Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I
PERCOBAAN IV

TERMOKIMIA
SARTIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS ILMU & TEKNOLOGI KEBUMIAN
Praktikunm: 18-04-2022

Histori Laporan Ringkasan Praktikum


Konsul 1: 21-04-2022 Reaksi kimia adalah salah satu proses dimana satu atau lebih reaktan berubah
Konsul 2: 23-04-22 menjadi satu atau lebih produk. Reaksi kimia bisa terjadi dalam waktu yang sangat
ACC: cepat ataupun sangat lambat. Beberapa reaksi kimia terjadi secara spontan pada suhu
dan tekanan normal pada saat terjadi kontak antar reaktan. Proses pembelajaran
kimia sangat dibutuhkan media dalam pembelajarannya, dimana banyak materi
kimia yang sulit untuk dipahami dan bersifat abstrak. Maka dari itu praktikum kali
ini yang berjudul Termokimia dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui
bagaimana reaksi kimiamulai dari menetukan tetapan kalirometer, menentukan kalor
reaksi, dan menentukan kalor penetralan.. Hal ini bisa didapatkan dengan mengikuti
praktikum kimia dan melakukan percobaan termokimia dengan cara mengikuti
prosedur yang disampaikan dimana mencampurkan dua zat larutan kedalam alat
kalorimeter dan mengamati perubahan suhu setiap waktunya. Sehingga praktikan
dapat mengetahui bahwa dalam setiap reaksi kimia akan selalu disertai dengan
perubahan energi. Perubahan energi ini dapat dilihat salah satunya dari perubahan
suhu yang terjadi, semakin besarnya mol air/ mol etanol, maka semakin kecil pula
kalor pelarutan (ΔH).

Keywords: Reaksi Kimia, Termokimia, Kalor reaksi, Kalirometer, Perubahan suhu

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Reaksi kimia adalah salah satu proses dimana satu atau lebih reaktan berubah menjadi satu atau lebih
produk. Reaksi kimia bisa terjadi dalam waktu yang sangat cepat ataupun sangat lambat. Beberapa reaksi kimia
terjadi secara spontan pada suhu dan tekanan normal pada saat terjadi kontak antar reaktan. Sedangkan beberapa
reaksi kimia lainnya hanya dapat terjadi jika mendapat energi eksternal seperti panas, cahaya, atau listrik
(Sulastri, 2017).
Energi panas atau kalor adalah energi ynag berkaitan dengan gerak acak dari atom dan molekul. Secara
umum, energi panas atau kalor dapat dihitung dari pengukuran suhu. Semakin kuat gerakan atom dan molekul
dalam sampel materi, semakin panas sampel dan semakin besar energi panas (kalor) dan suhu. Secangkir kopi
pada 70oC memiliki suhu lebih tinggi dari bak mandi berisi air hangat pada 40 oC, tetapi energi panas (kalor)
jauh lebih banyak disimpan dalam air bak mandi karena memiliki volume yang jauh lebih besar dari kopi dan
juga oleh karena molekul air lebih banyak maka gerak molekul lebih banyak juga (Sulakhudin, 2017).
Kalor reaksi merupakan banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan saat terjadi reaksi kimia. Di
laboratorium, penentuan kalor reaksi dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter. Kalor reaksi dapat
ditentukan pada dua keadaan, yaitu pada tekanan tetap atau volume tetap. Kalor reaksi pada tekanan tetap
berbeda dengan kalor reaksi volume tetap, kalor reaksi pada tekanan tetap memperhitungkan kerja
tekananvolume, sedangkan kalor reaksi pada volume tetap tidak memperhitungkannya (Manika, 2016).
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang merupakan bagian dari termodinamika yang
mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti reaksi-reaksi kimia. Reaksi dalam termokimia terbagi
menjadi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem
ke lingkungan sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem
(Nasution, 2014).
Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan olek jumlah
energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur dan akan tetap konstan
selama tidak ada energi yang masuk atau keluar zat. Untuk reaksi kimia: Perubahan kalor atau entalpi yang
terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan perubahan entalpi. Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi dH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalir
yang diserap sistem (Irwandy, 2014).

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum percobaan termokimia adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud termokimia?
b. Bagaimana cara menentukan tetapan kalorimeter?
c. Bagaimana cara menetukan kalor reaksi dan kalor penetralan larutan?

3. Tujuan
Tujuan dari praktikum percobaan termokimia adalah sebagai berikut :
a. Untuk memahami konsep termokimia
b. Untuk menetukan tetapan kalorimeter
c. Untuk menentukan kalor reaksi dan kalor penetralan larutan

4. Manfaat
Manfaat praktikum percobaan termokimia adalah sebagai berikut :
a. Dapat memahami konsep tentang termokimia
b. Dapat mengetahui tentang cara penetuan tetapan kalorimeter
c. Dapat mengetahui cara menentukan kalor reaksi dan kalor penetralan

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Alat dan Bahan


1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan praktikum ini adalah gelas kimia 200 mL, termometer, buret dan
statif, gelas ukur 50 mL dan kalorimeter
1.2 Bahan

Bahannya yang digunakan adalah NaOH 2 M, logam Zn, HCl 2 M dan CuSO4 1 M.
2. Prosedur Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan tiga perlakuan. Perlakuan pertama yaitu untuk menentukan tetapan
kalorimeter. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan 20 mL air ke dalam kalorimeter
menggunakan gelas ukur lalu mencatat temperaturnya. Kemudiaan air 20 mL tersebut dipanaskan di dalam
gelas kimia hingga suhunya naik ±10 derajat diatas temperatur sebelumnya lalu dicatat pula hasilnya. Air panas
kemudian dicampurkan ke dalam kalorimeter lalu diaduk atau dikocok serta diamati dan dicatat perubahan
temperaturnya selama 10 menit dengan selang waktu satu menit setelah pencampuran. Setelah itu membuat
kurva pengamatan temperatur terhadap selang waktu untuk mengetahui harga penurunan temperatur air panas
dan kenaikan temperatur air dingin.

Perlakuan kedua dilakukan untuk menentukan kalor reaksi. Dimasukkan 40 mL larutan CuSO 4 1 M
kedalam kalorimeter untuk dicatat temperaturnya selama 2 menit dengan selang waktu ½ menit. Selanjutnya
ditimbang dengan teliti 3,00 – 3,10 gram bubuk Zn lalu dimasukkan ke dalam larutan CuSO 4 yang berada dalah
kalorimeter. Setelah itu dicatat perubahan temperatur selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit dan dibaut
grafik kenaikan temperatur untuk mengetahui kenaikan temperaturnya.

Perlakuan ketiga yaitu perlakuan terakhir dilakukan untuk menentukan kalor penetralan. Dimasukkan
20 cm3 HCl 2 M ke dalam kalorimeter lalu catat kedudukan termometer. Kemudian NaOH 2,05 M sebanyak 20
cm3 dicatat temperaturnya sedemikian rupa hingga temperaturnya sama dengan HCl. Selanjutnya NaOH
dicampurkan ke dalam kalorimeter lalu dicatat perubahan temperaturnya selama 5 menit dengan selang waktu
½ menit. Setelah itu dibuat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi lalu menghitung ΔH
penetralan jika kerapatan larutan = 1,03/cm3, dan kalor jenisnya 3,96 J/g.K.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

1.1 Tabel Data Pengamatan


1.1.1 Penetuan Tetapan Kalorimeter
T air dingin = 27° C
T air panas = 37° C
Waktu (s) 0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600

Suhu (°C) 33 33 32 32 31 31 31 31 31 31 31
T campuran = 31° C

1.1.2 Kalor Reaksi


T CuSO4 = 30° C
Waktu (s) 0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600
Suhu (°C) 42 44 47 49 49 50 51 51 51 51 51
T campuran = 51° C

1.1.3 Kalor Penetralan HCl & NaOH


T HCl = 27° C
Waktu (s) 0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600
Suhu (°C) 36 36 36 35 35 35 35 35 35 35 35
T campuran = 35° C

1.2 Analisis Data:


1.2.1 Perhitungan Penentuan Tetapan Kalorimeter
Diketahui : mair dingin : 20 gram Tdingin (T1) : 27 ºC
mair panas : 20 gram Tpanas (T2) : 37 ºC
Cair : 1gr/cm3 Tcampuran : 31 ºC
a. Perhitungan kalor air dingin:
Qair dingin = mair dingin x Cair x (Tcamp. - T1)
= 20 gram x 1gr/cm3 x (31 ºC - 27 ºC)
= 20 gram x 1gr/cm3 x 40C
= 80 J
Perhitungan kalor air panas :
Qair panas = mair panas x Cair x (T2 - Tcamp.)
= 20 gram x 1gr/cm3 x (37 ºC - 31 ºC)
= 20 gram x 1gr/cm3 x 6 ºC
= 120 J
Perhitungan kalor kalorimeter :
Qkal = Qpanas - Qdingin
= 120 J - 80 J
= 40 J
Perhitungan kapasitas kalor kalorimeter
Q kal
C=
Tcamp−Tdingin
40 J 40 J
¿ = =10 J /ºC
(31 ºC−27 ºC) 4 ºC

1.2.2 Perhitungan Kalor Reaksi CuSO4 – Zn


Diketahui : [CuSO4] : 1 M Massa Zn : 3,10 gram
V: CuSO4 : 40 mL Ar. Zn : 65
T: CuSO4 : 30 ºC Mr ZnSO4 : 161 g/mol
C: CuSO4 : 3,52 J/g 0C T.camp : 51 ºC
Mol CuSO4 = M.V = 1 x 0,04 =0,04 mol
gram Zn 3,10
Mol Zn = = =0,047 mol
Ar Zn 65
CuSO4 (aq) + Zn (s)  ZnSO4 (aq) + Cu (s)
M : 0,04 0,047
R : 0,04 0,04 0,04
S : - 0,007 0,04

C. CuSO4 = 3,25 J/gºC


m. ZnSO4 = 0,04 x Mr.ZnSO4 = 0,04x161 = 6,44 gram
Q.kal = C x (T.camp-T.CuSO4)
= 1,14 x (51 ºC-30 ºC)
= 1,14 x 21 ºC
= 23,94 J
Q. ZnSO4 = m. ZnSO4 x C. ZnSO4 x (T.camp – T.CuSO4)
= 6,44 x 3,52 x 21
= 439,53 J
Qsistem = Q.ZnSO4 + Qsistem + Qkal
1 = Q.ZnSO4 + Qsistem + Qkal
Qreaksi = - (Q.ZnSO4 + Qkal)
= - (439,53 J + 23,94 J)
= - 463,47 J
−463,47 J
Qreaksi/mol= =−11.586,74 j/ mol= 11,58674 Kj/mol
0,040
1.2.3. Perhitungan Reaksi Penetralan NaOH-HCl
Diketahui:
[NaOH] =2M Vcamp = 80cm3
[HCl] =2M
ρ camp = 1,03 g/mL T.HCl = 27 ºC
V.NaOH = 40 cm3 Tcamp = 35 ºC
V.HCl = 40 cm3 C = 3,69 J/gºC

Massa campuran = Vcamp x ρ camp


= 80 x 1,03 = 82,4 gram
HCl + NaOH  NaCl +H2O
M : 40 40
R : 40 40 40
S : - - 40

Q camp = 80 gram x 3,69 J/gºC x (51ºC - 30ºC)


= 80 gram x 3,69 J/gºC x 21ºC
= 6199,2 J
Qkal = C x ∆T
= 3,69 x (510C-300C)
= 77,49 J
Qreaksi = -(6199,2 J + 77,49 J)
= - 6.276,69 J
Qreaksi −6.276,69
Qreaksi/mol= = =−156.912,25 j/mol =-156,91225 Kj/mol
mol NaCl 0,040

1.3 Grafik
1.3.1 Grafik Tetapan Temperatur Kalorimeter

TETAPAN TEMPERATUR KALORIMETER


35
34
33
Suhu

32
31
30
0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600
Waktu

1.3.2 Grafik Kalor Reaksi Zn-CuSO4


KALOR REAKSI Zn - CuSO4
51
49
47

Suhu
45
43
41
0 60 120 180 240 300 360 420 480 540 600
Waktu

1.3.3 Grafik Kalor Penetralan HCl dan NaOH

KALOR PENETRALAN HCl DAN NaOH


39
38
37
Suhu

36
35
34
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Waktu

2. Pembahasan

Termokimia adalah kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia. Termokimia
adalah cabang dari termodinamika karena reaksi dan isinya membentuk sistem sebagian besar reaksi kimia
yang terjadi disertai dengan penyerapan dan perubahan energi. Ketika sistem bekerja/ melepaskan kalor ,
kemampuan untuk melakukannya kerja berkurang dengan kata lain energinya berkurang.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu
perubahan atau reaksi kimia. Kalirometer secara umum dirancang agar sistem berada dalam keadaan tersebut
agar tidak terjadi perpindahan energi maupun kalor antara sistem dan lingkungan.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tahapan kalorimeter yang digunakan. Tahapan kalorimeter ini
harus diukur untuk menegetahui jumlah kalori yang dapat serap oleh kalorimeter. Persatuan suhu perlu untuk
menegtahui tahapan kalorimeter terlebih dahulu. Untuk mengetahui kalorimeter maka dilakukan pencampuran
air dingin dan air panas yang telah diukur suhunya, yang memiliki suhu 10, setelah keduanya dicampurkan
kedalam kalorimeter , kemudian diaduk dan diamati temperatur selama 10 menit dengan sellang waktu 1 menit.
Setelah pencampuran pengadukan dilakukan untuk untuk memepercepat jalannya reaksi antara air panas dan air
dingin, tujuan digunakan air panas dan air dingin karena air dingin dalam kalorimeter akan menyerap kalor dan
air panas melepas kalor. Penetuan kalor reaksi secara kalorimeter didasarkan pada perubahan suhu larutan dan
kalorimeter dengan prinsip perpindahan kalor yaitu kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diserap.
Kalor reaksi adalah perubahan entalpi dari suatu reaksi atau kalor yang menyertai suatu reaksi. Reaksi
endokterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan kesistem., ditandai dengan
adanya penurunan suhu lingkungan disekitar sistem. Pada reaksi endeterm, entalpi sesudah reaksi menjadi
lebih besar sehingga OH positif. Sedangkan reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan
kalor dari sistem kelingkungan, ditandai dengan adanya kenaikan suhu lingkungan disekitar sistem. Pada reaksi
eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil sehingga OH negatif.
Pada percobaan ini digunakan larutan CuSO4 dan serbuk Zn. Percobaan dimulai dengan dimasukkannya
40 mL CuSO4 kedalam kalorimeter dan diukur suhunya. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan
serbuk Zn sebanyak 3,00-3,10 gr setelah diukur suhunya larutan CuSO4 konstal selama 2 menit dengan selang
wakktu 30 detik . Hal ini dilakukan untuk meengetahui temperatur awal dari larutan CuSO4 ssetelah 10 menit
dengan selang waktu 1 menit, tujuannya untuk menegetahui nilai temperatur konstan dari campuran tersebut.
Pada reaksi larutan yang ketiga adalah penetuan kalor penetralam HCl dan NaOh. Asam klorida (HCl) 2
M dimasukkan 20 mL kedalam kalorimeter dan dicatat temperaturnya. Setelah ditambhkan 20 mL natrium
hidroksida dengan temperatur sama dengan asam klorida dan dimati selama 5 menit setiap 30 detik sehingga
diporeh suhu masing masing pada setiap detiknya. Bisa dilihat pada keterangan hasil terkait kalor penetralan.
Pada percobaan tersebut mengalami perubahan suhu oleh pencampuran HCl dan NaOH.

KESIMPULAN

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap reaksi kimia akan selalu disertai dengan
perubahan energi. Perubahan energi ini dapat dilihat salah satunya dari perubahan suhu yang terjadi. Dari hasil
grafik semakin besarnya mol air/ mol etanol, maka semakin kecil pula kalor pelarutan (ΔH).

DAFTAR PUSTAKA

Irwandy. (2014). Kimia Teknik. Bogor: Ipb Press.

Manika, R., Fadiawati, N., & Tania, L. (2016). Alat Penentuan Kalor Reaksi Pada Tekanan Tetap. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia, 5(1), 101-113.

Nasution, M. Basir (2014). Perbandingan Kalor Hasil Reaksi Antara Air Panas Dengan Air Dingin, Asam Kuat
Dengan Basa Kuat Dan Asam Lemah Dengan Basa Kuat. Jurnal Termokimia.

Sulakhudin. (2019). Kimia Dasar: Konsep Dan Aplikasi Dalam Ilmu Tanah. Sleman: Deepublish.

Sulastri, Ratu Fazila Ramadhani. (2017). Buku Ajar – Dasar Kimia I. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press Darussalam.

Anda mungkin juga menyukai