Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

“Identifikasi Gugus Senyawa Organik”

Dosen Pengampu : Elly Juliana Suoth S.Si, M.Farm

Disusun oleh:

Pricilia Kesia Ticoalu


20101105039

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
1. Tujuan Praktikum :
Mengidentifikasi gugus fungsi senyawa organik melalui kelarutannya.

2. Dasar Teori
Gugus fungsi adalah kumpulan atom yang melekat pada senyawa dan memiliki
fungsi memberikan sifat yang khas pada sifat fisik serta kimia. Senyawa organik
mempunyai gugus yang sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama.
Tujuan dari identifikasi untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat dalam
suatu senyawa melalui reaksi kimia. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat
tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang dimilikinya namun ada juga
beberapa senyawa yang memiliki gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang
sama. Gugus fungsi yang dalam senyawa organaik yaitu alkohol, aldehida, keton,
asam karboksilat, amina, eter, dan ester (Prasojo,2010).
Asam karboksilat memiliki gugus fungsi karboksil (-COOH) yang namanya
diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya yaitu gugus karbonil (-C=O) dan gugus
hidroksil (-OH). Dalam asam karboksilat gugus –COOH terikat pada gugus alkil (-R)
atau gugus aril(Ar-). Meskipun yang mengikat gugus –COOH dapat berupa gugus
alifatik atau aromatic, jenuh atau tak jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi, titik
didih tinggi. Asam karboksilat mempunyai sifat fisik berwujud cair tidak berwarna,
dapat larut dalam air jika memiliki suku rendah. Asam karboksilat memiliki sifat polar
karena memiliki gugus hidroksil, kereanktifan asam karboksilat akan semakin rendah
jika jumlah rantai atau atom karbon semakin panjang. Asam karboksilat memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya asam asetat yang sering
digunakan sebagai cuka makanan dan cuka apel.(Parlan dan Wahjudi, 2003).
Keton adalah senyawa yang mengandung gugus karbonil (-C=O-) dalam senyawa
organik yang memiliki rumus umum CnH2nO. Keton bersifat polar karena
mengandung gugus kabonil, lebih mudah meguap, dapat menghasilkan alkohol
sekunder, keton juga dpat digunakan sebagai pembersih cat kuku, sebagai pelarut
organik (Petrucci, 1987).
Alkohol disebut juga etanol yaitu salah satu gugus senyawa organik. Alkohol
memiliki gugus –OH dan rumus umumnya adalah CnH2n+1OH. alkohol mempunyai
sifat mudah larut dalam air, bersifat polar namun kepolarannya dapat berkurang jika
rantai alkilnya semakin panjang. Alkohol biasanya digunakan dalam bidang kesehatan
contohnya sebagai pembunnuh kuman (Parlan dan Wahjudi, 2003).
3. Alat dan Bahan

a. Alat
 Tabung Reaksi 10 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah
 Penjepit tabung reaksi 1 buah
 Pipet 6 buah
 Batang pengaduk kaca 1 buah

b. Bahan
 Larutan cuka apel (A)
 Larutan pembersih kuku (B)
 Larutan Pembersih tangan (C)
 Disinfektan (D)
 Larutan Pengawet mayat (E)
 Larutan NaOH 5%
 Larutan H2SO4 pekat
 Larutan HCl 5%
 Aquades

4. Cara Kerja
a. Kelarutan dalam air
1. Tambahkan 10 larutan sampel (A, B, C, D, dan E) secara bergantian ke
dalam 1 mL aquades dalam tabunng reaksi.
2. Aduk perlahan dengan batang pengaduk kaca dan amati apakah sampel
larut atau tidak larut.
3. Jika sampel larut uji pH-nya dengan kertas indicator universal, uji juga pH
aquades sebagai kontrolnya.

b. Uji Kelarutan dalam NaOH 5%


1. Jika sampel tidak larut dalam aquades, tambahkan 10 tetes larutan sampel
(A, B, C, D, dan E) secara bergantian ke dalam 1 mL NaOH 5%.
2. Aduk perlahan dengan batang pengaduk kaca dan amati apakah sampel
larut atau tidak larut.
3. Jika sampel tidak larut, tambahkan HCl 5% ke dalam tabung reaksi
tersebut sampai asam.
4. Catat apakah terbentuk endapan (kekeruhan)

c. Uji Kelarutan dalam HCl 5%


Untuk sampel tidak larut dalam air dan NaOH 5%
1. Tambahkan HCl sebanyak 1 mL dalam 10 mL secara berturut-turut hingga
3 mL pelarut ke dalam 10 tetes sampel.
2. Senyawa yang bersifat basa akan membentuk hidroklorida yang larut
dalam air, tetapi akan tidak larut pada kelebihan asam.
3. Jika sampel tidak larut, pisahkan cairan supernatant, dengan menggunakan
pipet.
4. Kemudian, tambahkan NaOH 5% sampai bersifat basa.

d. Uji Kelarutan dalam H2SO4 (gunakan lemari asam)


1. Masukkan 3 mL H2SO4 ke dalam tabung reaksi kering.
2. Tambahkan 10 tetes mL cairan sampel.
3. Kocok beberapa lama
4. Amati perubahan yang terjadi, apakah sampel berubah warna atau terbentuk
endapan
5. Tafsirkan apakah perubahan warna atau endapan yang terbentuk

5. Hasil Pengamatan

a. Uji Kelarutan dalam air


Perlakuan Hasil Pengamatan Gugus Fungsi
Uji Kelarutan dalam Air 1. Asam karboksilat –
COOH
1). 10 tetes sampel (A, B, 10 tetes sampel dicampurkan dengan 1
2. Keton –CO
C, D, E) ditambahkan mL air berwarna :
ke dalam 1 mL aquades - Sampel A tidak berwarna 3. Alkohol
dalam tabung reaksi - Sampel B tidak berwarna 4. Fenol -OH
- Sampel C tidak berwarna 5. Aldehid -COH
- Sampel D berwarna kuning
- Sampel E tidak berwarna
2). Larutan diaduk
perlahan dengan batang Larutan yang larut yaitu :
pengaduk kaca dan - Sampel A
diamati apakah sampel - Sampel B
larut atau tidak larut. - Sampel C
- Sampel E
Larutan yang tidak larutan yaitu :
- Sampel D
3). Sampel di uji pH nya pH larutan yaitu :
dengan kertas indikator - Aquades : 7
jika sampel larut, dan
uji juga pH aquades
sebagai kontrolnya.

- Sampel A : 2

- Sampel B : 6

- Sampel C : 6
- Sampel D : 8

- Sampel E : 8

b. Uji Kelarutan dalam NaOH 5%

Perlakuan Hasil Pengamatan Gugus Fungsi


Uji Kelarutan dalam NaOH Sampel D tidak larut Fenol -OH
5%

Sampel D ditambahkan ke
dalam 1 mL NaOH dan diaduk
perlahan dengan batang
pengaduk kaca, diamati apakah
sampel D larut atau tidak
larut?
c. Uji Kelarutan dalam HCl 5%

Perlakuan Hasil Pengamatan Gugus Fungsi


1. Tambahkan HCl 5% 1. Asam karboksilat
sebanyak 1 mL secara –COOH
berturut-turut hingga 3
2. Keton –CO
mLpelarut ke dalam 10 tetes
sampel. 3. Alkohol
2. Senyawa yang bersifat basa 4. Fenol –OH
akan membentuk hidroksida 5. Aldehid -COH
yang larut dalam air, tetapi
akan mengendap pada
kelebihan asam.
3. Jika sampel tidak larut,
pisahkan cairan supernatant, - Pada saat cuka apel diteteskan ke
dengan menggunakan pipet. dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung
Kemudian tambahkan NaOH reaksi sampel tersebut larut
5%sampai bersifat basa
- Pada saat pembersih kuku
diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5%
dalam tabung reaksi sampel
tersebut larut

- Pada saat pembersih tangan


diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5%
dalam tabung reaksi sampel
tersebut larut Densifektan
diteteskan ke dalam 1 mL NaOH
5% dalam tabung reaksi sampel
tersebut larut
- Densifektan diteteskan ke dalam 1
mL HCl 5% dalam tabung reaksi
sampel tersebut tidak larut
- Pada saat pengawet mayat
diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5%
dalam tabung reaksi sampel
tersebut larut.
d. Uji Kelarutan H2SO4

Perlakuan Hasil Pengamatan Gugus Fungsi


Uji Kelarutan dalam H2SO4 1. Asam karboksilat
(gunakan lemari asam) –COOH
1) Sampel (A, B, C, D, dan E)
2. Keton –CO
dimasukkan masing-
masing ke dalam tabung 3. Alkohol
reaksi sebanyak 3 mL. 4. Fenol –OH
5. Aldehid -COH
- Sampel A tidak berwarna
- Sampel B tidak berwarna
-Sampel C tidak berwarna
- Sampel D berwarna kuning
- Sampel E tidak berwarna

2) Sampel yang sudah


dimasukkan ke dalam tabung
reaksi masing-masing
ditambahkan H2SO4
sebanyak 10 tetes. Kemudian
dikocok dan diamati apakah
berubah warna, terbentuk
endapan atau tidak.
- Sampel A tidak berubah warna dan
tidak mempunyai endapan.
- Sampel B berubah warna menjadi
kuning muda dan tidak terbentuk
endapan.
- Sampel C tidak berubah warna dan
tidak terbentuk endapan
- Sampel D berubah warna menjadi
orange pekat dan terbentuk endapan
atau lapisan.
- Sampel E tidak berubah warna dan
tidak terbentuk endapan.
6. Pembahasan
Menentukan gugus fungsi pada sampel A (cuka apel), sampel B (pembersih kuku),
sampel C (pembersih tangan), sampel D (desinfektan), dan sampel E (pengawet mayat)
dapat dilakukan melalui uji kelarutan dalam air, uji kelarutan dalam NaOH 6%, uji
kelarutan dalan HCl 5%, dan uji dalam H2SO4. Dalam analisis dan pembahasan kali ini
akan membahas hasil analisis sampel-sampel melalui uji kelarutan dalam air, uji kelarutan
dalam NaOH khusus sampel D (desinfektan), dan uji kelarutan dalam H2SO4.

Percobaan pertama dilakukan uji kelarutan sampel mengggunakan air.


1. Sampel A (Cuka apel) ketika dimasukkan sebanyak 10 tetes ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 1 mL air (aquades) tidak berubah warna dan dapat larut karena cuka apel
memiliki kepolaran yang sama dengan air yaitu senyawa polar. Setelah mengetahui
kelarutan dalam sampel A kemudian mengukur pHnya menggunakan indikator
universal dan menghasilkan pH 2 yang menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. Dari
hasil analisis data yang ada, maka gugus fungsi dari cuka apel adalah asam karboksilat
karena cuka apel memiliki kepolaran dan pH yang hampir sama. Asam karboksilat dan
cuka apel termasuk dalam senyawa polar karena dapat membentuk ikatan hidrogen antar
molekunya dan ketika cuka apel dilarutkan dalam air menghasilkan asam lemah yang
sebagian terionisasi menjadi ion H + dan RCOO- . Struktur dari gugus fungsi asam
karboksilat yaitu CH3COOH nama trivialnya adalah asam asetat.

2. Sampel B (pembersih kuku) ketika dimasukkan sebanyak 10 tetes ke dalam tabung


reaksi dan ditambahkan 1 mL air (aquades) tidak berubah warna dan dapat larut karena
pembersih kuku memiliki kepolaran yang sama dengan air yaitu senyawa polar. Setelah
mengetahui kelarutan dalam sampel B kemudian mengukur pHnya menggunakan
indikator universal dan menghasilkan pH 6 yang menunjukkan bahwa larutan bersifat
basa. Dari hasil analisis data yang ada, maka gugus fungsi dari pembersih kuku adalah
keton karena pembersih kuku memiliki sifar polaran sama dengan sifat keton. Keton
dan pembersih kuku termasuk dalam senyawa polar karena dapat membentuk ikatan
hidrogen antar molekunya sehingga dapat larut dalam air. Struktur dari gugus fungsi
keton yaitu CH3COCH3 nama trivialnya adalah aseton.
3. Sampel C (pembersih tangan) ketika dimasukkan sebanyak 10 tetes ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL air (aquades) tidak berubah warna dan dapat
larut karena pembersih tangan memiliki kepolaran yang sama dengan air yaitu
senyawa polar. Setelah mengetahui kelarutan dalam sampel C kemudian mengukur
pHnya menggunakan indikator universal dan menghasilkan pH 6 yang
menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. Dari hasil analisis data yang ada, maka
gugus fungsi dari pembersih tangan adalah alkohol karena pembersih kuku
memiliki sifat kepolaran yang sama dengan alkohol. Alkohol dan pembersih tangan
termasuk dalam senyawa polar karena dapat membentuk ikatan hidrogen antar
molekunya ketika dilarutkan dalam air. Pembersih tangan dan alkohol termasuk
asam lemah karena perbedaan keelektronegatifan antara oksigen dan hidrogen
pada gugus fungsi hidroksil sehingga membuat hidrogen mudah lepas. Struktur
daru gugus fungsi alkohol yaitu C2H5OH.

4. Sampel D (desinfektan) ketika dimasukkan sebanyak 10 tetes ke dalam tabung


reaksi dan ditambahkan 1 mL aquades tidak dapat larut. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa larutan desinfektan memiliki sifat kepolaran yang berbeda
dengan aquades, yaitu nonpolar. Ketika dilakukan pengujian pH larutan
menggunakan kertas indikator unive rsal menghasilkan pH 8 yang berarti larutan
desinfektan bersifat basa. Berdasarkan data hasil analisis maka larutan desinfektan
termasuk golongan senyawa organik yang memiliki gugus fungsi alkohol yang
berikatan dengan cincin fenil atau biasa disebut dengan fenol. Hal ini dikarenakan
desinfektan memiliki sifat yang sama dengan gugus fungsi fenol.
5. Sampel E (Pengawet mayat) ketika dimasukkan 10 tetes ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 1 mL aquades tidak terjadi perubahan warna, hal itu
menunjukkan bahwa larutan pengawet mayat dapat larut dalam pelarut aquades
dikarenakan meliki sifat kepolaran yang sama, yaitu bersifat polar. Ketika
dilakukan pengujian pH larutan menggunakan kerts indikator universa
menghasilkan pH 6 yang berarti larutan pengawet mayat bersifat asam.
Berdasarkan data hasil pengamatan maka larutan pengawet mayat termasuk
golongan senyawa organik yang memiliki gugus fungsi aldehid hal ini dikarenakan
larutan pengawet mayat memiliki sifat yang sama dengan gugus fungsi aldehid
yaitu dapat larut dalam air. Selain itu larutan pengawet mayat memiliki lain yaitu
formaldehida dengan rumus kimia H2CO berarti termasuk golongan gugus fungsi
aldehid dengan suku rendah berupa zat cair tidak berwarna yang mudah larut.

Percobaan berikutnya uji kelarutan dengan NaOH 5% , namun yang diuji


hanyalah sampel yang tidak larut ketika diuji dengan aquades (air). Jadi sampel yang
tidak larut adalah sampel D (desinfektan).
1. Sampel D (desinfektan) ketika dimasukkan sebanyak 10 tetes ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL aquades mengasilkan endapan pada dan
peruubahan warna pada larutan yaitu berwarna putih. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa larutan desinfektan memiliki sifat kepolaran yang
berbeda dengan aquades, yaitu nonpolar. Kemudian ditambahkan larutan
NaOH5% sebanyak 1 mL. larutan sampel yang berwana putih berubah
menjadi tidak berwarna, kemudian dilakukan pengujian pH larutan
menggunakan kertas indikator universal menghasilkan pH 8 yang berarti
larutan desinfektan bersifat basa. Berdasarkan data hasil analisis maka
larutan desinfektan termasuk golongan senyawa organik yang memiliki gugus
fungsi alkohol yang berikatan dengan cincin fenil atau biasa disebut dengan
fenol. Hal ini dikarenakan desinfektan memiliki sifat yang sama dengan gugus
fungsi fenol.

Pada percobaan Ketiga uji kelarutan dalam HCl 5% Pada saat sampel A
diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung reaksi sampel tersebut larut , Pada
saat sampel B diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung reaksi sampel tersebut
larut, Pada saat sampel C diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung reaksi
sampel tersebut sampel D diteteskan ke dalam 1 mL NaOH 5% dalam tabung reaksi
sampel tersebut larut , Sampel D diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung
reaksi sampel tersebut tidak larut, Pada saat pengawet mayat diteteskan ke dalam 1
mL HCl 5% dalam tabung reaksi sampel tersebut larut.

Pada percobaan keempat yaitu uji kelarutan dan endapan terhadap sampel
menggunakan H2SO4. Sampel A, B, C, D, dan E dicampurkan dengan H2SO4 dihasilkan
pengamatan berupa sampel A larut dan tidak berwarna, sampel B larut dan berwarna
kuning muda, sampel C larut dan tidak berwarna, sampel D tidak larut, terdapat
lapisan supernatant dan warna berubah menjadi orange pekat, dan sampel E larut dan
tidak berwarna. Pada sampel D yaitu larutan disenfektan tidak larut dan terdapat
lapisan supernatant juga berubah warna mula-mula berwarna kuning dan setelah
dicampurkan dengan H2SO4 berubah warna menjadi orange pekat dikarenakan salah
satu jenis dari disenfektan yaitu KMnO4, KMnO4 yang dicampurkan dengan H2SO4
akan berubah warna karena dalam reaksi nya terjadi reaksi reduksi pada KMnO4
terhadap H2SO4 yang biasa disebut dengan oksidator. Sedangkan sampel A, B, C, dan E
larut dan tidak berwarna dikarenakan identifikasi pertama menggunakan air sampel
A, B, C dan E larut dan sudah bias diidentifikasi gugus fungsi yag lainnya.

7. Kesimpulan
Pada praktikum kimia organik kali ini dilakukan percobaan uji kelarutan dengan
menggunakan pelarut air, NaOH, dan H2SO4 dengan sampel A larutan cuka apel, sampel B
larutan pembersih kuku, sampel C larutan pembersih tangan, sampel D desinfektan, dan
larutan E pengawet mayat. Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan cuka apel adalah asam karboksilat (-COOH), gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan pembersih kuku adalah keton (-CO), gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan pembersih tangan adalah alcohol (-OH), gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan desinfektan adalah fenol (-OH), dan gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan

8. Daftar Pustaka

Prasojo. 2010. Kimia Organik I. Yogyakarta: Gajah Mada Press.


Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jillid 1. Jakarta: Erlangga.
Parlan dan Wahjudi. 2003. Kimia Organik I Edisi Revisi. Jakarta: JICA.

Anda mungkin juga menyukai