Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang
bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita
nasionalnya. Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan
menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan
dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan
negara Indonesia guna memperlancar pencapaian cita-cita nasional Indonesia

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai


pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup
bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh
kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Pembaharuan kurikulum perlu
dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum
harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung
berubah.

Dalam dunia pendidikan dikenal adanya aliran-aliran pendidikan yang telah ada
sejak awal hidup manusia, setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi
muda atau generasi keturunan yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Aliran pendidikan naturalisme adalah salah satu bentuk dari aliran-aliran
pendidikan. Di dalam aliran tersebut ada beberapa peranan atau faktor yang terkait
dengan pendidikan atau perkembangan anak.
Makalah ini membahas tentang aliran

Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah


dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut
paham naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan.
Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena
belajar merupakan sesuatu yang natural. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid.

1
A. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari naturalisme?
2. Bagaimana pandangan tokoh tentang aliran nfilsafat pendidikan naturalisme?
3. Bagaimana implikasi aliran naturalisme terhadap dunia pendidikan?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari naturalisme
2. Untuk mengetahui pendapat para tokoh filsafat tentang aliran filsafat pendidikan
naturalisme
3. Untuk mengetahui bagaimana implikasi aliran naturalisme terhadap dunia pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian aliran Naturalisme


Naturalisme berasal dari kata natura atau nature dalam bahasa Indonesia
bermakna alam. Namun arti turunannya mempunyai dua makna. Makna pertama
naturalisme diartikan dalam konteks eksistensi segala sesuatu adalah benda alam atau
berupa hukum alam. Manusia adalah salah satu benda alam dan segala sesuatu tentang
manusia mengikuti atau tunduk pada hukum kebendaan alam. Sdangkan makna kedua
naturalisme mengikuti sifat alami, alamiah, wajar, “naturlych”, tidak dibuat-buat, tidak
artifisial. Makna pertama lebih condong pada sifat kebendaan alamsehingga dekat
dengan paham materialisme. Sedangkan makna kedua lebih condong pada sifat alam
yang serba-asli, wajar. Implementasi kedua makna tersebut tergantung pada maksud si
pengguna dan konteks yang dihadapi. Dalam konsep atau praktek pendidikan dapat
mengunakan makna naturalisme yang pertama, misalnya dalam memilih materi
pendidikan harus diambil dari alam sekitar peserta didik.
Penerapan makna kedua misalnya dalam memilih pendekatan atau metode
mendidik atau mengajar atau memilih alat pendidikan pendekatan, metode, atau alat
pendidikan yang dipilih harus sesuai dengan alamiahnya peserta didik ataupun
alamiahnya dari materi yang disampaikan.
Aliran filsafat naturalisme disebut sebagai Paham Alami maksudnya adalah
bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan
atau pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang
buruk. Secara garis besar dapat diartikan bahwa filsafat naturalisme merupakan hasil
berlakunya hukum alam fisik dan terjadinya menurut kodrat atau menurut wataknya
sendiri.

Aliran ini juga menganggap bahwa kebahagiaan manusia didapat dengan


menurutkan panggilan natur (fitrah) dari kejadian manusia itu sendiri. Perbuatan yang
baik (susila) menurut aliran ini ialah perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan natur
manusia. Baik mengenai fitrah lahir ataupun mengenai fitrah batin. Kalau lebih
memberatkan pada fitrah lahirnya dinamakan aliran etika materialisme. Tetapi pada
aliran naturalisme ini faktor lahir batin itu sama beratnya sebab kedua-duanya adalah
fitrah (natur) manusia.

3
B. Pandangan para ahli tentang naturalisme
1. J.J. Rousseau (1712-1778)

Teori Naturalisme diungkapkan oleh seorang filsuf Prancis bernama J.J.


Rousseaue. Teori ini mengatakan bahwa setiap anak yang baru lahir pada hakikatnya
memiliki pembawaan baik, namun pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah ataupun masyarakat , “Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru
keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan
manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka
anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-
kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain
Rousseaue menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang
mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi
guru.
J.J. Rousseau berpendapat bahwa alat pendidikan meliputi kebebasan,
kemerdekaan sebagai konsekuensi gagasannya bahwa alam atau kodrat anak adalah
baik tanpa kekangan sesuatu apapun. Hal ini juga dijelaskan di dalam bukunya yang
berjudul emile ou de I’education mengenai pendidikan,berupa roman dengan pelaku
utamanya Emile sebagai anak didik dan pelaku kedua Sophie calon istrinya. Buku emile
diperuntukkan pendidikan kalangan masyarakat tinggi. Jilid pertama berisi perawatan
jasmani anak-didik Emile sampai berumur 2 sampai 12. Jilid kedua berisi pendidikan
intelek bagi umur 12 sampai 15. Jilid keempat berisi pendidikan akhlak dan agama bagi
puber dalam umur 15 sampai 20. Jilid kelima berisi pendidikan wanita (Sophie) dan
kesusilaan.
Gagasan dasar yang dikembangkan J.J.Rousseau dan tercantum sebagai kalimat
utama romannya yaitu: “semua adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi buruk
di tangan manusia”. Semboyannya dalam usaha pendidikan sesuai dengan gagasan
dasar tersebut adalah kembali pada alam atau kodrat.

2. F.W.A.Frobel (1782-1852)

Sebagai seorang anak pendeta agama kristen dan seorang yang mencintai
seluruh alam ia berpandangan bahwa :

4
1. Seluruh alam ini berasal dari tuhan, dikuasai oleh tuhan dan menuju tuhan (dari
tuhan, oleh tuhan dan untu tuhan).

2. Antara seluruh yang ada ini terdapat suatu perhubungan yang erat dan seluruh
kehidupan merupakan kesatuan yang bulat Alles Laben ein Einiges.

3. Anak menurut kodratnya baik. Sifat jelek timbul karena ada yang salah atau
kurang pengertian.

3. J.A. Comenius (1592-1670)

Pandangan Comenius mengenai pendidikan sejalan dengan pandangan


hidupnya sebagai seorang kristen. Pandangan hidupnya seara singkat dituturkan
sebagai berikut :

1. Manusia diciptakan oleh tuhan dan untuk tuhan

2. Manusia ditempatkan diatas segala makhluk dan diciptakan sebagai makhluk


yang berpikir.

Berdasarkan pandangan tersebut ia berpendapat bahwa anak harus


dipersiapkan untuk kembali ke tuhan. Dalam mendidik dan mengajar Comenius
memakai contoh seluruh alam besar sebagai macro-comos yng selalu berjaln tertib.
Tuhan memberi contoh dalam mengembangkan tumbuhan, hewan dan manusia.
Manusia hanyalah mcro-cosmos yag dalam bentuk kecil sepadan dengan macro-
cosmos. Ia berkata “ Kita melihat ciri alam yang berkembang sebagai berikut “

1. Segala berkembang dari alam

2. Perkembangan alam teratur, tidak meloncat-loncat melainkan maju setingkat


demi setingkat.

3. Alam berkembang tidak tergesa-gesa melainkan menuggu waktu yang tepat


sambil mengadakan persiapan.

Selain itu Comenius juga mengemukakan bahwa dimensi kedua dari filsafat
pendidikan naturalisme adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan
melalui indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari metode belajar Naturalistik.
Dalam hal ini guru pertamakali hendaknya mengenalkan benda kepada anak lebih

5
dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci (exposition) tentang benda
tersebut.

4. Plato. (427 – 347 SM)


Menurut Plato, terdapat dua dunia yaitu dunia materi yang merupakan obyek
pengalaman dan dunia rohani yang merupakan obyek pengertian, yang terpisah
sama sekali yang satu dengan yang lainnya. Salah satu analisis dasar adalah
perbedaan yang nyata antara gejala (fenomena) dan bentuk ideal (eidos), dimana
plato berpandangan bahwa, disamping dunia fenomen yang kelihatan, terdapat
suatu dunia lain, yang tidak kelihatan yakni dunia eidos. Dunia yang tidak kelihatan
itu tercapai melalui pengertian (theoria). Apa arti eidos dan hubungannya dengan
dunia fenomena bahwa memang terdapat bentuk-bentuk yang ideal untuk segala
yang terdapat dibumi ini. Tetapi asalnya tidak lain daripada dari sumber segala yang
ada, yakni yang tidak berubah dan kekal.

5. Aristoteles (384 – 322 SM)


Aristoteles menyatakan bahwa naturalisme itu adalah mahluk-mahluk hidup
didunia ini terdiri atas dua prinsip :

1. Prinsip formal, yakni bentuk atau hakekat adalah apa yang mewujudkan mahluk
hidup tertentu dan menentukan tujuannya.
2. Prinsip material, yakni materi adalah apa yang merupakan dasar semua mahluk.
Sesudah mengetahui sesuatu hal menurut kedua prinsip internal itu
pengetahuan tentang hal itu perlu dilengkapi dengan memandang dua prinsip lain,
yang berada diluar hal itu sendiri, akan tetapi menentukan adanya juga. Prinsip
ekstern yang pertama adalah sebab yang membuat, yakni sesuatu yang menggerakan
hal untuk mendapat bentuknya. Prinsip ekstern yang kedua adalah sebab yang
merupakan tujuan, yakni sesuatu hal yang menarik hal kearah tertentu. Misalnya api
adalah untuk membakar, jadi membakar merupakan prinsip final dari api. Ternyata
pandangan tentang prinsip ekstern kedua ini diambil dari hidup manusia, dimana
orang bertindak karena dipengaruhi oleh tujuan tertentu, pandangan ini diterapkan
pada semua mahluk alam. Seperti semua mahluk manusia terdiri atas dua prinsip,
yaitu materi dan bentuk.

Materi adalah badan, karena badan material itu manusia harus mati, yang
memberikan bentuk kepada materi adalah jiwa. Jiwa manusia mempunyai beberapa
fungsi yaitu memberikan hidup vegetatif (seperti jiwa tumbuh-tumbuhan), lalu
memberikan hidup sensitif (seperti jiwa binatang) akhirnya membentuk hidup

6
intelektif. Oleh karena itu jiwa intelektif manusia mempunyai hubungan baik dengan
dunia materi maupun dengan dunia rohani, maka Aristoteles membedakan antara
bagian akal budi yang pasif dan bagian akal budi yang aktif. Bagian akal budi yang
pasif berhubungan dengan materi, dan bagian akal budi yang yang aktif berhubungan
dengan rohani.

Bagian akal budi yang aktif itu adalah bersifat murni dan Illahi. Akal budi
yang aktif menjalankan dua tugas. Tugas yang pertama adalah memandang yang
Illahi untuk mencari pengertian tentang mahluk-mahluk menurut bentuknya masing-
masing. Tugas yang kedua dari akal budi manusia yang aktif adalah memberikan
bimbingan kepada hidup praktis. Disini diperlukan sifat keberanian, keadilan dan
kesederhanaan.

Menurut Aristoteles, jika dunia rohani terlepas sama sekali dari dunia
materi, maka dunia rohani tidak berguna lagi bagi dunia materi. Bahkan ide-ide
rohani (eidos) terlepas sama sekali tidak dapat dikenal oleh manusia, yang termasuk
dunia materi ini juga.

C. Pandangan Aliran Naturalisme Terhadap Pendidikan


Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat naturalisme di bidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.
Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya
dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu
pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi
pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau
belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana.

Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah


dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi
penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan
dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat
naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa
hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham
naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.

Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang
diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu
Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”.Kelima tujuan itu adalah:

7
1. Pemeliharaan diri;
2. Mengamankan kebutuhan hidup;
3. Meningkatkan anak didik;
4. Memelihara hubungan sosial dan politik;
5. Menikmati waktu luang.
Selain kelima tujuan yang disampaikan oleh Spencer, Spencer juga menjelaskan
tujuh prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme, adalah

1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam;


2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik;
3. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak;
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan;
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak;
6. Praktik mengajar adalah seni menunda;
7. Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (Hukuman dijatuhkan
sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman,
hal itu harus dilakukan secara simpatik.
Sebaliknya menurut Tabularasa adalah bahwa anak yang dilahirkan itu
keadaanya masih bersih, tidak mengandung apa-apa, tidak ada pembawaan apa-apa,
anak lahir di umpakan seperti sehelai kertas putih bersih masih kosong. Akan ditulisi
apa kertas itu, akan digambari yang bagaimana kertas itu, terserah kepada si pendidik.
Si pendidik bisa berbuat apa saja yang ia ingini di atas kertas yang masih bersih itu. Si
pendidik bisa menjadikan anak didik itu apa saja. Dengan demikian,disini dapat di
katakan, bahwa pendidik itu maha kuasa(drs.Amir Danien Indrakusuma,1973 hal.85)

Naturalisme memiliki 3 prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan


Aminuddin R., 1992 : 9), yaitu :

1. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya secara
alami.
2. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu mendorong
keberanian anak ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk

8
memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Serta memberikan tanggung jawab
belajar pada diri anak didik sendiri.
3. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak didik. Anak
didik diberi kesemptan menciptalan lingkungan belajarnya sendiri.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi
pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya faktor kemampuan anak didik
menjadi pusat kegiatan proses belajar dan mengajar. Aliran filsafat naturalisme
didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada
dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidak
semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib
menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak
ide-ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai
estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Naturalisme dalam penerapan aliran pembelajaran atau pendidikan mengajarkan
bahwa paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Dimensi utama dan
pertama dari pemikiran aliran Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya
pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.

Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar,


melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. Sekolah merupakan
dasar utama keberadaan aliran naturalisme dalam pembelajaran karena belajar merupakan
sesuatu yang natural,oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga
merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar sebuah subjek, melainkan mengajar seorang murid. Hal inilah yang sekiranya
saat ini dibutuhkan oleh sistem pengajaran di Indonesia saat ini.

B. Saran
Guru perlu megetahui apa itu aliran filsafat pendidikan naturalisme agar
mengetahui hakekat mahluk hidup secara alami dan mengetahui hakekat peserta didik
secara alami pula sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan
hakekat alaminya.

10
Daftar Pustaka

Soegiono., dan Muis, Tamsil. 2012. Filsafat Pendidikan teori dan praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

Isadulloh Uyoh, 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV

Arisandi, Nuri, Refli. 2015. Aliran Naturalisme.


Diambil dari:
http://sandirefli.blogspot.com/2015/01/aliran-naturalisme.html

Afidburhanuddin. 2013. Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pembelajaran.


http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/21/penerapan-aliran-naturalisme-dalam-
pembelajaran-3/ (diakses 13 Oktober 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai