Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mulai ada sejak adanya makhluk manusia yang pertama.Anak didik
merupakan obyek utama dari pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai peranan penting
dan besar serta bermanfaat dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak didik.
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan
potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu dan sebagai warga negara atau masyarakat. Untuk tercapainya tujuan yang mulia itu
maka dibutuhkan teori yang menunjuk kepada bentuk asas-asas pendidikan.
Banyak hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki keterikatan dengan
filsafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu berusaha membentuk kepribadian manusia
sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan dihadapkan pada
perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu berlangsung. Setiap
rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya menjangkau kawasan paling ideal dan baik
seperti; mandiri dan berguna (UU No. 20 Tahun 2003). Formulasi tujuan pendidikan
merupakan persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak mungkin dapat dirumuskan
dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi memerlukan analisis dan pemikiran
filosofis. Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep,
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.
Kemidian banyak ahli pikir berpendapat bahwa jika sains dapat menjelaskan segala
sesuatu dengan sebab mekanik saja, akibatnya tak ada alasan untuk percaya kepada Tuhan
dan tujuan dari alam. Hukum yang sama berlaku bagi manusia, binatang-binatang yang
rendah dan planet yang tinggi. Kesadaran pikiran adalah hasil dari perubahan-perubahan
dalam otak atau syaraf. Alam diatur dengan hukum fisik materi, walaupun hal itu
menyangkut proses yang sangat kompleks dan halus dari akal manusia. Hidup hanya
merupakan proses fisiologi dan hanya mempunyai arti fisiologi.
Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang
pendidikan telah melahirkan sejumlah ajaran filsafat yang melandasinya. Ajaran filsafat
adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara
fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan
cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun
masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lain
1

seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran
manusia di suatu tempat.
Ajaran filsafat yang berbada-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu
sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari sini juga
kemudian lahir aliran-aliran dan pemikiran yang berbeda pada para ahli dalam filsafat
pendidikan. Salah satu di antara beberapa aliran filsafat pendidikan tersebut adalah
Naturalisme.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan naturalisme?
2. Bagaimana sejarah filsafat pendidikan naturalisme?
3. Bagaimana tujuan pendidikan dalam filsafat pendidikan naturalisme?
4. Bagaimana prinsip pendidikan dalam filsafat pendidikan naturalisme?
5. Bagaimana metodologi pendidikan dalam filsafat pendidikan naturalisme?
6. Bagaimana kelebihan dan kelemahan filsafat pendidikan naturalisme?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan naturalisme.
2. Untuk mengetahui sejarah filsafat pendidikan naturalisme.
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan dalam filsafat pendidikan naturalisme.
4. Untuk mengetahui prinsip pendidikan dalam filsafat pendidikan naturalisme.
5. Untuk mengetahui metodologi pendidikan dalam filsafat pendidikan naturalisme.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan filsafat pendidikan naturalisme.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengerian Filsafat Pendidikan Naturalisme
Filsafat pendidikan naturalisme teridiri dari kata filsafat yang diambil dari kata
philosohia atau philoshopos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai

cinta dan
2

kebijaksanaan. Secara simpel, pengertian filsafat atu filosofi adalah cinta pada pengetahuan
(ilmu pengetahuan) dan kebijksanaan.
Kemudian kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education yang berasal dari
bahas latin yaitu 'educatum' yang tersusun atas dua kata yaitu 'E' dan "Duco". Kata E berarti
sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara 'Duco'
berarti perkembangan atau sedang berkembang. Sehingga pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.
Sedangkan kata naturalisme diambil dari kata natural yang berarti alami dan isme
yang berarti paham. Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham Alami.
Maksudnya, bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki
kecenderungan atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan
pembawaan yang buruk.
Berdasarkan pernyataan diatas diperoleh bahwa filsafat pendidikan naturalisme adalah
kecintaan dan kebijaksanaan terhadap pengetahuan yang mendorong guru untuk mengajar
murid dalam usaha sadar dan sistematis agar murid mencapai taraf hidup atau kemajuan yang
lebih baik. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar
murid. Jadi, pada intinya paham naturalisme ingin menjauhkan anak didik dari segala
keburukan yang ada di sekitarnya.
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan dan juga
lingkungan. Namun demikian, ada dua pandangan besar mengenai hal ini. Pertama
disampaikan oleh Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia baik, namun
jika ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh lingkungannya. Kedua, disampaikan oleh
Mensius yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu jahat. Ia menjadi manusia yang
baik karena bergaul dengan lingkungannya (Ahmadi dan Uhbiyati, 1991: 296). Dua pendapat
ini jelas memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Satu sisi memandang sisi jahat manusia
bersumber dari lingkungan, sementara pendapat lain menyatakan bahwa sisi jahat itu sendiri
yang justru berada pada diri manusia. Namun, jika memperhatikan dua pendapat ini memiliki
sisi kebenaran yang sama jika ditilik dari sudut genetis. Memang, jika melihat faktor ini.
Manusia yang secara genetis tidak baik, maka ia akan menjadi manusia yang seperti ini,
begitupun sebaliknya.
Naturalisme merupakan juga teori yang menerima nature (alam) sebagai
keseluruhan realitas. Istilah nature telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam
arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari
fenomena ruang dan waktu. Natural adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains
alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah supernaturalisme yang mengandung
3

pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di
luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).
B. Sejarah Filsafat Pendidikan Naturalisme
Aliran filsafat pendidikan Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat
pendidikan Aristotalian-Thomistik, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778)
dan Schopenhauer (1788-1860 M). Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami
perkembangan pada abad ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia
berpandangan bahwa "Learned heavily on the knowledge reported by man's sense", yang
artinya Belajar berhubungan erat pada pengetahuan yang dilaporkan oleh akal manusia.
Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar yaitu Realisme, Empirisme dan
Rasionalisme.
Semua penganut Naturalisme merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua
penganut Realisme merupakan penganut Naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa
Realisme merupakan anak dari Naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran
Realisme sejalan dengan Naturalisme. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat
pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai
dengan perkembangan alam.
Salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta adalah keteraturan. Benak
manusia sejak dulu menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnya Matahari, peredaran
planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak
pertama kali manusia menyadari keberadaannya di dalam alam semesta, hanya merupakan
contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya menjadi mungkin karena
keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan lewat hukum-hukum matematika. Tugas
ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan
semua keteraturan yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan
bagaimana dan mengapa.
Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan mengapa ini di titik tertentu mengalami
kesulitan yang luar biasa. Sebagai suatu telaah mengenai alam semesta, kosmologi abad ke20 yang dikenal sekarang ini berkembang dan diterima sebagai sintesis besar berbagai cabang
ilmu pengetahuan alam. Kosmologi ini berupaya memperoleh pengertian yang menyeluruh
mengenai struktur spasial, temporal, dan komposisional alam semesta skala besar dengan
maksud mempersatukan tampilan dan sifat alam semesta teramati ke dalam suatu hopitesis
yang akan mendefinisikan struktur dan evolusinya.
4

Kosmologi mengalami kemajuan yang luar biasa pesat terutama karena dukungan
kecanggihan piranti pengamatan astronomis, serta laboratorium fisika zarah yang mampu
menyediakan ruang-waktu mirip masa lampau alam semesta dini. Sementara teori-teori
fisika kontemporer menyediakan tetapan-tetapan dasar yang memungkinkan perilaku
berbagai tampilan alam semesta dalam skala yang berbeda-beda kian dimengerti.
Tokoh filsafat pendidikan Naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan
Cohen yang banyak mengkritik karya-karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh-tokoh
seperti Herman Harrell Horene, dan Herbet Spencer yang menulis buku berjudul Education:
Intelectual, Moral, and Physical.
C. Prinsip Pendidikan dalam Filsafat Pendidikan Naturalisme
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari
seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham
naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah
merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar
merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran
juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid. Menurut Spencer dalam Sudrajat (2013), ada
delapan prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme. Delapan prinsip tersebut
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam;


Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik;
Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak;
Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan;
Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak;
Praktik mengajar adalah seni menunda;
Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif;
Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan.

Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik.


Kiranya delapan prinsip pendidikan itu sangat jelas. Namun karakter khas yang terlihat
dari aliran naturalisme ini, adalah bagaimana anak berkembang secara wajar. Hal ini
dapat dilihat pada poin nomor tiga yang menyatakan bahwa pendidikan harus berjalan
spontan. Akan tetapi, spontanitas itu bukan berarti tidak bermutu. Justru menurut
naturalisme, spontanitas merupakan sarana untuk mendapat pengetahuan baik berupa fisik
maupun otak seperti yang tersebut pada poin empat dan lima, Jadi jelaslah, bahwa
naturalisme menghendaki bahwa pendidikan yang berjalan secara wajar tanpa intervensi
5

yang berlebihan sehingga membuat anak tersebut justru merasa terancam. Hal ini
dilakukan atas dasar, bahwa anak memiliki potensi insaniyah yang memungkinkan untuk
dapat berkembang secara alamiah.
D. Tujuan Pendidikan dalam Filsafat Pendidikan Naturalisme
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat naturalisme di bidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia
diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir.
Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang
signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek.
Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga
untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana (Bertens. K. Filsuf-Filsuf Besar Tentang
Manusia. Kanisius, 1988). Menurut paham naturalisme paling tidak ada lima tujuan
pendidikan, kelima pendapat itu disampaikan oleh Spencer dalam Sudrajat (2013) yang
terdiri dari:
1. Pemeliharaan diri;
2. Mengamankan kebutuhan hidup;
3. Meningkatkan anak didik;
4. Memelihara hubungan sosial dan politik;
5. Menikmati waktu luang.
Dari lima tujuan pendidikan ini, jelas bahwa aliran naturalisme ini mementingkan
manfaat pendidikan dengan menjadikan pemeliharaan diri menjadi faktor utama yang
kemudian disusul dengan kebutuhan hidup. Kedua faktor tersebut akan tercapai jika faktor
faktor ketiga secara maksimal dilaksanakan. Agar maksimal maka faktor keempat dan kelima
yang kemudian menjadi perhatian dalam melakukan pendidikan.
E. Metodologi Pendidikan dalam Filsafat Pendidikan Naturalisme
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan
Aminuddin R. dalam makalah Ahmad, 2012), yaitu :
1. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi
antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam
dirinya secara alami.
2. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian anak ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Serta memberikan
tanggung jawab belajar pada diri anak didik sendiri.

3. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak didik.
Anak didik diberi kesempatan menciptalan lingkungan belajarnya sendiri.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran
yang bersifat paedosentris, artinya, faktor kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan
proses belajar dan mengajar. Nampaknya, paham aliran naturalis, saat ini diterapkan dalam
kurikulum baru yang sedang digulirkan oleh pemerintah, yaitu kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 ini proses pendekatan proses pembelajaran berupa pendekatan saintifik.
Intinya, pendekatan tersebut menitikberatkan pada penggalian potensi-potensi siswa atau
dikenal dengan istilah student centered, namun tanpa mengabaikan landasan utama
pendidikan yaitu prinsip religius. Peran guru selama proses pembelajaran hanya sebagai
pembimbing, fasilitator, dan motivator bagi siswa. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan
dapat terbentuk generasi-generasi berakhlak baik, aktif sebagai pelopor, dan kreatif dalam
menciptakan inovasi-inovasi.
F. Kelebihan dan Kelemahan Filsafat Pendidikan Naturalisme
Demikianlah naturalisme sebagai aliran filsafat maupun aliran filsafat pendidikan,
memiliki kelebihan maupun kelemahan.
Kelebihan utama aliran ini adalah penghargaannya yang tinggi terhadap alam,
termasuk anak yang lahir secara alamiah akan cenderung baik. Paham ini bisa
melahirkan manusia-manusia demokratis, sebab segala sesuatu dikembalikan
pribadi masing-masing.
Namun kelemahan utama aliran ini adalah bahwa anak yang lahir juga
dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika lingkungan di sekitar baik, maka anak
tersebut cenderung baik. Sebaliknya, jika kehidupan di sekitarnya buruk, anak
cenderung berkembang ke arah buruk. Kasus Galang Rambu Anarki, putera Iwan
Fals, bisa jadi karena lingkungan tidak memadai untuk keberlangsungan
hidupnya, sehingga ia harus meninggal dunia di usianya yang amat dini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada yang diperoleh dari
ikhtiar secara radikal. Filsafat memiliki beberapa aliran dan salah satunya adalah aliran
naturalism aliran ini beranggapan bahwa manusia lahir dengan pembawaan yang baik, aliran
ini dicetusakan oleh J.J Rosseau pada abad ke-17. Cara berfikir aliran ini yang abstrak
menjadikan peranan keluarga menjadi yang paling penting dalam membekali dan
membimbing seorang anak untuk menjadi lebih baik khususnya dalam dunia pendidikan.
Filsafat pendidikan naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan
dan juga lingkungan. Aliran naturaalisme memandang bahwa anak diciptakan oleh
penciptanya itu baik sedangkan lingkungan itu buruk. Lingkungan tersebut dapat berupa
lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Fenomena menarik di bidang pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan
pusat kegiatan pembelajaran. Para siswa menyatu dengan alam sebagai tempat belajar
memuaskan keinginantahuannya sebab mereka secara langsung berhadapan dengan sumber
dan materi pembelajaran secara riil. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat
pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai
dengan perkembangan alam. Saat ini aliran naturalisme diterapkan sebagai salah satu model
pendidikan. Hal ini dilakukan guna memberikan pengetahuan yang seluas-luasnya kepada
anak tentang alam dan anak mampu belajar dengan alam.
8

B. Saran
Dari pembahasan diatas penulis memberikan saran kepada pembaca khususnya bagi
calon pendidik. Seorang clon pendidik yang baik diharapkan bukan hanya bisa mengajar
tetapi juga mampu mendidik dan membimbing anak untuk banyak belajar dari alam.
Sehingga anak belajar dengan baik karena anak melihat, mendengr, merasakan, mengalami
dan mempraktikkn secara langsung apa yang mereka pelajari.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Saphuha, Julaiha. Aliran Konvergensi. Diakses pada 5 Maret 2013 dari Google.com
Sudrajat,

Akhmad.

Filsafat

Naturalisme.

Dikutip

pada

Maret

2013

dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/10/filsafat-naturalisme/
http://khilmimarifah.blogspot.co.id/2012/11/naturalisme-dalam-filsafat.html
Ahmad. 2012. Makalah tentang Filsafat Naturalisme. Tersedia dalam http://ahmadscr.blogspot.com/2012/11/makalah-tentang-filsafat-naturalisme.html.
Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung
dalam http://duniyakampus.blogspot.co.id/2010/11/filsafat-naturalisme.html
http://sandirefli.blogspot.co.id/2015/01/aliran-naturalisme.html

Anda mungkin juga menyukai