Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PENILAIAN OTENTIK DALAMPEMBELAJARAN TEMATIK”


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tematik Kelas Rendah
Dosen Pengampu :Rora Rizky Wandiny, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Ersi Mutia Sari (0306192042)
Nur Afhrija Zahra (0306192082)
Salsabila Windari (0306192043)
Olpiandari (0306193222)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan yang Maha Pemurah, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam saya persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membawa
risalah Islam sebagai pedoman hidup untuk meraih keselamatan hidup di dunia dan juga di
akhirat kelak.
Alhamdulillah, atas izin Allah SWT, saya dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tematik Kelas Rendah. Tugas ini disusun juga
bertujuan untuk memahami dan mengetahui lebih dalam tentang salah satu materi daripada
mata kuliah ini.
Dalam penyusunan tugas ini juga tidak luput dari adanya macam sumber seperti
mengenai sebagai referensi untuk memperkuat dan membuka pengetahuan saya dalam
menganalisis tentang materi dalam karya tulis.Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan mudah dan dapat menyusunnya.Semoga dengan kehadiran tugas ini dapat menambah
wawasan dan ilmu tentang hal tersebut. Dengan segala keterbatasan yang ada, saya
menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran
dan kritik senantiasa saya harapkan.Semoga tugas yang saya kerjakan dapat bermanfaat bagi
diri saya pribadi dan pembacannya Aamiin.

Medan, 21 Desember 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

A. PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK...................................................................5

B. RUANG LINGKUP PENILAIAN AUTENTIK...........................................................6

C. KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK...........................................................8

D. BENTUK-BENTUK PENILAIAN AUTENTIK..........................................................9

E. LANGKAH- LANGKAH PENILAIAN AUTENTIK................................................14

F. TEKNIK PENILAIAN AUTENTIK............................................................................14

G. KEUNGGULAN PENILAIAN AUTENTIK..............................................................17

H. KELEMAHAN PENILAIAN AUTENTIK.................................................................18

I. PERLUNYA PENILAIAN AUTENTIK......................................................................18

J. PENDEKATAN PENILAIAN AUTENTIK...............................................................19

K. TUJUAN PENILAIAN AUTENTIK...........................................................................20

L. PERBANDINGAN PENILAIAN AUTENTIK DENGAN PENILAIAN BIASA...20

BAB III PENUTUP................................................................................................................24

A. KESIMPULAN..............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan
sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.
Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam
kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering
dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik,
berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association asesmen
autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk
dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins
mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa
oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
Asesmen otentik juga merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-
tugas yang riil yang dibutuhkan siswa-siswa untuk dilaksanakan dalam menghasilkan
pengetahuan daripada mereproduksi informasi. Sebagai contoh, dalam pembelajaran
metematika seorang siswa belumlah dikatakan belajar secara bermakana bilamana dia belum
mampu menggunakan rumus-rumus matematis yang dipelajarinya untuk menyelesaikan suatu
masalah sehari-hari, seperti ketika kita berbelanja. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
sangat perlu dilakukan asasmen otentik untuk menjamin pembentukan kompetensi riil pada
siswa.

B. RUANG LINGKUP PENILAIAN AUTENTIK

Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional menggunakan


klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang membaginya menjadi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan hal itu, penilaian autentik dalam
kurikulum 2013 SD/MI mencakup kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan
kompetensi keterampilan yang dilakukan secara berimbang.
Secara lebih detail dapat diuraikan cakupan penilaian autentik dalam kurikulum 2013,
sebagai berikut (Andi Prastowo, 2019: 274-276):
1. Kompetensi Afektif (Sikap)
Ranah sikap atau afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, ada
yang berfikir bahwa sikap yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
yang ia miliki.
Dengan demikian antara sikap dan pengetahuan memiliki hubungan yang sangat
erat dan saling mempengaruhi. Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik
yang meliputi aspek menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan
nilai.
Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yaitu sikap spiritual dan sikap
sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk ke dalam kompetensi inti 1 (KI-1) untuk sikap
spiritual dan kompetensi inti 2 (KI-2) untuk sikap sosial (Andi Prastowo, 2019:274).
Guru dalam melakukan penilaian kompetensi sikap dapat menggunakan teknik
sebagai berikut (Abdul Majid, 2014:77):
a) Observasi.
b) Penilaian diri.
c) Penilaian antar peserta didik.
d) Jurnal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian sikap menurut
Ridwan (2014:220), antara lain:
a) Pedoman penskoran perlu dibuat sejelas mungkin supaya skor dari penilaian yang
berbeda dapat dibandingkan.
b) Perlu dilakukan pelatihan guru dalam melakukan penilaian.
c) Guru harus memiliki konsep yang sama mengenai kriteria yang telah ditetapkan
dalam penilaian.
Penilaian autentik dalam menilai kompetensi sikap (afektif) siswa dapat dilakukan
dengan memilih menggunakan penilaian bservasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya
atau penilaian jurnal yang dapat digunakan guru sesuai dengan kebutuhan aspek yang
akan dinilai dan menetapkan kriteria sesuai dengan penilaian yang akan digunakan
2. Kompetensi Kognitif (Pengetahuan)
Kompetensi pengetahuan menggambarkan konsep-konsep keilmuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Tingkatan kompetensi kognitif
mencakup enam tingkat, antara lain: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta (Andi Prastowo, 2019:275).
Adapun dalam kurikulum 2013, kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti
dengan kode kompetensi inti 3 (KI-3). Pendidik dalam menilai kompetensi pengetahuan
dapat menggunakan teknik sebagai berikut (Abdul Majid, 2014:78):
a) Tes tulis, tes ini dapat berupa pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah,
menjodohkan, dan uraian.
b) Tes lisan, untuk instrumen tes lisan dapat berupa daftar pertanyaan.
c) Penugasan, bentuk instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah atau projek
yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakter tugas.
Penilaian autentik dalam menilai kompetensi pengetahuan (kognitif) siswa
dapat dilakukan dengan memilih menggunakan penilaian tes tertulis, tes lisan atau
penugasan yang dapat digunakan guru sesuai dengan materi pembelajaran dan
kebutuhan aspek yang akan dinilai oleh guru
3. Kompetensi Psikomotor (Keterampilan)
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas
tertentu.
Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan pendidik
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan diri peserta didik yang
meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Kompetensi
keterampilan dalam kurikulum 2013 ditunjukkan dalam kompetensi inti 4 (KI-4), dan
kompetensi keterampilan ini tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi pengetahuan,
artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan peserta didik tahu mengenai
keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan itu menunjukkan peserta didik
mampu tentang keilmuan tersebut (Andi Prastowo, 2019:275).
Pendidik dapat menilai kompetensi keterampilan melalui teknik penilaian
sebagai berikut (Abdul Majid, 2014:78):
a) Tes praktik/unjuk kerja.
b) Projek,
c) Produk.
d) Penilaian portofolio.
Penilaian autentik dalam menilai kompetensi keterampilan (psikomotorik)
siswa dapat dilakukan dengan memilih menggunakan penilaian unjuk kerja, projek,
produk atau penilaian portofolio yang dapat digunakan guru sesuai dengan
kompetensi materi yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan aspek yang akan
dinilai oleh guru.

C. KARAKTERISTIK PENILAIAN AUTENTIK

Ada beberapa karakteristik dalam penilaian kurikulum 2013 yaitu penilaian


autentik, penilaian autentik memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan penilaian
lainnya. Disebutkan oleh Andi Prastowo (2019:275), penilaian memiliki enam ciri
sebagai berikut:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu kinerja dan hasil atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian
kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan ke dalam pengetahuan dan keahlian peserta didik.
Sedangkan Masnur Muslich dalam Andi Prastowo (2019:276) menegaskan
bahwa penilaian autentik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran di kelas. Hal ini
menggambarkan bahwa penilaian autentik dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Penilaian autentik merupakan cerminan dunia nyata. Hal ini berarti semua kegiatan
peserta didik dalam proses pencapaian kompetensi tertentu harus diarahkan pada
kegiatan yang kontekstual, tidak mengada-ada sesuatu yang tidak ada dalam
kehidupan nyata.
3. Penilaian autentik menggunakan banyak metode/ukuran/kriteria.Hal ini tidak berarti
bahwa guru dalam melkukan penilaian dapat menggunakanya dengan seenaknya,
tetapi guru diberi keleluasaan memilih ukuran atau metode atau kriteria yang sesuai
dengan sifat kompetensi yang ingin dicapai.
4. Penilaian autentik bersifat komprehensif dan holistik. Hal ini menampakkan pada
penilaian yang melibatkan berbagai ranah kompetensi baik sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta kelengkapan cakupan kompetensi yang ingin dicapai.

D. BENTUK-BENTUK PENILAIAN AUTENTIK

Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus


memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada
diri sendiri, khususnya berkaitan dengan:
1. sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai
2. fokus penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
3. tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini :
1. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik
terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas.
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
a) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsurunsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa
atau tindakan.
b) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa
baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya : 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 =
kurang, 1 = kurang sekali.
d) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta
didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak
cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama,
langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan
kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial
yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan peserta didik
yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai
keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya,
guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi,
bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan
berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat
atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau
pertanyaan pribadi.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
a) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
b) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
c) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan
dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data.
Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman,mengaplikasikan,penyelidikan, dan lain-lain. Selama mengerjakan sebuah
proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan
sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek,
setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
a) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.
b) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c) Originalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian proyek berfokus pada perencanaan,
pengerjaan, dan produk proyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi
penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala
penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau
tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk
hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya
seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barangbarang terbuat dari kayu, kertas, kulit,
keramik, karet, plastik, dan karya logam.
Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan
secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian
portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain.Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
a) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
d) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
g) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis
yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran
tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan
uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan
ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebabakibat. Mensuplai jawaban
terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena
kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau
kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban
berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar.
Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu
jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini
sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi
kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan
yang lebih tinggi atau kompleks.
E. LANGKAH- LANGKAH PENILAIAN AUTENTIK

Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian


kinerja yang baik antara lain:
1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir yang terbaik
2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan
untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik;
3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu
banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas
4. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk
yang dihasilkan
5. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati.

F. TEKNIK PENILAIAN AUTENTIK

Secara umum terdapat berbagai teknik penilaian dalam pembelajaran, Abdul


Majid (2014:264) mengemukakan teknik penilaian sebagai berikut:
1. Tes dapat berupa tes tertulis, lisan, praktik atau unjuk kerja.
2. Teknik observasi atau pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
3. Teknik pemberian tugas perorangan atau kelompok baik tugas rumah ataupun proyek.
Seperti yang telah dikemukakan dalam ruang lingkup pembelajaran terdapat
beberapa teknik dan instrumen yang dapat digunakan dalam penilaian autentik, antara lain
(Ridwan, 2014:204) :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
Guru dapat melakukan observasi perilaku siswa yang mengikuti proses belajar
mengajar dengan menggunakan buku catatan khusus mengenai kejadian yang berkaitan
dengan siswa selama disekolah. Buku catatan ini bermanfaat dalam merekam perilaku
siswa dan menilai perilaku siswa, serta dapat menjadi bahan penilaian perkembangan
siswa secara keseluruhan (Ridwan, 2014:207).
Observasi perilaku juga dapat menggunakan daftar centang (checklists) dan rating
scale. Daftar centang merupakan cara yang paling sederhana dalam mengobservasi sikap
siswa, siswa akan mendapatkan skor (centang) jika ia menunjukkan sikap sesuai daftar
sehingga hanya memberikan dua kategori penilaian, misalnya “diamati” atau “tidak
diamati”. Sedangkan rating scale sedikit mirip dengan daftar centang namun kategori
pilihannya tidak hanya dua, penilaian ini memberi skor siswa secara berkelanjutan.
2. Penilaian Diri
Penilaian diri ini merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kelemahan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian yang digunakan berupa lembar penilaian diri (Abdul
Majid, 2014:78).
Penilaian diri (self assessment) meliputi tiga proses yang mencakup peran siswa
dalam mengamati dan menafsirkan perilaku dirinya, antara lain :
a) Siswa menghasilkan pernyataan sendiri pada aspek sikap yang ditampilkannya sehari-
hari. Guru menyediakan format penilaian yang berisi pernyataan mengenai sikap dan
perilaku siswa yang dibutuhkan.
b) Siswa membuat pertimbangan sendiri dengan menentukan bagaimana sikap yang
seharusnya dapat tercapai.
c) Siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan tingkat pencapaian sikap dan perilaku serta
menghayati kepuasan hasil reaksi dirinya.
Manfaat penilaian diri dalam Eko (2014:68-69) antara lain sebagai berikut :
a) Menumbuhkan rasa percaya diri bagi siswa.
b) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap kekuatan dan kelemahan dirinya.
c) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
d) Melatih siswa untuk berbuat jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
e) Mengembangkan kemampuan siswa untuk memeriksa dan berpikir kritis mengenai
pembelajaran yang telah ia pelajari.
f) Ada umpan balik yang membantu guru dalam mengidentifikasi kemajuan siswa.
Penilaian diri dilakukan guru dalam menilai kompetensi sikap pada siswa untuk
mengetahui sikap siswa baik kelebihan dan kelemahan siswa dalam mencapai kompetensi
yang ditentukan dengan menggunakan instrumen lembar penilaian diri yang diisi oleh
peserta didik sendiri sehingga penilaian diri ini memiliki berbagai manfaat seperti
menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan pemahaman siswa, siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran, melatih siswa jujur dan mengembangkan siswa untuk berpikir kritis
apa yang telah siswa pelajari sebelumnya.
3. Penilaian Teman Sebaya
Penilaian teman sebaya atau penilaian antar teman merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen penilaian yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta
didik.
Cara melakukan penilaian antar teman dalam Eko (2014:69) antara lain:
a) Masing-masing siwa diminta saling menilai temannya dalam satu kelas.
b) Membentuk sebuah tim yang bertanggung jawab menilai keterampilan siswa dalam
kelas tersebut.
c) Masing-masing siwa diberi tanggung jawab untuk menilai tiga atau empat temannya
Kelebihan penilaian antar teman menurut Eko (2014:78) antara lain:
a) Mengembangkan kemampuan siswa untuk bersikap kritis terhadap hasil kerja siswa
lain.
b) Mengembngkan kemampuan siswa menerima kritik dan umpan balik dari siswa lain
atas hasil kerjanya sendiri.
c) Memberikan gambaran kepada siswa mengenai kriteria apa saja yang digunakan
untuk menilai hasil belajarnya.
d) Membangun sikap sosial siswa.
Penilaian teman sebaya dilakukan guru dalam menilai kompetensi sikap pada
siswa melalui penilaian teman lainnya dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
teman sebaya atau antar peserta didik yang diisi oleh peserta didik dalam menilai sikap
teman lainnya sehingga penilaian teman sebaya memiliki berbagai manfaat seperti
menumbuhkan sikap kritis siswa pada kinerja temannya, mengembangkan siswa
menerima kritikan dan mengembangkan sikap sosial peserta didik.

G. KEUNGGULAN PENILAIAN AUTENTIK

Penilaian dalam pembelajaran tematik merupakan program penilaian yang


dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan menggunkan penilaian tersebut guru dapat mendapatkan berbagai
manfaat, adapun keunggulan penilaian autentik dibandingkan dengan penilaian lainnya
menurut Newman dalam Kokom Komalasari (2013: 150) sebagai berikut:
1. Penilaian autentik dapat digunakan sebagai pengumpulan informasi kemajuan belajar
siswa dan memungkinkan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
kemampuan dan keterampilannya.
2. Prestasi belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi prestasi
atau kemampuan yang dimiliki setiap siswa dibandingkan dengan prestasi
sebelumnya. Oleh karena itu siswa tidak didiskriminasi (masuk rangking atau tidak)
tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
3. Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara agar gambaran tentang
perkembangan belajar siswa dapat lebih terdeteksi oleh guru. Guru dapat
menggunakan berbagai macam cara atau teknik penilaian untuk mengetahui
perkembangan belajar siswa secara menyeluruh.
4. Siswa tidak hanya dilatih untuk memilih jawaban yang tersedia, tetapi dilatih untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri.
5. Pengumpulan informasi digunakan untuk menentukan perlu tidaknya bantuan yang
diberikan kepada siswa secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan,
berdasarkan fakta dan bukti yang memadai.
6. Penilaian tidak hanya dilakukan setelah proses pembelajaran, tetapi penilaian dapat
dilakukan selama proses pembelajaran. Jadi, sepanjang proses pembelajaran dari awal
sampai akhir guru selalu melakukan penilaian.
7. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan siswa sebelum karya
tersebut dikerjakan, agar siswa mengetahui patokan penilaian yang akan digunakan
atau berusaha mencapai harapan guru.
Pernyataan di atas mengemukakan bahwa penilaian autentik memiliki
keunggulan-keunggulan seperti: penilaian autentik dapat digunakan sebagai
pengumpulan informasi kemajuan belajar siswa, dapat mengetahui perkembangan
belajar siswa secara menyeluruh, siswa dilatih untuk memecahkan berbagai masalah
yang ada di sekitar serta dalam melaksanakan penilaian guru selalu memberikan
informasi penilaian yang diharapkan sehingga tidak ada kesalahpahaman dalam
mengerjakan tugastugas dari guru dan lain sebagainya.
H. KELEMAHAN PENILAIAN AUTENTIK

Berikut ini beberapa kelemahan dari penilaian autentik :


1. Biaya asesmen otentik lebih banyak dibanding tes-tes standar.
2. Asesmen otentik mungkin kurang reliabel dan valid dibanding bentuk-bentuk
asesmen lain.
3. Bagi guru yang menggunakan asesmen otentik dalam kelas, dituntut untuk lebih
pengembangkan pendidikan dan profesionalitas.
4. Asesmen otentik tidak seberguna tes-tes standar bagi para pembuat kebijakan karena
asesmen otentik tidak dapat memperlihatkan trend-trend jangka panjang seperti tes-tes
standar.
5. Asesmen otentik memiliki bias di pihak penilai
6. Akan susah jika dihubungkan dengan standar yang sudah baku
7. Bisa terjadi bias pada pemberian nilai yang subjektif seperti menilai gambar dan seni
8. Memiliki kemungkinan yang kurang praktis bagi kelas yang berjumlah besar

I. PERLUNYA PENILAIAN AUTENTIK

Penilaian autentik merupakan penilaian langsung dan ukuranlangsung. Ketika


melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai langsung,
umpamanya kemampuan beragumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan
komputer dan keterampilan melaksanakan percobaan. Begitu juga menilai sikap atau
prilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat melakukan sesuatu.
Dalam hal-hal tertentu mungkin saja ada tugas-tugas yang tidak dapat
dikerjakan didalam kelas, sehingga tugas-tugas harus dikerjakan di luar jam luar
sekolah. Bagaimana menilai pembelajaran seperti itu? Orang-orang biasanya
menyebutkan pembelajaran semacam itu pembelajaran berbasis proyek atau project-
based learning.
Jadi, penilaian autentik juga digunakan untuk menilai hasil belajar berdasarkan
penugasan atau proyek. Sebagian besar guru tidak tertarik dan tidak mau
menggunakan penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja. Pada umunya mereka
menganggap penilaian autentik hanya membuang-buang energi serta terlalu mahal.
Apalagi penilaian autentik perlu dirancang dengan baik. Pendapat tersebut tentunya
tidak benar. Menilai kinerja dengan tes tertulis tentu tidak valid karena tidak
mengukur apa yang ingin dinilai.
Kinerja perlu dinilai pada saat kegiatan berlangsung. Kalau penilaian kinerja
dilakukan terhadap sejumlah siswa dan tidak dirancang dahulu atau dirancang asal-
asalan, tentu hasilnya tidak dapat di pertanggung jawabkan karena tidak konsisten.
Dengan demikian, kita mungkin berlaku tidak adil terhadap sejumlah siswa dalam
menilai kinerja memereka.

J. PENDEKATAN PENILAIAN AUTENTIK

Dalam penilaian autentik terdapat dua pendekataan yang dapat digunakan,


sebagai berikut:
a) Acuan Patokan
Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuanpatokan
berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekola menetapkan acuan patokan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhanacuan patokan ini dikenal pula dengan istilah PPK.
PPK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar
minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karekteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik
peserta didik.
b) Ketuntasan Belajar
Ketuntasan untuk kurikulum 2013 berbeda dengan sebelumnya. Pada
kurikulum 2013 ketuntasan belajar ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tiga komponen yang terkait dengan
penyelenggaraan pembelajaran, ketiga komponen tersebut adalah :
1. Kompleksitas materi dan kompetensi yang harus dikuasai,
2. daya dukung dan
3. Kemampuan awal peserta didik (intake)”. Sekolah secarah bertahap dan berkelanjutan
perlu menetapkan dan meningkatkan KKM untuk mencapai ketuntasan ideal.
Jika penetapan KKM dilakukan secara tepat dan ideal, maka hasil penilaian
ketuntasan belajar anak pada umumnya memposisikan peserta didik pada kurva normal,
sehingga sebagian besar peserta didik berada atau mendekati garis rata-rata, serta
sebagian kecil berada dibawah rata-rata dan diatas rata-rata. Baik bagi kelompok peserta
didik dinormal disebut program perbaikan dan bagi peserta didik di atas normal disebut
pengayaan.
K. TUJUAN PENILAIAN AUTENTIK

Adapun tujuan dalam penilaian autentik adalah untuk melacak kemajuan siswa,
mengecek ketercapaian kompetensi, mengetahuikompetensi yang belum dikuasai siswa,
dan menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi siswa.
Menurut Mardiah Moenir dalam diklat PPG IPS dan PMP Malang pada tahun
2006 penilaian autentik yang diharapkan dapat digunakan guru sebagai upaya
pengembangan dibidang penilaian karena bertujuan untuk :
 Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu

 Menetukan kebutuhan pembelajaran

 Membantu dan mendorong siswa

 Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik

 Menetukan strategi pembelajaran

 Akuntabilitas lembaga

 Meningkatkan kualitas pembelajaran.

L. PERBANDINGAN PENILAIAN AUTENTIK DENGAN PENILAIAN BIASA

Dalam penilaian autentik, penilaian menggiring kurikulum, yang berarti bahwa


guru mestinya pertama-tama menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan oleh
para siswa tentang hal-hal yang telah dikuasainya.
Selanjutnya dikembangkan sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa
menampilkan kinerjanya dengan baik, yang dengan sendirinya melibatkan penguasan
pengetahuan dan keterampilan- keterampilan yang esensi.
Hal ini berarti merancang dengan langkah mundur. Penilaian autentik merupakan
pelengkap dari penilaian tradisional. Dengan demikian perlu ditetapkan atribut-atribut
yang cocok untuk kedua bentuk penilaian yang saling melengkapi tersebut.
Perbedaan Penilaian Standar dan Penilaian Autentik
Penilaian Standar Penilaian Autentik
Mereduksi kehidupan siswa yang kompleks Membuat guru ikut merasakan pengalaman
dan kaya menjadi kumpulan skor, presentase, siswa yang unik.
atau nilai.

Menciptakan tekanan yang memberikan Menawarkan pengalaman yang menarik,


pengaruh negative bagi kinerja siswa. aktif, hidup dan menyenangkan.
Menciptakan standar atau norma mistis yang Memungkinkan guru mengembangkan
menggambarkan sekian persen siswa kurikulum yang bermakna dan melakukan
mengalami kegagalan penilaian didalam konteks program tersebut
Menekankan para guru untuk mempersempit Menilai berdasarkan proses yang
kurikulum dengan hanya fokus pada materi berkesinambungan sedemikian rupa sehingga
yang diujikan/tes menghasilkan gambaran yang lebih akurat
tentang prestasi siswa
Menekankan ujian lansung yang menilai Memberikan penekanan pada kekuatan siswa
pengetahuan yang ada di benak pada waktu dengan menyediakan informasi apa yang
dan tempat itu saja. dapat mereka lakukan dan coba lakukan
Cendrung memfokuskan perhatian pada Menyediakan banyak sumber penilaian yang
kesalahan, kekeliruan, skor rendah dan hal- memberikan pandangan lebih akurat tentang
hal lain yang tidak dapat dilakukan oleh kemajuan siswa.
siswa.
Memperlakukan siswa secara seragam. Memperlakukan siswa sebagai sebuah
pribadi yang unik.
Mendiskriminasikan siswa-siswa tertentu Memberikan kinerja siswa yang merata
Karena berlatar belakang kultur dan gaya secara kultural: memberikan kesempatan
belajar. yang sama bagi setiap orang untuk berhasil.
Menghakimi siswa tanpa memberikan saran Menyediakan informasiyang bermanfaat
untuk perbaikan. untuk proses belajar selanjutnya.
Menganggap tes dan pengajaran sebagai Menganggap penilaian dan pengajaran
entitas yang terpisah. layaknya dua buah sisi sebuah koin.
Jawaban-jawaban merupakan harga mati: Memberikan kepada siswa pengalaman
siswa jarang mendapat kesempatan untuk tentang suatu proses yang terus menerus
memperbaiki, merenungkan atau menyangkut perenungan diri, pembelajaran
mengerjakan kembali suatu ujian. terbimbing
Memberikan hasil-hasil yang dapat dipahami Menggambarkan kinerja siswa dalam istilah-
sepenuhnya oleh para professional terlatih. istilah awam yang dapat dipahami dengan
mudah oleh orang tua, anak dan pihak lain
dari luar kalangan pendidik
Memberikan materi- materi penilaian yang Menghasilkan produk- produk yang
tak pernah diperlihatkan kembali kepada bermakna bagi siswa dan pihak lain.
siswa
Mementingkan jawaban yang benar. Mementingkan proses sekaligus hasil akhir.
Menempatkan siswa dilingkungan belajar Menguji siswa dengan cara-cara yang tidak
buatan, yang berarti menganggu prinsip menghambat dalam kontek lingkungan
lingkungan alami pembelajaran. pembelajaran alami mereka.
Pada umumnya mementingkan keterampilan Mencakup keterampilan berpikir tingkat
belajar tingkat rendah. tinggi dan bidang-bidang subjektif yang
penting.
Mendorong pembelajaran ekstrinsik (belajar Memotivasi pembelajaran sebagai sesuatu
untuk lulus ujian atau mendapatkan nilai yang memang penting.
tinggi).
Memberi batas waktu yang membatasi proses Memberikan waktu sebanyak-banyaknya
berpikir siswa yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan
persoalan, tugas atau sebuah proses.
Secara umum dibatasi pada membaca, Mencakup penciptaan, Tanya jawab dan
mendengarkan dan memberi penilaian pada diskusi, peragaan, penyelesaian masalah,
secarik kertas. perenungan, sketsa dan berbagai tugas serta
aktivitas pembelajaran yang lain.

Umumnya kurang mendorong siswa Mendorong proses pembelajaran melalui


berinterasi. kerja sama kelompok.
Memicu perbandingan antar siswa yang Membandingkan siswa hanya dengan
sangat tidak bermanfaat pencapaian mereka sendiri pada masa
sebelumnya

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai