Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 03
JUDUL PERCOBAAN

Nama : Verdy Bryanta Putra Barliansyah


NIM : 16622228
Kelompok : I
Shift : P-1.4
Asisten : Aldi Maulana Pohan
Tanggal Praktikum : 17 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan Laporan : 31 Oktober 2022

LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
PERCOBAAN III
PERUBAHAN ENERGI PADA REAKSI KIMIA

I. Tujuan Percobaan

a) Dapat menentukan kapasitas kalori meter.


b) Dapat menentukan kalor reaksi yang dilepaskan dari penetralan asam basa antara
senyawa HCl dan NaOH pada dua keadaan yang berbeda.
c) Dapat menentukan kalor dari reaksi penetralan larutan HCl dan padatan NaoH.
d) Dapat menentukan Kalor pelarutan dari larutan NaoH dan padatan NaOH
e) Dapat menentukan ∆ H solvasi dan Hukum Hess dari reaksi-reaksi yang
dieksperimenkan.

II. Teori Dasar

Termokimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan
kalor dalam suatu reaksi kimia. Perubahan kalor yang terlibat dalam suatu reaksi dapat
diukur melalui penyederhanaan berbagai parameter system dan lingkungan reaksi. Sistem
ini adalah semua bentuk proses yang terjadi di pusat perhatian praktisi dan sistem terdiri
dari :
1. sistem terbuka di mana sistem mengalami pertukaran energi dengan lingkungan
2. sistem tertutup di mana tidak ada materi yang dipertukarkan. akan
3. Sistem terisolasi jika tidak terjadi pertukaran materi antara sistem dan lingkungan
dalam sistem terisolasi.
Yang kedua adalah lingkungan. Artinya, lingkungan dapat didefinisikan sebagai
eksternal ke sistem. Dalam konsep termokimia, ada dua reaksi umum:
1. Reaksi endoterm: Ketika sistem menyerap energi dari lingkungan dalam reaksi ini,
suhu sistem naik dan suhu lingkungan turun. Pencairan es, proses fotosintesis
2. Dalam kehidupan sehari-hari kehidupan reaksi eksotermis melepaskan sistem atau
reaksi eksotermik di mana pelepasan panas menyebabkan suhu sistem turun dan suhu
lingkungan naik, melepaskan energi.
Dalam termokimia terdapat hukum yang disebut hukum Hess, yang menyatakan
bahwa perubahan entalpi hanya bergantung pada kondisi pra-reaksi dan produk akhir
reaksi. Rumus hukum Hess Hreaksi = Hproduk –∆HReaktan Kalorimeter akhir terjadi
secara adiabatik, tanpa panas yang keluar atau masuk, menurut satu prinsip, prinsip
Black. Yang memiliki rumus Qterima = Qlepas.
III. Alat dan Bahan

 Alat-alat : Kalorimeter sederhana, Batang pengaduk, Tabung reaksi, Gelas ukur 50 mL,
termometer
 Bahan-bahan : Larutan HCL 2 M, Larutan NaOH 2 M, Padatan NaOH, Akua dm

IV. Cara Kerja Dan Pengamatan

BAGIAN 1 : Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter

Dimasukkan 30 mL air keran dalam gelas kimia, lalu panaskan hingga suhu
mencapai ±60 derajat Celsius, kemudian dimasukkan 25 mL air dingin ke dalam
calorimeter dan dilakukan pengukuran suhu. Ketiga, 25 ml air keran yang sudah
dipanaskan di hotplate diukur suhunya, kemudian termometer didinginkan dengan cara
dicelupkan ke air dingin.Keempat, 25 ml air panas dan 25 ml air dingin dicampurkan ke
dalam kalorimeter, kemudian kalorimeter segera ditutup, serta pada saat yang sama,
stopwatch dinyalakan. Kelima, dalam hal pengadukan campuran didalam kalorimeter
dilakukan dengan cara digoyangkan secara perlahan dan hati-hati , kemudian setiap
rentang waktu 10 detik hingga 60 detik suhu campuran dicatat, kemudia dilanjutkan
dengan rentang 30 detik sehingga kemudian diperoleh minimal tiga data, dengan nilai
data yang konstan. Keenam, ditentukanya suhu akhir konstan yang dicapai , kemudian
tetapan kalorimeter 32,8(Ckal) dapat ditentukan, kemudian pada tahap terakhir
kalorimeter dibersihkan.

BAGIAN 2 : Penentuan Kalor Reaksi Penetralan: HCl(aq) + NaOH(aq)

Disiapkan sebuah gelas Styrofoam, Kemdian siapkan 25 mL larutan HCL 2 M


dimasukkan kedalam calorimeter dan kemudian tutup kalorimeter. Kemudian
dimasukkan 25 mL larutan NaOH 2 M diukur dan larutan NaOH di masukkan ke gelas
kimia 50 mL, suhu masing-masing larutan diukur. Kemudian stopwatch dinyalakan saat
dan larutan NaOH dipindahkan kedalam kalorimeter yang telah diisi 25 mL larutan HCL
2 M, lalu calorimeter tersebut ditutup. Campuran larutan tersebut diaduk dan suhu larutan
tersebut diukur setiap 10 detik hingga suhu maksimum atau suhu menurun konstan yang
diperoleh.

BAGIAN 3 : Penentuan Kalor Reaksi penetralan: HCl(aq) + NaOH(s)

Larutan HCI 2 M dicampurkan dengan akua dm 20 mL di dalam kalorimeter,


suhu larutan tersebut diukur dan dicatat. Padatan NaOH 2,00 g ditimbang. Stopwatch
dinyalakan, saat 0 detik padatan NaOH dimasukkan ke dalam kalorimeter. Kemudian
campuran tersebut diaduk dan suhu tersebut diukur setiap 10 detik hingga suhu
maksimum atau suhu menurun konstan diperoleh. Jumlah mol masing -masing pereaksi
dihitung dan pereaksi pembatas ditentukan, jumlah mol produk yang dihasilkan dihitung
dan kalor reaksi penetralan per mol dihitung.

BAGIAN 4: Penetralan Kalor Pelarutan: NaOH(a) → NaOH(aq)

Dimasukkan akua dm sebanyak 50 mL ke dalam kalorimeter, kemudian 6,00 g


padatan NaOH ditimbang. Stopwatch dinyalakan pada saat t=0 s padatan NaOH
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Kemudian campuran tersebut diaduk dan suhu
tersebut diukur setiap 10 detik hingga suhu mkasimum atau suhu menurun konstan.
Jumlah mol masing-masing pereaksi dihitung dan pereaksi pembatas ditentukan. Jumlah
mol produk yang dihasilkan hitung serta kalor reaksi penetralan per mol dihitung.

V. Hasil Pengamatan Dan Perhitungan

VI. Diskusi Dan Pembahasan

Reaksi Eksotermik dan Endotermik


Reaksi kimia, mengalami perubahan dari energi kimia menjadi energi kinetic molekul.
Peningkatan jumlah energi kinetik dari molekul yang menyebabkan peningkatan suhu
campuran reaksi. Saat system tidak terisolasi Sebagian energi berpindah ke lingkungan
menjadi panas.

Reaksi yang melepaskan panas dari sistem ke lingkungan disebut reaksi eksoterm. Reaksi
yang menghasilkan energi dalam produk disebut juga reaksi eksoterm. Aliran kalor dari
sistem ke lingkungan cenderung menaikkan suhu sampai tercapai thermal equilibrium
(kesetimbangan termal).

Reaksi yang menyerap atau mengonsumsi energi disebut reaksi endotermik. Saat panas
mengalir ke sistem dari lingkungan, suhu lingkungan cenderung lebih rendah sehingga turun.

Reaksi penetralan HCl (aq)+ NaOH (aq) pada bagian (2) merupakan reaksi yang bersifat
eksotermik, yaitu sistem melepaskan kalor ke lingkungan sehingga suhu termometer
cenderung naik. Suhu awal HCl (aq) dan NaOH (aq) yang semula 25 ⁰ C mengalami kenaikan
pada akhir reaksi menjadi 35 ⁰ C . Oleh karena itu kalor reaksi penetralannya berharga
negative (qreaksi = - 2,428 kJ)

Reaksi penetralan HCl(aq)+ NaOH (s) pada bagian (3) juga merupakan reaksi eksotermik
karena terdapat pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Kalor yang dilepas menyebabkan
kenaikan temperatur pada lingkungan sehingga terbaca pada termometer. (q reaksi=¿ - 4,556
kJ)

Pada bercobaan bagian (4) juga terdapat kenaikan temperatur yang terbaca oleh termometer.
Hal ini menunjukkan bahwa percobaan tersebut merupakan reaksi eksotermik
NaOH (s) → NaOH (aq) karena sistem juga melepas kalor ke lingkungan.

Menentukan Nilai Perubahan Entalpi Reaksi ∆ H


Reaksi dapat dilakukan pada volume konstan atau pada tekanan konstan. Pada percobaan
modul ini, reaksi diamati pada tekanan konstan menggunakan kalorimeter styrofoam.Pada
kondisi tekanan konstan, reaksi dapat mentransfer energi dalam bentuk panas dan kerja
ekspansi.

Hukum 1Termodinamika , ∆ E=q p + w

H=E + PV
∆ H =∆ E+ P ∆ V
∆ H =q p + w+ P ∆ V

P ∆ V =−w
∆ H =q p + w−w
∆ H =q p

Dalam reaksi kimia :


∆ H =H produk −H reaktan

Diperoleh ∆ H =q p , maka untuk menentukan ∆ H perlu dihitung kalor yang terlibat


dalam reaksi kimia tersebut. Untuk reaksi penetralan pada bagian (2) dan (3), ∆ H dapat
didefinisikan sebagai kalor yang terlibat dalam reaksi penetralan untuk menghasilkan 1
mol air sehingga ∆ H dapat ditentukan :
−q reaksi
∆ H =∆ H n= (tanda negatif menunjukkan reaksi tersebut bersifat eksotermik)
n H2O

Pada percobaan bagian (4) , pelarutan NaOH dalam air, ∆ H adalah kalor yang terlibat
dalam pelarutan 1 mol zat terlarut.
−q pelarutan
∆ H =∆ H sol = (tanda negatif menunjukkan reaksi tersebut bersifat eksotermik)
nNaOH
Menentukan Tetapan Kalorimeter (C ¿¿ kal)¿
Konstanta kalorimeter (C ¿¿ kal)¿ menunjukkan jumlah kalor yang diserap oleh
kalorimeter untuk menaikkan suhu sebesar 1derajat Celcius. Pengaturan kalorimeter
harus ditentukan dan dihitung secara pasti, karena kalor yang dilepaskan oleh sistem
selama reaksi juga diserap oleh kalorimeter.Oleh karena itu, percobaan pada modul ini
perlu menghitung konstanta kalorimeter agar perhitungan q dan ∆ H pada percobaan (2),
(3), dan (4) lebih akurat. Tetapan kalorimeter pada percobaan modul 03 ini ditentukan
pada percobaan bagian (1) dengan perhitungan:
m p ×c air × ( T p−T )=md × c air × ( T −T d ) +¿))

Dasar Pemilihan Suhu Akhir Campuran


Suhu akhir untuk setiap reaksi dapat ditentukan setelah memperoleh data suhu yang
relatif konstan. Suhu yang relatif konstan dipilih karena pada titik ini reaksi kimia
cenderung berakhir dan menghasilkan produk yang maksimal. Pada titik ini,
keseimbangan termal juga terjadi antara sistem dan lingkungan. Suhu akhir juga
menentukan jumlah ∆ T yang digunakan untuk menentukan q reaksi dan ∆ H pada
percobaan bagian (2), (3), dan (4). Suhu yang relatif konstan dipilih sebagai suhu akhir
sehingga panas reaksi dan perhitungan entalpi reaksi akan lebih akurat.
Perbandingan Perubahan Entalpi Pelarutan NaOH pada Perciobaan dan Hukum
Hess
Pada percobaan bagian (4) , diperoleh kalor yang terlibat dalam reaksi sebesar
−4,2752kJ karena bersifat eksotermik dengan perhitungan :
q reaksi=((m¿ ¿ air+mNaOH )× Sw +Ccal)× ∆ T ¿

(
q reaksi=− ( 56 gram ) × 4,2
J
g
. K +32,8
J
K )
×16 ℃

q reaksi=−71,253 kJ /mol

Dari data kalor yang terlibat dalam reaksi pada percobaan, dapat diperoleh nilai
perubahan entalpi pelarutan NaOH :
−q pelarutan
∆ H p=
nNaOH
−4,2752 J −28,501 J
∆ H p= = =−28,501 kJ /mol
0,15 mol

Menurut Hukum Hess, perubahan entalpi pelarutan NaOH dapat diperoleh dengan :

𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞 ) + 𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑠) ∆ H3
↓ ∆𝐻1
𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞 ) + 𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞 )
↓ ∆𝐻2
𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑎𝑞 )+ 𝐻2𝑂(𝑙)

∆ H p =∆ H 1=∆ H 3−∆ H 2

Dengan data :
∆ H 2 =−48,56 kJ /mol

∆ H 3 =−75,93 kJ /mol
kJ 27 ,37 kJ
Maka , ∆ H p =∆ H 1=−75,93 kJ /mol−(−48,56 ) = ¿−
mol mol

∆ H 1 percobaan −28,501kJ /mol


=
∆ H 1 hukumhess −27 ,37 kJ /mol

Perbedaan antara kedua tanggal tersebut terjadi karena ada beberapa kesalahan seperti
kesalahan praktikan, perbedaan penggunaan kalorimeter dalam pengumpulan data, dan
beberapa asumsi yang tidak berlaku dalam praktikum misalnya, jika suhu tidak konstan
dan berubah dengan cepat selama pengumpulan data, reaksi yang terjadi tidak akan
sempurna dan sama, sehingga mempengaruhi data yang digunakan untuk perhitungan.
Lalu juga adanya pertukaran energi ketika penutupan kalorimeter kurang rapat atau
terlalu lama sehingga adanya kalor sistem yang keluar ke lingkungan.

VII. Kesimpulan
a) Dari percobaan ini didapatkan kapasitas Kalorimeter menggunakan prinsip azas black
adalah 32,8 J/gr ° C.
b) Dari percobaan ini didapatkan besarnya perubaban entalpi reaksi penetralan larutan
HCl + larutan NaOH sebesar(∆ H)= -48,56 KJ/Mol dan tekanan konstan dalam kalori
meter sebesar (q = 2,428 kJ)
c) Dari percobaan ini kita dapat menentukan Kalor reaksi penetralan (q) untuk reaksi
penetralan 30mL larutan 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) 2M dengan 6 gram padatan 𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑠) pada kondisi
tekanan konstan dalam kalorimeter Styrofoam sebesar 𝑞𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = - 4,556 kJ dengan
perubahan entalpi penetralan sebesar ∆𝐻 = −75,93 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙 dan reaksi pembatas di
dalam reaksi tersebut.
d) Nilai entalpi pelarutan NaOH hasil percobaan sebesar ∆𝐻𝑝 = −28,501 kJ /mol
danentalpi pelarutan berdasarkan Hukum Hess sebesar ∆𝐻𝑝 = ∆𝐻1 = −27,37 kJ /mol
.Perbandingan nilai entalpi keduanya dapat dituliskan menjadi,
∆ H 1 percobaan −28,501
= kj/mol
∆ H 1hukum hess −27,37
VIII. Daftar Pustaka
 James Brady, Neil Jesperson, dan Alyson Hyslop 2015. Chemistry 7 th edition
(Halaman 272).
 Sudarmo, unggul 2013. Kimia untuk SMA/MA kelas XI, Jakarta. Penerbit Erlangga
(Halaman 57).

Anda mungkin juga menyukai