Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN 7

KESETIMBANGAN REAKSI

Nama : Alda Gracia Virginia Lumihi


NIM : 20101105081
Kelompok : 4 (empat)
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Drs. Johnly Alfreds Rorong, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2020

“KESETIMBANGAN KIMIA”
I.TUJUAN
1.1 Memahami konsep kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
1. 2 Menghitung harga konstanta kesetimbangan berdasarkan percobaan

II.DASAR TEORI
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan sewaktu konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah
terhadap waktu (Sujana : 2002 : 133). Pada umumnya suatu reaksi kimia yang berlangsung spontan
akan terus berlangsung sampai dicapai keadaan kesetimbangan. Berbagai hasil percobaan menunjukkan
bahwa dalam suatu reaksi kimia, perubahan reaktan menjadi produk pada umumnya tidak
sempurna, meskipun reaksi dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Umumnya pada permulaan reaksi
berlangsung, reaktan mempunyai laju reaksi tertentu. Kemudian setelah reaksi berlangsung konsentrasi
akan semakin berkurang sampai akhirnya menjadi konstan. Keadaan setimbang akan dicapai apabila dua
proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi tidak lagi
mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar (Anisti : 2006 : 34).
Pada keadaan setimbang, jumlah molekul akan tetap. Oleh karena itu ketika keadaan
kesetimbangan tercapai tidak terjadi perubahan sifat makroskopis zat. Akan tetapi reaksi penguraian dan
pembentukan tetap berlangsung secara terus menerus tidak kunjung berhenti secara mikroskopis,
sehingga reaksi kesetimbangan disebut dengan kesetimbangan dinamis. Dimana pada keadaan
kesetimbangan dinamis, sekalipun secara makroskopis tidak terjadi perubahan, tetapi secara mikroskopis
tetap terjadi perubahan yang terus-menerus.
Reaksi kesetimbangan dapat digolongkan berdasarkan fasa dari zat yang bereaksi dan hasil
reaksinya, sehingga dikenal dua jenis reaksi kesetimbangan yaitu reaksi kesetimbangan homogen dan
heterogen (Aris Kristianto : 1999 : 104).  Reaksi kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan
dimana fasa dari zat-zat yang bereaksi denga zat-zat hasil reaksi sama, yaitu gas atau larutan. Sedangkan
kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang memiliki fasa reaktan dan produk yang tida
sama (berbeda).
Tetapan kesetimbangan dilambangkan dengan Kc yang menyatakan tetapan kesetimbangan
berdasarkan konsentrasi (C = concentration) (Hariono : 2000 : 221). Tetapan kesetimbangan ini sering
dilambangkan dengan K saja. Untuk kesetimbangan zat dalam wujud gas, tetapan kesetimbangan
dilambangkan dengan Kp yang menyatakan tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan (P = pressure).
Penentuan tetapan kesetimbangan tergantung pada jenis reaksi, homogen atau heterogen. Dalam
kesetimbangan kimia, fasa padat tidak disertakan dalam persamaan konstanta kesetimbangan kimia
karena konsentrasi padatan  relatif konstan.
Pada tahun 1864, Cato Guldberg dan Peter Waage ilmuan dari Norwegia merumuskan hubungan
antara konsentrasi zat-zat yang berada dalam kesetimbangan (Saeful Rohman : 2003 : 90). Hubungan ini
dikenal dengan Hukum Kesetimbangan Kimia atau Hukum Aksi Massa. Menurut Hukum Aksi Massa,
”untuk reaksi kimia pada suhu tertentu, perbandingan hasil kali konsentrasi zat-zat di ruas kanan dengan
hasil kali konsentrasi zat-zat di ruas kiri, yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya,
akan menghasilkan suatu bilangan yang tetap (konstan)” .
Dinyatakan : aA + bB ↔ cC + dD dimana a, b, c, dan d adalah koefisien stokiometri dari A, B, C, dan D.
Tetapan kesetimbangan (Kc) untuk reaksi tersebut pada suhu tertentu dapat dinyatakan :

Harga tetapan kesetimbangan sangat berguna baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Secara kuantitatif, memungkinkan untuk menghitung konsentrasi pereaksi ataupun hasil reaksi dalam
sistem kesetimbangan, sedangkan secara kualitatif, dapat memberikan informasi tentang sejauh mana
reaksi berlangsung kearah reaksi sempurna.
Henri Louis Le Chatelier (1884) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar tehadap
kesetimbangan dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai berikut: ”Bila terhadap
suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang
cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut”.
Artinya : Bila pada sistem kesetimbangan terdapat gangguan dari luar sehingga kesetimbangan dalam
keadaan terganggu atau rusak maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga gangguan
itu berkurang dan bila mungkin akan kembali ke keadaan setimbang lagi Cara sistem bereaksi adalah
dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan.
Pergeseran kesetimbangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain temperatur,
konsentrasi, tekanan dan volume, penambahan katalis.
1.      Pengaruh konsentrasi
Jika konsentrasi salah satu komponen tersebut diperbesar, maka reaksi sistem akan mengurangi
komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka reaksi sistem akan
menambah komponen itu.
2.      Pengaruh suhu / temperatur
Jika suhu atau temperatur suatu sistem kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem
menurunkan temperatur, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak
reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi
eksoterm.
3.      Pengaruh tekanan dan volume
Perubahan tekanan dan volume hanya berpengaruh pada kesetimbangan yang melibatkan gas.
Pada suatu reaksi kesetimbangan, pengaruh penambahan tekanan sama dengan pengaruh pengurangan
volume. Demikian pula pengaruh pengurangan tekanan sama dengan pengaruh penambahan volume.
4.      Pengaruh katalis
Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi. Hal ini berlaku juga untuk reaksi
kesetimbangan. Akan tetapi, Katalis tidak menggeser kesetimbangan melainkan hanya mempercepat
tercapainya kesetimbangan. Dengan ada atapun tidak ada katalis, komposisi kesetimbangan akan tetap
sama.

III.ALAT DAN BAHAN


1.      Alat
a.       Gelas kimia
b.      Gelas ukur
c.       Pipet tetes
d.      Tabung reaksi
2.      Bahan
a.       KSCN 0.002 M
b.      FeCl3 0.2 M
c.       KH2PO4 0.2 M

IV.PROSEDUR KERJA
1.      Kesetimbangan besi (III) tiosianat
a.       Memasukkan 10 ml KSCN 0.002 M kedalam sebuah gelas kimia lalu menambahkan 2 tetes
FeCl3 0.2 M kemudian diaduk
b.      Membagi larutan yang terbentuk kedalam 4 tabung reaksi sebanyak masing-masing 2 ml
1)        Tabung 1 sebagai pembanding
2)        Menambahkan 10 tetes KSCN 0.002 M kedalam tabung 2
3)        Menambahkan 3 tetes FeCl3 0.2 M kedalam tabung 3
4)        Menambahkan 5 tetes KH2PO4 0.2 M kedalam tabung 4
c.       Mengamati dan mencatat semua perubahan yang terjadi
2.      Penentuan harga tetapan kesetimbangan
a.    Menyediakan 4 tabung reaksi (jenis tabung reaksi harus sama)
b.    Memasukan 5 ml KSCN 0.002 M kedalam masing-masing tabung
c.    Menambahkan 5 ml FeCl3 0.2 M kedalam tabung 1, simpan sebagai standar
d.   Masukan 10 ml FeCl3 kedalam gelas kimia 100 ml dan menambahkan air sampai volume 25 ml.
Memasukan 5 ml larutan ini kedalam tabung 2. Sisa larutan akan digunakan pada langkah berikutnya
e.    Mengambil 10 ml larutan FeCl3 dari sisa percobaan langkah d dan menambahkan air sampai
volume 25 ml. Memasukan 5 ml larutan ini kedalam tabung 3. Sisa  larutan akan digunakan pada
langkah berikutnya
f.     Mengambil 10 ml larutan FeCl3 dari sisa percobaan langkah e dan menambahkan air sampai
volume 25 ml. Memasukan 5 ml larutan ini kedalam tabung 4. Sisa  larutan akan digunakan pada
langkah berikutnya
g.     Membandingkan warna larutan pada tabung 2, 3, dan 4 dengan tabung 1 (sebagai setandar) untuk
menghitung konsentrasi ion FeSCN2+.

V. HASIL PENGAMATAN
Menghitung Fe3+ mula-mula 2 x
Tabung 1 = 0.2
Tabung 2 : (Fe3+) mula-mula 2 x
0.2 x 2 x 0.2 = 0.08
Tabung 3 : (Fe3+) mula-mula 2 x
0.08 x 2 x 0.2 = 0.032

Tabung 4 : (Fe3+) mula-mula 2 x


0.032 x 2 x 0.2 = 0.0128

KSCN  ↔   K+          +          SCN-
0.002               0.002               0.002

Pembagi tinggi
D1 / dx
Tabung 1 : 5 / 5 = 1
Tabung 2 : 5 / 5.2 = 0.96
Tabung 3 : 5 / 5.1 = 0.98
Tabung 4 : 5 / 5.5 = 0.90

[FeSCN2+]stb (A)
Tabung 1 : 1 x [0.2 + 0.02] = 0.11
                             2
Tabung 2 : 0.96 x [0.08 + 0.02] = 0.048
                             2
Tabung 3 : 0.98 x [0.032 + 0.02] = 0.025
                             2
Tabung 4 : 0.90 x [0.128 + 0.02] = 0.014
                             2
[SCN-]stb (B)
[SCN]mula-mula – [FeSCN2+]
Tabung 1. 0.002 - 0.11 = -0.108
Tabung 2. 0.002 - 0.048 = -0.046
Tabung 3. 0.002 – 0.025 = -0.023
Tabung 4. 0.002 – 0.014 = -0.012
[Fe3+]stb (C)
[Fe3+]mula-mula - [FeSCN2+]stb
Tabung 1. 0.2 – 0.11 = 0.09
Tabung 2. 0.08 - 0.048 = -0.032
Tabung 3. 0.32 – 0.025 = -0.295
Tabung 4. 0.128 – 0.014 = 0.0012

1.      Kesetimbangan besi (III) Tiosianat


Pengamatan
Seketsa langkah kerja Warna
Tabung ke
larutan
10 ml KSCN + 2 tetes FeCl3 1 Kuning pias
10 ml KSCN + 2 tetes FeCl3 +
2 Bening
10 tetes KSCN
10 ml KSCN + 2 tetes FeCl3 + 3
3 Coklat
tetes FeCl3
10 ml KSCN + 2 tetes FeCl3 + 5
4 Kuning pias
tetes KH2PO4
2.      Penentuan Harga Tetapan Kesetimbangan
Pengamatan
Seketsa Langkah Kerja
Tabung ke Warna larutan
5 ml KSCN + 5 ml
1 Coklat pekat
FeCl3
5 ml larutan FeCl3 +
2 Coklat
air
5 ml larutan FeCl3 +
3 Kuning
air
5 ml larutan FeCl3 +
4 Kuning pias
air

Tabung [Fe3+] [SCN] D1 / dx [FeSCN2+]stb [SCN]stb [Fe3+]


mula 2 x mula 2 x A B C
1 0.2 0.002 1 0.11 -0.108 0.09
2 0.08 0.002 0.96 0.048 -0.046 0.032
3 0.032 0.002 0.98 0.025 -0.023 0.295
4 0.0128 0.002 0.90 0.014 -0.012 -0.0012

Tabung AxBxC (A x B) / C A / (B x C)
1 -0.00106 -0.132 -0.088
2 -0.00007 -0.069 -0.030
3 -0.00016 -0.0019 0.271
4 0.0000002 0.14 0.001
VI. PEMBAHASAN
Kesetimbangan adalah ketika dua proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi
yang sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar. Praktikum
mengenai kesetimbangan kimia ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami konsep kesetimbangan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dapat menghitung harga konstanta kesetimbangan
berdasarkan percobaan yang akan dilakukan.
Percobaan pertama, kita masukkan 10 ml KSCN 0.002 M kedalam sebuah gelas kimia lalu
ditambahkan 2 tetes FeCl3 0.2 M kemudian diaduk. Setelah itu kita siapkan 4 buah tabung reaksi kecil, 4
tabung tersebut kita isi dengan larutan yg telah terbentuk pada langkah pertama. Tabung 1 kita jadikan
sebagai pembanding, pada tabung 2 kita tambahkan larutan KSCN 0.002 M sebanyak 10 tetes, pada
tabung 3 kita tambahkan larutan FeCl3 0.2 M sebanyak 3 tetes, dan pada tabung 4 kita tambahkan larutan
KH2PO4 0.2 M sebanyak 5 tetes.
Pada awalnya semua larutan yang berada di semua tabung berwarna kuning pias sebelum
ditambahkan larutan lain. Tabung  2 setelah ditambahkan larutan KSCN 0.002 M warnanya menjadi
bening, tabung 3 setelah ditambahkan larutan FeCl3 0.2 M warnanya menjadi coklat, dan tabung 4 setelah
ditambahkan larutan KH2PO4 0.2 M warnanya tetap kuning pias. Perubahan warna larutan tersebut
menandakan bahwa sistem telah mencapai kondisi setimbang.
Percobaan kedua, kita siapkan 4 tabung reaksi dengan ukuran yang sama. Setelah itu kita
masukkan larutan KSCN 0.002 M sebanyak 5 ml kedalam tiap-tiap tabung tersebut lalu kita tambahkan
larutan FeCl3 0.2 M sebanyak 5 ml kedalam tabung 1 dan simpan sebagai standar. Kemudian kedalam
gelas kimia 100 ml kita masukkan larutan FeCl3 sebanyak 10 ml dan ditambahkan dengan air sebanyak 15
ml. Dari larutan tersebut kita ambil sebanyak 5 ml kemudian kita masukkan kedalam tabung 2 dan
sisanya kita ambil 10 ml larutan tersebut dan ditambahkan air sebanyak 15 ml kemudian kita ambil
kembali sebanyak 5 ml untuk dimasukkan kedalam tabung 3. Sisa larutan tersebut kita ambil sebanyak 10
ml kemudian kita tambahkan air kembali sebanyak 15 ml dan kita ambil 5 ml dari larutan tersebut untuk
dimasukkan kedalam gelas kimia 4.
Setelah itu kita bandingkan warna larutan dari ke 4 tabung tersebut dengan tabung 1 sebagai
standar warnanya. Larutan pada tabung 1 berwarna coklat pekat, larutan pada tabung 2 berwarna coklat,
larutan pada tabung 3 berwarna kuning, dan larutan pada tabung 4 berwarna kuning pias. Dari hasil
tersebut dapat kita simpulkan bahwa konsentrasi dapat mempengaruhi kesetimbangan. Selain kita
bandingkan warna larutan dari ke 4 tabung tersebut, kita ukur pula tinggi larutannya. Karena tabung 1 kita
gunakan sebagai standar maka yang pertama kita ukur yaitu larutan pada tabung 1 dan mendapat hasil
setinggi 5 cm. Tabung 2 setinggi 5.2 cm, tabung 3 setinggi 5.1 cm, dan tabung 4 setinggi 5.5 cm.

VII. KESIMPULAN
1.      Kesetimbangan adalah ketika dua proses yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang
sama dan konsentrasi tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan antara lain, konsentrasi, suhu, tekanan, volume,
dan katalis.
3.      Pada hasil percobaaan pertama, larutan pada tabung 1 berwarna kuning pias, larutan pada tabung 2
berwarna bening, larutan pada tabung 3 berwarna coklat, dan larutan pada tabung 4 berwarna kuning pias.
4.      Perubahan warna larutan tersebut menandakan bahwa sistem telah mencapai kondisi setimbang.
5.      Pada hasil percobaan kedua, larutan pada tabung 1 berwarna coklat pekat, larutan pada tabung 2
berwarna coklat, larutan pada tabung 3 berwarna kuning, dan larutan pada tabung 4 berwarna kuning pias.
6.      larutan pada tabung 1 setinggi 5 cm, larutan pada tabung 2 setinggi 5.2 cm, larutan pada tabung 3
setinggi 5.1 cm, dan larutan pada tabung 4 setinggi 5.5 cm.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
  Schultz, Mary Jane (1999). "Why Equilibrium? Understanding Entropy of Mixing". Journal of
Chemical Education. 76 (10): 1391.

IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. (the "Gold Book") (1997). Online
corrected version:  (2006–) "chemical equilibrium
 
Brady, James E. Chemistry: Matter and Its Changes (edisi ke-4th). Fred Senese.

http://isminuruladillah.blogspot.com/2015/11/laporan-praktikum-kesetimbangan-kimia.html

Atkins, Peter; De Paula, Julio (2006). Atkins' Physical Chemistry (edisi ke-8th). W. H. Freeman.


hlm. 200–202.

Clugston, Michael J. (1990). "A mathematical verification of the second law of thermodynamics
from the entropy of mixing". Journal of Chemical Education. 67 (3): 203. 

Anda mungkin juga menyukai