Format Jurnal
1. Judul praktikum
2. Tanggal praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Daftar informasi bahan dipergunakan (+perhitunngan pra lab)
6. Prosedur (dibuat tabel)
7. Kesimpulan
Format Laporan
1. Judul praktikum
2. Tanggal praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan Bahan
5. Dasar teori (+pustaka lain)
6. Daftar informasi bahan yang dipergunakan
7. Prosedur (kalimat pasif)
8. Hasil pengamatan dan perhitungan
9. Kesimpulan
10. Pembahasan dan diskusi
11. Daftar pustaka (minimal 5)
Keterangan
Jurnal
Laporan
Laporan dibuat satu laporan perkelompok (ditulis tangan, ditulis nama setiap
pembagian tugasnya)
Laporan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
ATURAN UMUM PRAKTIKUM
Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah Teknik dan metode untuk
memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada
khususnya, dan bahan kimia pada umumnya
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau
senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan
dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.
Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relative
dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel
Analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang atom dalam suatu elemen atau
molekul, serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu
molekul
Dalam bidang penelitian farmasi dan kedokteran serta kimia klinik, kimia analisis digunakan
untuk analisis dapat barbiturate, analisis kandungan keracunan makanan, serta analisis
kandungan arsen dalam kuku dan rambut dengan metode spektrofotometri; analisis kobalt
dalam vitamin B12, analisis besi dalam darah dan cara mengisolasinya menggunakan
elektroforesis atau dengan permeasi gel dan sebagainya.
PERLAKUAN PENDAHULUAN TERHADAP SAMPEL
Perhitungan
berat temuan
% kadar= x 100
berat sampel
berat temuan
% kadar= x 100 %
volume sampel yg dititrasi
Menentukan berat temuan
a. Menggunakan persamaaan
Berat temuan = (V.N) pentiter x BE analit
BE analit ditentukan oleh reaksi yang terjadi misalnya
1. HX + NaOH NaX + H2O
Analit
BE HX = BM HX karena 1 mol HX bereaksi dengan 2 mol NaOH
2. H2X + 2NaOH 2NaX + 2H2O
b. Menggunakan kesetaraan yang sudah diketahui
Misalnya :
1 mL NaOH 0.1 N ≈ 15 mg HX
Dari hasil titrasi diketahui jumlah NaOH 0.1 N yang dibutuhkan untuk reaksi adalh 15
mL, maka berat HX yang ada dalam sampel adalah
15 mL
berat HX= x 15 mg=225 mg
1 mL
Bila normalitas yang digunakan tidak sama dengan yang tertera pada kesetararaan,
misalnya pada contoh di atas normalitas NaOH yang digunakan 0.2 N, maka :
15 mL
berat HX= x 15 mg=225 mg
1 mL
PRAKTIKUM I
ANALISIS KUALITATIF
A. PENDAHULUAN
Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi semua
pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Dalam melakukan
analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik
maupun sifat-sifat kimianya.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menganalisis beberapa senyawa obat secara kualitatif
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Pipet tetes
2. Pembakar spirtus
3. Gelas ukur
4. Tabung reaksi
5. Drupple plate
6. Pipet volume
7. Spatula
b. Bahan
1. FeCL3
2. NaOH
3. Asam sulfanilat
4. NaNO2
5. HCL
6. Kalium bikromat
7. Asam nitrat
8. DAB HCl
9. Pereaksi parri
10. Cu asetat
11. Aseton
12. CuSO4
13. KCNS
14. AgNO3
15. Dragendorf
16. Larutan iodium
17. NaHCO3
18. FesO4
19. H2SO4
20. Fehling
21. KMnO4
22. Fenilhidrazin
23. Barfoed
24. Amonia
D. PROSEDUR
a. Parasetamol
1. Zat ditambah 10 mL air, lalu ditambahkan 1 tetes FeCL3,
terjadi warna biru violet
2. Zat ditambah 1 mL NaOH 3 N dipanaskan, lalu setelah dingin
ditambah 1 mL asam sulfanilat dan beberapa tetes NaNO2 terjadi
warna merah
3. Zat ditambah 1 mL HCl, dipanaskan 3 menit, ditambahkan 10
mL air, didinginkan. Kemudian ditambahkan 1 tetes kalium
bikromat akan timbul warna violet yang tidak berubah menjadi
merah
4. Zat ditambah asam nitrat encer, amati warna yang terjadi
drupple plate
b. Sulfadiazine
1. Zat ditambah DAB HCl, terjadi warna kuning yang kemudian
berubah menjadi orange
2. Zat ditambah pereksi parri, terjadi warna hijau ungu
3. Zat ditambah Cu asetat dan aseton, terjadi warna violet
kehitaman.
4. Sedikit zat dilarutkan ke dalam campuran air 10 mL dan
NaOH 1 N 1 mL, di tambahkan 0,5 mL CuSO4, terbentuk endapan
hijau zaitun yang jika dibiarkan berubah menjadi ungu kelabu
5. Sedikit zat dilarutkan ke dalam NaOH, ditambahkan HCl
sampai netral kemudian ditambahkan 0,5 mL CuSO4, amati
endapan yang terjadi
c. Isoniazid
1. Zat ditambah Cu asetat dan KCNS, terjadi warna hijau
kekuningan
2. Zat ditambah CuSO4 terjadi warna biru yang lama kelamaan
menjadi biru muda.
3. Zat ditambah AgNO3, terjadi warna putih coklat
4. Sedikit zat ditambah larutan NaOH dan larutan iodium akan
timbul warna merah coklat dan gas
5. Pada drupple plate, zat ditambahkan dengan FeCL3, diamati
warna yang terjadi dan adanya gelembung gas
d. Vitamin C
1. Sedikit zat + air + NaHCO3 (padat) + FeSO4 (padat), dikocok
lalu dibiarkan, terjadi warna ungu yang bila ditambahkan asam
sulfat encer akan hilang
2. Direkasikan dengan pereksi fehling, AgNO3 dan KMnO4
maka akan segera mereduksi
3. Direaksikan dengan fenilhidrazin menghasilkan Kristal osazon
4. Segera mereduksi pereaksi barfoed dalam keadaan dingin
5. Zat ditambah CuSO4 dan ammonia, terbentuk endapan hijau,
lama-kelamaan menjadi kuning coklat
6. Zat ditambah NaOH dan FeSO4 (cair), timbul warna violet
hijau
7. Zat ditambah AgNO3 terbentuk endapan abu-abu
e. Aminofilin
1. Zat ditambah serbuk Cu asetat pada drupple plate, lalu
ditambah 1 tetes air terjadi warna violet
2. Reksi Kristal dengan Dragendorf
PRAKTIKUM II
PRINSIP
H+ + OH- H2O
Buret
Labu Erlenmeyer
Corong kaca
Botol semprot
Klem buret
Timbangan analitik
Botol timbang/kaca arloji
Pipet tetes
Perlengkapan lain yang disesuaikan dengan bentuk sediaan yang akan dianalisis
BAHAN
PROSEDUR KERJA
b. Asam salisilat
Bentuk sampel
salep/ serbuk
Kelarutan
Sukar larut dalam air dan benzene, mudah larut dalam etanol (95%) P, agak
sukar larut dalam kloroform dan eter, larut dalam air mendidih
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/salep. Sampel yang
telah ditimbang dilarutkan dalam etanol netral (etanol yang ditambah indikator
phenlopltalein, tambahkan tetes demi tetes NaOH hingga bewarna merah
muda), sampel dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan
menggunakan indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah muda.
Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 13,81 mg asam salisilat
c. Asam askorbat
Bentuk sampel
Padat/larutan
Kelarutan
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene.
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel padat/larutan. Sejumlah sampel
dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan menggunakan
indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah muda
Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 17,613 mg Asam askorbat
PRAKTIKUM III
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
TEORI SINGKAT
Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan terbentuknya suatu senyawa
kompleks antar ion logam dengan senyawa pembentuk ialah dengan kompleksometri.
Senyawa pembentuk kompleks sebagai donor elektron sedangkan ion logam yang bertindak
sebagai akseptor elektron. Dalam larutan alkali, pembentukan kompleks lebih efisien dan
lebih stabil. Namun, jika terlalu alkali, perlu diwaspadai akan terbentuknya endapan logam
teroksidasi.
Liginda unidentat adalah liganda (molekul donor elektron) yang ikatannya pada ion logam
hanya pada suatu tempat saja, jika terdapat pada banyak tempat disebut liganda
poli/multiudentat seperti dinatrium EDTA (senyawa yang dengan banyak kation membentuk
kompleks dengan perbandingan 1:1). Umumnya, indicator yang digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah indicator logam yang mempunyai stabilitas yang lebih kecil dari
dinatrium EDTA-logam dan bersifat sebagai liganda yang membentuk kompleks-logam yang
warnanya berbeda dengan warnanya sendiri.
Daerah di sekitar ion logam pusat di mana ligand-ligand (valensi tambahan bertanggung
jawab dalam ikatan dengan gugus koordinasi) ditemukan dinamakan lengkung koordinasi
(Petrucci, 1985)
Terbentuknya ikatan kovalen parsial dengan ligand diakibatkan oleh adanya interaksi antara
ion logam pusat dengan ligand yang melibatkan pembagian pasangan elektron bebas ion
logam pad tiap molekul ligand. Ion kompleks seperti ini mempunyai warna gelap namun
mencolok (oxtoby, 2001)
PRINSIP
Berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks
Buret
Labu Erlenmeyer
Corong kaca
Botol semprot
Klem buret
Timbangan analitik
Kaca arloji
Pipet tetes
Perlengkapan lain yang disesuaikan dengan bentuk sediaan yang akan dianalisis
BAHAN
PROSEDUR KERJA
Bentuk sampel
Salep
Kelarutan
Larut dalam asam mineral ancer dan larutan larutan alkali hidroksida, praktis tidak
larut dalam air dan etanol (95%) P
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan sampel salep. Sampel yang telah ditimbang
dipanaskan dengan HCl 0,1 N sampai vaselin meleleh, lalu dinginkan. Tambahkan
NaOH 0,1 N sampai larutan netral (terbentuk seperti kabut pada saat ditambah
NaOH) tambahkan 10 mL dapar salmiak pH 10 dan tambahkan indicator EBT,
kemudian dititrasi dengan larutan dinatrium edetat yang telah di standarisasi
terlebih dahulu hingga terbentuk warna biru.
Kesetraaan
1 mL Na2EDTA 0.1 M ≈ 8,138 mg Zinc Oksida
b. Magnesium sulfat
Bentuk sampel
Serbuk/larutan
Kelarutan
Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
Penetapan kadar
Lakukan pendahuluan untuk sampel serbuk/larutan. Sejumlah sampel + 10 mL
dapar salmiak pH 10 + indicator EBT kemudian dititrasi dengan larutan baku
natrium edetat, hingga terbentuk warna biru
Kesetaraan
1 mL Na2EDTA 0.1 M ≈ 24,647 mg MgSO4
c. Zink Sulfat
Bentuk sampel
Larutan
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, mudah
larut dalam gliserol P
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel larutan. Sejumlah sampel +10 mL
dapar salmiak pH 10 + indikator EBT kemudian dititrasi dengan larutan baku
natrium edetat, hingga terbentuk warna biru.
Kesetaraan
1 mL Na2EDTA 0.1 M ≈ 28,754 mg ZnSO4
PRAKTIKUK IV
TITRASI OKSIDASI-REDUKSI
PRINSIP
Reaksi oksidasi-reduksi antara pentiter dan analit
ALAT DAN BAHAN
Buret
Labu Erlenmeyer
Corong kaca
Botol semprot
Klem buret
Timbangan analitik
Botol timbang/kaca arloji
Pipet tetes
Perlengkapan lain yang disesuaikan dengan bentuk sediaan yang akan
dianalisis
BAHAN
PROSEDUR KERJA
a. Asam askorbat
Bentuk sampel
Serbuk/larutan
Kelarutan
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzen
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/larutan. Sejumlah sampel +
25 mL H2SO4 (10% v/v) kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0,1 N dan
menggunakan indikator larutan kanji P sampai terbentuk warna biru.
Kesetaraan
1 mL Iodium 0,1 N ≈ 8.806 mg Asam askorbat
b. Metampiron
Bentuk sampel
Serbuk
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/larutan. Sejumlah sampel +
5 mL HCl 0.02 N kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0,1 N dan
menggunakan indikator larutan kanji P sampai terbentuk yang mantap selama
lebih kurang 1 menit.
Kesetaraan
1 mL Iodium 0,1 N ≈ 16,670 mg metampiron
PRAKTIKUM V
TUJUAN PRAKTIKUM
PRINSIP
Pembentukan kompleks bewarna biru hingga ungu antara turunan hidroksi benzoate dengan
ion Fe(NO3)3 yang dapat diukur pada panjang gelombang 525 nm.
PROSEDUR KERJA
1. Larutan Fe(NO3)3 1%
Timbang secara seksama 100 mg Fe(NO3)3 dilarutkan dalam HNO3
2. Pembuatan larutan baku asam salisilat
Ditimbang secara seksama sejumlah 100 mg asam salisilat kemdian dilarutkan dalam
15 mL etanol 96% dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas 100 mL
(larutan stok), sebanyak 5 mL, 10 mL, dan 15 mL dan 20 mL dari larutan stok,
kemudian dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian ditambhakan masing-
masing labu dengan larutan Fe(NO3)3 1% sebanyak 5 mL tambahkan aquadest
hingga tanda batas. (larutan baku)
3. Penentuan panjang gelombang maksimum asam salisilat
Ukur absorban dari salah satu konsentrasi larutan baku yang telah dibuat pada panjang
gelombang 450-510 nm dan tidak lupa menggunakan blangko larutan Fe(NO3)3 1%.
Gambar kurva absorbs untuk menentukan λmaks.
4. Pembuatan kurva kalibrasi
a. Buat kurva kalibrasi dengan cara mengukur Absorban masing-masing
konsentrasi yang telah dibuat (dibaca pada λmaks). Bila perlu dilakukan
pengenceran etrhadap masing-masing konsentrasi yang telah dibuat (catatlah
factor pengenceranya)
b. Buatlah kurva hubungan antara absorban (sumbu Y) terhadap konsentrasi
(sumbuX) pada kertas grafik dengan menggunakan regresi linier
5. Penentuan kadar asam salisilat
Ukur dengan sepktrofotometer absorban sampel yang telah disiapkan pada λmaks,
kemudian tentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi dan
dengan menggunakan persamaan garis (regresi linier).