Dosen Pengampu:
Dr. I Nyoman Suardana, M.Si.
Ni Putu Merry Yunithasari, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Desak Made Dwi Marsalinda (2113071013)
Made Wahyuni (2113071016)
Luh Gede Sulistia Dharma Patni (2113071017)
Gede Darmika Yasa (2113071031)
Kelas II B
I. JUDUL PRAKTIKUM :
Penetapan Kadar Asam Cuka Melalui Titrasi Asam Basa
II. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui konsentrasi dari NaOH dan CH3COOH.
2. Menetralisasikan larautan NaOH dan menentukan CH3COOH dengan
metode tritasi asam basa menggunkan indikator fenolftalein.
III. DASAR TEORI
Titrasi adalah penambahan larutan standar ke dalam larutan analit dengan bantuan indikator
sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat saat indikator menunjukkan titik akhir
titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Acidimetri dan alkalimetri adalah reaksi
netralisasi larutan basa dengan larutan standar asam. Alkalimetri adalah reaksi netralisasi
larutan asam dengan melibatkan titrasi basa bebas. Basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar. Asam yang terbentuk dari
titrasi yang melibatkan hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa
standar . Reaksi – rekasi ini melibatkan senyawa ion hidrogen untuk membentuk air (Harjadi,
1986). Asam dan basa organik terdapat banyak dalam bentuk tak terurai dan ioniknya yang
memiliki warna yang berbeda. Molekul tersebut dapat digunakan untuk menentukan titik
akhir titrasi. Contohnya indikator Phenolftalein dan nitrofenol yang menggunakan asam
lemah. Phenoftalein merupakan asam diprotik dan tidak berwarna serta terurai menjadi warna
merah. Metil orange yang banyak digunakan merupakan basa, dan berwarna kuning dalam
bentuk molekulnya. Penambahan proton dapat menghasilkan kation yang berwarna merah
muda. (Day & Underwood, 1999). Tingkat keasaman atau kebasaan dapat ditentukan dengan
menggunakan asam atau basa yang ekivalen. Ekivalen asam setara dengan satu mol ion
hidronium (H+ atau H3O+). Sedangkan ekivalen basa setara dengan satu mol ion hidroksida
(OH-). Jika yang direaksikan adalah asam atau basa poliprotik (banyak ekivalen), maka setiap
mol zat tersebut akan melepaskan lebih dari satu H+ atau OH- (Harjadi, 1986). Ketika larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya, maka akan dicapai titik dimana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang
disebut dengan titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7.
Untuk asam lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada pH 7. Dan untuk larutan
asam basa poliprotik, akan ada beberapa titik ekivalen (Petrucci dan Ralph H, 1987). Pada
saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol ekuivalen basa, maka
hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
Mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka
rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H pada
asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
N = Jumlah ion H-(pada asam) atau OH- (pada basa).
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam atau
kadar larutan basa. dalam hal ini sejumlah larutan asam tertentu ditetesi dengan larutan basa,
atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen . jika molaritas salah satu larutan (asam atau
basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan (michael. 1997) .
Tidak semua reaksi dapat dipergunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang jelas.
2. Reaksi harus cepat dan reversibel. Bila tidak cepat, titarsi akan memakan waktu
terlalu banyak apalagi menjelang titik akhir reaksi. Bila reaksi tidak reversibel, penentuan
akhir titrasi tidak tegas.
3. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator). Penunjuk itu dapat Timbul dari:
1) reaksi titrasi itu sendiri, misalnya titrasi campuran asam oksalat + asam sulfat oleh
KMnO, dimana selama titrasi belum selesai titrat tidak berwarna, tetapi setelah akhir titrasi
tercapai, larutan menjadi berwarna karena kelebihan setetes saja dari titran menyebabakan
warna menjadi jelas.
2) Berasal dari luar. Dapat berupa suatu zat atau suatu alat yang dimasukkan kedalam
titrat. Zat itu disebut indikator" dan menunjukan akhir titrasi, karena
• menyebabkan perubahan warna titrat
• menimbulkan perubahan kekeruhan dalam titrat (larutan jernih menjadi keruh atau
sebaliknya)
4. Larutan baku yang direaksikan dengan analit harus mudah dibuat dan sederhana
penanganannya serta harus stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah.
1 Erlenmeyer 20 mL 3
2 Buret 50 mL 1
3 Timbangan Analitik - 1
6 Gelas Ukur - 1
7 Batang Statif - 1
8 Corong - 1
9 Pipet Volumetrik 10 mL 1
2 Natrium Hidroksida 6M 5 mL
(NaOH)
4 Fenolftalein (C20H14O4) 1% 30 mL
5 Aquades - 300mL
V. PROSEDUR KERJA
praktikum 1 (Standarisasi)
13 langkah kerja 8-12 untuk tritasi Pada Elenmeyer B dan Pada Elenmeyer B
elenmeyer B dan C C terjadi perubahan Terjadi perubahan
warna dari yang warna dari tidak
awalnya tidak berwarna menjadi
berwarna menjadi pink pekat.
merah muda. Pada Elenmeyer C
terjadi perubahan
warna dari tidak
berwarna menjadi
pink muda
percobaan ke 2
No Langkah Kerja Dugaan Hasil Hasil Pengamatan
b. percobaan 2
Analisis Data
1. Pengenceran NaOH
M1 . V1 = M2 . V2
6 . 25 = M2 . 500
M2 = 0,3 M (Sebelum distandarisasi)
M2 = 0,3 M (Sebelum distandarisasi)
Jadi, nilai pengenceran NaOH sebelum distandarisasi sebesar 0,3 M.
● Pembahasan
Titrasi asam-basa adalah suatu proses penentuan kadar/konsentrasi dari suatu larutan
basa dengan larutan standar asam yang telah diketahui konsentrasinya, atau sebaliknya.
Prinsip volumetri dan titrasi dalam percobaan ini yakni penambahan volume.Pada praktikum
yang telah dilakukan melalui dua tahap yaitu pada tahap pertama dilakukan standarisasi
NaOH dan pada tahap kedua dilakukan titrasi asam cuka menggunakan NaOH.Dimana, pada
praktikum pertama yang dilakukan adalah standarisasi NaOH untuk melakukan titrasi
terhadap asam cuka. Standarisasi ini dilakukan karena NaOH bersifat basa yang kurang stabil
(larutan sekunder) sehingga dilakukannya proses standarisasi terhadap konsentrasinya.
Adapun fungsi dilakukannya proses standarisasi ini adalah untuk memperoleh volume
tertentu yang tepat.Selain itu, natrium hidroksida bersifat hidroskopis yang dapat menyerap
air dari lingkungannya sehingga terjadi pengenceran atau mengalami perubahan konsentrasi.
Pada praktikum tersebut dilakukan sebanyak 3 kali percobaan untuk menentukan rata-rata
larutan tersebut. Pada saat percobaan akan menghasilkan perubahan warna yang tetap pada
larutan tabung elenmeyer dan diketahui volume dari NaOH.Adapun indikator yang
digunakan dalam pratikum ini adalah indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH dari
8.3- 10 dengan rentang warna: tak berwarna – merah muda.
Dapat dilihat dari perhitungan yang telah dilakukan, bahwa konsentrasi larutan cuka
setelah diencerkan sebesar 0,1168 M dan konsentrasi awal sebelum diencerkan sebesar 0,4
M dan hasil akhir dalam kadar asam asetat pada cuka adalah sebesar 22,89 %. Sehingga
dalam percobaan tersebut bisa saja terjadi kesalahan sebagai berikut :
1. Lebih dalam menentukan titik ekivalennya dengan NaOH yang ditambahkan
cukup besar jadinya nilai akurat dari NaOH tidak didapatkan.
2. Lebih dalam membaca hasil ml NaOH didalam buret, dengan ketidaktepatan
dalam membaca ml NaOH yang disebabkan oleh posisi mata peneliti tidak
tepat lurus dengan buret.
3. Tidak telaten dalam pengadukan saat titrasi sedang berlangsung, dengan
campur aduk yang tidak sesuai.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa titrasi merupakan
sebuah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan
diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan
dianalisis (belum diketahui konsentrasinya). Titrasi asam-basa adalah suatu proses penentuan
kadar/konsentrasi dari suatu larutan basa dengan larutan standar asam yang telah diketahui
konsentrasinya, atau sebaliknya. Prinsip volumetri dan titrasi dalam percobaan ini yakni
penambahan volume
Dalam percobaan tersebut, prinsip volumetri dan titrasinya yaitu, penambahan volume
tertentu dalam suatu larutan untuk menentukan kandungan senyawa yang ada dalam larutan
lain secara kuantitatif. Dimana, penentuan konsentrasi asam cuka dapat dihitung dengan
menambahkan larutan NaOH kedalamnya dan dihitung dalam ml NaOHnya. Sehingga, kadar
asam asetat dalam cuka yang didapat dalam percobaan ini adalah sebesar 22,89 %.
Daftar Pustaka
Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta, Erlangga.
Syamsul Dwi Maarif. 2021.Rangkuman Materi Titrasi Asam Basa: Pengertian Prinsip
dan Jenisnya.[online] dapat diakses pada:https://tirto.id/rangkuman-materi-titrasi-
asam-basa-pengertian-prinsip-dan-jenisnya-gjfx tanggal 29 maret 2022
Friska S.C.2018.Laporan praktikum analisa kimia I persentase kadar asam cuka. [Online]
https://www.academia.edu/38081522/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_ANALIS
A_I_Persentase_Asam_Cuka_Perdagangan diakses pada tanggal 29 maret 2022