Disusun oleh:
2. Dasar Teori
Gugus fungsi adalah kumpulan atom yang melekat pada senyawa dan memiliki
fungsi memberikan sifat yang khas pada sifat fisik serta kimia. Senyawa organik
mempunyai gugus yang sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama.
Tujuan dari identifikasi untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat dalam
suatu senyawa melalui reaksi kimia. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat
tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang dimilikinya namun ada juga
beberapa senyawa yang memiliki gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang
sama. Gugus fungsi yang dalam senyawa organaik yaitu alkohol, aldehida, keton,
asam karboksilat, amina, eter, dan ester (Prasojo,2010).
Asam karboksilat memiliki gugus fungsi karboksil (-COOH) yang namanya
diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya yaitu gugus karbonil (-C=O) dan gugus
hidroksil (-OH). Dalam asam karboksilat gugus –COOH terikat pada gugus alkil (-R)
atau gugus aril(Ar-). Meskipun yang mengikat gugus –COOH dapat berupa gugus
alifatik atau aromatic, jenuh atau tak jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi, titik
didih tinggi. Asam karboksilat mempunyai sifat fisik berwujud cair tidak berwarna,
dapat larut dalam air jika memiliki suku rendah. Asam karboksilat memiliki sifat polar
karena memiliki gugus hidroksil, kereanktifan asam karboksilat akan semakin rendah
jika jumlah rantai atau atom karbon semakin panjang. Asam karboksilat memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya asam asetat yang sering
digunakan sebagai cuka makanan dan cuka apel.(Parlan dan Wahjudi, 2003).
Keton adalah senyawa yang mengandung gugus karbonil (-C=O-) dalam senyawa
organik yang memiliki rumus umum CnH2nO. Keton bersifat polar karena
mengandung gugus kabonil, lebih mudah meguap, dapat menghasilkan alkohol
sekunder, keton juga dpat digunakan sebagai pembersih cat kuku, sebagai pelarut
organik (Petrucci, 1987).
Alkohol disebut juga etanol yaitu salah satu gugus senyawa organik. Alkohol
memiliki gugus –OH dan rumus umumnya adalah CnH2n+1OH. alkohol mempunyai
sifat mudah larut dalam air, bersifat polar namun kepolarannya dapat berkurang jika
rantai alkilnya semakin panjang. Alkohol biasanya digunakan dalam bidang kesehatan
contohnya sebagai pembunnuh kuman (Parlan dan Wahjudi, 2003).
3. Alat dan Bahan
a. Alat
Tabung Reaksi 10 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Penjepit tabung reaksi 1 buah
Pipet 6 buah
Batang pengaduk kaca 1 buah
b. Bahan
Larutan cuka apel (A)
Larutan pembersih kuku (B)
Larutan Pembersih tangan (C)
Disinfektan (D)
Larutan Pengawet mayat (E)
Larutan NaOH 5%
Larutan H2SO4 pekat
Larutan HCl 5%
Aquades
4. Cara Kerja
a. Kelarutan dalam air
1. Tambahkan 10 larutan sampel (A, B, C, D, dan E) secara bergantian ke
dalam 1 mL aquades dalam tabunng reaksi.
2. Aduk perlahan dengan batang pengaduk kaca dan amati apakah sampel
larut atau tidak larut.
3. Jika sampel larut uji pH-nya dengan kertas indicator universal, uji juga pH
aquades sebagai kontrolnya.
5. Hasil Pengamatan
- Sampel A : 2
- Sampel B : 6
- Sampel C : 6
- Sampel D : 8
- Sampel E : 8
Sampel D ditambahkan ke
dalam 1 mL NaOH dan diaduk
perlahan dengan batang
pengaduk kaca, diamati apakah
sampel D larut atau tidak
larut?
c. Uji Kelarutan dalam HCl 5%
Pada percobaan Ketiga uji kelarutan dalam HCl 5% Pada saat sampel A
diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung reaksi sampel tersebut larut , Pada
saat sampel B diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung reaksi sampel tersebut
larut, Pada saat sampel C diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung reaksi
sampel tersebut sampel D diteteskan ke dalam 1 mL NaOH 5% dalam tabung reaksi
sampel tersebut larut , Sampel D diteteskan ke dalam 1 mL HCl 5% dalam tabung
reaksi sampel tersebut tidak larut, Pada saat pengawet mayat diteteskan ke dalam 1
mL HCl 5% dalam tabung reaksi sampel tersebut larut.
Pada percobaan keempat yaitu uji kelarutan dan endapan terhadap sampel
menggunakan H2SO4. Sampel A, B, C, D, dan E dicampurkan dengan H2SO4 dihasilkan
pengamatan berupa sampel A larut dan tidak berwarna, sampel B larut dan berwarna
kuning muda, sampel C larut dan tidak berwarna, sampel D tidak larut, terdapat
lapisan supernatant dan warna berubah menjadi orange pekat, dan sampel E larut dan
tidak berwarna. Pada sampel D yaitu larutan disenfektan tidak larut dan terdapat
lapisan supernatant juga berubah warna mula-mula berwarna kuning dan setelah
dicampurkan dengan H2SO4 berubah warna menjadi orange pekat dikarenakan salah
satu jenis dari disenfektan yaitu KMnO4, KMnO4 yang dicampurkan dengan H2SO4
akan berubah warna karena dalam reaksi nya terjadi reaksi reduksi pada KMnO4
terhadap H2SO4 yang biasa disebut dengan oksidator. Sedangkan sampel A, B, C, dan E
larut dan tidak berwarna dikarenakan identifikasi pertama menggunakan air sampel
A, B, C dan E larut dan sudah bias diidentifikasi gugus fungsi yag lainnya.
7. Kesimpulan
Pada praktikum kimia organik kali ini dilakukan percobaan uji kelarutan dengan
menggunakan pelarut air, NaOH, dan H2SO4 dengan sampel A larutan cuka apel, sampel B
larutan pembersih kuku, sampel C larutan pembersih tangan, sampel D desinfektan, dan
larutan E pengawet mayat. Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan cuka apel adalah asam karboksilat (-COOH), gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan pembersih kuku adalah keton (-CO), gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan pembersih tangan adalah alcohol (-OH), gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan desinfektan adalah fenol (-OH), dan gugus fungsi yang
terkandung dalam larutan
8. Daftar Pustaka