Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TIPE PENILAIAN
“Tradisional, Alternative, Autentik, Unjuk Kerja, Jurnal dan Projek”

Disusun Oleh Kelompok :


1. Yolanda lupita sary (201014286206284)
2. Nur Shiddiq (201014286206144)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Dr. APDOLUDIN, S.Pd.I., M.Pd.I
NIDN. 101428058403

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TA. 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dalam
mata kuliah Evaluasi/Asessmend SD.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut. Tulisan
ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada dosen
pengampu mata kuliah evaluasi/assessment SD Bapak Dr. Apdoludin,
S.Pd.I.,M.Pd.I yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan
makalah ini. Akhimya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Muara Bungo, 11 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Tipe penilaian tradisional .................................................................. 3
B. Tipe penilaian alternative ................................................................... 4
C. Tipe penilaian autentik ........................................................................... 11
D. Tipe penilaian unjuk kerja ................................................................ 13
E. Tipe penilaian jurnal dan projek....................................................... 14
BAB III. PENUTUP ................................................................................... 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu negara salah
satunya ditentukan oleh bagaimana pendidikan di suatu negara
dilaksanakan, pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia. Melalui pendidikan sumber daya manusia
suatu negara mempelajari dan menguasai suatu keompetensi, serta
mengembangkan pengetahuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Untuk dapat meningkatkan penguasaan kompetensi dari peserta
didik, pelaksanaan proses pembelajaran haruslah berjalan dengan baik dan
efektif. Proses pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memahami suatu kompetensi, mengetahui sejauh mana
ia telah menguasai suatu kompetensi serta mampu menerapkan kompetensi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika proses pembelajaran berjalan
dengan baik, maka hal tersebut akan berimplikasi pada meningkatnya
kualitas sumberdaya manusia di suatu Negara. Untuk dapat mengetahui
apakah suatu proses pembelajaran berjalan baik atau tidak, apakah siswa
sudah menguasai kompetensi yang dipelajari, maka diperlukan suatu
penilaian (asesmen) terhadap proses dan penguasaan kompetensi siswa.
Dengan dilaksanakannya asesmen, seorang guru akan mendapat gambaran
mengenai tingkat penguasaan kompetensi siswa.
Hal tersebut akan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan untuk langkah selanjutnya. Salah satunya sebagai acuan dalam
merancang proses pembelajaran untuk kompetensi berikutnya, asesmen
memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran berikutnya.
Asesmen merupakan kegiatan harian guru, yang ia laksanakan setiap hari,
hari demi hari selama proses pembelajaran berlangsung. Tidak ada bentuk
tanggungjawab guru lainnya yang lebih penting dibandingkan dengan
melakukan asesmen pada murid-muridnya. Guru harus dapat
mengkomunikasikan performa akademik dan performa sosial siswa serta

1
kemajuan atau pertumbuhannya kepada berbagai pihak yang terkait
meliputi siswa, orang tua siswa, sekolah dan administrator pendidikan, serta
masyarakat umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penjelasan mengenai Tipe penilaian tradisional?
2. Apa penjelasan mengenai Tipe penilaian alternative?
3. Apa penjelasan mengenai Tipe penilaian autentik?
4. Bagaimana penjelasan mengenai Tipe penilaian unjuk kerja?
5. Bagaimana penjelasan mengenai Tipe penilaian jurnal?
6. Bagaimana penjelasan mengenai Tipe penilaian projek?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa penjelasan mengenai Tipe penilaian tradisional.
2. Untuk mengetahui Apa penjelasan mengenai Tipe penilaian alternative.
3. Untuk mengetahui Apa penjelasan mengenai Tipe penilaian autentik.
4. Untuk mengetahui Bagaimana penjelasan mengenai Tipe penilaian
unjuk kerja.
5. Untuk mengetahui Bagaimana penjelasan mengenai Tipe penilaian
jurnal.
6. Untuk mengetahui Bagaimana penjelasan mengenai Tipe penilaian
projek.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tipe Penilaian Tradisional
Penilaian tradisional merujuk pada ukuran-ukuran yang dipaksakan
seperti tes pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan dan bentuk-
bentuk serupa lainnya yang biasa digunakan dalam pendidikan. Biasanya
siswa memilih satu jawaban atau memanggil informasi untuk dilengkapi.
Salah satu bentuk penilaian adalah asesmen tradisional. Menurut Muller
(2008), asesmen tradisional adalah penilaian yang mengacu pada ukuran tes
pilihan ganda (forced-choice), tes melengkapi (fill-in-the-blanks), tes benar
salah (true-false), menjodohkan dan semacamnya. Siswa secara khas
memilih suatu jawaban atau mengingat informasi untuk melengkapi
penilaian.
1. Terdapat beberapa ciri-ciri asesmen tradisional diantaranya adalah :
Penilaian dilakukan untuk menilai kemampuan siswa dalam
memberikan jawaban yang benar.
2. Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa.
3. Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa.
4. Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.
5. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.
Manfaat dan tujuan Asesmen Tradisional Manfaat Asesmen Tradisional
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah
proses pembelajaran berlangsung.
2. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensiUntuk
memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remidial.
3. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian guru.

3
5. Untuk memberikan informasi kepada orangtua dan komite sekolah
tentang efektivitas pendidikan.
Tujuan dari Asesment Tradisional diantaranya adalah :
1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar.
2. Memonitor kemajuan siswa.
3. Menentukan jenjang kemampuan siswa.
4. Menentukan efektivitas pembelajaran.
5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.
6. Mengevaluasi kinerja guru kelas.
7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru.
B. Tipe Penilaian Alternative
Hakikat Asesmen Alternatif Menurut Blaustein, D. et al. dalam
Sudjana (2008:45) “Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan
membuat keputusan berdasarkan informasi itu”. Dalam mengumpulkan
informasi ini guru biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut
dengan asesmen formal atau asesmen konvensional. Disebut demikian
karena metode inilah yang biasa digunakan oleh guru.
Metode paper and pencil test hanya dapat mengukur kemampuan
kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil belajar peserta
didik secara holistik. Apabila perubahan kurikulum di Indonesia ditelaah
lebih jauh, maka dapat dipahami perubahan tersebut tidak hanya dipandang
sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan
tuntutan perkembangan zaman, tetapi juga pergeseran paradigma.
Selanjutnya implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses
asesmen yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif maupun
sumatif harus menggunakan acuan kriteria.
Dengan demikian dalam melakukan asesmen guru memerlukan
instrumen selain paper and pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain
atau alternatif. Asesmen alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan
metode paper and pencil test, tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang
dapat mengukur kemampuan peserta didik yang tidak dapat dijangkau

4
dengan penilaian konvensional. Asesmen alternatif diartikan sebagai
pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk mengases kinerja atau hasil
belajar peserta didik. Ada kalanya asesmen alternatif juga dapat disebut
dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja.
1. Jenis Asesmen Alternatif Menurut Mertler, dalam Classroom
Assessment: A Practical Guide for Educators, bentuk penilaian
berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative berupa asesmen
kinerja (Performance Assessment), asesmen informal (informal
assessment), observasi (Observation), penggunaan pertanyaan
(Questioning), Presentasi (Presentation), diskusi (Discusions), Projek
(Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation), Portofolio
(Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan
Evaluasi diri oleh siswa (Self Evaluation).
a. Asesmen Informal (Informal Assessment)
Asesmen informal adalah asesmen yang dilakukan secara
spontan atau tidak direncanakan dan ketika asesmen ini dilakukan,
peserta didik tidak menyadari bahwa mereka sedang dinilai dengan
kata lain asesmen informal dilakukan selama pembelajaran
berlangsung. Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam asesmen
informal ini yaitu observasi guru (teacher observations) dan
pertanyaan dari guru (teacher questions).
1) Observasi guru (teacher observations)
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian
berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. Salah satu
contohnya dengan format buku catatan harian. selain bermanfaat
untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat
bermanfaat pula untuk menilai sikap peserta didik serta dapat
menjadi bahan dalam penilaian perkembangan peserta didik
secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat
juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku

5
tertentu yang diharapkan muncul dari peserta didik pada
umumnya atau dalam keadaan tertentu.
2) Pertanyaan langsung (teacher questions) Guru juga dapat
menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta
didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah
mengenai "Peningkatan Ketertiban".
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam
memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu
terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di
sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai
sikap dan membina peserta didik.
Adapun kelebihan dari asesmen informal antara lain:
1. Pendidik dapat melakukan pengasesan secara terus-menerus,
mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.
2. Dalam melakukan pengamatan untuk pengasesan berjalan
secara alami atau spontan sesuai dengan kondisi, tanpa ada
perencanaan sebelumnya.
3. Bentuk pengasesan bisa bervariasi sesuai dengan kondisi
kelas. Kelemahan dari asesmen informal antara lain :
a) Dalam asesmen informal dibutuhkan penarikan
kesimpulan dari catatan sehari-hari yang telah
terkumpul.
b) Asesmen ini seringkali terlupakan oleh para pendidik
karena dilakukan secara spontan dan terus-menerus.
c) Terkadang pendidik tidak menyediakan cukup waktu
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jadi disini
siswa dituntut untuk secara spontan dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
4. Asesmen Unjuk Kerja atau Asesmen Kinerja (Performance
Assessment) Asesmen kinerja disebut juga dengan asesmen

6
perbuatan (unjuk kerja). Asesmen kinerja dilakukan untuk
menilai tugas-tugas yang dilakukan oleh peserta didik,
sehingga guru dapat memiliki informasi yang lengkap
tentang peserta didik.
Menurut Hibbard tugas-tugas kinerja menghendaki:
1. Penerapan konsep-konsep dan informasi penunjang
penting lainnya.
2. Budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah.
3. Literasi sains.
5. Asesmen kinerja (Performance Assessment) pada dasarnya
adalah asesmen autentik, karena dalam asesmen ini peserta
didik dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah
mereka, melakukan penalaran dan keterampilan dalam
menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang
dalam konteks kehidupan nyata. Asesmen unjuk kerja
merupakan proses asesmen yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Asesmen ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas
tertentu seperti, praktikum, praktek sholat, praktek olahraga,
bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/ deklamasi dll.
Asesmen unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta
didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan diases dalam
kinerja tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.

7
d) Mengupayakan kemampuan yang akan diases tidak terlalu
banyak, sehingga semua dapat diamati.
e) Kemampuan yang akan diases diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
Asesmen kinerja ini memiliki karakteristik yaitu sebagai
berikut:
a) Membolehkan peserta didik untuk menunjukkan secara
langsung kinerja atau kemampuannya.
b) Membutuhkan beberapa prosedur asesmen subjektif
(misalnya dengan menggunakan skala rata-rata (rating
scales), daftar cek (checklist) atau rubrik (rubrics).
c) Ada kesempatan yang besar untuk mengembangkan asesmen
kinerja ini dalam proses pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk
membuat penilaian kinerja yang baik antara lain:
1) Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang
diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang
terbaik.
2) Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang
penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan
menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
3) Mengusahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan
yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua
kriteria tersebut dapat diobservasi selama peserta didik
melaksanakan tugas.
4) Mendefinisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan
diukur berdasarkan kemampuan peserta didik yang harus
dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang
dihasilkan.
5) Mengurutkan kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang dapat diamati.

8
6) Jika ada, memeriksa kembali dan membandingkan dengan
kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh
orang lain di lapangan.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam
berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan tertentu. Untuk mengases kemampuan lompat
jauh peserta didik misalnya dilakukan pengamatan atau
observasi yang beragam, seperti: teknik mengambil awalan,
teknik tumpuan, sikap/posisi tubuh saat di udara, teknik
mendarat.
Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan
lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat
menggunakan alat ukur atau instrumen berikut:
a) Daftar Cek (Check-list) Asesmen unjuk kerja dapat dilakukan
dengan menggunakan daftar cek (yatidak). Asesmen unjuk kerja
yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila
kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh
pengases. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai. Kelemahan tidak terdapat nilai tengah, namun
daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam
jumlah besar.
b) Skala Penilaian (Rating Scale) Asesmen unjuk kerja yang
menggunakan skala penilaian memungkinkan pengases
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu,
karena pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan kategori
nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak
kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat
kompeten. Pada alat penyekoran berupa skala penilaian ini
terdapat jenis lain yaitu berupa rubrik (rubrics).

9
Heidi Goodrich Andrade, mendefinisikan rubrik sebagai
suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria
atau apa yang harus dihitung. American Association for
Advacement of Science, mendefinisikan rubric adalah suatu
petunjuk penskoran yang dapatmembedakan dalam hal skala
yang diartikulasikan, di antara sekelompok perilak-perilaku
yang sederhana atau kejadian-kejadian yang telah terjadi yang
direspons pada saat itu juga.
Jadi, rubrik adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk
menyekor atau menempatkan posisi siswa dapat pula diartikan
sebagai suatu pedoman penskoran yang digunakan untuk
menentukan tingkat kemahiran (proficiency) siswa dalam
mengerjakan tugas. Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat
kinerja yang diharapkan dicapai siswa secara relatif. Deskripsi
kinerja ini dapat membantu evaluator untuk mencari
karakteristik kinerja siswa. Ada dua jenis rubrik yaitu analytic
rubric dan holistic rubric. Asesmen kinerja memiliki kelebihan
dan kekurangan,
Adapun kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai
berikut:
1) Dapat mengetahui hasil belajar yang kompleks dan
keterampilanketerampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan
tes tradisional (paper and pencil test).
2) Menyajikan suatu evaluasi yang lebih hakiki, langsung dan
lengkap dari beberapa tipe keterampilan mengungkapkan alasan,
keterampilan lisan dan keterampilan fisik.
3) Menyajikan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik
dengan tujuantujuan yang jelas dan membuat pembelajaran lebih
berarti.
4) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang
nyata.

10
5) Dapat dijadikan informasi sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat keputusan dalam pembelajaran selanjutnya.
Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut:
1) Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus
dipertimbangkan dalam penggunaannya.
2) Asesmen dan penyekoran kinerja subjektif, memberatkan dan
secara khusus memiliki reliabilitas yang rendah.
3) Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih
daripada dalam kelompok.
C. Tipe Penilaian Autentik
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian
autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa
setelah siswa mengalami proses pembelajaran.
Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar,2013:35-36).
Pada penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep
atau teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus
memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan perkembangan
karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya. Contohnya untuk PAUD, TK
dan SD, lebih banyak porsinya pada soft skill (misalnya kemampuan yang
perlu dilatih dan diukur, antara lain: mengamati, motivasi berprestasi,
kemauan kerja keras, disiplin, berkomunikasi, tata krama, dll) daripada
penilaian hard skill (pengukuran penguasaan pengetahuan dan
keterampilan).

11
Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:
a. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk.
b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
c. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
d. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
e. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan
nyata setiap hari.
f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian,
bukan keluasannya (kuantitas).
Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:
a. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi
terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap
standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta,
menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja
(performance), bukan kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
c. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara
utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian
kompetensi siswa.
d. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan
balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas,
maka proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari.
Sehingga dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai
ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar; penilaian harus bersifat holistik mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan dan pengetahuan).

12
D. Tipe Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja (performance assessment) merupakan salah satu
teknik penilaian yang dalam proses pengumpulan data untuk membuat
keputusan tentang individu dilakukan dengan cara observasi sistematis.
Melengkapi definisi tersebut, ada lima definisi operasional performance
assessment, seperti:
a. performance assessment adalah proses, bukan tes atau perangkat
pengukuran tunggal.
b. fokus dari proses ini adalah pengumpulan data, menggunakan berbagai
instrumen dan strategi.
c. data dikumpulkan dengan cara observasi sistematis. Penekanannya
adalah pada teknik observasi langsung bukan pada tes kertasdan-pensil
(paper-and-pencil), terutama bukan pilihan ganda meskipun tes tersebut
juga dapat digunakan dalam penilaian.
d. data yang terintegrasi digunakan untuk tujuan membuat keputusan
tertentu yang akan memandu bentuk dan substansi penilaian.
e. subjek dari pengambilan keputusan adalah individu, bukan program atau
produk yang mencerminkan suatu kegiatan kelompok (Berk, 1986: ix).
Melengkapi pendapat tersebut Danielson (dalam Puji Iryanti, 2004: 6)
mendefinisikan bahwa, penilaian unjuk kerja (performance assessment)
sebagai salah satu teknik penilaian meliputi semua penilaian dalam bentuk
tulisan, produk, atau perilaku kecuali tes bentuk pilihan ganda,
menjodohkan, benar salah, dan jawaban singkat.
Menurut Van Blerkom (2009: 148), dalam penilaian unjuk kerja
(performance assessment) terdapat tiga tipikal karakteristik yang dapat
dikelompokkan berdasarkan dimensi, meliputi:
a. menilai proses atau produk.
b. menggunakan simulasi atau kejadian nyata (real settings).
c. menggunakan peristiwa alami (natural) atau peristiwa dan situasi yang
terstruktur (structured settings).

13
Penilaian unjuk kerja (performance assessment) sebagai salah satu
teknik penilaian jika dibandingkan dengan teknik penilaian paper and pencil
memiliki banyak keunggulan.
Teknik ini menurut Reynolds (2010: 248-249) sangat tepat dan telah
banyak diaplikasikan dalam berbagai konteks, seperti: (1) laboratory
classes; (2) mathematics classess; (3) english, foreign-language, debate
classes; (4) social studies classes; (5) art classes; (6) physical education
classes; dan (7) music classes.
Selanjutnya ia mengungkapkan pula perbedaan antara penilaian unjuk
kerja (performance assessment) dengan teknik penilaian tradisional yang
berbasis paper-and-pencil seperti: (1) performance assessments more
closely reflect real-life set-more closely reflect reallife settings and
aplications than traditional paper-and-pencil assessments; (2) performance
assessments involve multiple assessment criteria; dan (3) performance
assessments involve subjective evaluation of student performance.
Untuk kepentingan menilai kompetensi ekspresi dan kreasi musik,
penilaian unjuk kerja (performance assessment) sebagai salah satu model
memiliki keunggulan, seperti: (1) performance assessments can measure
abilities that are not assessable using other assessments; (2) the use of
performance assessments is consistent with modern learning theory; (3)
performance assessment allow you to assess process as well as product; dan
(4) the use of performance broadens your approach to assessment
(Reynolds (2010: 266-267).
E. Tipe Penilaian Jurnal dan Projek
Penilaian otentik berbasis proyek atau yang biasa disebut dengan
penilaian proyek merupakan salah satu jenis penilaian yang
mengakomodasi perbedaan gaya belajar siswa dan digunakan untuk menilai
proses disamping produk hasil proyek sebagai sumber penilaian. Penilaian
proyek menekankan pada kemampuan merencanakan, mengorganisasikan
investigasi, dan kerjasama dalam tim (Wijayanti, 2014).

14
Penilaian yang menuntut siswa untuk belajar bersama dalam sebuah
tim akan memunculkan kekuatan dan kemampuan masingmasing siswa
untuk menunjukkan performanya selama proses pembelajaran (Kyprianidou
et al., 2012). Penilaian proyek menggunakan berbagai cara dan berbagai
instrumen untuk mengetahui perkembangan siswa selama proses
pembelajaran (Kunandar, 2013).
Variasi cara penilaian yang terdapat dalam penilaian proyek akan
membuat siswa aktif belajar karena penilaian dilakukan dengan berbagai
teknik yang dirancang untuk memudahkan siswa baik siswa visual, siswa
auditori, maupun siswa kinesthetik dalam mengaktualisasikan
pengetahuannya melalui sebuah proyek. Produk hasil proyek dapat
menggunakan alternatif lain seperti pembuatan storyboard. Selain dapat
digunakan untuk melihat konstruksi pengetahuan yang dimiliki siswa,
media ini juga dapat dijadikan tempat untuk mengeluarkan ekspresi dan
kreativitas masing-masing siswa.
Instrumen penilaian otentik yang dikembangkan dalam penelitian
ini adalah instrumen penilaian proyek yang didesain untuk mengaktifkan
siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dilihat dari kelengkapan tugas
yang dikerjakan oleh siswa dan aktivitas siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, instrumen penilaian proyek pada materi titrasi
asam basa juga akan melatih kemandirian siswa dalam mengerjakan proyek
melalui sebuah investigasi yang ditugaskan kepada siswa secara
berkelompok.
Jadi dapat disimpulkan proyek, termasuk kuis merupakan contoh-
contoh bentuk assessment for learning. Jurnal penilaian (perkembangan)
sikap ditulis oleh wali kelas, guru mata pelajaran. Proyek Identifikasi jenis
instrumen dilakukan dengan studi literatur dari jurnal atau karya tulis
lainnya dalam melakukan penilaian proyek.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian tradisional merujuk pada ukuran-ukuran yang dipaksakan
seperti tes pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan dan bentuk-
bentuk serupa lainnya yang biasa digunakan dalam pendidikan.
Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-
tradisional untuk mengases kinerja atau hasil belajar peserta didik. Ada
kalanya asesmen alternatif juga dapat disebut dengan asesmen otentik atau
asesmen kinerja.
Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar,2013:35-36).
Penilaian unjuk kerja (performance assessment) merupakan salah
satu teknik penilaian yang dalam proses pengumpulan data untuk membuat
keputusan tentang individu dilakukan dengan cara observasi sistematis.
Penilaian otentik berbasis proyek atau yang biasa disebut dengan
penilaian proyek merupakan salah satu jenis penilaian yang
mengakomodasi perbedaan gaya belajar siswa dan digunakan untuk menilai
proses disamping produk hasil proyek sebagai sumber penilaian.
B. Saran
Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan
penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis mcnyadari bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempuma. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ani, Y. (2013). Penilaian autentik dalam kurikulum 2013. In Seminar Nasional
Implementasi Kurikulum (pp. 742-749).

Utomo, U., & Ardiyarta, T. (2013). Pengembangan instrumen penilaian unjuk


kerja (performance assessment) kompetensi ekspresi dan kreasi musik di
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Harmonia: Journal of Arts Research
and Education, 13(1).

https://baixardoc.com/preview/asesmen-tradisional-dan-asesmen-alternatif-
5dc87391adbe8

17

Anda mungkin juga menyukai