Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

PENENTUAN PANAS PELARUTAN

Oleh :
Ni Made Tiara Chandra Acintya
1908511046
Kelompok 2

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Penentuan Panas Pelarutan

I. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja dari kalorimeter.
2. Mengetahui perubahan energi yang menyertai reaksi pada percobaan.
3. Menentukan tetapan kalorimeter pada percobaan.
4. Menentukan kalor penetralan HCl dan NaOH pada percobaan.
5. Menentukan kalor reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq) pada percobaan.

II. Dasar Teori


Termokimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan kalor yang menyertai suatu
reaksi kimia. Termokimia mengenal sistem dan lingkungan, sistem adalah bagian tertentu dari
alam yang menjadi pusat perhatian dan lingkungan adalah bagian diluar sistem atau yang
berada di sekitar sistem (Chang, 2004). Di dalam termokimia terdapat tiga jenis sistem anatar
lain sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi. Sistem terbuka yaitu sistem dimana
dapat terjadi pertukaran energi dan massa dengan lingkungannya. Sistem tertutup yaitu sistem
dimana hanya terjadi pertukaran energi dengan lingkungannya, massa tidak berubah,
sedangkan pada sistem terisolasi ialah keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
pertukaran energi maupun massa dengan lingkungannya (Atkins, 1999).
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol zat senyawa
dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis panas pelarutan suatu senyawa harus diukur
pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi pada praktiknya, pelarut yang ditambahkan dalam
jumlah terbatas yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih
banyak pelarut (Sukardjo,2002). Panas pelarutan atau kalor reaksi dapat ditentukan dengan
mengukur banyaknya energi yang diserap oleh lingkungannya. Kalor yang diserap oleh zat
adalah hasil kali massa, massa jenis, dan kenaikan suhu. Kerja yang terjadi karena turunnya
beban yang mengakibatkan kenaikan energi dalam zat atau larutan lain yang digunakan dan
sebagai hasilnya terdapat peningkatan suhu cairan. Kalor reaski yang berlagsung pada tekanan
tertutup sama dengan perubahan entalpi. Oleh karena itu, sebagian besar reaksi berlangsung
pada tekanan tetap, yaitu tekanan atmosfer maka kalor reaksi selalu dinyatakan sebagai
perubahan entalpi (∆H) (Petrucci,1987)
Pada perubahan kimia selalu diiringi dengan perubahan entalpi. Besarnya perubahan
entalpi adalah sama besar antara entalpi hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi.
Penggabungan entalpi standar reaksi-reaksi individual dapat memperoleh entalpi reaksi lain.
Penerapan Hukum Hess menyatakan “Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi
reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan bagian dari reaksi. Tahap-tahap
individual reaksi tidak perlu direalisasikan dalam bentuk praktik, bisa saja dengan reaksi-
reaksi hipotesis dengan syarat reaksi harus seimbang. Dasar termodinamika hokum ini adalah
nilai entalpi standar (∆Ho) tidak bergantung pada jalannya reaksi dan pengertian bahwa
mereaksikan reaktan tertentu melalui berbagai reaksi (yang mungkin hipotesis) menghasilkan
produk tertentu dan secara keseluruhan memperoleh perubahan entalpi (∆H) yang sama besar
nilainya (Arkins,1999)
Panas netralisasi atau kalor netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat
yang nilai konstanta (tetap). Hal ini disebabkan karena asam dan basa kuat terionisasi
sempurna sehingga dalam benruk ion dalam larutan. Panas penetralan adalah jumlah panas
yang dilepas ketika terbentuknya 1 mol air ketika mereaksikan asam dan basa (Dogra,2009).
Secara eksperimen kalor reaski dapat ditentukan dengan calorimeter. Tetapi tidak semua
reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan ini terbatas pada
reaksi-reaksi berkesudahan yang berlamgsung dengan cepat seperti reaksi pembakaran, reaksi
penetralan dan reaksi pelarutan (Atkins,1999)
Calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Satuan dari kalor
adalah kalori yang didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan umtuk menaikan 1 gram air
sebesar 1oC. ukuran derajat panas-dingin suatu zat disebut suhu. Perubahan suhu (∆T) dari
calorimeter yang dihasilkan sebanding dengan energi yang dilepaskan atau diserap sebagai
kalor. Oleh karena itu dengan mengukur perubahan suhu (∆T) dapat ditentukan energi yang
dilepaskan/diterima (զ0) sehingga dapat diketahui perubahan energinya (∆U). Konvensi dari
∆T menjadi q0 tak lepas dari kapasitas kalor pada calorimeter. Untuk menentukan kalor jenis
suatu zat dengan calorimeter digunakan hokum kekekalan energi pada pertukaran kalor yang
disebut asas black. Bunyi dari Asas Black yaitu “Banyaknya kalor yang diberikan sama
dengan banyaknya kalor yang diterima”. Dinyatakan dalam persamaan reaksi sebagai berikut
(Keenan,1980):
q lepas = q terima
Jika kita memiliki suatu zat yang memilikisuhu tinggi seperti sepotong logam panas
(U) dan zat dengan suhu rendah seperti air (W) dan ditempatkan pada wadah yang sama maka
akan terjadi perpindahan panas (kalor) dari M ke W. Dimana suhu M akan menurun dan suhu
W akan meningkat sampai keduanya memiliki suhu yang sama yaitu ketika terjadi
kesetimbangan termal. Jika ini terjadi dalam calorimeter idealnya semua perpindahan panas
ini terjadi hanya antara zat (M dan W) saja tanpa hilangnya atau masuknya panas dari
calorimeter atau lingkungan calorimeter. Dalam keadaan ini perubahan panas bersih adalah
nol:
q substitusi M + q substitusi W = 0
sehingga
q substitusi M = - q substitusi W
Besarnya perubahan panas sama untuk kedua zat. Tanda negative hanya
menunjukan q substitusi M dan q substitusi W berlawanan arah aliran panas. Dalam stuasi ini
dijelaskan bahwa q substitusi M adalah bernilai positif yang berarti mengalami kenaikan panas
atau suhu dan q substitusi W adalah bernilai negative yang berarti mengalami penurunan panas
(Melville, 2016)

III. Alat dan Bahan


3.1. Alat
1. Kalorimeter
2. Batang pengaduk
3. Bahan Isolasi
4. Termometer 0-50º dan 1-100º
5. Gelas ukur 50 mL dan 100 mL
6. Gelas Beaker
7. Pemanas
8. Mortal dan pestel
9. Cawan porselen
10. Stopwatch
11. Desikator
3.2. Bahan
1. Larutan CuSO4
2. Aquades
3. NaOH
4. HCl
5. Serbuk Zn

IV. Prosedur Percobaan


4.1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
20 cm3 air dimasukan ke dalam kalorimeter kemudian temperaturnya dicatat. 20
cm3 air dipanaskan dalam gelas kimia sampai +- 10o diatas temperatur kamar. Air panas
tersebut kemudian dicampurkan dengan air dingin yang telah diukur temperaturnya dalam
kalorimeter lalu diaduk dan dikocok. Perubahan temperaturnya diamati selama 10 menit
dengan selang waktu 1 menit setelah pencampuran.
4.2. Penentuan Kalor Reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq)
40 cm3 larutan CuSO4 dimasukan ke dalam kalorimeter. Temperaturnya dicatat
selama 2 menit dengan selang waktu ½ menit. 3 gram Zn ditimbang kemudian dimasukan
kedalam kalorimeter yang telah berisi CuSO4 yang temperaturnya telah diukur.
Perubahan temperatur diukur selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah
pencampuran.
4.3. Penentuan kalor Penetralan HCl dan NaOH
20 cm3 HCl 2 M dimasukan ke dalam kalorimeter kemudian temperaturnya dicatat.
20 cm3 NaOH 0,5 M diatur temperaturnya sedemikian rupa sehingga sama dengan HCl.
NaOH ini dicampur dengan HCl di dalam kalorimeter. Perubahan termperaturnya diukur
selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit setelah pencampuran
V. Data Pengamatan
5.1. Tabel Data Pengamatan Penentuan Tetapan Kalorimeter
Suhu Air Dingin : 30ºC
Suhu Air Panas : 40ºC
t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(menit)

Suhu
42 35 35 35 34 33 33 33 33 32
(ºC)

5.2. Tabel Data Pengamatan Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
T0 HCl : 30ºC
T0 NaOH : 30ºC
t
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
(menit)

Suhu
43 43 39 41 42 41 40 38 36 40
(ºC)

5.3. Tabel Data Pengamatan Penentuan Kalor Reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq)
T0 CuSO4
 0,5 menit: 31ºC ● 1,5 menit : 31ºC
 1 menit : 31ºC ● 2 menit : 31ºC

t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(menit)

Suhu
45 43 44 43 42 41 41 42 42 43
(ºC)

VI. Pembahasan
Pada percobaan penentuan panas pelarutan kali ini dilakukan dalam 3 percobaan yaitu
penentuan tetapan calorimeter, penentuan kalor penetralan dan penentuan kalor reaksi Zn (S) +
CuSO4 (aq). Percobaan ini dilakukan dengan metode kalorimetrik dengan alat calorimeter yang
berprinsipkan pada pengukuran perubahan temperaturnya yang sebanding dengan energi yang
dilepas atau diterima sebagai kalor sehingga perubahan entalpinya dapat ditentukan.
Percobaan pertama adalah penentuan tetapan kalorimetri (kapasitas kalor) yaitu
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu calorimeter beserta isinya sebesar
1 C. Percobaan ini menggunakan zat berupa air. Air dimasukan ke dalam calorimeter
o

kemudian dicampurkan dengan air yang temperaturnya lebih tinggi ± 10 C yang diukur o

temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit dan dengan perbandingan
volume yang sama agar dalam perhitungan volume dapat diabaikan. Hasil yang didapatkan
yaitu temperatur dari menit ke satu sampai 10 adalah 42; 35; 35; 35; 34; 33; 33; 33; 33; 32 C o

dan setelah dilakukan perhitungan didapatkan kalor yang diserap air dingin (q1) sebesar 378
J ; kalor yang dilepaskan air panas (q2) sebesar 462 J ; kalor yang diterima calorimeter (q3)
sebesar 84 J sehingga didapatkan tetapan kalorimeternya (k) sebesar 18,67 J/K.
Percobaan kedua yaitu penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH yang merupakan
asam dan basa kuat yang mudah terionisasi dan menghasilkan garam dan air. Suhu HCl dan
NaOH diatur sedemikian rupa agar sama dimana suhunya 30 C. Hasil yang didapatkan selama
o

pencampuran HCl dan NaOH yaitu temperature yang diukur selama 5 menit dengan selang
waktu 0,5 menit dari menit ke 0,5 sampai 5 adalah 43 ; 43 ; 39 ; 41 ; 42 ; 41 ; 40 ; 38 ; 36 ;
40 C. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan kalor yang diserap (q11) adalah 1680,4656 J
º

; kalor yang diserap calorimeter adalah (q12) 192,301 J ; kalor yang dihasilkan reaksi adalah
1.872,7666 J sehingga didapatkan kalor penetralan (∆Hn) sebesar 46.819,165 J/mol.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa reaksi mengalami kenaikan temperature
yang menandakan bahwa reaksi berjalan secara eksoterm. Reaksi yang terjadi adalah:

HCl + NaOH → NaCl + H O 2

Percobaan ketiga yaitu penentuan kalor reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq). Penentuan kalor
reaksi ini dilakukan dengan mencampurkan larutan CuSO4 dengan serbuk Zn. Sebelum
pencampuran tempratur larutan CuSO4 diukur selama 2 menit dengan selang waktu 0,5 menit,
sehingga diperoleh suhu rata – rata CuSO4 sebesar 31ºC. Selanjutnya dilakukan pencampuran
kedua reaktan, dengan adanya pencampuran ini maka reaksi yang akan disebabkan adalah :

Zn(s) + CuSO4(aq) → ZnSO4 (aq) + Cu(s)


Setelah pencampuran, tempraturnya diukur selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit.
Diperoleh hasil pada menit 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 menit secara berturut – turut yaitu 45;
43;44;43;42;41;41;42;42;43ºC. Setelah itu dilakukan perhitungan diperoleh Kalor yang
diserap kalorimeter (q4) sebesar 216,572, Kalor yang diserap larutan (q5) sebesar 930,9696 J,
Kalor yang dihasilkan oleh reaksi (q6) sebesar 1.147,5416 J, sehingga diperoleh nilai kalor
reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq) (∆Hr) sebesar 28.688,54 J/mol.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Prinsip kerja dari kalorimeter berdasarkan pada pengukuran perubahan tempratur yang
sebanding dengan energi yang dilepaskan atau diterima dalam bentuk kalor sehingga
perubahan entalpinya dapat ditentukan.
2. Reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi, hal ini dapat dilihat dari perubahan
suhu yang terjadi pada percobaan. Dari perubahan suhu ini akan mempengaruhi besar atau
kecilnya kalor pelarutan yang dihasilkan di dalam percobaan.
3. Pada percobaan diperoleh tetapan kalorimeter (k) sebesar 18,67 J/K
4. Pada percobaan diperoleh kalor penetralan HCl dan NaOH (∆Hn) sebesar 46.819,165 J
5. Pada percobaan diperoleh kalor reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq) (∆Hr) sebesar 28.688,54 J/mol
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Keenan. 1980. Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Melville, et.al. 2016. Bomb Calorimetry an Heat of Combustion. Iranica Journal of Energy &
Envirement. Vol.4 : 73-78.

Petrucci, R.H. 1987. Fisika Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.

Pogil. 2006. Calorimetry and Thermochemistry. www.mybooklibrary.com/pdf/calorimetry-


pogil.pdf . Diakses pada 08 Mei 2021

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.


LAMPIRAN

A. Data Pengamatan
1. Tabel Data Hasil Pengamatan Penentuan Tetapan Kalorimeter
Suhu Air Dingin : 30ºC
Suhu Air Panas : 40ºC
t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(menit)

Suhu
42 35 35 35 34 33 33 33 33 32
(ºC)

2. Tabel Data Hasil Pengamatan Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
T0 HCl : 30ºC
T0 NaOH : 30ºC
t
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
(menit)

Suhu
43 43 39 41 42 41 40 38 36 40
(ºC)

3. Tabel Data Hasil Pengamatan Penentuan Kalor Reaksi Zn (S) + CuSO4 (aq)
T0 CuSO4
 0,5 menit: 31ºC ● 1,5 menit : 31ºC
 1 menit : 31ºC ● 2 menit : 31ºC

t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(menit)

Suhu
45 43 44 43 42 41 41 42 42 43
(ºC)
B. Perhitungan
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Diketahui:
Vair dingin = 20 cm3
Vair panas = 20 cm3
ρ air = 1 g/cm3
Kalor jenis air (S) = 4,2 J/goK
T air dingin = 30oC = 303 K
T air panas = 40oC = 313 K
(42 +35 +35 +35 +34 +33 +33 +33 +33+32)℃
T2 (T campuran) = = 34,5oC = 307,5 K
10

Ditanya : զ1 ; q2 ; q3 ; dan K = …..?


Jawab:
 Untuk air dingin
m air dingin = ρ air x V air dingin
= 1 g/cm3 x 20 cm3
= 20 gram
∆T1 = T campuran – T air dingin
= 307,5K – 303 K
= 4,5 K (Kenaikan suhu)
 Untuk air panas
m air dingin = ρ air x V air dingin
= 1 g/cm3 x 20 cm3
= 20 gram
∆T2 = T campuran – T air dingin
= 307,5 K – 313 K
= - 5,5 K (Penurunan suhu)

 Kalor yang diserap air dingin (q1)


q1 = m air dingin x S air x ∆T1
= 20 g x 4,2 J/goK x 4,5 K
= 378 J
 Kalor yang dilepaskan air panas (q2)
q2 = m air panas x S air x ∆T2
= 20 g x 4,2 J/goK x (-5,5 K)
= 462 J
 Kalor yang diterima calorimeter (q3)
q3 = q2 – q1
= 462 – 378 J
= 84 J
 Tetapan calorimeter
𝑞3 84 𝐽
K = ∆𝑇 = = 18,67 J/K
4,5 𝐾

2. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH


Diketahui :
ρ Larutan = 1,03 g/cm3
S Larutan = 3,96 J/goK
T1 = 30oC = 303 K
(43+43+39+41+42+41+40+38+36+40)℃
T2 = = 40,3℃ = 313,3 K
10

K = - 186,6667 J/K
[NaOH] = 0,05 M
V NaOH = 20 cm3 = 0,02 L
[HCl] =2M
V HCl = 20 cm3 = 0,02 L
Ditanya : q11 ; q12 ; q13 ; dan ∆Hn = …..?
Jawab :
n NaOH = [NaOH] x VNaOH
= 0,05 M x 0,02 L
= 0,001 mol
n HCl = [HCl] x VHCl
= 2 M x 0,02 L
= 0,04 mol
NaOH + HCl NaCl + H2O
m : 0,001 0,04 - -
b : 0,001 0,001 0,001 0,001
s: 0 0,039 0,001 0,001

m Larutan = V total larutan x ρ Larutan


= (VHCl + VNaOH) x ρ Larutan
= (20 + 20) cm3 x 1,03 g/cm3
= 41,2 gram
∆T = T2 – T1
= 313,3 K – 303 K
= 10.3 K
 Kalor yang diserap (q11)
q11 = n Larutan x S larutan x ∆T
= 41,2 g x 3,96 J/goK x 10,3 K
= 1680,4656 J
 Kalor yang diserap calorimeter (q12)
q12 = K x ∆T
= 18,67 J/K x 10,3 K
= 192,301 J
 Kalor yang dihasilkan reaksi (q13)
q13 = q11 + q12
= 1680,4656 J + 192,301 J
= 1.872,7666 J
 Kalor Penetralan (∆Hn)
𝑞13 1.872,7666 𝐽
∆Hn = 0,04 = = 46.819,165 J
0,04 𝑚𝑜𝑙

3. Penentuan Kalor Reaksi Zn(s) + CuSO4 (aq)


Diketahui :
(31+31+31+31)℃
T1 (T CuSO4 sebelum pencampuran) = = 31℃ = 304 K
4
(45+43+44+43+42+41+41+42+42+43)℃
T2 (T pencampuran) = = 46,2℃ = 315,6 K
10

∆T = T2 – T1 = 315,6 K – 304 K = 11,6 K


Slar = 3,52 J/gK ; K = − 186,6667 J/K ; ρ ZnSO4 = 1,14 g/cm3
Ditanya : q4, q5, q6 dan ∆Hr = ..... ?
Jawab :
 Kalor yang diserap kalorimeter (q4)
q4 = K x ∆T
= 18,67 J/K x 11,6 K
= 216,572 J
 Kalor yang diserap larutan (q5)
q5 = massa air panas x Slar x ∆T
= (20 cm3 x 1,14 g/cm3) x 3,52 J/gK x 11,6 K
= 930,9696 J
 Kalor yang dihasilkan oleh reaksi (q6)
q6 = q4 + q5
= 216,572 J + 930,9696 J
= 1.147,5416 J
 Entalpi reaksi Zn(s) + CuSO4 (aq)
q6
∆Hr = J/mol
0,040
1.147,5416
= 0,040
J/mol

= 28.688,54 J/mol

C. Pertanyaan
1. Tanpa melihat data, perkirakan kalor penetralan sistem reaksi berikut serta berikan
alasannya :
 NaOH – HCl
 NH4OH – HCl
 NH4OH – CH3COOH

Jawab :
Kalor penetralanadalah kalor reaksi yang dihasilkan atau dilepaskan pada
penetralan 1 mol asam oleh satu mol basa atau 1 mol basa oleh satu mol asam. Panas
netralisasi asam kuat oleh bas kuat adalah -57 kj/mol, sedangkan panas netralisasi asam
lemah oleh basa lemah kurang dari -56 kj/mol. Hal ini disebabkan oleh asam dan basa
lemah hanya terionisaasi sebagian sedangkan asam dan basa kuat terioniasi sempurna.
Maka itu kalor netralisasi dari tinggi ke rendah adalah NaOH – HCl ; NH4OH – HCl ;
NH4OH – CH3COOH.

2. Jika sistem yang dipelajari hanya menyangkut zat padat dan zat cair saja, maka kerja
sistem dapat diabaikan. Apakah akibat dari keadaan ini?
Jawab :
Jika sistem yang dipelajari hanya menyangkut zat padat dan zat cair saja, maka
kerja sistem dapat diabaikan dimana terjadi perubahan volume yang sangat kecil sehingga
kerja yang bersangkutan dengan sistem tersebut dapat diabaikan. Akibatnya perubahan
entalpi (∆H) dan perubahan energi dalam hal ini adalah identik

3. Diketahui:
T air panas = 35 C
o

T air dingin = 29 Co

V air dingin = 40 cm 3

V air panas = 40 C o

ρ air = 1 g/cm 3

S air = 4,2 J/g K


o

Data:

Waktu ( menit) Temperatur ( C) O

0 29,9

1 28,8

2 28,6

3 28,4
4 28,2

5 28,0

Ditanya: K= ….?
Jawab:
m air panas = ρ air x V air dingin
= 1 g/cm x 40 cm
3 3

= 40 gram
m air dingin = ρ air x V air dingin
= 1 g/cm x 40 cm
3 3

= 40 gram
T air panas = T = 35 C 1
o

T = (29,9+28,8+28,6+28,4+28,2+28,0)6= 28,65 C
2
o

∆T air dingin = T – T 2 1

= 28,65 -29
= -0,35
∆T air panas = T – T 2 1

= 28,65 -35
= - 6,35
K = m . S (∆Tp - ∆Td)/ ∆T
K = 40 g . 4,2 J/g C (-6,35 – (-0,35) /- 0,6 K
o

K = 40 g . 4,2 J/g K (-6 K)/ -0,6 K = 1680 J/K


o

4. Diketahui:

m Na CO 2 3 = 8,4 g

m air = 80 g

Mr Na CO 2 3 = 106,9 g/mol

Mr H O 2 = 18 g/mol
∆T = 6,24 K

S = 4,0 J/g Ko

K = 1680 J/K

Ditanya: ∆Hs = …..?

Jawab :

n Na CO 2 3 = Massa Mr = 8,4 gram106,9 g/mol = 0,792 mol

n HO 2 = Massa Mr = 80 gram18 g/mol = 4,44 mol

Na CO 2 3 + 2H O
2 → 2NaOH + H CO
2 3

m : 0,792 8,88 - -
b : 0,792 0,792 0,1584 0,792
s : 0 8, 7216 0,1584 0,792

 Kalor yang diserap (q11)


q11 = n Larutan x S larutan x ∆T
= (80 + 8,4) g x 4,0 J/g K x 6,24 K
o

= 2206,464 J
 Kalor yang diserap calorimeter (q12)
q12 = K x ∆T
= (1680 J/K) x 6,24 K
= 10483, 2 J
 Kalor yang dihasilkan reaksi
q13 = q11 + q12
= 2206,464 + 10483,2
= 12.689,664 J
 Kalor Penetralan (∆Hs)
∆Hs = q13n NaOH+n Na2CO3= 12.689,664 J0,9504 mol=13.351,9192Jmol

Anda mungkin juga menyukai