Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK/PENILAIAN

BERBASIS KINERJA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Evaluasi Pembelajaran PAI

Oleh: Kelompok 2

Dila Daratista (NPM 2101040005)


(M. Rizki Sebrian Saragih (NPM 2101040018)

Dosen Pengarush:
PUTRI SUAIDAH PULUNGAN, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN-KISARAN
T.A. 2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah Swt karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang diharapkan
mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai “Konsep Penilaian
Autentik/Penilaian Berbasis Kinerja”. Tanpa pertolongan dari-Nya tentunya kami
tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat berangkaikan salam, semoga selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad saw, semoga dengan kita yang selalu bershalawat kepadanya
mendapatkan pengakuan kelak di yaumul mahsyar kelak. Aamiin
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, baik yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan membantu memberikan
tambahan data, informasi, serta motivasinya. Khususnya kepada Dosen mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI, Ummi Putri Suaidah Pulungan, M.Pd atas
bimbingan yang diberikan, karena tanpa hal tersebut kami tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sehingga
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kisaran, Oktober 2022


Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................. .1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II Pembahasan..............................................................................................3
A. Pengertian Penilaian Autentik......................................................................3
B. Ciri-ciri Penilaian Autentik..........................................................................4
C. Bentuk-bentuk Penilaian Autentik...............................................................5
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran PAI...............................................9
BAB III Penutup..................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan khususnya di Indonesia dari waktu ke waktu terus
menerus berinovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya
dalam sistem penilaian. Selama ini penilaian yang digunakan adalah penilaian
tradisional, yang mana dalam penilaiannya lebih mengedepankan kompetensi
pengetahuannya saja, sedangkan kompetensi sikap dan keterampilan sering
terabaikan.
Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek domain
pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini membuat
para pendidik merasa kebingungan dalam proses pembelajaran dan penilaian.
Penilaian yang seperti apa yang bisa mencakup ke dalam beberapa aspek yang
dapat memberikan gambaran yang seutuhnya mengenai sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan bagaimana para peserta didik itu menjalani kehidupan
sehari-hari mereka dan mengaitkan dengan apa yang mereka pelajari di
sekolah serta bagaimana format untuk mencakup semua aspek tersebut.
Berdasarkan problematika tersebut maka adanya sebuah penilaian yang
memberikan kesempatan besar pada peserta didik untuk menunjukkan apa
yang telah dipelajari selama pembelajaran. Penilaian tersebut dikenal dengan
penilaian autentik. Penilaian autentik dianggap mampu untuk lebih mengukur
secara keseluruhan hasil belajar peserta didik karena penilaian ini menilai
kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses belajar itu sendiri.
Jika dilihat dari konsepnya, penilaian autentik ini dianggap bentuk
evaluasi yang tepat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena dari
konsep penilaian autentik ini dapat memudahkan guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengamati perkembangan diri para peserta didik dan
kemampuan para peserta didik dalam mengamalkan dan menerapkan materi
yang diajarkan di kehidupan nyata.

1
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penilaian autentik ini, kami akan
berupaya memaparkan tentang penilaian autentik ini khususnya dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan harapan kajian ini dapat
menambah wawasan kita semua sebagai mahasiswa fakultas keguruan dalam
menilai peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian autentik?
2. Bagaimana ciri-ciri penilaian autentik?
3. Apa saja bentuk-bentuk penilaian autentik?
4. Bagaimana penilaian autentik dalam pembelajaran PAI?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penilaian autentik.
2. Mengetahui ciri-ciri penilaian autentik
3. Mengetahui bentuk-bentuk penilaian autentik
4. Mengetahui penilaian autentik dalam pembelajaran PAI

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Autentik


Dalam Permendikbud nomor 104 tahun 2014 menjelaskan bahwa
penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik
menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya.1
Supardi mengemukakan penilaian autentik yaitu jenis penilaian yang
mengarahkan peserta didik untuk mendemostrasikan keterampilan dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan dan situasi yang
dijumpai dalam dunia nyata. Kompetensi tersebut merupakan kombinasi dari
keterampilan yang dilandasi oleh pengetahuan dan sikap yang sesuai.2
Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika
menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar
peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi sekolah.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dalam tuntutan kurikulum. Penilaian ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Penilaian autentik juga disebut sebagai penilaian alternatif, hal ini dikarena
penilaian autentik dapat difungsikan sebagai alternatif untuk menggantikan
penilaian tradisional. Kedua penilaian ini memiliki pandangan yang berbeda
dalam mencapai suatu misi sekolah dalam mengembangkan warga negara
yang produktif. Dalam pandangan penilaian tradisional untuk menjadi warga

1
Wildan, Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
di Sekolah atau Madrasah, TATSQIF; Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, Vol. XV No. 2
Desember 2017.
2
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 23.

3
yang produktif seseorang harus memiliki sejumlah pengetahuan dan
keterampilan. Sebaliknya dalam pandangan autentik untuk menjadi warga
Negara yang produktif seseorang harus mampu menampilkan sejumlah task
yang bermakna di dunia sesungguhnya. Akan tetapi, dapat dikatakan juga
penilaian autentik merupakan pelengkap penilaian tradisional.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian
autentik adalah suatu proses evaluasi terhadap hasil belajar dan kinerja peserta
didik dalam mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Hal ini dikarenakan
peserta didik ditantang untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam situasi yang nyata. Dengan kata lain penilaian autentik mengajak
peserta didik untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks
dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Dengan penilaian autentik ini guru
pendidikan agama Islam akan mengetahui perkembangan peserta didik dari
data yang dikumpulkan.Umumnya penilaian autentik dinyatakan sebagai
penilaian berbasis kinerja. Hal ini dikarenakan perlunya penilaian kinerja
untuk mengukur aspek lain di luar kognitif.

B. Ciri-ciri Penilaian Autentik


Menurut Kunandar, ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut:
1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni penilaian kinerja,
hasil atau produk. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta
didik harus mengukur aspek kinerja (performance) dan produk yang
dihasilkan peserta didik.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut
untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses
dan kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
Dapat pula dikatakan penilaian autentik harus bersifat komprehensif.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan
penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik
penilaian dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa

4
digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan
kompetensi peserta didik.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam
melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi
tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil
tes semata.
5. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka
harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka
lakukan setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian
peserta didik, bukan kuantitasnya. Artinya, dalam melakukan penilaian
peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur
kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara obyektif.3

C. Bentuk-bentuk Penilaian Autentik


Beberapa jenis atau bentuk penilaian autentik ialah:
1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta
didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai.
Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan
untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan
informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja
peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas.
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja:

3
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), h. 38-39.

5
a. Daftar cek (checklist).
Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsurunsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam
sebuah peristiwa atau tindakan.
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa
yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama
melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan
seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Skala penilaian (rating scale).
Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup,
2 = kurang, 1 = kurang sekali.
d. Memori atau ingatan (memory approach).
Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik
ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru
menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah
peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada
manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis
kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja
yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan
oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya
indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan
atau keerampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam
berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan
tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek

6
keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada
konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara.
Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara
dimaksud. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan
alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku,
pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan
aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan
produk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan
oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian
proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau
narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau
tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan
penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan
untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak
yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan

7
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut
dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang releban
dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik
atau mata pelajaran tertentu. Melalui penilaian portofolio guru akan
mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari ketidakpuasan
terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya,
penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes
tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih
jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan
ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebabakibat.
Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat
atau pendek, dan uraian. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya
atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya,
namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta
didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan
malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya
alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban
berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan
analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua
jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau
jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi

8
kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik
pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.4

D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran PAI


Pembelajaran Pendidkan Agama Islam yang menggunakan kurikulum
berkompetensi hendaknya mengevaluasi menggunakan penilaian autentik.
Karena metode penilaian yang sesuai dengan pemberlakuan kurikulum 2013
serta kurikulum merdeka adalah penilaian autentik.
Dengan penilaian autentik ini guru PAI dapat menilai bukan hanya aspek
kognitif saja melainkan afektif dan psikomotor juga. Dalam penerapan
penilaian autentik pembelajaran harus dikaitkan dengan masalah keseharian
peserta didik. Guru mengaitkan materi dengan kenyataan di masyarakat. Guru
tidak terpaku pada buku teks melainkan kreatif mencari bahan belajar dari
koran, majalah, atau internet.
Penilaian autentik ini bagus diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam karena dengan penilaian autentik ini guru dapat melatih peserta
didik menerapkan secara langsung materi yang diajarkan di kehidupan nyata.
Sekaligus dapat menilai sikap peserta didik setelah belajar materi tersebut.
Contohnya pada materi ibadah tentang haji. Pada materi haji ini guru dapat
membawa peserta didik melakukan kegiatan manasik haji dengan
menggunakan media seperti ka’bah buatan, sehingga peserta didik dapat
merasakan dengan nyata bagaimana melaksanakan ibadah haji, dan juga
menerapkan pengetahuan yang telah diajarkan tentang ibadah haji.
Namun implementasi dari penilaian autentik ini bukanlah hal yang
mudah bagi guru, apalagi jika guru tersebut sudah berumur. Karena dalam
penggunaan penilaian autentik ini menggunakan banyak sekali format
penilaian dan memakan banyak waktu. Penilaian autentik menuntut guru
untuk kreatif, sehingga guru harus menyiapkan instrument penilaian dengan
baik.
4
Sri Tutur Martaningsih, t.al, Active Learning Guru SD dan Pelatihan Penilaian
Autentik, (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti dan Majelis Dikdadmen PDM
Sleman & Bantul, 2015), h. 30-35.

9
Belum efektifnya penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI,
dipicu oleh ketidaksiapan guru karena kurangnya pemahaman terhadap teknis
penilaian. Selain itu kendala guru dalam menerapkan penilaian autentik
adalah penyusunan soal yang terlalu banyak, format penilaian yang terlalu
rumit membuat guru kerepotan dalam melakukan penilaian kepada setiap
peserta didik. Juga terdapat kendala lain yakni waktu untuk menyusun dan
melaksanakan penilaian autentik dirasa kurang cukup oleh guru.
Dalam hal ini seharusnya guru siap menggunakan penilaian apapun demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Guru PAI dituntut untuk menguasai
berbagai penilaian, termasuk penilaian autentik. Tanpa itu, guru PAI tidak
akan pernah mengetahui secara utuh keberhasilan atau kegagalan dari
pembelajaran yang dilaksanakan.
Penilaian juga tidak akan bermakna, bila tidak dibarengi dengan
kemampuan menganalisis hasil penilaian dan memanfaatkannya sebagai dasar
penyusunan program tindak lanjut yang merupakan salah satu fungsi dari
penilaian. Dalam penggunaan penilaian autentik ini guru dianjurkan dapat
mengoperasikan komputer, karena format penilaian yang menggunakan
rubrik, dan guru juga harus siap dengan pembuatan format-format penilaian
yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian autentik adalah suatu proses evaluasi terhadap hasil belajar dan
kinerja peserta didik dalam mengaplikasikannya di kehidupan nyata yang
bermakna. Hal ini dikarenakan peserta didik ditantang untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam situasi yang nyata. Dengan penilaian
autentik ini guru akan mengetahui perkembangan siswa dari data yang
dikumpulkan.
Ciri-ciri penilaian autentik yaitu harus mengukur semua aspek
pembelajaran, dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung, menggunakan berbagai cara dan sumber, tes hanya salah satu
alat pengumpul data penilaian, tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata
setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang
mereka lakukan setiap hari dan penilaian harus menekankan pada kedalaman
pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan kuantitasnya.
Bentuk-bentuk penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, observasi dan
pertanyaan, presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, portofolio dan
jurnal. Langkah-langkah penilaian autentik yakni mengidentifikasi standar,
memilih suatu tugas autentik, mengidentifikasi kriteria untuk tugas (task), dan
menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics).
Penilaian autentik ini bagus untuk diimplementasikan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, melalui penilaian autentik ini guru
dapat mengetahui sejauh mana pemahaman dan kemampuan siswa. Dengan
penilaian autentik peserta didik belajar bagaimana mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan ke dalam dunia nyata.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Martaningsih, Sri Tutur, t.al, Active Learning Guru SD dan Pelatihan Penilaian
Autentik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti dan
Majelis Dikdadmen PDM Sleman & Bantul, 2015.

Sani, Ridwan Abdullah Penilaian Autentik, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Wildan. Pelaksanaan Penilaian Autentik Aspek Pengetahuan, Sikap dan


Keterampilan di Sekolah atau Madrasah, TATSQIF; Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Pendidikan, Vol. XV No. 2 Desember 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai