Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

“TERMOKIMIA ”

Tanggal praktikum: Kamis, 9 April 2020


Tanggal pengumpulan laporan: Kamis, 16 April 2020
Dosen Pembimbing: Asiyah Nurrahmajanti., M.Si.,

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
Rasmiyanti 11870400
Ratri hiusena 1187040056
Rina nurlaelasari 1187040058
Salman rasyid 11870400
Sofi amalia 1187040073
Tia widianti 11870400

KIMIA IV-B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
Abstrak

Termokimia merupakan bagian dari ilmu termodinamika tentang perubahan panas


yang menyertai reaksi kimia. Reaksi dalam termokimia terbagi menjadi reaksi eksoterm dan
reaksi endoterm. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kalor kalorimeter dengan
sampel air dingin dan air panas berdasarkan data kuantitatif, menentukan kapasitas kalor
natrium asetat anhidrat dan natrium asetat trihidrat, menentukan kalor netralisasi antara
larutan HCl dan larutan KOH, menentukan kalor netralisasi antara larutan CH3COOH dan
larutan KOH,dan membandingkan entalpi reaksi dan kalor netralisasi antara larutan HCl dan
larutan KOH dengan larutan CH3COOH dan larutan KOH. Dari percobaan yang telah
dilakukan diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 102, 96 J/K.

Kata Kunci : Termokimia, tetapan kalorimeter, kapasitas kalor, kalor netralisasi

Thermochemistry is part of the science of thermodynamics about the changes in heat


that accompany chemical reactions. The reaction in thermochemistry is divided into
exothermic and endothermic reactions. This experiment aims to determine the calorimeter
heat constant with cold and hot water samples based on quantitative data, determine the heat
capacity of anhydrous sodium acetate and sodium acetate trihydrate, determine the
neutralization heat between HCl solution and KOH solution, determine the heat neutralization
between CH3COOH solution and KOH solution, and compare the reaction enthalpy and
neutralization heat between HCl solution and KOH solution with CH3COOH solution and
KOH solution. From the experiments that have been carried out obtained calorimeter constant
of 102, 96 J / K.

Keywords: Thermochemistry, calorimeter constant, heat capacity, heat neutralization


I. Pendahuluan
Termokimia mencakup kalor yang diserap atau dilepas dalam reaksi kimia, dalam
perubahan fasa, atau dalam pengenceran suatu larutan. Kalor yang dilepaskan atau diserap
oleh reaksi kimia dapat ditentukan dengan Kalorimeter. Dikenal bebrapa macam kalor reaksi,
bergantung pada tipe reaksinya, diantaranya adalah kalor netralisasi, kalorpembentukan, kalor
penguraian dan kalor pembakaran. Ada dua jenis kalorimeter yaitu kalorimeter volum-tetap
dan tekanan tetap. Dalam kalorimeter volum-tetap tidak ada kerja yang dilakukan dengan
demikian kalor yang diabsorpsi sama dengan petambahan energi dalam ΔU, kalorimeter ini
disebut kalorimeter bom digunakan untuk menentukan kalor pembakaran. Kalorimeter ini
digunakan untuk mengukur jumlah kalor/ nilai kalori yang dibebaskan pada pembakaran
sempurna (dalam O2 berlebih) pada suatu senyawa, bahan makanan, maupun bahan bakar.
Sedangkan dalam kalorimeter tekanan-tetap, kerja dilakukan sedemikian sehingga kalor yang
diabsorpsi sama dengan pertambahan entalpi ΔH, digunakan untuk menentukan perubahan
kalor untuk reaksi selain pembakaran. Pada tekanan tetap kalor reaksi atau kalor pelarutan
padasuatu suhu T didefinisikan sebagai kalor yang diserap oleh sistem selama proses tersebut
berlangsung, dengan suhu awal dan suhu akhir system sama dengan T. Dalam kalorimeter
terjadi perubahan suhu karena pembebasan atau penyerapan kalor reaksi oleh sistem. Jadi
reaksi dalam
kalorimeter dapat di tulis sebagai berikut :
A (T0) + B(T0) → C (T1) + D(T1) (1)
A,B : Zat pereaksi
C,D : Zat hasil reaksi
T0,T1 : Suhu awal Suhu akhir
Kalor reaksi pada suhu awal T0 dapat diturunkan sebagai berikut.
Persamaan (1) dapat ditulis menjadi,
A (T0)+B(T0)+S(T0) →C(T1)+D(T1)+S(T1) ΔH = 0 (2)
S : Bagian-bagian kalorimeter yang mengadakan antaraksi termal dengan campuran reaksi.
ΔH = 0, karena sistemnya adiabat dan isobar.
Jika persamaan (2) ditambah persamaan berikut,
C(T1)+B(T1)+S(T1) → C(T0) + D(T0)+ S(T0) ΔH =ΔH T0 (3)
Hasilnya menjadi
A(T0)+B(T0)+S(T0) → C (T0) + D(T0)+ S(T0) ΔH =ΔH T0 (4)
Persamaan reaksi (4) Jelas memperlihatkan bahwa ΔH reaksi tersebut , adalah kalor reaksi
pada suhu T0. ΔHT0 menurut persamaan (3) menyatakan kalor yang di perlukan untuk
mengubah suhu campuran reaksi C + D + S dari T1 menjadi T0 , sehingga :
ΔHT0 = ΔT = Co (C+D+S) dT = Co (C+D+S) (To – T1) (5)
Co (C+D+S) : kapasitas kalor reaksi C + D + S yang dianggap tidak tergantung pada suhu.
Untuk memperoleh kalor reaksi pada suhu akhir T1 pada persamaan (2) ditambah persamaan,
A (T1) + B (T1) + S(T1) → A(T0) + B(T0) + S(T0) ΔH = ΔHT1 (6)
Sehingga menjadi:
A (T1) + B (T1) + S(T1) → C(T1) + B(T1) + S(T1) ΔH = ΔHT1 (7)
Persamaan (7) menyatakan bahwa Δ H bersangkutan adalah kalor reaksi pada suhu T1
Sedangkan pada persamaan (6) ΔH merupakan kalor yang di perlukan untuk mengubah suhu
campuran ( A + B + S ) dari T1 menjadi T0.
Berdasarkan persamaan (6) maka :
ΔHT1) = ∫ T0 = C0 (A+B+S) (T0 – T1) (8)
Dari persamaan (5) dan (8) dapat di simpulkan bahwa penggunaan kapasitas kalor zat
pereaksi memberikan kalor reaksi pada suhu akhir T1. Dan penggunaan kapasitas kalor zat
hasil reaksi memberikan kalor reaksi pada suhu awal T0.
Suatu kalorimeter tidak mungkin sepenuhnya diabatik. Karena itu akan terjadi
pertukaran kalor antara kalorimeter dan lingkungannya. Pengadukan campuran reaksi akan
menimbulkan kalor melalui gesekan dan juga kemungkinan termometer terlalu lamban dalam
mengikuti
perubahan suhu, kesemuanya itu menyebabkan pembacaan suhu akhir tidak benar – benar
suhu akhir T1 dengan demikian pembacaan suhu akhir memerlukan koreksi yang harus di
terapkan baik dalam penentuan kalor reaksi maupun dalam penentuan tetapan kalorimeter.
Baik reaksi maupun pelarutan di lakukan dengan mencampurkan paling sedikit dua
zat pereaksi. Pada umumnya suhu kedua pereaksi itu berbeda. Dengan demikian timbul
masalah, apa yang di maksud dengan suhu awal. Suhu awal dalam hal ini adalah suhu efektif
yaitu rata-rata
kapasitas kalor kedua suhu zat pereaksi dan di hitung dengan menggunakan hukum Black
sebagai suhu yang terjadi kalau zat – zat pereaksi itu di campurkan tetapi tidak bereaksi
(tidak menimbulkan kalor reaksi). Dalam perhitungan suhu awal efektif kapasitas kalor
kalorimeter
harus di sertakan. Suhu awal efektif dipergunakan untuk menghitung kenaikan suhu ΔT = T1-
T0.
II. Material
 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kai ini diantaranya : termometer 2 buah, kaca
arloji 2 buah,pemanas listrik 2 buah, kalorimeter 2 set dan pipet volumetri 10 ML
sebanyak 1 buah.
 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini diantaranya : larutan KOH 10 mL,
larutan HCl 10 mL, aquades secukupnya, CH 3COONa.H2O 1,5 gram dan
CH3COONa.3H2O 1,5 gram.

III. Prosedur
1. Penentuan kapasitas kalor
Pada percobaan pertama, pertama-tama air dimasukkan ke dalam
kalorimeter. Suhu termometer ke titik terdekat dibaca tiap skala 1oC. air
o
didalam kalorimeter dipanaskan sampai melebihi 20 C suhu ruang.
kalorimeter ditutup dengan tutup sterofoam kemudian perubahan suhu
diperhatikan sampai ke suhu tertinggi.
Percobaan selanjutnya dilakukan pengukuran suhu larutan dua garam,
natrium asetat anhidrat dan natrium asetat trihidrat. Mula-mula masing-masing
garam ditimbang sebesar 1,5 gram. Aquades sebanyak 30 mL dimasukkan ke
dalam dua kalorimeter yang berbeda. Kemudian masing-masing garam
dituangkan ke dalam kalorimeter yang berbeda. kalorimeter digoyangkan dan
diperhatikan perubahan suhu pada larutan yang berada di dalam kalorimeter.
2. Penentuan kalor netralisasi
Pada percobaan kedua, alat-alat kalorimeter dirangkai terlebih dahulu.
Larutan KOH diukur sebanyak 10 mL menggunakan pipet volumetri,lalu
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Larutan KOH dalam kalorimeter diukur
suhunya menggunakan termometer sebagai T1, kemudian ditambahkan larutan
HCl sebanyak 10 mL. larutan campuran tersebut diukur suhunya
menggunakan termometer sebagai T2. Lalu kedua larutan tersebut diamati.

IV. Pembahasan
Termokimia adalah ilmu yang membahas hubungan antara kalor dengan reaksi kimia
atau proses-proses yang berhubungan dengan reaksi kimia.termokimia lebih banyak
berhubungan dengan pengukuran kalor dengan menggunakan suatu alat yang bernama
kalorimeter. kalorimeter adalah alat yang dipakai untuk percobaan yang berhubungan dengan
kalor ( Surya, 2009 ).
Prinsip dari kalorimeter adalah kalorimeter didesain dengan sedekimian sehingga
perpindahan kalor kelingkungannya terjadi seminimal mungkin. Prinsip dari pecobaan ini
adalah untuk mempelajari perubahan energi yang menyertai terjadinya reaksi kimia yaitu
penentuan kalor dan kalor penetralan dari suatu unsur dan senyawa dengan menggunakan alat
yang disebut kalorimetri

I.1 Penentuan Kapasitas Kalor


Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Kalorimeter secara umum
dirancang agar sistem berada dalam keadaan tersekat agar tidak terjadi
perpindahan energi maupun kalor antara sistem dan lingkungan. Prinsip kerja
dari kalorimeter adalah mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat
penghantar yang dimasukan ke dalam air suling. Pada waktu bergerak dalam
kawat penghantar (akibat perbedaan potenial) pembawa muatan bertumbukan
dengan atom logam dan kehilangan energi. Akibatnya pembawa muatan
bertumbukan dengan kecepatan konstan yang sebanding dengan kuat medan
listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan akan menyebabkan logam yang
dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu energi kalor / panas.
Percobaaan ini bertujuan untuk mengetahui tetapan kalorimeter yang
digunakan. Tetapan kalorimeter ini merupakan jumlah kalor yang dapat diserap
oleh kalorimeter per satuan suhu. Tetapan kalorimeter harus diukur untuk
mengetahui tetapan klorimeter itu sendiri atau banyaknya kalor yang diserap oleh
kalorimeter karena setiap komponen kalorimeter maemiliki sifat khas dalam
mengukur kalor. Hal ini terjadi karena komponen-komponen alat kalorimeter
sendiri (wadah logam, pengaduk dan termometer) menyerap kalor, sehingga tidak
semua kalor yang terjadi terukur. Maka dari itu, perlu untuk mengetahui tetapan
kalorimeter terlebih dahulu. Untuk mengetahui tetapan kalorimeter, maka
dilakukan percobaan dengan cara dimasukkan 20 cm 3 air kedalam kalorimeter
dengan pipet volumetri, setelah diukur suhu dari air, suhunya adalah 27°C.
Setelah itu dipanaskan 20 cm 3 air dalam gelas kimia sampai ± 20 derajat diatas
suhu kamar, suhunya sebesar 47°C. Setelah keduanya dicampurkan kedalam
kalorimeter, kemudian diaduk dan diamati temperaturnya selama 10 menit
dengan selang waktu 1 menit setelah pencampuran. Pengadukan dilakukan untuk
mempercepat jalannya reaksi antara air panas dan air dingin. Tujuan
digunakannya air dingin dan air panas karena air dingin dan kalorimeter akan
menyerap kalor dan air panas akan melepaskan kalor. Pada percobaan ini,
digunakan kalorimeter A. Suhu awal air dingin yang terukur pada kalorimeter A
sebesar 27°C , suhu air panas sebesar 47°C dan suhu pencampuran sebesar
32°C. Selain itu tujuan penggunaan air panas dan air dingin adalah untuk
menentukan harga penurunan air panas dan kenaikan temperatur air dingin
dengan berpindahnya kalor. Untuk dua cairan yang mempunyai ∆ T 0 yang cukup
besar pencatatan temperatur pada air panas dan air dingin bertujuan untuk
menentukan tetapan kalorimetri. Hasil dari perhitungan dari data suhu yang
didapat selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit adalah temperatur
campuran (T3) = 32,1°C dengan kalor yang dilepas air dingin sebesar 260,4 Joule
, kalor yang dilepas air panas sebesar 579,6 Joule dan kalor yang diterima
kalorimeter adalah 319,2 Joule. Dari data perhitungan yang diperoleh kita dapat
menentukan tetapan kalorimeter sebesar 102,96 J/K.
Prosedur kedua yaitu pengukuran suhu natrium asetat anhidrat dan natrium asetat
trihidrat. Penambahan garam garam tersebut kedalam kalorimeter yang sudah berisi air
sebanyak 35 ml dilakukan secara cepat yang bertujuan garam anhidrat tidak menyerap air
dari udara sehingga akan membentuk senyawa hidrat, begitu pula dengan garam trihidrat
dilakukan penambahan secara cepat bertujuan agar garam trihidrat tidak menyerap air dari
udara sehingga akan membentuk garam pentahidrat. Penentuan kapasitas kalor kalorimeter
dari kedua senyawa tersebut bergantung pada massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan perubahan
suhu yang terjadi. Dalam literatur kapasitas kalor pada natrium asetat trihidrat memiliki
kapasitas kalor yang lebih besar daripada kapasitas kalor pada natrium anhidrat hal ini
dikarenakan kedua molekul tersebut memiliki rotasi dan vibrasi yang berbeda, Kapasitas
kalor merupakan kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikkan suatu zat sebesar
jumlah tertentu. Untuk menghitung kapasitas calorimeter kedua molekul tersebut kita harus
menilai apakah rotasi dan vibrasi nya aktif dengan menghitung temperatur khas nya.

I.2 Penentuan Kalor Netralisasi


Pada percobaan ini 10ml KOH dimasukkan ke dalam kalorimeter, temperatur
KOH yang dihasilkan didalam kalorimeter adalah 31o C . Setelah itu ditambahkan HCl 10ml.
temperatur yang dihasilkan adalah 30oC. Tujuan penggunaan HCl dan KOH adalah untuk
menentukan kalor penetralan dari reaksi penetralan antara asam kuat dan basa kuat. Reaksi
penetralan adalah reaksi antara asam dan basa yang memilki elektrolit yang kuat dalam
larutan karena senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan. ( Chang, 2004 ). Sehingga
kita dapat menentukan kalor penetralan dari reaksi tersebut. Penggunaan KOH pada
percobaan ini berbentuk cairan bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga dapat
menentukan kalor penetralan. Persamaan reaksi dari HCl dan KOH sebagai berikut ( oxtoby
dkk, 2001 ) :
HCl + KOH → KCL + H2O
Menurut defenisi arhenius HCl adalah asam dan KOH adalah basa. Asam arhenius
mengalami ionisasi dalam air menghasilkan H+ dan basa Arhenius mengalami ionisasi
menjadi ion OH-. Sedangkan asam bronsted memberikan proton adalah asam dan menerima
proton adalah basa ( Oxtoby dkk, 2001 ).
Pada saat melakukan reaksi antara HCl dan KOH dalam kalorimeter terbentuklah
busa didalamnya. Hal ini disebabkan oleh kalorimeter didalamnya berkarat sehingga unsur
logam didalamnya ikut bereaksi dan menghasilkan busa. Setelah mereaksikan asam dan basa
tersebut pada kalorimeter maka diukur temperatur larutan sebanyak 10 kali percobaan.
Temperatur yang dihasilkan adalah 42, 41,5, 41,5, 41, 40,5,40,40,40,40,40 o C. Dari data yang
dihasilkan kita dapat menentukan kalor yang diserap larutan, kalor yang diserap kalorimeter,
kalor yang dihasilkan oleh reaksi dan kalor penetralan.
Selain itu, pada percobaan dilakukan pula reaksi netralisasi antara asam lemah CH3COOH
dengan basa kuat KOH. Proses reaksi tersebut berdampak pada hasil entalpi netralisasi yang
lebih kecil dari proses reaksi netralisasi sebelumnya. Reaksi kimia yang terjadi antara
CH3COOH dengan KOH adalah
CH3COOH + KOH -> CH3COOK + H2O
Dari percobaan di atas diperoleh data pengamatan seperti pada tabel.1
Tabel. 1 Tabel pengamatan reksi netralisasi
Reaksi Densitas Volume Massa Cp Tf Tfi ∆T
(g/ mL) pelarut pelarut J/K (°C) (°C) (°C)
(mL) (g)
HCl + 1 20 20 4,18 41 22 19
KOH
CH3COOH 1 20 20 4,18 39 22 17
+ KOH

Dari data pengamatan yang diperoleh dari tabel.1 dapat digunakan untuk menghitung nilai
entalpi ataupun kalor dari reaksi netralisasi tersebut. Berikut nilai yang diperoleh
Tabel.2 Tabel perhitungan nilai entalpi dan kalor netralisasi
Reaksi Q produk Mol H2O ∆H netralisasi ∆H standar
(J) (KJ/ mol) (KJ/ mol)
HCl + KOH 1588,4 0,03 mol -52,95 -57,3
CH3COOH + 1421,2 0,03 mol -47,37 -42,1
KOH
V. Kesimpulan
Berdasarkan referensi vidio yang diberika dan beberapa sumber yang
dijadikan sebagai rujukan maka pada laporan praktikum kali ini dapat diambil
beberapa kesimpulan diantaranya Suhu air dingin sebesar 27OC dan suhu air
padas sebesar 47 OC, diperoleh suhu campuran sebesar 32 OC. Kalor yang
dilepas air dingin sebesar 260,4 joul dan kalor yang dilepas air panas sebesar
579,6 joul dan kalor yang diterima kalorimeter adalaha 319,2 joul, sehingga
diperoleh kapasitas kalor sebesar 102,96 J/K. Pada natrium asetat anhidrat dan
natrium asetat trihidrat diperoleh kapasitas kalor natrium asetat trihidrat lebih
besar dari natrium asetat anhidrat.
Penentuan kalor netralisasi yang dilakukan pada HCl dan KOH
diperoleh entalpi netralisasi sebesar -52,95 kj/mol dan kalor produk sebesar
1588 joul. Pada netralisasi antara CH3COOH diperoleh entalpi produk sebesar
-47,37 dan kalor produk sebesar 1421,2 joul. Sehingga diperoleh perbandingan
bahwa entalpi netralisasi dan kalor produk dari CH3COOH dengan KOH lebih
kecil dibandingkan dengan HCl dan KOH, disebabkan karena keeaktifan
reaksi yang terjadi dan sifat asam dari kedua larutan tersebut.

VII. Daftar Pustaka

Atkins, P.W, 1994. Kimia Fisika. Edisi 4. Jilid 1. Alih bahasa : Irma dan Kartahadiprodjo.
Erlangga. Jakarta
Barreto, Patricia R.P. Alessandra F.A. Vilela. Ricardo Gargano. 2005. Thermochemistry of
Molecules in the B/F/H/N System. Laboratorio Associado De Plasma. Instituto Nacional De
Pesquises Espaciais. Instituto Defisica. Univesidade Brasilia. Brasil
Basri, 2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi 3. Jilid 2. Pemerjemah : Sukminar.
Erlangga. Jakarta
Daintith, J, 1994. Kamus Lengkap Kimia. Alih bahasa : Suminar Achmadi. Erlangga. Jakarta
Gupta, A. Jason Lachance. E.D Sloan Jr., Carolyn A. Koh. 2008. Measurements Of Methane
Hydrate Heat Of Dissociation Using High Pressure Differential Scanning Calorimetry.
Center Of Hydrate Research. Department Of Chemical Engineering Colorado School Of
Mines. USA
Kusuma, S, 1983. Bahan-Bahan Kimia. Edisi 7. Erlangga. Jakarta
Melius, C.F. 1995. Thermochemistry and Reaction Mechanisms Of Nitromethane Ignition
.Combustion Research Facility, Sandia National Laboratories. USA
Oxtoby, D.W. Gillis. Norman H.Nachtrieb. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Edisi 4.
Jilid 1. Penerjemah : Suminar. Erlangga. Jakarta
Petrucci, R.H, 1992. Kimia Dasar. Edisi 4. Jilid 1. Alih bahasa : Suminar. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai