan larutan HNO 3
meningkat. Menaikan suhu reaksi menyebabkan konsentrasi produk menurun sedangkan
konsentrasi pada reaktan meningkat sehingga sistem kesetimbangan akan bergeser ke arah produk
agar sistem kesetimbangan baru dapat tercapai.
17
Materi merupakan suatu objek atau bahan yang menempati suatu ruang, yang
jumlahnya dapat diukur oleh sebuah satuan ukur yang dinamakan massa (m) [ CITATION Ano18 \l
1057 ]
CH3COOH(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + CH3COO−(aq)

Gambar 5. Persamaan Reaksi Asam Asetat Dengan Air

Berdasarkan gambar 5.5 tersebut diatas, menunjukan bahwa reaksi


asam asetat dengan air merupakan reaksi bolak balik (reversible) sehingga
tetapan kesetimbangan asam asetat dapat di lihat pada gambar 5.6 yang
menunjukan persamaan tetapan kesetimbangan untuk asam lemah :

Kc=
[ CH 3 COO- ][ H3 O+ ] …………………………………...(1)
[ CH3 COOH ]
[ CITATION Cha05 \l 1057 ].

Derajat ionisasi asam asetat yang merupakan asam lemah yaitu 10 -2.
Hal tersebut terjadi karena ion hidronium dan ion asetat yang merupakan
produk dari reaksi asam asetat dengan air akan membentuk kembali reaktan
awalnya sebagai akibat dari reaksi ionisasi yang tidak sempurna [ CITATION
Cha05 \l 1057 ].

E. Kesetimbangan Ion Kromat (CrO42-) dan Ion Dikromat (Cr2O72-)


Reaksi kesetimbangan pada ion kromat (CrO42-) dan ion dikromat
(Cr2O72-) pada pusat interkonversi yaitu sebagai berikut:
Bila pada larutan yang berwarna kuning (CrO42-) ditambahkan larutan
asam klorida maka warna pada larutan tersebut akan berubah menjadi jingga
(Cr2O72-). Ketika ditambahkan ion hidrogen berlebih, maka sistem
kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Hal tersebut dikarenakan
konsentrasi ion hidrogen pada reaktan meningkat sehingga untuk membentuk
sistem yang setimbang maka sistem kesetimbangan akan bergeser kearah zat
yang memiliki konsentrasi ion hidrogen rendah yaitu pada produk reaksi. Hal
ini sesuai dengan prinsip-prinsip kesetimbangan kimia. Kesetimbangan ion
kromat (CrO42-) dan ion dikromat (Cr2O72-) dapat di lihat pada gambar 5.1
berikut:
penambahan ion hidrogen menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah prduk
2- + 2-
2CrO4 +2H ⇐=======⇒Cr 2 O7 +H 2 O
Gambar 5.
Sistem kesetimbangan Ion Kromat

Bila pada larutan jingga (Cr2O72-) ditambahkan larutan natrium


hidroksida (NaOH) maka warna larutan tersebut akan berubah menjadi
kuning (CrO42-). Bila ditambahkan ion hidroksida berlebih kedalam larutan
jingga (Cr2O72-) maka akan terjadi reaksi kimia antara ion hidroksida (OH -)
dengan ion hidrogen (H+) dan kesetimbangan akan cenderung bergeser kearah
kiri. Hal tersebut terjadi karena jumlah ion hidroksida (OH -) pada produk
meningkat sehingga menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan
agar jumlah ion hidroksida (OH-) pada produk sama dengan jumlah ion
hidroksida (OH-) sesuai persamaan pada gambar 5.2 berikut :
Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen

2- + 2-
2CrO4 +2H ⇐=======⇒Cr 2 O7 +H 2 O
dan kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan

Gambar 5. Sistem Kesetimbangan Ion Dikromat


VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap sistem
kesetimbangan yang dapat di lihat dari perubahan warnanya. Jika konsentrasi
ditambah maka sistem kesetimbangan akan bergeser kekanan menjauhi zat
yang konsentrasinya ditambah dan pergeseran ini dapat di lihat dari
diperubahannya yang lebih pekat. Sedangkan, jika konsentrasinya diperkecil
maka kesetimbangan akan bergeser kekiri mendekati zat yang konsentrasinya
diperkecil. Hal ini dapat di lihat dari waranya yang lebih muda dari reaksi
awal.
Pengenceran merupakan suatu proses penambahan zat-zat pelarut ke
dalam suatu larutan sehingga volume larutan meningkat. Sehingga
pengenceran dapat mengubah volume larutan. Perubahan volume pada larutan
dapat mengubah sistem kesetimbangan. Jika volume diperbesar maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang memiliki koefisien yang
jumlahnya lebih besar. Sedangkan, Jika volume larutan diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang memiliki koefisien yang
jumlahnya lebih kecil.
Suhu merupakan suatu besaran yang menyatakan tingkat panas dari
suatu benda. Bila suhu suatu reaksi yang berada pada kondisi setimbang
dinaikan maka sistem kesetimbangan akan bergeser ke zat yang bereaksi
secara endoterm. Namun, jika suhu pada reaksi kimia yang berada pada
kondisi setimbang diturunkan maka sistem kesetimbangan akan bergeser
kearah zat yang bereaksi secara eksoterm. Suhu merupakan suatu besaran
kalor, sedangkan kalor akan bergerak dari zat yang memiliki temperatur
tinggi ke zat yang memiliki temperatur rendah sehingga dengan adanya kalor
pada reaksi dapat mengubah sistem kesetimbangan reaksi.
Asam lemah tidak terjadi ionisasi secara sempurna sehingga
menyebabkan reaksi kimia asam lemah dengan air akan terjadi secara bolak-
balik (reversible). Sehingga tetapan kesetimbangan asam lemah untuk asam
asetat adalah 10−2.
Bila larutan yang bersifat asam ditambahkan pada larutan ion kromat,
maka larutan tersebut akan menjadi larutan ion dikromat. Namun, jika ion
hidrogen (H+) berlebih ditambahkan kedalam sistem kesetimbangan, maka
sistem kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Karena konsentrasi ion
hidrogen (H+) pada reaktan lebih besar sehingga sistem kesetimbangan akan
bergeser kearah reaksi yang memiliki konsentrasi ion hidrogen (H+) yang
lebih rendah.
Bila larutan yang bersifat basa ditambahkan pada larutan ion dikromat
maka membentuk larutan ion kromat. Namun, jika ion hidroksida (OH -)
berlebih ditambahkan kedalam larutan ion dikromat (Cr2O72-) maka sistem
kesetimbangan akan cenderung bergeser kearah reaktan. Karena jumlah ion
hidroksida (OH-) pada produk lebih besar sehingga menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah reaksi yang memiliki konsentrasi ion
hidrokasida lebih (rendah).
Jika larutan yang bersifat asam ditambahkan pada larutan ion kromat
(CrO42-) maka akan terjadi reaksi membentuk larutan ion dikromat (Cr2O72-).
Sebaliknya, jika larutan ion hidroksida ditambahkan larutan ion dikromat
maka akan membentuk larutan ion kromat (CrO42-).

B. Saran
Untuk praktikan selanjutnya untuk lebih teliti kembali dalam
mereaksikan setiap zat kimia yang digunakan untuk penentuan
kesetimbangan kimia dan lebh teliti kembali dalam mengidentifikasi faktor-
fakor dan parameter yang digunakan selama percobaan berlangsung. Selain
itu praktikan juga harus lebih teliti kembali dalam pengambilan dan
pengolahan data hasil percobaan (perhitungan data percobaan, lebih teliti
pada saat menggunakan angka signifikan)
Untuk praktikan selanjutnya dapat menggunakan zat-zat kimia lain
untuk penentuan kesetimbangan kimia seperti pada percobaan penentuan
harga tetapan asam lemah, asam asetat dapat diganti dengan asam lemah jenis
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014, Juli). Energi Aktivasi. Dipetik Agustus Agustus, dari Ilmu Kimia:
http://www.ilmukimia.org/2014/07/energi-aktivasi.html

Anonim. (2018, Agustus Selasa). Pengertian Materi Dalam Kimia (Wujud Materi
dan Contohnya). Dipetik Agustus Selasa, 2018, dari Sumberpengertian:
http://www.sumberpengertian.co/pengertian-materi-dalam-kimia

Atikans, P. (1990). Kimia Fisika Edisi Ke 4 Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Brandy, J. (1990). General Chemistry Principle and Structure. United State:


Wiley.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Goldberg, D. E. (2004). Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.

Hadi, A. (2015, November). Pengertian, Sifat, Teori Asam dan Basa. Dipetik
Agustus Selasa, 2018, dari SoftIlmu:
http://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Sifat-Teori-Kekuatan-
Kesetimbangan-Perbedaan-Asam-dan-Basa-adalah.html?m=1

Hartono, J. (2016, April). Pengertian Kalor, Perpindahan Kalor dan Perubahan


Suhu oleh Kalor. Dipetik Agustus Senin, 2018, dari BioMagz:
http://www.biomagz.com/2016/04/pengertian-kalor-perpindahan-kalor-
dan.html?m=1

Kamajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika. Jakarta: Grafindo Media Tama.

Kenan. (1999). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Krisnadwi. (2014). Istilah Kimia Umum. Bandung: Kimia FMIPA.

Mickey, C. (1980). Chemical Equilibrium. chemical Physics. Texas : Universty


Of Gavelsion, Vol 57(11) : 810.

Moroni, L., Gelkini, C., & Salvi, P. (2015). Thermal Denaturation Of Proteins
And Chemical equibilium. World Jornal Of Chemical Education. Haly :
University Furenza, Vol 3(3) : 59.
Nasution. (2000). Metode Research/Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurohaianah, d. (2007). Media. Jakarta: UI Press.

Oktavia, R. (2011, Juli Jum'at). Wordpress. Dipetik Agustus Kamis, 2018, dari
Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan:
http://www.riniokatvia19942.wordpress.com/kimia-kelas-xi-semester-
i/kesetimbangan-kimia/faktor-yang-mempengaruhi-pergeseran-
kessetimbangan/

Oxtoby, D. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Poela, S. &. (2010, September Jum'at). Larutan. Dipetik Agustus Kamis, 2018,
dari Kimia - Farmsi Kumpulan Artikel Kimia dan Farmasi:
http://www.kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/#more-132

Purwoko, A. A. (2006). Kimia Dasar 1. Mataram: Uinversity Press.

Rukim, U. (2012, November). Memahami Pengaruh Temperatur pada


Kesetimbangan Kimia. Dipetik Agustus Senin, 2018, dari Blogger:
https://www.google.co.id/amp/s/urip.wordpress.com/2012/11/15/memaha
mi-temperatur-pada-kesetimbangan-reaksi-kimia/amp/

Sora. (2015, Juli Rabu). Pengertian Suhu dan Termometer Serta Jenis-Jenisnya.
Dipetik Agustus Senin, 2018, dari Wordpress:
http://www.pengertianku.net/2015/07/pengertian-suhu-dan-termometer-
serta-jenis-jenisnya.html

Sukardjo. (1997). Kimia Fisika. Yogyakarta: Renika Cipta.

Sunarya, Y. (2010). Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya.

Surayya, A. (2013, November Kamis). Asam Kuat dan Asam Lemah. Dipetik
Agustus Selasa, 2018, dari wordpress:
http://google.co.id/amp/s/ashfisurayya07.wordpress.com/2013/11/28/asam
-kuat-dan-asam-lemah/amp/

Syukri. (1997). Kimia Fisika Edisi 2. Jakarta: Erlangga.


Zainab, I., Valerie, D., & Tariq, M. (2016). Chemical Equilibrium Analysis of
Hydrgen ProductionFrom Shale Gas. Journal Of Process Control. Czech Republic
: The University Of Leeds, Vol 2(3) : 128 - 144
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Hasil Percobaan

a. Pembuatan dan Pengenceran Larutan


1. Pembuatan Larutan KSCN 0,1 M 100 mL

massa senyawa 1000 mL


mol = .
massa molar senyawa V larutan

massa senyawa 1000 mL


0,1 M = .
97,2 gram. mol-1 100 mL

0,1 M . 97,2 gram. mol-1 . 100 mL


= massa senyawa
1000 mL

9,72 gram = massa senyawa

2. Pembuatan Larutan NaOH 1 M 50 mL dari Larutan NaOH 2 M

n1 . V1 = n2 . V2

2 M . V1 = 1 M . 50 mL

1 M . 50 mL
V1 =
2M

V1 = 25 mL

3. Pengenceran Larutan CH3COOH 0,1 M 50 mL

n1 . V1 = n2 . V2

0,2 M . V1 = 0,1 M . 50 mL

0,1 M . 50 mL
V1 = V1 = 25 mL
0,2 M

4. Pengenceran Larutan CH3COOH 0,01 M 50 mL


n1 . V1 = n2 . V2

0,1 M . V1 = 0,01 M . 50 mL

0,01 M . 50 mL
V1 =
0,1 M

V1 = 5 mL

5. Pengenceran Larutan CH3COOH 0,001 M 50 mL

n1 . V1 = n2 . V2

0,01 M . V1 = 0,001 M . 50 mL

0,01 M . 50 mL
V1 =
0,001 M

V1 = 5 mL

b. Penentuan Nilai Konsentrasi Ionisasi Asam (Ka)


1. Asam Asetat (CH3COOH) 0,1 M dengan pH = 3

[H+] = 10-3

→ [H+] = √ K a ⋅ m

10-3 = √ K a . 0,1

[10-3]2 = K a . 0,1

10 ─6
= Ka
0,1

10-5 = Ka

Ka
∝=
√ m
10 -5
∝=
√ 0,1

∝ = √10 -4

∝ = 0,01

2. Asam Asetat (CH3COOH) 0,01 M dengan pH = 4

[H+] = 10-4

→ [H+] = √ K a ⋅ m

10-4 = √ Ka . 0,01

[10-4]2 = K a . 0,01

10 ─8
= Ka
0,01

10-6 = Ka

Ka
∝=
√ m

10 -6
∝=
√ 0,01

∝ = √10 -4

∝ = 0,01 ≈ 1%

3. Asam Asetat (CH3COOH) 0,001 M dengan pH = 5

[H+] = 10-5
→ [H+] = √ Ka ⋅ m
10-5 = √ K a . 0,001
[10-5]2 = K a . 0,001
10 ─10
= Ka
0,001

10-6 = Ka
Ka
∝=
√ m

10 -7
∝=
√ 0,001
∝ = √ 10 -4
∝ = 0,01 ≈ 1%

c. Pembentukan Garam Kompleks


1. Pengenceran FeCl3
a) Pengenceran FeCl3 2 M 25 mL

n1 . V1 = n2 . V2
2 M . 5 mL = n2 . 25 mL
2 M ∙5 mL
= n2
25 M
0,8 mol = n2

b) Pengenceran FeCl3 0,8 M 25 mL

n1 . V1 = n2 . V2
0,8 M . 10 mL = n2 . 25 mL
0,8 M . 10 mL
= n2
25 M
0,8 mol = n2

c) Pengenceran FeCl3 0,32 M 25 mL

n1 . V1 = n2 . V2
0,32 M . 10 mL = n2 . 25 mL
0,32 M ∙ 10 mL
= n2
25 M
0,128 mol = n2

2. Penentuan Konstanta kesetimbangan (Kc)


a) Tabung I

Di
dx ( [ Fe3+ ] m+ [ SCN - ] m )
[ Fe ( SCN ) ] = 2
3

1 . (2+1)
=
2
= 1,5 m
[ Fe 3+ ] = [ Fe3+ ] m - [ Fe ( SCN ) 3 ]
= 2 m -1,5 m
= 0,5 m
[ SCN - ] = [ SCN- ] m - [ Fe ( SCN ) 3
]
= 1 m -1,5 m
= −0,5 m
Fe 3+ + SCN-(aq) ↔ Fe(SCN)3(aq)
Konstanta Kesetimbangan (Kc)
[ Fe(SCN)3 ]
KC=
[ Fe3+ ] [ SCN - ]
(1,5)
=
( 0,5) (-0,5)
= -6

b) Tabung II

Di
3+
[ ] m+ [ SCN - ] m )
[ Fe ( SCN ) ] = 2dx ( Fe
3

1 . (0,80+1)
=
2
= 0,90 m
[ Fe 3+ ] = [ Fe3+ ] m - [ Fe ( SCN ) 3 ]
= 0,80 m - 0,90 m
= - 0,1 m

[ SCN - ] = [ SCN- ] m - [ Fe ( SCN ) 3


]
= 1 m - 0,90 m
= 0,1 m
Fe 3+ + SCN-(aq) ↔ Fe(SCN)3(aq)
Konstanta Kesetimbangan
[ Fe(SCN)3 ]
KC=
[ Fe3+ ] [ SCN - ]
(0,90)
=
( -0,1) (0,1)
= -90

c) Tabung III

Di
dx ( [ Fe3+ ] m+ [ SCN - ] m )
[ Fe ( SCN ) ] = 2
3

1 . (0,32+1)
=
2
= 0,66 m

[ Fe 3+ ] = [ Fe3+ ] m - [ Fe ( SCN ) 3 ]
= 0,32 m -0,66 m
= - 0,34 m
[ SCN - ] = [ SCN- ] m - [ Fe ( SCN ) 3
]
= 1 m - 0,66 m
= 0,34 m
Fe 3+ + SCN-(aq) ↔ Fe(SCN)3(aq)
Konstanta Kesetimbangan
[ Fe(SCN)3 ]
KC=
[ Fe3+ ] [ SCN - ]
(0,66)
=
( -0,34) (34)
= -571

d) Tabung IV

Di
dx ( [ Fe3+ ] m+ [ SCN - ] m )
[ Fe ( SCN ) ] = 2
3

1 . (0,128+1)
=
2
= 0,564 m

[ Fe 3+ ] = [ Fe3+ ] m - [ Fe ( SCN ) 3 ]
= 0,128 m - 0,564 m
= -0,436 m
[ SCN - ] = [ SCN- ] m - [ Fe ( SCN ) 3
]
= 1 m - 0,564 m
= 0,436 m
Fe 3+ + SCN-(aq) ↔ Fe(SCN)3(aq)
Konstanta Kesetimbangan
[ Fe(SCN)3 ]
KC=
[ Fe3+ ] [ SCN - ]
(0,564)
=
( -0,436) (0,436)
= -2,97

d. Kesetimbangan Ion Kromat dan Dikromat


2.1 Kesetimbangan Ion Kromat
a) Konsentrasi Larutan Pereaksi (Reaktan)
1) Mol larutan K2CrO4
n=M.V
= 0,1 M.mL-1 x 10-3 mL

= 10-4 mol

2) Mol larutan HCl

n=M.V
= 1 M.mL-1 x 2,5.10-4 mL
= 2,5.10-4 mol

3) Mol larutan NaOH

n=M.V
= 1 M.mL-1 x 2,5.10-4 mL
= 2,5.10-4 mol

b) Konsentrasi Larutan Hasil Reaksi (Produk)


1) K2CrO4 bereaksi dengan HCl

K2CrO4(aq) + HCl(aq) ↔ 2KCl(aq) + H2CrO4(aq)

Awal 10-4 mol 2,5.10-4 mol − −

Reaksi 10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol

Sisa − 0,5. 10-4mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol


1.1 Konsentrasi HCl

mol HCl
[ HCl ] =
1,2.10-3
5.10-5 mol
=
1,25.10-3
= 4.10-2 mol

1.2 Konsentrasi KCl

[ KCl ] = mol KCl


-3
1,2.10
2.10 -4 mol
=
1,25.10-3
= 1,6.10-1 mol

1.3 Konsentrasi H2CrO4

mol H 2 CrO 4
[ H2 Cr O4 ] =
1,25.10-3
10-4 mol
=
1,25.10-3
= 8.10 -2 mol

1.4 Konstanta Kesetimbangan (Kc)

2
[ H2 Cr O4 ] [ KCl ]
Kc =
[ HCl ] 2
( 8.10-2 mol ) ( 1,6.10-1 mol )2
=
( 4.10-2 mol )
= 1,28

2) K2CrO4 bereaksi dengan NaOH


K2CrO4(aq) + HCl(aq) ↔ 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)

Awal 10-4 mol 2,5.10-4 mol − −

Reaksi 10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol

Sisa − 0,5. 10-4mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol

2.1 Konsentrasi NaOH

[ NaOH ] = mol NaOH


-3
1,25.10
5.10-5 mol
=
1,25.10-3
= 4.10-2 mol

2.2 Konsentrasi KOH

[ KOH ] = mol KOH


-3
1,25.10
2.10−4 mol
=
1,25.10-3
= 1,6.10-1 mol

2.3 Konsentrasi Na2Cr2O7

mol Na 2 Cr 2 O7
[ Na 2 Cr 2 O7 ] =
1,25.10-3
10-4 mol
= -3
1,25.10
= 8.10 -2 mol
2.4 Konstanta Kesetimbangan (Kc)

2
[ Na2 Cr2 O7 ] [ KOH ]
Kc =
[ NaOH ]2
( 8.10-2 mol ) ( 1,6.10-1 mol )2
=
( 4.10-2 mol )
= 1,28

1.5 Kesetimbangan Ion Dikromat


a) Konsentrasi Larutan Pereaksi (Reaktan)
1) Mol larutan K2Cr2O7
n=M.V

= 0,1 M.mL-1 x 10-3 mL


= 10-4 mol

2) Mol larutan HCl

n=M.V
= 1 M.mL-1 x 2,5.10-4 mL
= 2,5.10-4 mol

3) Mol larutan NaOH

n=M.V
= 1 M.mL-1 x 2,5.10-4 mL
= 2,5.10-4 mol
b) Konsentrasi Larutan Hasil Reaksi (Produk)
1) K2Cr2O7 bereaksi dengan HCl

K2Cr2O7(aq) + HCl(aq) ↔ 2KCl(aq) + H2Cr2O7(aq)

Awal 10-4 mol 2,5.10-4 mol − −

Reaksi 10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol

Sisa − 0,5. 10-4mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol

1.1 Konsentrasi HCl

mol HCl
[ HCl ] =
1,2.10-3
5.10-5 mol
=
1,25.10-3
= 4.10-2 mol

1.2 Konsentrasi KCl

[ KCl ] = mol KCl


-3
1,2.10
2.10 -4 mol
=
1,25.10-3
= 1,6.10-1 mol
1.3 Konsentrasi H2CrO4

mol H 2 Cr2 O7
[ Na 2 Cr 2 O4 ] =
1,25.10-3
10-4 mol
=
1,25.10-3
= 8.10 -2 mol

1.4 Konstanta Kesetimbangan (Kc)

2
[ H2 Cr 2 O7 ] [ KCl ]
Kc =
[ HCl ] 2
( 8.10-2 mol ) ( 1,6.10-1 mol )2
=
( 4.10-2 mol )
= 1,28

2) K2Cr2O7 bereaksi dengan NaOH

K2Cr2O7(aq) + HCl(aq) ↔ 2KCl(aq) + H2Cr2O7(aq)

Awal 10-4 mol 2,5.10-4 mol − −

Reaksi 10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol

Sisa − 0,5. 10-4mol 2,0.10-4 mol 2,0.10-4 mol


2.1 Konsentrasi NaOH

mol NaOH
[ NaOH ] =
1,25.10-3
5.10-5 mol
=
1,25.10-3
= 4.10-2 mol

2.2 Konsentrasi KOH

mol KOH
[ KOH ] =
1,25.10-3
2.10−4 mol
=
1,25.10-3
= 1,6.10-1 mol

2.3 Konsentrasi Na2Cr2O7

mol Na 2 Cr2 O7
[ Na 2 Cr 2 O7 ] =
1,25.10-3
10-4 mol
=
1,25.10-3
= 8.10 -2 mol
2.4 Konstanta Kesetimbangan (Kc)

2
[ Na2 Cr2 O7 ] [ KOH ]
Kc =
[ NaOH ] 2
( 8.10-2 mol ) ( 1,6.10-1 mol )2
=
( 4.10-2 mol )
= 1,28
Lampiran 2. Persamaan Reaksi Setara Hasil Percobaan

2Fe(SCN)3(aq) + 3Na2HPO4(aq) → Fe2(HPO4)3(aq) + 6NaSCN(aq)


Berwarna
Tak Berwarna Tak Brwarna
Merah+

CH3COOH(aq) + H2O(l) CH3COOH∙H2O(aq)


Tak Berwarna Tak Berwarna Metil Orange Tak Berwarna

Cu(s) + 4HNO3(aq) ↔ Cu(NO3)2(aq) + H2O(l) + 2NO2(g)


Berwarna
Berwarna Emas Tak Berwarna Berwarna Biru Tak Berwarna
Cokelat

Fe(SCN)3(aq) + 3H2O(l) → Fe(SCN)3∙H2O(aq)


Berwarna
Tak Berwarna Berwarna Merah
Merah+

FeCl3(aq) + 3KSCN(aq) ↔ Fe(SCN)3(aq) + 3KCl(aq)


Berwarna
TakBerwarna Berwarna Merah Tak Berwarna
Kuning

K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → H2O(l) + KOH(aq) + K2CrO4(aq) + Na2CrO4(aq)


Berwarna Tak Berwarna Tak Berwarna Tak Berwarna Berwarna Berwarna
Orange Kuning Kuning

K2Cr2O7(aq) + 2HCl ↔ 2KCl + H2Cr2O7(aq)


Berwarna
Tak Berwarna Tak Berwarna Berwarna merah
Orange

K2CrO4(aq) + 2HCl ↔ 2KCl(aq) + H2CrO4(aq)


Berwarna
Tak Berwarna Tak Berwarna Berwarna Kuning
Kuning

K2CrO4(aq) + 2NaOH ↔ 2KOH(aq) + Na2CrO4(aq)


Berwarna
Tak Berwarna Tak Berwarna Berwarna Kuning
Kuning

Fe3+(aq) + SCN─(aq) ↔ Fe(SCN)3(aq)


Kuning ++ Tak Berwarna ↓Terhidrasi

FeSCN2+(aq)
Merah

Anda mungkin juga menyukai