Anda di halaman 1dari 34

HASIL BELAJAR SEBAGAI OBJEK PENILAIAN

Diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan.


Dosen Pengampu : DR. Shinta Dewi

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Maya Indah Nurjanah (20177279264)


Pendi Siahaan (20177279256)
Lya Fitriani (20177279263)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karna berkat izin
dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini pada tepat
waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Evaluasi
Pendidikan“ . Adapun masalah yang di bahas dalam makalah ini yaitu “ Hasil Belajar
Sebagai Objek Penilaian“ .
Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan
kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana ini.
Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam
makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin bahwa
penulisan makalah ini masih banyak memimiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengucapkan mohon maaf.
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih!

Jakarta, 7 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......... ........................................................................................... ii


Daftar Isi .................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………….…............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah . …….................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………......................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penilaian . ………........................................................................ 3


2.2 Pengetahuan Tentang Penilaian …………….................................................... 5
2.3 Memilih Teknik Penilaian ………............................................................ 6
2.4 Sifat – sifat Penilaian Pendidikan .......…...................................................... 7
2.5 Taksonomi (Pengelompokan) Hasil Belajar ………………………..……… 7
2.5.1 Taksonomi Hasil Belajar dari Benjamin S. Bloom ............................................ 7
2.5.2 Taksonomi hasil Belajar Revisi Dari Anderson dan Krathwohl .................... 17

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………................................................................................. 29
3.2 Saran …………........................................................................................... 29

Daftar Pustaka

3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab

I Pasal 1(1) “Pendidikan didefinisakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasanan belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan merupakan sebuah program, yang melibatkan sejumlah komponen yang

bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk

mencapai suatu tujuan. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa evaluasi merupakan proses

yang terdiri dari pengukuran dan penilaian. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

penyelenggaraan program dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Evaluasi

bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam menyerap materi

yang telah dipelajari dan untuk mengetahui tingkat kemampuan pendidik dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

Pertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian adalah apa yang harus dinilai.

Penilaian sendiri berarti pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan

kriteria tertentu. Pengambilan keputusan belum dapat dilakukan hanya atas dasar hasil

pengukuran. Hasil pengukuran baru mempunyai makna dan dapat digunakan untuk

mengambil keputusan setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu. Penilian dapat

berfungsi untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.


4
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Howar Kigsley dalam Nana Sudjana (1989)

membagi tiga macam hasil belajar yaitu (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan

dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Pendapat berbeda dinyatakan oleh Gane dalam

Nana sudjana (1989) yang membagi 5 katagori untuk hasil belajar yaitu (a) informasi

verbal, (b) ketrampilan elektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) ketrampilan

motoris. Dimana ada objek, pasti akan ada subbjek. Begitu pula dalam evaluasi, di

samping adanya subjek evaluasi, pasti terdapat sasaran atau objek yang menjadi titik

pusat pengamatan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang objek atau

sasaran evaluasi beserta klasifikasinya dalam penilaian hasil belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan objek penilaian hasil belajar?

2. Apa saja klasifikasi objek penilaian hasil belajar?

3. Apa perbedaan taksonomi Bloom dan Anderson?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui objek penilaian hasil belajar

2. Untuk mengetahui klasifikasi objek penilai hasil belajar

3. Untuk mengetahui perbedaan taksonomi Bloom dan Anderson.

5
II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penilaian

Kusaeri (2015) menyatakan ada tiga istilah yang sering dipakai orang secara rancu

tentang penilaian yaitu pengukuran (measurement), penilaian (asesment), dan evaluasi

(evaluation). Ketiga istilah ini memilki arti yang sangat berbeda karena tingkat

penggunaan yang berbeda.

1. Pengukuran

Pengukuran merupakan cabang ilmu matematika terapan yang bertujuan untuk

membangun dasar-dasar pengembangan tes, sehingga dapat menghasilkan tes yang

berfungsi secara optimal, valid dan reliabe. Dasar-dasar pengembangan tes tersebut

dibangun atas model-model matematika yang secara berkesinambungan dan terus diuji

kelayakannya melalui ilmu psikometri.

Azwar dalam Kusaeri (2014) mendefinisikan pengukuran sebagai prosedur

pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepajang garis kontinum.

Dengan demikian, secara sederhana pengukuran dapat dikatakan sebagai suatu prosedur

membandingkan antara atribut yang hendak diukur dengan alat ukurnya. Pengukuran

memiliki beberapa karakteristik :

a. Pengukuran merupakan perbandingan antara atribut yang diukur dan alat ukurnya

artinya, apa yang diukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu

sendiri. Artinya benda yang dimensinya diukur merupakan subjek pengukuran bukan

objek pengukuran.

6
b. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif atau berupa angka. Suatu proses pengukuran

akan dinyatakan selesai apabila hasilnya telah diwujudkan telah diwujudkan dalam

bentuk angka, disertai oleh satuan ukuran yang sesuai.

c. Hasil dari proses pengukuran bersifat deskriptif, yaitu sebatas memberi angka yang

tidak dintrepretasikan lebih jauh. Contoh A mengendarai becak dengan kecepatan 80

km/jam, tanpa diberi ketrangan kecepanya cepat, sedang atau lambat.

2. Penilaian

Penilaian hendaknya dilakukan setelah proses pengukuran. Purwanto (2016)

medefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan

mengumpulkan, menganalisis, serta mengipretasikan informasi untuk menentukan

seberapa jauh seseorang atau sekelopok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Secara khusus definisi

penilaian adalah suatu prosedur sistematis yang mecakup kegiatan mengumpulkan,

menganalisis, serta mengipretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat

kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek.

3. Evaluasi

Intreprestasi dari hasil penilaian hanya bersifat evaluatif apabila disandarkan pada

suatu norma (harga rata-rata) atau kriteria tertentu. Dengan adanya norma dan kriteria,

maka hasil yang sama suatu kegiatan evaluasi dapat meuncukan interpretasi yang

berbeda. Karakteristik evaluasi diantaranya adalah sebagai perbandingan hasil penilaian

dengan suatu norma atau kriteria, yang hasilnya bersifat kualitatif dan dinyatakan secara

evaluatif.

7
2.2 Pengetahuan Tentang Penilaian

Proses belajar dan mengajar dalam suatu kelas akan berjalan dengan dinamis jika

seorang guru mampu melakukan penguasaan materi dan kelas secara bersamaan. Dalam

proses penilaian, seorang guru hendaknya mengetahui dan menguasai beberapa hal terkait

penilaian. Kusaeri (2012) meyatakan bahawa seorang guru hendaknya memilki

kemampuan dala penilaian sebagai berikut :

1. Seorang guru hendaknya memiliki prosedur yang tepat untuk membuat keputusan

pembelajaran. Kompetensi ini sangat penting agar guru mengenal ruang lingkup

prosedur penilaian yang ada dan jenis informasi yang diberikan oleh prosedur yang

berbeda.

2. Seorang guru perlu memiliki kemampuan mengembangakan prosedur penilaian yang

tepat guna membuat keputusan pembelajaran. Untuk memenuhi hal ini, guru harus

mengenal prinsip-prinsip dan standar mengembangkan berbagai hal terkait teknik-

teknik penilaian.

3. Seorang guru harus memilki kemampuan dalam melaksanakan, menskoran, dan

penafsiran hasil penilaian yang telah dibuat.

4. Seoarang guru harus memilki kemampuan menggunakan hasil-hasil penlaian untuk

membuat keputusan-keputusan di bidang pendidikan. Guru yang baik adalah guru

yang memahami dan dapat mendeskripsikan iplikasi dan ketrbatasan hasil penilaian

serta menggunakannya untuk meningkatkan prestasi anak didiknya.

5. Seoarang guru hendaknya memiliki kemampuan mengembangkan teknik penilaian

yang valid dan menggunakan informasi pendidikan. Penetapan nilai merupakan

aspek penting dalam pembelajaran.

8
6. Seorang guru mampu mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian. Guru hendaknya

secara rutin harus mengintrepretasikan dan melapokan hasil-hasil penilaian kepada

siswa, orantua sisa dan semua pihak yang terlibat. Guru juga harus mampu

mendeskripsikan kekurangan dan kelebihan dari berbagai metode penilaian.

2.3 Memilih Teknik Penilaian

Seorang gruru memiliki beban dan tanggung jawab yang tidak mudah. Seringkali

guru menggunakan prosedur penilaian tertentu tanpa mempertimbangkan secara seksama

alasan memilih prosedur penilian tersebut. Kebutuhan memberikan penilian merupakan

tuntutan yang selalu menyertai dalam proses pendidikan. Kebutuhan untuk memberikan

nilai terhadap siswa ini yang mendorong seorang guru melakukan penilaian terhadap

siswa. Terdapat beberapa prinsip dalam memilih dan menggunakan penilaian agar

bermakna, prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Tujuan pembelajaran yang dinilai harus jelas

2. Teknik penilaian yang dipilih haruu sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3. Teknik penilian yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

4. Perlu memmpertimbangkan kelemahan dan kelebihan dari teknik penilaian yang

dipilih.

2.4 Sifat-sifat Penilaian Pendidikan

Cohen dan Swerdlik dalam Kusaeri (2014) mengungkapan ada beberapa sifat dalam

penilaian pendidikan. Sifat-sifat tersebut adalah :

1. Terdapat kostruksi psikologis dalam penilaian pendidikan

2. Tidak semua konstruksi penilian pendidikan memberikan hasil yang sempurna.

9
3. Terdapat berbagai macam cara yang berkembanag secara dinamis yang menyesuai

dengan kebutuhan, psikologi dan tujuan masing masing penilaian.

4. Semua prosedur penilai memilki kelebihan dan kekurangan, sehingga seorang guru

harus memahami kelebihan dan kekurang dari metode penilaian yang dipilih dalam

proses penilaian.

5. Penilain harus memperhatikan berbagai sumber informasi, agar penilaian yang

diambil semakin tepat.

6. Penilain harus dilakukan secara adil, tidak memihak dan mengedepankan azas

kejujuran.

Penilaian hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data

dan informasi, pengolahan, penafsiran) dan pertimbangan untuk membuat keputusan

tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.. Objek penilaian hasil

belajar adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran penilaian hasil belajar. Objek

penilaian hasil belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi titik pusat

pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.

2.5 Taksonomi Hasil Belajar

2.5.1 Taksonomi Hasil Belajar dari Benjamin S. Bloom

Hasil belajar merupakan proses dalam individu yang berinteraksi dengan


lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Hasil belajar dapat berupa
perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, tergantung dari tujuan
pembelajarannya. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan
10
karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi. Sedangkan belajar adalah
suatu usaha yang dilakukan untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara
berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku. Hasil
belajar digunakan sebagai objek penialian, dimaksudkan untuk melihat kembali apakah
tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah
berlangsung secara efektif dan efisien.

Sebagaimana telah dimaklumi, dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan


tercatat, bahwa pada kurun waktu empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di
Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M.D. Englehart, E. Futst, W.H Hill, Daniel
R. Krathwohl dan didukung oleh Ralph E. Tylor, mengembangkan suatu nmetode
pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut taxonomy. Ide untuk membuat
taksonomi itu muncul setelah lebih kurang lima tahun mereka berkumpul dan
mendiskusikan pengelompokan tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan
sebuah karya Bloom dan kawan-kawannya itu, dengan judul : Taxonomy of Education
Objectives (1956)

Benjamin S. Bloom dan teman – temannya berpendapat bahwa taksonomi


(pengelompokan) hasil belajar itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (=
daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) Ranah proses
berfikir (cognitive domain) (2) Ranah nilai atau sikap (affective domain) dan (3) Ranah
keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, ketiga domain
atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil
belajar, yaitu :

1. Apakah peserta didik memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah
diberikan kepada mereka?
2. Apakah peserta didik sudah dapat mengahayatinya?
3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara
kongkret.

Objek penilaian hasil belajar penting diketahui agar memudahkan guru dalam
menyusun alat evaluasinya. Ketiga objek penilaian harus dievaluasi secara menyeluruh,
11
artinya jangan hanya menilai segi penguasan materi semata, tetapi juga harus menilai segi
perubahan tingkah laku dan proses mengajar dan belajar itu sendiri secara adil.

Tiga ranah yang menjadi objek penilaian adalah:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom

dalam Nana (2016) segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam

ranah kognitif. Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari

jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud

adalah:

a) Pengetahuan/ hafalan/ ingatan ( knowledge)

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ngingat kembali atau

mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya,

tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau

ingatan ini adalah proses berpikir yang paling rendah.

b) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan orang untuk mengerti atau memahami sesuatu

setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman

merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan

atau hafalan.

c) Penerapan/ aplikasi (application)

Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan

ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip dan sebaginya,

12
dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan adalah merupakan

proses berpikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami

bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-

bagian atau faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi

ketimbang jenjang aplikasi.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir

yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu

proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang

sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang analisis.

f) Penilaian/ Penghargaan/ Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif

menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi didisini merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, niali

atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan

mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau

kriteria yang ada.

13
Keenam jenjang berpikir yang terdapat pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom

itu, jika diurutkan secara hierarki piramida adalah sebagaimana terlukis pada Gambar 1.

Gambar 1. Enam Jenjang Berpikir Pada Ranah Kognitif

Keenam jenjang berpikir pada ranah kognitif ini bersifat kontinu dan overlap

(tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada di

bawahnya. Overlap diantara enam jenjang berpikir akan lebih jelas terlihat pada Gambar

Gambar 2. Overlap Antara Enam Jenjang Pada Ranah Kognitif

Keterangan:

1) Pengetahuan adalah jenjang berpikir paling dasar.


2) Pemahaman, mencakup pengetahuan
3) Aplikasi atau penerapan, mencakup pemahaman dan pengetahuan. (
4) Analisis, mencakup aplikasi, pemahaman dan pengetahuan.
5) Sintesis, meliputi juga analisis, aplikasi, pemahaman dan pengetahuan,
14
6) Evaluasi, meliputi sintesis, analisis, aplikasi, pemahaman dan pengetahuan.

2. Ranah Afektif

Taksonomi untuk daerah afektif mula-mula dikembangkan oleh David R.

Krathwohl (Nana 2016). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan

nilai. Ranah afektif ini ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam jenjang, yaitu:

a. Receiving

Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus)

dari luar yang datang kepada dirinya dalm bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-

lain.

b. Responding

Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan

menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mengikutsertakan dirinya secara aktif alam fenomena tertentu dan membuat reaksi

terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang

jenjang receiving.

b) Evaluting

Evaluating artinya memberikan niali atau memberikan penghargaan terhadap

suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,

dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.valuting adalah merupakan

tingkatan afektif yang lebih tinggi daripada receiving dan responding.

c) Organization

Oraganization artinya mempertemukan perbedaan niali sehingga terbentuk nilai

baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Mengatur

15
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem

organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu dengan nilai yang lain,

pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

d) Internalitation

Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat

tertinggu dalam suatu hierarki nilai. Nilai itu telah menempati tertanam secara

konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah

merupakan tingkatan afektif tertinggi karena sikap batin peserta didik telah benar-

benar bijaksana.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil

belajar ranah psikomotor menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam

bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini

sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam

bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku).

Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif menjadi hasil belajar psikomotor

apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan

makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

Menurut Dave dalam Kusaeri (2014) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima

kategori yaitu: :

16
a) Peniruan

Kegiatan Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi

respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot

saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b) Manipulasi

Manipulasi menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,

penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui

latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk

tidak hanya meniru tingkah laku saja.

c) Ketetapan

Untuk mencapai ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang

lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-

kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.

d) Artikulasi

Artikulasi menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat

urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di antara

gerakan-gerakan yang berbeda.

e) Pengalamiahan

Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain

psikomotorik.

17
Dalam Purwanto (2016), Simpson mengkasifikasikan taksonomi hasil belajar

psikomotorik menjadi lima, yakni:

1) Presepsi (perception) , adalah kempuan hasil belajar psikomotorik yang paling

rendah. Presepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala

lain.

2) Kesiapan (set), yakni kemampuan menempatkan diri untuk memulai gerakan.

Misalnya kesiapan diri untuk berlari, menari, mengetik, mendemostrasikan,

dll.

3) Gerakan terbimbing (guided response), adalah kemapuan untuk melakukan

menirukan model yang dicontohkan.

4) Gerak terbiasa ( mechanism), yakni kemampuan yang dicapai karena kegiatan

berulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan.

5) Gerak kompleks (origination), yakni kemampuan menciptakan gerakan-

gerakan baru yang tidak ada sebalumnya atau mengkombinasikan gerakan

yang ada menjadi suatu gerakan yang orisinal.

2.5.1.1 Klasifikasi Kata Kerja Operasional Bloom

Penggunakan kata kerja operasioal dalm menerapan ketiga ranah tersebut dapat
di lihat apada tabel 1,2 dan 3.

1. RANAH KOGNITIF
Tabel I. Penggunaan kata kerja pada Ranah Kognitif
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan
(K1) (K2) (K3) (K4) (K5) (K6)

1 2 3 4 5 6
Mengenali Menjelaskan Melaksanakan Mendiferensiasikan Mengcek Membangun
Mengingat Mengartikan Mengimplementasikan Mengorganisasikan Mengkritik Merencanakan
kembali Menginterpretasikan Menggunakan Mengatribusikan Membuktikan Memproduksi
18
Membaca Menceritakan Mengonsepkan Mendiagnosis Mempertahankan Mengkombinasikan
Menyebutkan Menampilkan Menentukan Memerinci Memvalidasi Merangcang
Melafalkan/ Memberi contoh Memproseskan Menelaah Mendukung Merekonstruksi
melafazkan Merangkum Mendeteksi Memproyeksikan Membuat
Menuliskan Menyimpulkan Mengaitkan Menciptakan
Menghafal Membandingkan Memecahkan Mengabstraksi
Mengklasifikasikan Menguraikan
Menunjukkan
Menguraikan
Membedakan
Mengidentifikasikan
Contohnya: “ siswa dapat menjelaskan cabang-cabang biologi dan kaitannya dengan
karir dimasa depan”.
2. RANAH AFEKTIF

Tabel 2. Penggunaan kata kerja pada Ranah Afektif

Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasikan Karakterisasi Menurut


(A1) (A2) (A3) (A4) Nilai (A5)
Mengikuti Mengompromikan Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Menyenangi Meyakini Menata Mengubah perilaku
Mematuhi Menyambut Meyakinkan Mengklasifikasikan Berakhlak mulia
Meminati Mendukung Memperjelas Mengombinasikan Mempengaruhi
Menyetujui Memprakarsai Mempertahankan Mengkualifikasi
Menampilkan Mengimani Membangun Melayani
Melaporkan Menekankan Membentuk pendapat Membuktikan
Memilih Menyumbang Memadukan Memecahkan
Mengatakan Mengelola
Memilah Menegosiasi
Menolak Merembuk

Contohnya: “ siswa mampu memiliki sikap dan prilaku kagum terhadap keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan dalam mempelajari ruang lingkup biologi”

3. RANAH PSIKOMOTORIS

Tabel 3. Penggunaan kata kerja pada Ranah Psikomotoris

Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi


(P1) (P2) (P3) (P4) (P5)
Menyalin Kembali Menunjukkan Membangun Mendesain
Mengikuti membuat Melengkapi Mengatasi Menggabungkan Menentukan
Mereplikasi Membangun Menunjukkan, Koordinat, Mengintegrasikan Mengelola
Mengulangi Melakukan, Menyempurnakan Beradaptasi Mengembangkan Menciptakan
Mematuhi Melaksanakan, Mengkalibrasi Merumuskan, Memodifikasi
Menerapkan Mengendalikan Master

19
Contohnya: “siswa dapat menyusun suatu laporan penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah” dan “siswa dapat menerapkan prinsip keselamatan kerja pada
saat bekerja atau praktikum di laboratorium”.
Penilaian hasil belajar yang memperhatikan ranah kognitif, afektif, dan

psikomorik pada guru pelajaran dapat terlihat dapa studi kasus berikut. Seorang guru IPA

sedang mengajarkan topik atau pokok bahasan “”. Berdasarkan Garis besar program

pengajaran dari ketiga ranah dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Perbandingan Ranah kognitif, afektif dan psikomorik

Ranah Kognitif Ranah Afektif Ranah Psikomotorik

Menguasai materi apa saja Motivasi diri yang tinggi Bertanya kepada guru
jenis zat yang merupakan untuk mempelajari lebih tentang definisi zat aditif,
zat aditif dalam makanan. banyak zat aditif yang jenisnya dan manfaat serta
ditambahkan dalam efek penggunaannya
makanan. dalam makanan.
Memahami definisi zat Menyadari bahwa zat Memberi penjelasan
aditif, jenisnya dan aditif di samping memiliki tentang jenis, manfaat
manfaat serta efek manfaat yang baik, namun serta efek penggunaannya
penggunaannya dalam juga dapat membawa efek dalam makanan kepada
makanan. yang buruk jika masyarakat di sekitarnya.
dikonsumsi dalam jangka
waktu yang panjang.

2.5.2 Taksonomi Bloom Revisi ( Anderson dan Krathwohl)

Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir


setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes,
dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka pikir ini memudahkan guru memahami,
menata, dan mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan
mempunyai pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Namun pada tahun 2001 terbit
sebuah buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David
R. Krathwohl.
20
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali
menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran.
Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun)
menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya
adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan
taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking)
ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking).
Tabel 5. Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson

Taksonomi Bloom Perbaikan Taksonomi Bloom

Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami

Penerapan Menerapkan

Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai

Penilaian Menciptakan
Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada
produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir
bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses
paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi.
Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya
kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan
Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak
menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan
terminologi berbentuk gerund yaitu remembering (ingatan), understanding
(pemahaman) , applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation (penilaian) dan
creation (penciptaan) dan seterusnya. Terminologi ini lebih menggambarkan kompetensi
secara spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan.
Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah
21
kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar,
melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan
tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi
yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis
merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima kompetensi
lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida
domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan).

2.5.2.1 Dimensi Taksonomi Anderson

Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 6. Deskripsi dan Kata Kunci Setiap Kategori Taksonomi Anderson
KATEGORI KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the student recall Menyebutkan definisi, menirukan ucapan,
or remember the information? Dapatkah menyatakan susunan, mengucapkan,
peserta didik mengucapkan atau mengingat mengulang, menyatakan
informasi?
Understanding (pemahaman): Dapatkah Mengelompokkan, menggambarkan,
peserta didik menjelaskan konsep, prinsip, menjelaskan identifikasi, menempatkan,
hukum atau prosedur? melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan,
pharaprase.
Applying (penerapan): Dapatkah peserta didik Memilih, mendemonstrasikan, memerankan,
menerapkan pemahamannya dalam situasi menggunakan, mengilustrasikan,
baru? menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat
sketsa, memecahkan masalah, menulis
Analyzing (analisis): Dapatkah peserta didik Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan,
memilah bagian-bagian berdasarkan perbedaan membedakan, melakukan deskriminasi,
dan kesamaannya? memisahkan, menguji, melakukan eksperimen,
mempertanyakan.
Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta didik Memberi argumentasi, mempertahankan,
menyatakan baik atau buruk terhadap sebuah menyatakan, memilih, memberi dukungan,
fenomena atau objek tertentu? memberi penilaian, melakukan evaluasi
Creating (penciptaan): Dapatkah peserta didik Merakit, mengubah, membangun, mencipta,
menciptakan sebuah benda atau pandangan? merancang, mendirikan, merumuskan, menulis.

(Kusaeri, 2014)

22
Dalam taksonomi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam
taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah
Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension
(dimensi proses kognisi). Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat
digambarkan dengan tabel berikut.
Tabel 7. Dimensi Proses Kognisi
Dimensi Dimensi Proses Kognisi (The Cognitive Process Dimension)
Pengetahuan
Penilaia
(The Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis n
Pencipta
Knowledge an
(remember) (understand) (apply) (analyze) (evaluate
Dimension) (create)
)
Pengetahuan
Faktual
(Factual
Knowledge)
Pengetahuan
Konseptual
(Conceptual
Knowledge)
Pengetahuan
Prosedural
(Procedural
Knowledge)
Pengetahuan
Meta-
Kognisi
(Meta-
Cognitive
Knowledge)
(LorinW. Anderson and David R. Krathwohl, 2001)

Tabel 8. Dimensi Pengetahuan Dan Contohnya

JENIS UTAMA DAN JENIS SUB CONTOH


1. PENGETAHUAN FAKTUAL
Siswa harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara
memecahkan masalah di dalamnya.
a. Pengetahuan tentang Teknis kosakata, simbol musik.
terminologi

23
b. Pengetahuan tentang rincian
spesifik dan elemen Sumber utama, sumber informasi yang dapat
diandalkan.
2. PENGETAHUAN KONSEPTUAL
Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang
memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.
a. Pengetahuan tentang klasifikasi Periode waktu geologi, bentuk-bentuk
dan kategori kepemilikan bisnis.
b. Pengetahuan tentang prinsip dan Teorema pythagoras, hukum penawaran dan
generalisasi permintaan.
c. Pengetahuan tentang teori, Teori evolusi, struktur kongres.
model, dan struktur
3. PENGETAHUAN PROSEDURAL
Bagaimana melakukan sesuatu, metode penyelidikan, dan kriteria untuk
menggunakan keterampilan, algoritma, teknik, dan metode.
a. Pengetahuan tentang subjek- Keterampilan yang digunakan dalam lukisan
keterampilan khusus dan dengan warna air, seluruh nomor algoritma
algoritma pembagian.

b. Pengetahuan tentang subjek Teknik wawancara, metode ilmiah.


khusus teknik dan metode
c. Pengetahuan tentang kriteria Kriteria yang digunakan untuk menentukan
untuk menentukan kapan harus kapan harus menerapkan prosedur yang
menggunakan prosedur yang melibatkan hukum kedua Newton, kriteria yang
tepat digunakan untuk menilai kelayakan dari
penggunaan metode tertentu untuk
memperkirakan biaya bisnis.
4. PENGETAHUAN METAKOGNITIF
Pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang
kognisi sendiri.

24
a. Pengetahuan strategis Pengetahuan menguraikan sebagai sarana
menangkap struktur dari unit materi pelajaran
dalam buku teks, pengetahuan tentang
penggunaan heuristik.
b. Pengetahuan tentang tugas Pengetahuan tentang jenis tes khusus,
kognitif, termasuk pengetahuan mengelola pengetahuan dari tuntutan kognitif
kontekstual dan kondisional dari tugas yang berbeda.
yang tepat
c. Pengetahuan diri Pengetahuan mengkritisi diri adalah kekuatan
pribadi, sedangkan menulis esai adalah
kelemahan pribadi, kesadaran tingkat
pengetahuan sendiri
(Anderson W. Lorin, Classroom Assessment, 2003)

Keterangan
1. Pengetahuan faktual (Factual Knowledge): pengetahuan berbentuk fakta seperti
nama, nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki
Hajar Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan
sebagainya.
2. Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge): pengetahuan berbentuk konsep,
hukum, dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan
sejenisnya.
3. Pengetahuan prosedural (Procedural Knolwledge): pengetahuan berbentuk cara
melakukan sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur
menerbangkan pesawat terbang, langkah menyusun modul dan sejenisnya.
4. Pengetahuan metakognisi (Meta-cognition Knowledge): sering disebut a process of
thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan strategi
terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar.
Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran otomatis (automatic awareness) yang
timbul karena pengetahuan dan kemampuan melakukan pengendalian (control) dan
memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang peserta didik menyadari bahwa gaya
25
belajar yang dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video pembelajaran
sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Tabel 9. Struktur Dimensi Proses Kognisi (Cognitive Process Dimension)

KATEGORI & NAMA DEFINISI DAN CONTOH


PROSES ALTERNATIF
KOGNISI
1. INGATAN - Mengambil pengetahuan relevan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Mencari pengetahuan dalam memori
jangka panjang yang konsisten dengan
materi yang disampaikan (misalnya,
Kenali tanggal peristiwa penting dalam
sejarah)
1.2 Mengingat Mengambil Mengambil pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang (misalnya,
Ingat tanggal peristiwa-peristiwa penting
dalam sejarah)
2. PEMAHAMAN - Membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis,
dan komunikasi grafis
3.1 Menafsirkan Klarifikasi, Mengubah dari satu bentuk representation
parafrase (misalnya, numerik) ke bentuk yang lain
mewakili (misalnya pidato, dan dokumen)
menerjemahkan

3.2 Mencontohkan Menggambarkan, Menemukan contoh spesifik atau ilustrasi


instantiating dari suatu konsep atau prinsip (misalnya,
Berikan contoh gaya lukisan
3.3 Mengklasifikasi varicusartistik

26
3.4 Meringkas Mengkategorikan, Menentukan sesuatu yang termasuk
subsuming dalam kategori (misalnya, klasifikasikan
kasus yang diamati atau dijelaskan dari
gangguan mental)
3.5 Menyimpulkan Abstrak, Abstrak tema umum atau titik utama
generalisasi (misalnya, Menulis ringkasan singkat dari
acara yang digambarkan pada rekaman
video)

3.6 Membandingkan Penutup, Mengambil kesimpulan logis dari


ekstrapolasi, informasi yang disajikan (misalnya,
interpolasi, Dalam belajar bahasa asing,
memprediksi menyimpulkan prinsip gramatikal dari
contoh yang ada)

3.7 Menjelaskan Kontras, Mendeteksi korespondensi antara dua ide,


pemetaan, benda, dan sejenisnya (misalnya,
sesuai peristiwa sejarah dibandingkan dengan
situasi kontemporer)

Membangun Membangun model sebab-akibat dari


model suatu sistem (misalnya, Jelaskan
penyebab peristiwa penting abad ke-18 di
Perancis)

3. PENERAPAN - Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu


3.1 Menjalankan Melaksanakan Menerapkan prosedur untuk mengerjakan
tugas (misalnya, digit nomor satu
keseluruhan dengan nomor lain
keseluruhan,baik dengan digit ganda)

27
3.2 Mengimplementa Menggunakan
sikan Menerapkan prosedur untuk tugas asing
(misalnya, Gunakan Hukum Kedua
Newton dalam situasi di mana itu tepat)
4. ANALISIS-Memilah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain dan struktur
keseluruhan atau tujuan.
4.1 Membedakan Diskriminatif, Membedakan sesuatu yang relevan dari
membedakan, bagian yang tidak relevan atau penting
fokus, dari bagian materi yang disampaikan
memilih (misalnya, bedakan antara angka yang
relevan dan tidak relevan dalam bahasa
matematis)

4.2 Mengorganisir Temuan Menentukan bagaimana elemen yang


koherensi, cocok atau berfungsi dalam struktur
mengintegrasikan, (misalnya, Struktur bukti dalam deskripsi
menguraikan, sejarah menjadi bukti dan penjelasan
parsing, terhadap resiko artikular sejarah)
penataan

4.3 Menghubungkan Mendekonstruksi Tentukan point pandang, nilai-nilai, atau


bahan yang disajikan yang mendasar
(misalnya, Tentukan sudut pandang
penulis esai dalam hal nya atau perspektif
politik nya)

5. EVALUASI-Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar


5.1 Memeriksa Koordinasi, Mendeteksi inkonsistensi dari fallacies
mendeteksi, dalam proses atau produk, menentukan
pemantauan, apakah suatu proses atau produk memiliki
28
pengujian konsistensi internal, detecting efektivitas
prosedur seperti yang sedang
dilaksanakan (misalnya,
Menentukan apakah kesimpulan seorang
ilmuwan diikuti dari data yang diamati)
5.2 Mengkritik Menilai Mendeteksi konsistensi antara produk
dan kriteria eksternal, menentukan apakah
suatu produk memiliki konsistensi
eksternal, mendeteksi kesesuaian
prosedur untuk masalah tertentu
(misalnya, Hukum yang dari dua metode
adalah cara terbaik untuk memecahkan
masalah yang diberikan)
6. PENCIPTAAN- Masukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang
koheren atau fungsional, mengenali unsur-unsur ke dalam pola baru atau struktur
6.1 Membuat Hipotesa Datang dengan hipotesa berdasarkan
kriteria (misalnya, Hasilkan hipotesa
untuk menjelaskan fenomena yang
diamati)

6.2 Merencanakan Merancang Merancang prosedur untuk


menyelesaikan beberapa tugas (misalnya,
Rencanakan sebuah makalah penelitian
tentang topik sejarah tertentu)

6.3 Memproduksi Membangun Menciptakan suatu produk (misalnya,


Membangun habitat untuk tujuan
tertentu)

(Anderson W. Lorin. Classroom Assessment, 2003)


29
2.5.2.2 Kata Kerja Operasional pada Dimensi Proses Kognisi dalam Taksonomi
Anderson

Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif menurut Anderson adlah :


1. Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan
2. Memahami : Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-kan, dan
membuat perhitungan
3. Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali
pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan.
4. Menganalisis : Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
5. Menilai: Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
6. Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang
sebelumnya kurang jelas

Tabel 10. Kata Kerja Operasional Taksonomi Anderson


Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptakan
Memilih Menggolongkan Menerapkan Menganalisis Menghargai Memilih
Menguraikan Mempertahankan Menentukan Mengategorikan Mempertimbangkan Menentukan
Mendefinisikan Mendemonstrasikan Mendramatisasikan Mengelompokkan Mengkritik Menggabungkan
Menunjukkan Membedakan Menjelaskan Membandingkan Mempertahankan Mengombinasikan
Memberitabel Menerangkan Menggeneralisasikan Membedakan Membandingkan Mengarang
Mendaftar Mengekspresikan Memperkirakan Mengunggulkan Mengkonstruksi
Menempatkan Mengemukakan Mengelola Mendiversivikasikan Membangun
Memadankan Memperluas Mengatur Mengidentifikasi Menciptakan
Mengingat Membericontoh Menyiapkan Menyimpulkan Mendesain
Menamakan Menggambarkan Menghasilkan Membagi Merancang
Menghilangkan Menunjukkan Memproduksi Merinci Mengembangkan
Mengutip Mengaitkan Memilih Memilih Melakukan
Mengenali Menafsirkan Menunjukkan Menentukan Merumuskan
Menentukan Menaksir Membuatsketsa Menunjukkan Membuathipotesis
Menyatakan Mempertimbangkan Menyelesaikan Melaksanakan survei Menemukan
Memadankan Menggunakan Membuat
Membuatungkapan Mempercantik
Mewakili Mengawali

30
Menyatakankembali Mengelola
Menuliaskembali Merencanakan
Menentukan Memproduksi
Merangkum Memainkanperan
Mengatakan Menceritakan.
Menerjemahkan
Menjabarkan

(Samsudin, 2011. Kata Kerja Operasional)


Menurut Kusaeri (2014), Anderson dan Krathwohl sendiri mengakui bahwa hasil
revisinya ini lebih melihat fungsi otak dalam satu kesatuan ranah (domain). Tidak seperti
sebelumnya yang menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Pembagian tersebut dikritisi banyak pihak karena cenderung membuat
pendidikan beranggapan bahwa adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang
sama.
Pada revisi taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah
dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang lain.
Karena semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja otak. Sebagai
contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, di dalamnya juga mencakup ranah
kognitif dan afektif, juga psikomotor.
Revisi ini merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein
mengatakan, complexity is the theory of classifying problems based on how difficult they
are to solve. Sebutan ini cukup wajar karena masalah otak dan fungsinya telah
mengundang beragam teori yang secara tak langsung telah menunjukkan betapa rumitnya
kajian tentangnya.
“How amazing is it…” begitulah ungkapan dalam artikel Barry L. Aaronson.
Dalam narasi yang lebih sederhana, kami mencoba mengambil analog dari gambaran saat
31
seseorang sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat mengernyitkan dahi, memegang
atau memijit-mijit keningnya. Orang lain yang melihatnya, dengan mudah menebak kalau
orang dengan tanda-tanda seperti itu sedang melakukan proses berpikir.
Berpikir tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena informasi
yang dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam itu menjadi
indikasi seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang menyampaikan perasaan atau
dengan kata, “hati-hati di jalan ya!”, mengapa yang dipegang bukanlah kepala, tetapi
malah memegang dada. Bukankah saraf emosi dan perasaan juga berada dalam otak?.
Menfungsikan otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett (1932)
mengartikan berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi informasi, (2)
ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-interpretasi yang
mengatur kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer (1977) menyarankan
pengertian berpikir sebagai upaya mengarahkan dan menghasilkan perilaku untuk
memecahkan (solve) atau mencari solusi dari suatu masalah. Pengertian ini selevel
dengan kategori metakognitif Anderson dan Krathwohl.
Kompleksitas fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya
pandangan para ahli cognitive neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya, menegaskan
bahwa aktifitas kognitif manusia dan perilakunya bergantung kepada 95 persen di bawah
batas kesadaran manusia (subconscious awarness). Hanya 5 persen aktifitas manusia
dilakukan berdasarkan kesadaran penuh (conscious awareness). Konsep ini agak sulit
disinergikan dengan kalsifikasi Anderson dan Krathwohl dalam revisi Taksonomi
Bloomnya.

32
III. KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Simpulan dari makalah yang berjudul “Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian”

adalah:

1. Objek penilain hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

penilaian hasil belajar.

2. Klasifikasi objek penilai hasil belajar dibedakan menjadi 3 ranah, yaitu

kognitif, efektif, dan psikomotorik.

3. Taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson pada bagian kognitifnya. Jika Bloom

menggunakan kata benda, Anderson menggunakan kata kerja.

3.2 Saran

33
Penulis menyarankann agar beberapa hal terkait hasil belajar sebagai objek
penilaian dimasa mendatang yaitu:

1. Dalam rangkaian pembelajaran, hendaknya guru dapat menyusun alat penilaian


yang tepat.
2. Guru sebagai pendidik tidak menjadikan penilaian kognitif menjadi satu-satunya
alat ukur keberhasilan pembelajaran. Perubahan perilaku dan pengamalan nilai –
nilai pembelajaran dalam kehidupan anak justeru merupakan tujuan akhir suatu
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Kusaeiri. 2014. Penilaian Proses & Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013. Ar-Ruzz
Media: Yogyakarta
Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Sujana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT.Remaja Rosdakarya :
Bandung

34

Anda mungkin juga menyukai