Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN PENILAIAN OTENTIK

PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD

DOSEN PENGAMPU :

Fahrur Rozi,S.Pd.,M.Pd.

OLEH KELOMPOK 7

1. Agnes Agata Pane (1223311159)


2. Muhamad Ahyar Fadly Siregar (1223311174)
3. Rachell Laurentia (1223311149)
4. Siti Afsah 1223311169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia- nya kami dapat menyelesaikan makalah Pembelajaran tematik ini dengan judul “
Pengembangan Penilaian Autentik Tematik Di SD “tepat waktu. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pembelajan Tematik, Bapak
Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd. yang sudah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok “
Pengembangan Penilaian Autentik Tematik di SD" Penyusunan makalah ini berdasarkan
sumber referensi yang di ambil dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan pembahasan meteri
tersebut. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun pembahasan di dalam makalah
ini. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Medan , 22 April 2024

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I.............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Penilaian Aspek Sikap .......................................................................................................... 6
2.2 Penilaian Aspek Pengetahuan .............................................................................................. 9
2.3 Penilaian Aspek Keterampilan........................................................................................... 10
BAB III ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 SIMPULAN ...................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian dalam kurikulum 2013 menekankan pada penilaian outentik. Penilaian


Outentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang
proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat
Kurikulum, 2009).

Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan


kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen
yang terkait langsung dengan kurikulum.

Penilaian outentik dikembangkan dikarenakan penilaian yang selama ini digunakan


mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara
holistik. Oleh karena itu, penilaian autentik diartikan sebagai upaya dalam mengevaluasi
pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia nyata atau kehidupan
nyata.

Guru seharusnya telah mempersiapkan seluruh rencana kegiatan pembelajaran


termasuk mengembangkan instrument penilaian sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Dalam penilaian outentik guru diwajibkan untuk menilai semua aspek hasil belajar peserta
didik selama proses pembelajaran seperti aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan.
Selain itu instrument penilaian yang dikembangkan guru masih didominasi oleh
instrument penilaian yang digunakan untuk mengukur aspek pengetahuan. Sedangkan
instrumen penilaian untuk aspek Keterampilan apalagi untuk aspek sikap belum banyak
dikembangkan.
Hal ini terjadi dapat saja disebabkan oleh sistem yang berpengaruh terhadap sistem
penilaian di madrasah/sekolah yang selama ini lebih banyak menekankan kepada aspek
kognitif. Dapat pula dimungkinkan juga karena kurangnya kemampuan guru dalam
mengembangkan instrument penilaian untuk aspek psikomotorik dan aspek afektif.

Oleh karenanya salah satu alternatif yang memungkinkan dalam menerapkan penilaian
Outentik dan dapat disesuikan dengan kondisi sekolah adalah mengembangkan perangkat
penilaian otentik yang valid dan reliabel untuk mengukur pengetahuan peserta didik,
mengembangkan alat penilaian otentik yang valid dan reliabel untuk mengukur sikap peserta
didik, baik aspek sikap, aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan dalam

4
mengembangkan alat penilaian otentik yang valid dan reliabel untuk mengukur keterampilan
peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat tiga rumusan masalah:

1. Bagaimana Mengembangkan Penilaian aspek sikap di SD?

2. Bagaimana Mengembangkan Penilaian Aspek Pengetahuan Di SD?

3. Bagaimana Mengambangkan Penilaian Aspek Keterampilan Di SD?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat tiga tujuan penulisan yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan Penilaian aspek sikap


2. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan Penilaian aspek pengetahuan
3. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan Penilaian Aspek Keterampilan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Aspek Sikap


Menurut Popham (dalam Faisal. Stelly, 2020), mengatakan bahawa penilaian sikap
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat
atau karakter terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan
belajar secara maksimal.

David Krathwhohl (dalam Faisal. Stelly, 2020), mengatakan bahwa penilaian sikap
merupakan penilaian yang berkaitan. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan cara: observasi
perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi dan penggunaan skala sikap.

Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Adapun cara yang dapat
dilakukan dalam menilai aspek sikap yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan
jurnal atau catatan guru.

1. Observasi

Kemendikbud (2014) menjelaskan bahwa bentuk instrumen yang digunakan untuk


observasi adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian yang disertai
rubrik.

Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku.
Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan
hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan.

Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa :

a. Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah.

b. Sangat baik, baik, cukup, perlu bimbingan.

c. Sudah membudaya, mulai berkembang, mulai terlihat, belum terlihat.

Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjukpenskoran. Rubrik


memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala ataudaftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran
memuat cara memberikan skordan mengolah skor menjadi nilai akhir.

Contoh rubrik penilaian sikap percaya diri pada kegiatan pembelajaran tentang
memperkenalkan diri.

Tema : Diriku

6
Sub Tema: Aku dan Teman Baru

[20/4 16.07] : . Penilaian Diri

menurut Kunandar (2012: 92) penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial.

Sedangkan menurut Sudaryono (2012: 92) penilaian diri (self assessment) adalah suatu
teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan
status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu.

[20/4 16.07] :

2. Penilaian Diri

menurut Kunandar (2012: 92) penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial.

7
Sedangkan menurut Sudaryono (2012: 92) penilaian diri (self assessment) adalah suatu
teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan
status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu.

3. Penilaian Antarteman

Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk
saling menilai terhadap sikap dan perilaku keseharian antarteman. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian antarsiswa. Penilaian antarteman paling baik dilakukan pada saat
siswa melakukan kegiatan berkelompok.

[20/4 16.13] Agnesta: 4. Jurnal atau catatan guru

8
Jurnal merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi. Contoh
jurnal atau catatan guru dapat dilihat pada tabel berikut.

[20/4 16.16] Agnesta:

2.2 Penilaian Aspek Pengetahuan


Penilaian kompetensi pengetahuan adalah "penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang
meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi" (Kunandar, 2013: 159).

Kemampuan peserta didik menurut Kunandar dapat diklasifikasikan menjadi dua


tingkatan, yaitu "tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan rendah tediri dari pengetahuan,
pemahaman dan penerapan atau aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi
analisis, sintesis dan evaluasi". Berbeda dengan Kunandar, Masnur Muslich sendiri
memasukan aspek penerapan atau aplikasi kedalam kemampuan tingkat tinggi.

Teknik penilaian untuk kompetensi pengetahuan bisa melalui tes lisan, tes tulis dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan dan uraian.

Untuk instrumen uraian harus dilengkapi dengan pedoman penskoran. Instrumen tes
lisan berupa daftar pertanyaan. Sedangkan instrumen untuk penugasan bisa dengan pekerjaan
rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu maupun kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas (Kunandar, 2013: 52-53).

1. Instrumen Tes

Teknik tes umumnya sering digunakan di berbagai bidang pendidikan untuk


mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran secara langsung. Hal itu diperkuat pendapat
Sudjana bahwa teknik tes umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pembelajaran dan
kesesuaiannya dengan tujuan pengajaran.

Namun, teknik tes dalam batas tertentu juga dapat digunakan untuk menilai hasil belajar
psikomotorik dan afektif. Istilah tes diambil dari kata testum yang berasal dari bahasa Perancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.

Tes menurut Arikunto berarti alat atau prosedur untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana tertentu sesuai dengan cara-cara atau kriteria yang sudah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan menurut Poerwanti, dkk, tes dijabarkan sebagai prosedur pengukuran

9
yang sistematis agar subjek menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan
cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes.

Dari beberapa pengertian tentang tes tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
sebuah alat untuk mengukur sesuatu dengan rancangan sistematis sehingga dapat memberikan
gambaran tentang hal yang diukur dengan pembatasan yang jelas. Tes juga umumnya

2.3 Penilaian Aspek Keterampilan


Menurut Kunandar (2013: 251) penilaian kompetensi keterampilan adalah "penilaian
yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian keterampilan (skill) dari peserta didik
meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi".

Menurut Masnur Muslich (2011) "tipe-tipe hasil belajar ranah psikomotor sebernarnya
saling berhubungan satu sama lain. Dalam kadar tertentu, seseorang yang berubah tingkat
kognisinya sebenarnya sikap dan perilakunya juga mengalami perubahan".

Hasil belajar kompetensi psikomotor menampak dalam bentuk keterampilan kemampuan


bertindak indvidu. Ada enam aspek kompetensi psikomotor menurut Masnur Muslich (2011:
48), yaitu;

(1) Gerakan refleks atau keterampilan pada gerakan yang tidak sadar;

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; (

(3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif


dan motoris;

(4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;

(5) Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana pada keterampilan yang
kompleks; dan

(6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-dekursif, seperti gerakan ekspresif
dan interpretatif.

Teknik penilaian untuk kompetensi keterampilan bisa melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, proyek dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik. Tes praktik sendiri adalah penilaian yang menuntut respons berupa
keterampilan melakukan suatu aktifitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi

Instrumen penilaian harus memenuhi syarat: substansi yang mempresentasikan


kompetensi yang dinilai, konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk

10
instrumen yang digunakan dan penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik (Kunandar, 2013: 53).

1. Penilaian praktik/kinerja

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu.

Dalam menggunakan instrumen penilaian kinerja membaca permulaan ini harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Guru harus memperhatikan aspek-aspek membaca permulaan apa yang hendak dinilai pada
diri siswa

2) Guru kemudian melihat tema pada hari ini

3) Guru membuat kata atau kalimat-kalimat untuk digunakan pada instrumen penilaian yang
telah disesuaikan dengan tema hari ini.

4) Kata dan kalimat yang dikembangkan guru harus sesuai dengan perintah pada instrumen
penilaian autentik membaca permulaan, misalnya: Anak dipinta mengeja kata, kemudian pada
hari ini temanya keluarga maka anak diminta mengeja kata ayah, ibu, kakak, adik, dan
sebagainya.

5) Guru harus melakukan observasi yang mendalam ketika anak memberikan respon dari apa
yang diminta dalam instrumen penilaian autentik membaca permulaan

6) Proses penilaian harus berlangsung menyenangkan, dan anak tidak sadar jika dirinya sedang
dinilai oleh guru.

7) Guru harus objektif dalam menuliskan respon yang diperlihatkan oleh siswa sesuai dengan
kenyataan pada saat observasi.

8) Guru tidak dibenarkan menambahi atau mengurangi hasil penilaian yang berupa respon
siswa pada rubrik instrumen penilaian autentik membaca permulaan ini. 9) Deskripsi yang
diberikan guru terhadap respon yang diberikan siswa harus jelas dan rinci mulai dari hal yang
umum ke hal-hal yang kecil yang tampak dari diri siswa ketika memberikan respon. 10)
Deskripsi yang dibuat oleh guru harus mampu dipertanggungjawabkan keautentikannya.

2. Penilaian proyek

Proyek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa dalam pemecahan masalah
karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang dengan kegiatan yang berhubungan dengan
dunia nyata. Proyek dapat melibatkan siswa secara aktif dan menemukan situasi baru yang
dapat mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat menuntut mereka
merumuskan hipotesis yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.

11
Untuk sekolah tingkat dasar melalui proyek juga menyediakan peluang bagi siswa
untuk mengekplorasi ide ide ilmiah dengan menggunakan materi fisik atau teknologi baru.
Siswa dapat diarahkan untuk melakukan investigasi permasalahan yang ada di sekitar
kehidupan siswa baik lingkungan sekolah maupun tempat tinggal siswa.

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

1) Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih topic, mencari


Informasi dan mengelola waktu pengum pulan data serta penulisan laporan.

2) Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dengan memepertimbangkan tahap


pengetahuan, pamahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta
didik. Teknik penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperyi penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan menyiapkan laporan tertulis.

3. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio menurut Uno dan Koni merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu.

Portofolio dalam penilaian terdiri dari berbagai macam jenis yaitu portofolio proses,
portofolio pameran dan portofolio refleksi. Protofolio proses menekankan pada gambaran
keseluruhan siswa selama satu semester atau kurun waktu tertentu dan berisi tugas-tugas.
Portofolio pameran berisi hasil terbaik dari karya siswa yang akan dipamerkan. Portofolio
refleksi memfokuskan pada refleksi proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Penilaian portofolio dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

2) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.

4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.

5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.


12
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio
yang dihasilkan.

7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

BAB III

PENUTUP

13
3.1 kesimpulan

Penilaian otentik adalah suatu pendekatan evaluasi yang memberikan gambaran


menyeluruh tentang pemahaman dan kemampuan siswa, melampaui batasan penilaian
tradisional.

Dalam konteks pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD), penilaian otentik memiliki
relevansi yang besar. Pendekatan tematik, yang mendorong integrasi antara mata pelajaran,
memungkinkan penilaian otentik untuk menyoroti kemampuan siswa dalam menghubungkan
pengetahuan dari berbagai bidang.

Salah satu keunggulan utama penilaian otentik adalah kemampuannya untuk menggali
potensi siswa di luar keterampilan akademis konvensional. Guru dapat melihat dan menilai
berbagai aspek seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kolaborasi, yang mungkin tidak
terlihat dalam tes tertulis atau kuis tradisional.

Lebih dari sekadar alat evaluasi, penilaian otentik juga menjadi sarana untuk
mendorong pembelajaran aktif. Melalui proses penilaian ini, siswa didorong untuk terlibat
secara langsung dalam pembelajaran, yang dapat meningkatkan motivasi mereka serta
pemahaman terhadap materi.

Dalam keseluruhan, penilaian otentik memainkan peran penting dalam memperkaya


pengalaman pembelajaran siswa di SD, memungkinkan mereka untuk berkembang secara
holistik dan mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk tantangan di masa depan.

3.2 saran

1. Pelatihan Guru: Guru perlu dilatih dalam merancang dan mengimplementasikan penilaian
otentik yang efektif. Ini mencakup pemahaman tentang jenis-jenis penilaian otentik dan
bagaimana mengintegrasikannya dalam pembelajaran tematik.

2. Pengembangan Instrumen Penilaian: Perlu dikembangkan instrumen penilaian yang


sesuai dengan tujuan pembelajaran tematik dan memungkinkan evaluasi komprehensif
terhadap kemampuan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

14
Bambang Subali. (2012). Prinsip Asesmen & Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: UNY Press

Elgahzy. 2017. Penilaian Sikap. Jakarta: Rajawali Press

Faisal dan Stelly Martha Lova. 2020. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.

Medan: CV. HARAPAN CERDAS

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum
2013).

Jakarta: Rajawali Press

15

Anda mungkin juga menyukai