Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LARUTAN NON ELEKTROLIT HUKUM RAOULT

Oleh : Kelompok 2 Kelas C

Adisty Caesari Bona Tua Ella Melyna

0907133150 0907136116 0907114082

Rahmat Afandi 0907114257

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2011

BAB I TEORI 1.1 Hukum Raoult Dalam larutan ideal, semua mengikuti kompenen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Bunyi dari hukum Raoult adalah: tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut. Secara matematis ditulis sebagai : Plarutan= Xterlarut . Ppelarut(1) Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia diantara komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun tidak ideal. Tetapi hukum Raoult tidak berlaku bagi larutan tidak ideal encer. Perbedaan ini bersumber pada kenyataan molekul-molekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal ini menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tidak ideal encer mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult. 1.2 Larutan Ideal Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik molekul-molekul komponennya sama dengan gaya tarik menarik anatara molekul dari masingmasing komponennya. Jadi, bila larutan zat A dan B bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B, sama dengan gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B (Sukardjo, 1990 ). Bila dua cairan bercampur, maka ruang diatasnya berisi uap kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen di ruangan itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh cairan murni, karena permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya masing-masing. Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult. Sebenarnya tidak ada campuran yang bisa dibilang ideal. Tapi beberapa campuran

larutan kondisinya benar-benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya:

hexana dan heptana benzena dan methylbenzena propan-1-ol dan propan-2-ol

Dalam campuran dua larutan yang dapat menguap, hukum Raoult juga dapat digunakan (Jim, 2007). Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan energinya untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan diri untuk kemudian menjadi uap. Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang dapat melepaskan diri pada suhu tertentu. Pada suhu tertentu, sebagian dari molekul-molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan larutan (Jim, 2007). Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, kecenderungan dari dua macam molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah. Jadi, apabila proporsi dari tiap jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama maka hanya ada separuh dari tiap jenis molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada suatu waktu tertentu. Apabila komposisi tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk melepaskan diri juga akan berubah. Oleh karena itu, campuran yang disebut larutan ideal biasanya adalah campuran dua jenis zat yang memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya tarik Van der Waals yang sama. Namun besar molekul keduanya tidak persis sama sehingga walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan merupakan campuran ideal (Jim, 2007). Campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai energi entalpi sebesar nol. Jadi, apabila suhu campuran naik atau turun pada saat keduanya dicampur berarti campuran tersebut bukan campuran ideal (Jim ,2007). Menurut hukun Raoult tekanan uap Parsial A berlaku: PA = XA PoA ...............................................................(2) Sedangkan untuk tekanan uap parsial B berlaku :

PB = XB PoB ...............................................................(3) PoA = tekanan uap A ( yaitu cairan murni ) PoB = tekanan uap B XA = mol A/ jumlah mol A dan B XB = mol B/ jumlah mol A dan B XA dan XB disebut fraksi mol. Jumlah tekanan uap (P) menurut hukum Dalton adalah: P = PA + PB ................................................................(4) 1.3 Penyimpangan Hukum Raoult Penyimpangan Hukum Raoult terjadi karena perbedaan interakasi antara partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik A- B lebih besar dari A-A atau B-B maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya jumlah tekanan uap kedua kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal, ini disebut dengan penyimpangan negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih kecil daripada daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya (Syukri,1999). Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan uap lebih rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga mengurangi kecenderungannya untuk lari ke fase uap. Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air. Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik satu sama lain. Contoh penyimpangan positif terjadi pada campuran etanol dan nhekasana (Oxtoby, 2001).

Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah suhu, ini berarti bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri dari permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada suhu yang sama, sebuah larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri. Ada dua cara untuk melihat hal ini, yaitu 1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan mudahnya dari permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler relatif lemah. Dengan demikian, tidak perlu memanaskannya dengan suhu terlalu tinggi untuk memutuskan semua daya tarik intermolekuler tersebut dan membuat larutan ini mendidih. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah. 2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, tidak perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Di lain pihak, apabila tekanan uapnya rendah, harus meningkatkan tekanan uapnya setinggi-tingginya sampai besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.Sekali lagi, dua larutan pada suhu yang sama. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.

BAB II PERCOBAAN 2.1 Alat yang digunakan Alat refluks Termometer Heating mantel Pecahan porselen Standar besi Gelas ukur (10ml) Corong Gelas kimia Labu didih leher tiga

2.2 Bahan-bahan yang digunakan Etil asetat Aseton

2.3 Prosedur Percobaan 1. Pasangkan alat refluk, yang terdiri dari labu leher tiga dan sebuah pendingin yang dipasang terbalik. Hal yang perlu diperhatikan dalam merangkai alat refluks: a) Termometer tercelup ditengah-tengah cairan, namun jangan sampai menyentuh dinding gelas labu refluks dan ditambahkan batu didih. b) Setiap kali memasukkan kedua cairan, sumber panas/listrik harus dimatikan, mengingat cairan organik yang digunakan mudah terbakar. 2. Tuangkan 10 ml etil asetat ke dalam labu refluks dengan corong melalui lubang pemasukkan cairan. Panaskan sampai mendidih dan catat suhunya.

3. Cabut stop kontak listrik, tunggu larutan agak dingin selanjutnya tuangkan 3 ml aseton ke dalam labu. Panaskan perlahan-lahan sampai mendidih dan setelah suhu tetap catat suhu didihnya. 4. Demikian seterusnya diulangi setiap kali dengan penambahan 3 ml aseton sampai jumlah aseton yang ditambahkan mencapai 10 ml; setiap kali sesudah penambahan, campuran dipanaskan serta dicatat titik didihnya. 5. Kemudian tuangkanlah campuran ini kedalam wadah kosong yang tertutup rapat dan aman. 6. Keringkan labu refluk itu dengan jalan diangin-anginkan 7. Setelah kering betul, tuangkanlah 10 ml aseton kedalam labu refluk, panaskan dengan hati-hati dan catat suhu didihnya. 8. Matikan mantel pemanas, tunggu larutan agak dingin lalu tambahkan 3 ml etil asetat, panaskan perlahan-lahan dan catat suhu didihnya. Demikian seterusnya sampai jumlah etil asetat yang ditambahkan mencapai 10 ml. Setiap kali penambahan etil asetat, dicatat suhu didihnya. 2.4 Pengamatan Etil asetat dicampur dengan aseton suhunya semakin menurun, sedangkan ketika aseton dituangkan etil asetat suhunya semakin meningkat.

BAB III HASIL DAN DISKUSI

3.1. Hasil Percobaan Tabel 3.1.1 Pengamatan Komposisi Etil Asetat Terhadap Titik Didih Campuran Etil Acetat (ml) Aseton (ml) 10 0 10 3 10 6 10 10 7 10 3 10 0 10 3.2 Diskusi Titik didih larutan dipengaruhi oleh fraksi mol. Perubahan fraksi mol zat terlarut mengakibatkan perubahan titk didih campuran. Pada percobaan didapatkan titik didih campuran menurun seiring dengan menurunnya fraksi mol etil asetat. Etil asetat dicampur dengan aseton suhunya semakin menurun, hal ini dikarenakan fraksi mol etil asetat juga semakin menurun dalam campurannya, jadi titik didih campurannya juga menjadi turun. Sedangkan ketika aseton dituangkan etil asetat suhunya semakin meningkat, hal ini dikarenakan fraksi mol etil asetat juga semakin meningkat dalam campurannya, jadi titik didih campurannya juga menjadi naik. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini hubungan antara komposisi dengan titik didih campuran. Fraksi Mol Etil Asetat 1 0.713842005 0.516698715 0.428039308 0.343771879 0.183347855 0 Titik Didih (oC) 77.5 72 67 64 62 59 57

Gambar 3.1 Hubungan Komposisi Dengan Titik Didih Campuran Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara komposisi dengan titik didih campuran berbanding lurus, semakin banyak komposisi larutan tersebut (fraksi mol nya besar) maka titik didihnya juga semakin meningkat. Dari grafik dibawah ini juga dapat dilihat, dengan meningkatnya fraksi mol etil asetat menyebabkan titik didih campuran etil asetat dan aseton juga meningkat. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan positif. Hal ini disebabkan karena ikatan campuran antara etil asetat dan aseton lebih lemah/kecil daripada ikatan molekul sejenis (etil asetatetil asetat atau aseton-aseton) sehingga menyebabkan tekanan uap pelarut campuran lebih besar daripada tekanan uap pelarut murni. Maka reaksi yang terjadi adalah bersifat endotermis (H positif).

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Etil Asetat Dengan Titik Didih Campuran

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Campuran etil asetat dan aseton merupakan larutan non ideal 2. Hubungan antara komposisi dengan titik didih berbanding lurus, semakin besar fraksi mol etil asetat, titik didih campuran juga semakin tinggi 3. Pada campuran etil asetat dengan aseton terjadi penyimpangan positif, hal ini disebabkan karena ikatan campuran antara etil asetat dan aseton lebih lemah/kecil daripada ikatan molekul sejenis (etil asetat-etil asetat atau aseton-aseton) sehingga menyebabkan tekanan uap pelarut campuran lebih besar daripada tekanan uap pelarut murni. 4.2. Saran 1. Berhati-hatilah bekerja dengan etil asetat dan aseton karena zat ini mudah terbakar dan beracun 2. Diharapkan praktikan untuk menggunakan masker

BAB V PERTANYAAN 5.1. Pertanyaan 1. Bagaimana sifat campuran dalam percobaan ini; ideal atau tidak? Kalau tidak ideal, penyimpangan mana yang dapt dilihat? Jawab: Campuran antara etil asetat dengan aseton merupakan larutan tidak ideal dan terjadi penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan positif.

DAFTAR PUSTAKA Clark, Jim. 2007. Hukum Raoult. http://www.chem-is-try.org. Diakses Tanggal 6 Mei 2011. Dogra, SK dan S. Dogra. 1984. Kimia Fisika Dan Soal-Soal. Jakarta : UI Press Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Jakarta : Erlangga. Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta Syarif, Fauzi. 2009. Hukum Raoult. Syariffauzi.wordprss.com/2009/01/28/hukumraoult/). Diakses Tanggal 11 Mei 2011. Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB Press. Bandung. Yelmida. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru : UNRI.

PERHITUNGAN Senyawa Etil Asetat Aseton Berat Molekul (gr/mol) 88.12 58.08 Massa Jenis (gr/cm3) 0.897 0.79

a. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 10:0 (ml)

b. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 10:3 (ml)

c. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 10:7 (ml)

d. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 10:10 (ml)

e. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 7:10 (ml)

f. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 3:10 (ml)

g. Perhitungan campuran etil asetat : aseton = 0:10 (ml)

Anda mungkin juga menyukai