Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

(TPK18225)

PERCOBAAN III
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI SENYAWA ORGANIK MELALUI
KELARUTAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum kimia organik (TPK18225)

Dosen Pengampu:
Ratna Kartika Irawati, S.Pd., M.Pd.

Asisten Praktikum:
Rahmiati
Raudhatul Jannah

Disusun Oleh:
Rizky Maulita
180101091077

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ANTASARI BANJARMASIN
MARET 2020
I. LANDASAN TEORI
Dengan mengetahui gugus fungsi suatu senyawa organik maka dapat pula
diketahui golongannya karena setiap golongan memiliki sifat yang berbeda
tergantung dari gugus fungsional yang dimilikinya. Letak kereaktifan dalam suatu
molekul yang diakibatkan dari ikatan phi atau perbedaan keelektronegatifan
disebut gugus fungsi, yakni ikatan rangkap antar atomnya. Reaksi yang mudah
diamati pada identifikasi gugus fungsi yaitu terbentuknya endapan, perubahan
warna, dan menghasilkan gas (Matsjeh, 1986).
Contoh gugus fungsi:
Struktur gugus Rumus umum Nama IUPAC/Trivial Nama gugus
-OH R-OH alkanol/alkohol hidroksil
-O- R-O-R alkoksi alkana eter
-COH R-CH=O alkanal/aldehid aldehid
-COR R-C=O-R alkanon/keton keton
-COOH R-C=O-OH asam alkanoat/karboksilat karboksil
-COOR R-C=O-OR alkil alkanoat ester
-NH2 R- NH2 amina amin
(Purba, 2004).
Banyak senyawa organik yang memiliki gugus fungsi lebih dari satu. Jika
molekul memiliki dua gugus fungsi berbeda dengan jarak yang berjauhan, maka
senyawa itu akan mempunyai karakteristik dari kedua gugusnya, tapi jika letak
gugus fungsi keduanya berdekatan, maka akan mempunyai karakteristik
campuran atau hasil karakteristik gabungan dari kedua gugus yang berbeda
(Matsjeh, 1986).
Sebagian besar kelarutan disebabkan oleh polaritas pelarut atau momen
dipolnya. Menurut Hildebrand, momen dipol saja tidak cukup untuk menentukan
kelarutan zat polar dalam air, zat terlarut yang membentuk ikatan hidrogen lebih
berpengaruh untuk menentukan kelarutan. Contohnya air dapat melarutkan fenol
dan keton yang mengandung atom O dan N yang dapat membentuk ikatan
hidrogen dalam air (Martin, 1993).
Zat yang bersifat nonpolar biasanya merupakan kovalen, sedangkan zat
yang bersifat polar umumnya merupakan ionik atau kovalen (Iqmal, 2012).
Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengetahui suatu sampel mempunyai
gugus tertentu melalui reaksi kimia, reaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa
yang mengandung gugus fungsi tersebut dan tidak bereaksi jika tidak
mengandung gugus fungsi yang lain (Prasojo, 2010).

II. HIPOTESIS
Dalam cuka apel mengandung gugus fungsi asam karboksilat (-COOH),
pembersih kuku mengandung gugus fungsi aseton, pembersih tangan mengandung
gugus fungsi alkohol (-OH), pengawet mayat (formaldehida) mengandung gugus
fungsi (-COH) dan disinfektan mengandung gugus fungsi alkohol (-OH).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Rak tabung reaksi 1 buah
2. Tabung reaksi 10 buah
3. Pipet 8 buah
4. Gelas ukur 9 buah
5. Kertas indikator universal 7 buah
3.2 Bahan
1. Sampel A (cuka apel)
2. Sampel B (pembersih kuku)
3. Sampel C (pengawet mayat)
4. Sampel D (pembersih tangan)
5. Sampel E (disinfektan)
6. Air
7. Larutan NaOH
8. Larutan HCl 5%
9. Larutan H2SO4 pekat
IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Uji kelarutan dalam air
Tambahkan 10 tetes larutan sampel (A, B, C D, atau E, secara
bergantian) ke dalam 1 mL air dalam tabung reaksi. Aduk perlahan
dengan batang pengaduk kaca da amati apakah sampel larut atau
tidak. Jika sampel larut, uji pHnya dengan indikator universal. Uji
juga pH air sebagai kontrolnya.
4.2 Uji kelarutan dalam NaOH 5%
Jika sampel larut dalam air, lanjut ke langkah yang c. Jika sampel
tidak larut di air, tambahkan 10 tetes larutan sampel (A, B, C D, atau
E, secara bergantian) ke dalam 1 mL NaOH 5%. Aduk perlahan
dengan batang pengaduk kaca dan amati apakah sampel larut atau
tidak. Jika sampel tidak larut, tambahkan HCL 5% ke dalam tabung
reaksi tersebut sampai asam. Catat apakah terbentuk endapan
(kekeruhan).
4.3 Uji kelarutan dalam NaHCO3 5%
Tambahkan 10 tetes sampel dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan 1 mL NaHCO3 5%. Amati gelembung yang ada pada
permukaan larutan. Aduk larutan dengan batang pengaduk kaca.
Catat apakah sampel membebaskan CO2 & larut atau tidak larut &
tidak membebaskan CO2.
4.4 Uji kelarutan dalam HCL 5%
Untuk sampel tidak larut dalam air dan NaOH 5%, tambahkan
HCL 5% sebanyak 1 mL secara berturut-turut hingga 3 mL pelarut
ke dalam 10 tetes sampel. Senyawa yang bersifat basa akan
membentuk hidroklorida yang larut dalam air, tetapi akan
mengendap pada kelebihan asam. Jika sampel tidak larut, pisahkan
cairan supernatant, dengan menggunakan pipet. Kemudian
tambahkan NaOH 5% sampai bersifat basa.
4.5 Uji kelarutan dalam H2SO4 (gunakan lemari asam)
Masukkan 3 mL H2SO4 ke dalam tabung reaksi kering. Tambahkan
10 tetes cairan sampel. Kocok beberapa lama. Amati perubahan yang
terjadi, apakah sampel berubah warna atau mengendap. Tafsirkan
apakah perubahan warna atau endapan yang terbentuk? Yaitu adanya
perubahan warna, pembebasan gas, polimerisasi yang disertai
dengan pengendapan.

V. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan
No. Perlakuan Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
A B C D E
Ditambahakan 10
tetes sampel ke
dalam 1 mL air
Dapat Dapat Dapat Dapat Tidak
dalam tabung
1. larut. larut. larut. larut. larut.
reaksi, lalu
pH=3 pH=7 pH=5 pH=6 pH=7
dikocok. Kemudian
diukur pH sampel.
(pH air=7)
Ditambahakan 10
tetes sampel ke Dapat
Dapat Dapat Dapat Dapat
2. dalam 1 mL larut.
larut. larut. larut. larut.
NaOH, lalu pH=12
dikocok.
Ditambahkan HCL
5% sebanyak 1 mL
secara berturut- Dapat Dapat Dapat Dapat Tidak
3.
turut hingga 3 mL larut larut larut larut larut
pelarut ke dalam 10
tetes sampel
Warna Terjadi
awal perubah
Terjadi
Dimasukkan 3 mL tidak an
perubah
H2SO4 pekat ke Larutan berwarn warna
an Tidak
dalam tabung menjadi a menjadi
4. warna berwarn
reaksi lalu agak berubah merah
menjadi a
ditambahkan 10 keruh menjadi kecoklat
kuning
tetes sampel pink an dan
muda
transpar terdapat
an endapan
hitam
mengap
ung

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Sampel A (asam cuka) dilarutkan ke dalam air dihasilkan soluble. Lalu
diukur pH menggunakan indikator universal didapatkan pH = 3. Karakteristik
yang ditinjau dari hasil pengukuran pH sampel A adalah dibuktikan bahwa sampel
A mengandung asam lemah. Sampel A dapat larut atau terurai dalam air karena
asam cuka mempunyai ikatan hidrogen, merupakan senyawa polar, memiliki
bobot molekul rendah sehingga saat dilarutkan dalam air mampu berikatan
hidrogen dengan air dengan menghasilkan ion hidronium dan anion karboksilat.
Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa sampel A mengandung gugus fungsi
karboksil (-COOH). Asam karboksilat termasuk asam lemah bila dibandingkan
dengan asam anorganik, tetapi termasuk asam kuat bila dibandingkan dengan
senyawa organik lain, kekuatan keasaman ini bergantung dari keelektronegatifan
gugus R dalam R-COOH, semakin mudah hidrogen menjadi ion semakin mudah
kuat pula keasamannya.
Sampel B (pembersih kuku) dilarutkan ke dalam air dihasilkan soluble. Lalu
diukur pH menggunakan indikator universal didapatkan pH = 7. Karakteristik
yang dihasilkan adalah sampel B dapat larut karena pembersih kuku mengandung
aseton yang bersifat polar yang dapat larut dalam pelarut air (polar). Aseton
mempunyai ikatan rangkap dua antara O dan C. Namun atom hidrogen yang
terikat atom karbon sangat stabil dan sulit diputuskan, akibatnya penarikan
elektron oleh gugus karbonil ke atom hidrogen melemah sehingga hidrogen
menjadi bersifat asam. Gugus fungsi yang terdapat dalam aseton adalah gugus
fungsi keton (-CO-).
Sampel C (pengawet mayat) dilarutkan ke dalam air dihasilkan soluble. Lalu
diukur pH menggunakan indikator universal didapatkan pH = 5. Atom hidrogen
pada molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen dengan oksigen pada gugus
karbonil sehingga kelarutan sampel C pada air bersifat soluble. Derajat keasaman
akan semakin kecil atau semakin basa jika rantai karbonnya semakin bertambah
dan kelarutan dalam air semakin turun. Didalam pengawet mayat terkandung
senyawa aldehid sehingga gugus fungsi yang terkandung adalah (-COH).
Sampel D (pembersih tangan) dilarutkan ke dalam air dihasilkan soluble.
Lalu diukur pH menggunakan indikator universal didapatkan pH = 6. Pembersih
tangan mengandung alkohol yang ketika dilarutkan dalam air akan larut. Ini
disebabkan kepolaran dari ikatan hidrogen antara air dan alkohol. Menurut gaya
Van Der Walls, dengan bertambahnya massa molekul relatif alkohol maka antar
molekul-molekul alkohol akan reaktif saling menarik satu sama lain. Akibatnya
alkohol semakin sukar untuk larut dalam air. Serta didalam sampel D memiliki pH
6 mungkin didalam sampel mengandung massa molekul relatif yang besar.
Berdasarkan penjabaran di atas sampel D mengandung gugus fungsi –OH.
Sampel E (disinfektan) dilarutkan ke dalam air dihasilkan insoluble. Lalu
diukur pH menggunakan indikator universal didapatkan pH = 7. Didalam
disinfektan mengandung fenol yang mana memiliki rumus yang serupa dengan
alkohol dan sama-sama merupakan asam lemah (sesuai dengan hasil pengamatan)
tetapi gugus fungsinya (-OH) melekat pada cincin aromatik, lebih asam daripada
alkohol karena anion yang dihasilkan dan distabilkan oleh resonansi. Dalam
kelarutan air, fenol yang terikat dengan cincin aromatik akan menyebabkan sukar
larut yang mana cincin aromatik merupakan gugus nonpolar sehingga sukar untuk
larut dalam pelaut polar. Kemudian diuji sampel E yang tidak larut dengan ditetesi
NaOH sebanyak 10 tetes, lalu larutan dapat larut dan pH setelah penetesan adalah
12. Ini membuktikan bahwa fenol menjadi basa. Sebagian besar fenol bersifat
asam lemah dan asam yang lebih kuat dibandingkan alkohol, ketika fenol
direaksikan dengan basa maka akan berubah menjadi anion fenoksida sebagai
larutan basa (garam feroksida). NaOH basa cukup kuat untuk melarutkan fenol
yang tak larut dalam air. Berdasarkan penjabaran diatas maka disimpulkan bahwa
sampel E mengandung gugus fungsi fenol.
Pada sampel A sampai sampel B juga dilakukan uji kelarutan pada NaOH
dan H2SO4 dan didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel hasil pengamatan.
Tapi karena mengikuti prosedur kerja yang sesuai dengan praktikum maka tidak
saya analisis.
VII. KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan untuk mengidentifikasi gugus fungsi suatu
sampel senyawa organik didapatkan:
Sampel A yaitu asam cuka mengandung gugus fungsi asam karboksilat
Sampel B yaitu pembersih kuku mengandung gugus fungsi keton
Sampel C yaitu pengawet mayat mengandung gugus fungsi aldehid
Sampel D yaitu pembersih tangan mengandung gugus fungsi alkohol
Sampel E yaitu disinfektan mengandung gugus fungsi fenol
DAFTAR PUSTAKA

Iqmal. (2012). Kaidah Kelarutan Bahan. Diambil kembali dari


http://iqmal.staff.ugm.ac.id/?p=2425
Martin, A. (1993). Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu
Farmasetik Edisi Ketiga 1. Jakarta: UI Press.
Matsjeh, S. (1986). Kimia Organik II. Jakarta: Gramedia.
Prasojo. (2010). Kimia Organik I. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Purba, M. (2004). Kimia. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai