Anda di halaman 1dari 6

TEMPERATUR PADA REAKSI ASAM BASA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Menentukan kelarutan dan penentuan pengaruh temperatur terhadap
kelarutan suatu zat
b. Menghitung temperatur suatu zat
2. Waktu Praktikum
a. Hari/Tanggal : Minggu, 14 Mei 2017
b. Pukul : 06.00- selesai
3. Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas
Teknologi Pertambangan, Universitas Teknologi Sumbawa.

B. LANDASAN TEORI

Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada


konsentrasi ion H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam
larutan tersebut. Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk
menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen
mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama
dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan
dengan persamaan :

1. Derajat keasaman (pH)

Untuk air murni pada temperatur 25 C :

[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L

Sehingga pH air murni = log 10-7 = 7.

Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral


Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam

Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa

Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

Termokimia adalah cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan


isinya membentuk sistem. Jadi, kita dapat mengukur energi yang dihasilkan oleh
reaksi sebagai kalor yang dikenal sebagai q, bergantung pada kondisinya apakah
dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi (Atkins, 1999).
Termokimia mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia
dan perubahan-perubahan fisika(pelarutan, peleburan, dan sebagainya). Satuan
tenaga panas biasanya dinyatakan sebagai kalor, joule, atau kilokalori (Sukardjo,
1997).
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan dan atau pembentukkan ikatan
kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Panas reaksi
adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika reaksi kimia
berlangsung (Bird, 1993).
Secara eksperimen kalor reaksi dapat ditentukan dengan kalorimeter. Tapi
tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik. Penentuan
ini terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat seperti
pada reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan. Salah satu
penerapan dari kalorimeter adalah termos air panas. Termos air panas selalu
menjaga panas di dalam sistem agar tidak terjadi perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungannya. Prinsip kerja ini sama dengan prinsip kerja calorimeter.

4. Prinsip dan Aplikasi Percobaan


Penentuan tetapan kalorimeter dapat dilakukan dengan mencampurkan air
panas dan air dingin lalu mengukur suhunya selang waktu tertentu. Penentuan kalor
reaksi Zn dengan CuSO4 dapat ditentukan dengan mengukur suhu awal CuSO4 lalu
mencampurkan dengan Zn di dalam kalorimeter. Suhunya diukur pada selang waktu
tertentu. Penentuan kalor pelarutan etanol dan air dilakukan dengan mengukur suhu
awal air dan etanol lalu mencampurkannya ke dalam kalorimeter. Suhu
pencampuran diukur selama beberapa menit dengan selang waktu
tertentu.penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH adalah dengan mengukur suhu
asam dan basa lalu mencampurkan asam kuat dan basa kuat ke dalam kalorimeter
dan ukur suhu campurannya. Reaksi yang terjadi saat penetralan ini adalah
HCl + NaOH - NaCl +H2O
Aplikasi dari termokimia adalah penggunaan termos air panas. Dimana
termos air panas memiliki prinsip kerja yang sama dengan kalorimeter yaitu
mengisolasi kalor di sistem sehingga perpindahan kalor dapat diperlambat dan air
di dalam termos tetap panas.
1. Entalpi
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia
biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar.
Dalam banyak pembahasan kita akan memperhatikan perubahan entalpi standar H0
yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan
standar (Atkins, 1999).
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang melepas panas. Jika reaksi
berlangsung pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian H akan bernilai negatif karena
kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik
yaitu reaksi yang membutuhkan panas, berdasarkan perjanjian H akan bernilai
positif. (Bird, 1993).
Panas dilepaskan ke lingkungan atau diterima dari lingkungannya sekitar
oleh sistem dalam isohorik atau isobarik dan apabila suhu pertama sama dengan
suhu kedua kondisi ini disebut isotermal kalor reaksi. Syarat berikut yang harus
dilakukan saat proses berlangsung : a) suhu dari produk dan reaktan harus sama, b)
semua jenis kerja harus dimasukkan pada proses reaksi. Perubahan panas ditunjukan
oleh perubahan kalorimeter (Sidamonidze, 2002).
2. Panas Reaksi
Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi, produk, dan
reaktan pada volume konstan (E) atau pada tekanan konstan (H). Panas reaksi
dapat dinyatakan dengan kalorimeter. Harga E diperoleh apabila reaksi dilakukan
dengan kalorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan H adalah panas reaksi
yang diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu ukur yang diisolasi.
Karena proses diperinci dengan baik maka panas yang dilepaskan hanyalah fungsi-
fungsi keadaan yaitu Qp = H atau Qv = E. Besaran ini dapat diukur oleh
persamaan : (Dogra dan Dogra, 1990)
Q = E atau H = T1 T2 Ci (produk, kalorimeter) dT ...(2)
Dimana Ci dapat berupa Cv untuk pengukuran E dan Cp untuk H. Dalam banyak
percobaan, Ci untuk kalorimeter dijaga tetap konstan.
Panas reaksi dapat dibedakan menjadi: (Bird, 1993)
a. Panas pembentukan
Entalpi pembentukan molar standar (Hf) suatu senyawa adalaha
banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan kerika 1 mol senyawa tersebut
dibentuk unsur-unsurnya dalam keadaaan standar.
b. Panas pembakaran
Panas pembakaran suatu unsur atau senyawa adalah banyaknya panas yang
dilepaskan ketika 1 mol unsur atau senyawa tersebut terbakar sempurna dalam
oksigen.
c. Panas netralisasi
Panas netralisasi dapat didefinisikan sebagai jumlah panas yang dilepas
ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.
Panas netralisasi terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat dengan sedikit air
ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam kuat dan basa kuat akan
mudah terdissosiasi sempurna dalam bentuk ion di dalam larutan.
d. Panas pelarutan
Jenis panas reaksi yang lain adala panas yang dilepas atau diserap ketika
1mol senyawa dilarutkan dalam pelarut berlebih yaiyu sampai suatu keadaan
dimana pada penambahan pelarut selanjutnya tidak ada panas yang diserap atau
dilepaskan lagi. Panas pelaruta ada 2 macam yaitu panas pelarutan integral dan
panas pelarutan differensial. Besarnya panas pelarutan bergantung pada jumlah mol
pelarut dan zat terlarut.

e. Panas pengenceran
Panas pengenceran adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap
ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu.
3. Kalorimetri
Alat yang paling penting untuk mengukur U adalah kalorimeter bom
adiabatik. Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal dari dalam
wadah beervolume tetap yang disebut bom. Bom tersebut direndam di bak air
berpengaduk da keseluruhan alat itulah yang disebut kalorimeter dan di dalam bak
luar dipantau dan diatur sampai nilainya sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan
tidak adanya kalor yang hilang sedikitpun dari kalorimeter ke lingkungannya yaitu
bak air sehingga kalorimeter itu adiabatik (Atkins, 19990).
Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut
kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini
dapat terjadi karena kalorimeter sendiri (baik gelas, politena atau logam) menghisap
panas, sehingga tidak semua panas terukur (Bird, 1993).
Data isotermal titrasi kalorimetri (ITC) memiliki kesalahan yang relatif
tinggi pada pengukuran reaksi ikatan protein ligan. Ada beberapa yang diperlukan
sebagai standar validasi universal untuk titrasi kalorimetri. Beberapa garam
anorganik dan protonisasi buffer reaksi sudah disarankan sebagai kemungkinan
untuk entalpi standar. Beberapa kalorimeter komersial termasuk VP-ITC, ITC 200,
dan Nano ITC-III sudah valid, menggunakan standar reaksi (Baranauskien, et al,
2009).
Konduktivitas efektif termal ditentukan oleh temperatur terendah selama
siklus pendinginan menggunakan kalorimter dapat dibandingkan dengan nilai
pengukuran pada suhu ruang, sebelum dan sesudah kalorimeter diuji menggunakan
metode rencana transient (Bentz, et al, 2006).

C. CONTOH SOAL
1. Kalor reaksi yang terjadi pada reaksi 0,25 mol NaOH dengan 0,25 mol HCl,
jika diketahui perubahan entalpi pada reaksi:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) H = 56,60 kJ/mol
2. Berapa konsentrasi H+, HCOO, dan HCOOH dalam larutan asam formiat 0,1
M, jika derajat ionisasinya 1,5%.

Anda mungkin juga menyukai