Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

ASESMEN AUTENTIK

Dosen Pengampu:

Dr. Ida Bagus Mardana, M.Si.

Ina Yuliana,M.Pd.

Disusun Oleh:

Santa Silveria Br Sembiring (2113071034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran yang
berjudul “Asesmen Autentik” ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. Ida Bagus Mardana, M.Si. dan Ibu Ina Yuliana, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah
Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bidang studi yang Penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Selain
itu Penulis juga berharap agar pembaca mendapatkan pengetahuan setelah membaca makalah ini.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita bersama.

Singaraja, 28 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1.4. Manfaat ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

2.1. Pengertian Asesmen Autentik......................................................................................... 3


2.2. Ciri-Ciri Asesmen/Penilaian Autentik ............................................................................ 4
2.3. Jenis-Jenis Asesmen Autentik ........................................................................................ 5
2.4. Prinsip Penilaian autentik .............................................................................................. 10
2.5. Kelebihan Asesmen Autentik ........................................................................................ 11
2.6. Kekurangan Asesmen Autentik ..................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 13

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 13


3.2. Saran .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan
kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu
komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005). Untuk mengukur kadar ketercapaian
kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang mencakup tujuan dan isi, penilaian
terhadap capaian hasil pembelajaran harus dilakukan.
Salah satu prinsip penilaian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah menyeluruh
dan berkesinambungan. Menyeluruh berarti penilaian oleh guru mencakup semua aspek
kompetensi (aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek afektif) dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai. Berkesinambungan artinya penilaian dilakukan
untuk memantau perkembangan kemampuan siswa. Sedangkan penilaian yang memiliki
relevansi kuat dengan kurikulum 2013 yang mempunyai dasar metode scientific approach
adalah penilaian autentik (authentic assessment).
Penilaian autentik adalah salah satu bentuk penilaian yang meminta peserta didik
menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan sebenarnya,
yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dalam pembelajaran di
sekolah, salah satu bentuk penilaian autentik adalah peserta didik diberi kegiatan untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau
dunia nyata. Oleh karena itu,sangat penting sekali adanya penilaian autentik ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana pengertian dari asesmen autentik?

1
2. Bagaimana ciri-ciri asesmen autentik?
3. Bagaimana pembagian jenis-jenis asesmen autentik?
4. Bagaimana prinsip asesmen autentik?
5. Bagaimana kelebihan asesmen autentik?
6. Bagaimana kekurangan asesmen autentik?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan
makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari asesmen autentik
2. Mengetahui ciri-ciri asesmen autentik
3. Mengetahui pembagian jenis-jenis asesmen autentik
4. Mengetahui prinsip asesmen autentik
5. Mengetahui kelebihan asesmen autentik
6. Mengetahui kekurangan asesmen autentik

1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah terhadap penulis maupun pembaca yaitu:
1. Bagi Pembaca
Setelah membaca makalah ini, Pembaca diharapkan mampu menambah wawasan
mengenai pengertian dari asesmen autentik, ciri-ciri asesmen autentik, pembagian
jenis-jenis asesmen autentik, prinsip asesmen autentik dan kelebihan serta
kekurangan asesmen autentik.
2. Bagi Penulis
Setelah menyusun makalah ini, Penulis diharapkan mampu untuk meningkatkan
pemahaman dan penguasaan materi mengenai pengertian dari asesmen autentik, ciri-
ciri asesmen autentik, pembagian jenis-jenis asesmen autentik, prinsip asesmen
autentik dan kelebihan serta kekurangan asesmen autentik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asesmen Autentik


Asesmen autentik adalah suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk
pengukuran terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi,
dan sikap-sikap pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran (Syofiana, 2010). Senada
dengan pendapat tersebut, O'malley dan Pierce mengatakan bahwa asesmen otentik adalah
bentuk penilaian yang menunjukkan pembelajaran siswa yang berupa pencapaian,
motivasi, dan sikap yang relevan dalam aktivitas kelas. Sedangkan menurut Newton
Public Schools asesmen otentik merupakan penilaian terhadap produk-produk dan kinerja
yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman kehidupan nyata peserta didik.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang asesmen otentik yang telah dikemukakan
oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen otentik merupakan suatu proses
evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran yang berupa produk-produk dan
kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran di kelas.
Asesmen otentik memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan
tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran seperti melakukan
penelitian, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap
peristiwa politik terbaru, berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat, dan sebagainya.
Melalui asesmen otentik, siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin
bahwa asesmen yang diberikannya itu bermakna dan relevan.
Asesmen otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta
didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Asesmen otentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum
mampu menerapkan perolehan belajar dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat
mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula
kegiatan remidial harus dilakukan. Maka dari itu asesmen otentik harus menjadi bagian

3
integral dari pengajaran, sehingga dengan demikian penilaian tidak digunakan hanya
sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigma lama, tetapi
juga untuk mempengaruhi pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan pengembangan
fungsi penilaian yang mengukur produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam
pembelajaran kemampuan berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang berarti
bagi siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai karakter pokok yang sama dengan
pengajaran yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan pengajaran. Dalam penilaian
autentik diharapkan para siswa dapat merumuskan permasalahan, memikirkan solusi, dan
menginterpretasikan hasil.
Penilaian otentik pada dasarnya memiliki tiga ranah, yakni: kognitif, psikomotor,
dan afektif. Penilaian yang dilakukan guru harus memuat keseimbangan tiga ranah
tersebut. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari suatu kompetensi dasar
yang harus dicapai.
2. Penilaian aspek afektif dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar,
baik di dalam maupun di luar kelas.
3. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan
belajar mengajar.

2.2. Ciri-Ciri Asesmen/Penilaian Autentik


Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan
strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan atau berkelanjutan untuk memantau proses dan kemajuan belajar
peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar
yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses
belajar mengajar. Ciri-ciri dari penilaian autentik yaitu sebagai berikut:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran yakni kinerja dan hasil atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

4
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik mencerminkan bagian-bagian
kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan
pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

2.3. Jenis-Jenis Asesmen Autentik


Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.
Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-
indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis,
observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk itu, ada tujuh
teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas
tertentu seperti praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek Olah Raga, presentasi,
diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi
dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa
yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua
dapat diamati.
e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati

5
f. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen berikut:
1) Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.
Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara
ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak
terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati
subjek dalam jumlah besar.
2) Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu, karena pemberian nilai secara kontinu di mana pilihan kategori nilai
lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Misalnya:
 1 = tidak kompeten,
 2 = cukup kompeten,
 3 = kompeten dan
 4 = sangat kompeten.
Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih
dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.

2. Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi
dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat
dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya

6
terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-
teknik tersebut antara lain yaitu seperti observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai
kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat
melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan
dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di
sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang
kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
b. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung atau wawancara tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta
didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai "Peningkatan
Ketertiban". Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam
penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini
dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
c. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat
ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis
pandangannya tentang "Kerusuhan Antar Etnis" yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan
dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

7
3. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan
tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Memilih jawaban, dibedakan menjadi:
 Pilihan ganda
 Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
 Menjodohkan
 Sebab-akibat
b. Mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
 Isian atau melengkapi
 Jawaban singkat atau pendek
 Uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian
singkat, menjodohkan, dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai
kemampuan berpikir rendah yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan
ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan
cakupan materi yang luas. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik
tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban
yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta
didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar
untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu
pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan
umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu
kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang
sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat

8
menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis,
dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan
terbatas.
4. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.
5. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung,
lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. Cara analitik,
yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria
yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Cara holistik, yaitu
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
6. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai)

9
atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu
pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik
melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto,
lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsb.
7. Penilaian Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya peserta didik diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil
belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian diri peserta didik didasarkan
atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
b. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
c. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta
untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

2.4. Prinsip Penilaian autentik


Penilaian autentik sangat penting untuk diterapkan dalam implementasi Kurikulum
2013 dengan memandang penilaian dan pembelajaran berorientasi pada pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik secara holistis. Penilaian autentik menuntut peserta didik

10
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya untuk menyelesaikan masalah
nyata. Agar kompetensi yang dikuasai dapat digunakan secara bermakna dalam
kehidupan, guru harus merancang masalah nyata yang bermakna dan menunjukkan
kebermanfaatan ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik dalam kehidupan nyata,
bukan dalam dunia sekolah.
Penilaian autentik menggunakan berbagai cara dan kriteria holistis, yakni
kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Penilaian autentik tidah hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi
lebih fokus pada pengukuran tentang apa yang dilakukan oleh peserta didik. Prinsip-
prinsip penilaian autentik adalah sebagai berikut.
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran.
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan
masalah dunia sekolah.
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4. Penilaian harus bersifat holistis yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

2.5. Kelebihan Asesmen Autentik


Beberapa keuntungan dari asesmen autentik adalah:
1. Asesmen autentik berorientasi kepada penilaian proses pembelajaran, dengan
demikian melalui penilaian otentik guru akan dapat mengetahui dimana kelebihan dan
kelemahan dari siswa.
2. Asesmen autentik dapat menggambarkan pencapaian seorang siswa dalam
pembelajaran berupa gain atau kemajuan belajar, tidak sekedar ditunjukkan dengan
angka-angka yang dinyatakan dalam rapor.
3. Penilaian dan hasil yang lebih autentik akan meningkatkan proses belajar mengajar,
siswa lebih jelas mengetahui kewajiban-kewajiban mereka untuk menguasai tugas-
tugas yang diberikan, dan guru yakin bahwa hasil-hasil asesmen itu bermakna dan
berguna untuk meningkatkan pengajaran.

11
2.6. Kekurangan Asesmen Autentik
1. Biaya asesmen otentik lebih banyak dibanding tes-tes standar.
2. Asesmen otentik mungkin kurang reliabel dan valid dibanding bentuk-bentuk asesmen
lain.
3. Bagi guru yang menggunakan asesmen otentik dalam kelas, dituntut untuk lebih
mengembangkan pendidikan dan profesionalitas
4. Asesmen otentik tidak seberguna tes-tes standar bagi para pembuat kebijakan karena
asesmen otentik tidak dapat memperlihatkan trend-trend jangka panjang seperti tes-
tes standar
5. Asesmen otentik memiliki bias di pihak penilai.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Asesmen autentik merupakan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai
bentuk pengukuran yang berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan
pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada
aktifitas yang relevan dalam pembelajaran di kelas. Melalui asesmen otentik, siswa lebih
terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin bahwa asesmen yang diberikannya itu
bermakna dan relevan.
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar.
Terdapat tujuh teknik yang dapat digunakan yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri.
Penilaian autentik menggunakan berbagai cara dan kriteria holistis, yakni
kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Penilaian autentik tidah hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi
lebih fokus pada pengukuran tentang apa yang dilakukan oleh peserta didik. Penilaian atau
asesmen autentik juga memiliki beberapa kelebihan serta memiliki beberapa kelemahan.

3.2. Saran
Penulis menyadari dalam menulis makalah ini masih banyak terjadi kesalahan yang
harus diperbaiki baik dalam penulisan maupun penyampaian, masih jauh dari kata
sempurna. Tentunya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini agar
menjadi lebih baik kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana, Dr (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. dalam Syofiana, 2010.

(Ii et al., 2017; Maros & Juniar, 2016; Nisrokha, 2018) Ii, B. A. B., Teori, A. D., & Moderasi, K.
(2017). Kajian Teori 12(1), 13–36.

Maros, H., & Juniar, S. (2016). 1–23.

Nisrokha. (2018). Authentic Assessment (Penilaian Otentik). Jurnal Madaniyah, 08(2), 209–229.

Wiggins, Grant (1990). The case for authentic assessment. Practical Assessment, Research &
Evaluation, 2(2). [online] tersedia: http://PAREonline.net/getvn.asp?v=2&n (diakses 25
September 2022)
Syaiful S. 2016. Penilaian Autentik. [online].
https://www.academia.edu/28734636/MAKALAH_PENILAIAN_AUTENTIK (diakses
25 September 2022)
Rita Lestari. 2015. ASESMEN OTENTIK. [online].
https://www.academia.edu/18423468/ASESMEN_OTENTIK (diakses 25 September
2022)

14

Anda mungkin juga menyukai