DOSEN :
Saripah, M.Pd
JAKARTA TIMUR
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih sayang-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas “PENILAIAN HASIL
BELAJAR” ini tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung dalam penulisan makalah bisnis ini, dan juga saya
menyadari bahwa penulisan makaah bisnis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak penyempurnaan makalah bisnis ini,
sangat saya harapkan.
Saya berharap semoga makalah ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua yang
membutuhkannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. iv
B. Rumusan Masalah............................................................................................. v
C. Tujuan............................................................................................................... v
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Hasil Belajar
B. Penilaian Autentik
C. Jenis-Jenis Penilaian Autentik
D. Penilaian Kognitif, Afektif, Psikomotorik
E. Penilaian Rapor
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………....... 14
3.1 Saran…………………………………………………………………………. 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu kegiatan dalam dunia pendidikan yang
penting. Pada satu sisi, dengan penilaian hasil belajar yang dilakukan dengan baik dapat
diketahui tingkat kemajuan belajar siswa, kekurangan, kelebihan, dan posiisi siswa dalam
kelompok. Pada sisi yang lain, penilaian hasil belajar yang baik akan merupakan feed back
bagi guru/dosen untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
Idiealnya, penilaian pada bidang apapun dilakukan dengan menggunakan prosedur
dan instrumen yang standar. Prosedur yang standar adalah suatu prosedur penilaian yang
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan perlakukan yang adil pada
siswa dengan mempertimbangankan situasi waktu, tempat, dan berbagai keragaman pada
siswa. Sedangkan instrumen yang standar adalah instrumen yang disusun menggunakan
prosedur pengembangan instrumen yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan tingkat
validitas dan reliabilitasnya.
Ada dua pendekatan penilaian dalam seni yang sering dipergunakan dalam dunia
pendidikan, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif (intuitif). Penerapan penilaian
dengan pendekatan objektif maupun intuitif secara ekstem masing-masing mempunyai
kelemahan. Pendekatan objektif mempersyaratkan sifat satu dimensi dari objek pengukuran,
padahal penilaian dalam seni khususnya pada bidang seni tari pada umumnya objeknya
adalah perilaku yang sangat kompleks (multidimensi), dan penampilan yang diamati relatif
panjang durasi waktunya, sehingga apabila dilakukan penilaian terhadapnya akan
membutuhkan instrumen yang sangat panjang. Jenis-jenis seni pertunjukan kehadirannya
untuk dinilai hanya sesaat dan tidak dapat diulang kembali. Sekalipun bisa diulang misalnya
dengan rekaman audio visual, situasinya sudah berubah dari situasi yang sesungguhnya. Di
samping itu menikmati seni sesungguhnya adalah penikmatan emosional. Oleh karena itu
terlalu banyak atau secara ekstrim menikmati seni dengan dengan kacamata nalar atau rasio
menjadi kurang relevan. Sehingga kesan subjektif penilai/penikmat seni juga turut
menentukan.
Pada sisi yang lain, Pendekatan subjektif cenderung bersifat intuitif, subjektifitas
penilai sangat tinggi. Selera seni , aliran seni yang diikuti oleh penilaian, dan latar belakang
iv
kesenian penilai sangat mempengaruhi hasil penilaian. Akibatnya objektifitas penilaian sulit
dipertanggung-jawabkan, lebih-lebih bila beberapa jenis karya tari yang dinilai tersebut
sangat beraneka ragam bentuk, aliran, dan latar belakang budayanya.
Penilaian hasil belajar seni tari di perguruan tinggi atau di sekolah selama ini lebih
banyak menggunakan pendekatan intuitif. Hal ini didasarkan pada pertimbangan efesiensi.
Sesungguhnya pendekatan ini dalam praktiknya kadang-kadang sudah disertai dengan
kompromi-kompromi tertentu oleh para penilai sebelum melakukan penilaian bersama. Hal-
hal yang disepakati biasanya adalah aspek yang dinilai, prioritas (bobot) yang diutamakan,
dan rentang nilai. Hal ini sesungguhnya sudah memasuki wilayah pendekatan objektif. Akan
tetapi hal-hal yang disepakati tersebut biasanya tidak didokumentasikan, tidak diwujudkan
dalam suatu instrument yang formal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hasil belajar ?
2. Apa itu penilaian autentik ?
3. Apa saja jenis-jenis penilaian autentik ?
4. Apa yang dimaksud dengan penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik ?
5. Bagaimana penilaian rapor ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hasil belajar.
2. Untuk mengetahui apa itu penilaian autentik.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penilaian autentik.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penilaian kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian rapor.
v
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Fungsi Hasil Belajar
Menurut Suryabrata “2001” mengemukakan beberapa fungsi penilaian dalam proses
pendidikan yaitu:
1. Dasar Psikologis
2. Dasar Administratif
7
Tujuan Hasil Belajar
Menurut Sudjana “2005” mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:
8
B. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja
sama dengan siswa. Dalam penilaian autentik, keterlibatan siswa sangat penting.
Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara lebih baik jika mereka
tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan
mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih
dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih
tinggi. Pada penilaian autentik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar
sekolah.
9
Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus memahami
secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya kepada dirinya
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan: (1) sikap, pengetahuan, dan keterampilan apa
yang akan dinilai; (2) fokus penilaian apa yang akan dilakukan, misalnya berkaitan
dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan
dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
2. Penilaian Proyek
10
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta
didik.
3. Portofolio
4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
11
D. Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh
terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek
afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat
pada diri peserta didik, yaitu:
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.
12
1. Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat
menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar,
sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan
Agama Islam di sekolah.
b. Pemahaman (comprehension)
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:
Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan
jelas.
13
c. Penerapan (application)
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik
mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
d. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang
analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud
nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-
hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
e. Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada
jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta
didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah
diajarkan oleh islam.
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
14
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku
disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan
menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya
sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT
yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
15
2. Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama
Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan
agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
receiving
responding
valuing
organization
characterization by evalue or calue complex
Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran
dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian
sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-
identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya:
peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus
disingkirkan jauh-jauh.
16
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau
menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
17
Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan
kehidupan masyarakat.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai,
Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu
objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),
menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada
seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan
dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna bila
dihadapkan kepada objek tertentu.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
18
Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
mencakup:
19
kecepatan mengerjakan tugas,
kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat
dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,
atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai
tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√)
pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes
paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan
praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan
dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk
kerja atau lembar tugas.
20
tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis,
sudut,dll) atau tanpa alat.
E. Penilaian Rapor
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 pasal 64 : penilaian harus
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan : dilaksanakan berdasarkan standar penilaian yang
berlaku secara nasionalLaporan hasil belajar berfungsi sebagai dokumen yang bisa diacu oleh
pendidikan tinggi dan perusahaan/industri yang ingin mengetahui informasi lebih dalam
tentang prestasi peserta didik
Sekolah dapat menentukan bentuk laporan hasil belajar peserta didik yang sesuai
dengan KTSP dan kebutuhannya namun tetap harus mempertimbangkan kebermaknaan dan
kegunaannya bagi kepentingan peserta didik, para pemegang kepentingan lainnya, dan
mengacu pada struktur kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional.
Tujuan Rapor
Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan Pendidikan.
Identitas peserta didik meliputi:
1) Nama Peserta Didik
2) Tempat dan Tanggal Lahir
3) Nomor Induk
4) Jenis Kelamin
5) Agama
6) Alamat Lengkap
7) Sekolah Asal
8) Nomor dan Tahun Ijazah Sekolah Asal
9) Tanggal Diterima di SMK
10) Nama Orang Tua/Wali
11) Alamat Lengkap Orang Tua/Wali
12) Pekerjaan Orang Tua/Wali
Format Nilai Hasil Belajar peserta didik meliputi:
1) Nama Mata Pelajaran Kriteria Ketuntasan
2) Minimal (KKM) Nilai yang diperoleh peserta didik, dan
3) Deskripsi kemajuan belajar peserta didik.
KKM adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan
pendidikanKKM setiap mata pelajaran ditentukan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik
Ketentuan Penilaian
Nilai Yang Dicantumkan Pada Raport Adalah Nilai Mata Pelajaran Yang Telah Dicapai
Peserta Didiknilai Standar Kompetensi Adalah Nilai Komprehensif Kd, Atau Nilai Terendah
Kdnilai Dan Deskripsi Kemajuan Belajar Boleh Diketik Dengan Komputer
Kriteria kenaikan kelas ditentukan melalui rapat dewan pendidik bagi satuan pendidikan
yang menggunakan sistem paket.Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada
semester dua, dengan pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester satu harus
dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan. Peserta didik yang belum mencapai
KKM harus mengikuti pembelajaran remedi.Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas ke
kelas XI atau kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan lebih dari 3
(tiga) mata pelajaran.Peserta didik yang dinyatakan tidak naik kelas harus mengulang seluruh
pelajaran di tingkat tersebut.Sekolah dapat menambah kriteria kenaikan kelas sesuai dengan
karakteristik, kemampuan dan kebutuhan setiap sekolah.
- Sedang = 65-80
3. Intake = Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas sedang, daya dukung tinggi
dan intake sedang nilainya adalah rata-rata setiap nilai dari kriteria yang kita
tentukan.Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai dari setiap kriteria
perlu kesepakatan dalam forum Dewan Pendidik di Sekolah
22
menetapkan nilai :
1. Kompleksitas : - Tinggi
- Sedang
- Rendah
3. Intake : - Tinggi
Contoh :Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas rendah, daya Dukung tinggi dan
intake siswa sedang maka dapat dikatakan hanya satu komponen yang mempengaruhi
untuk mencapai ketuntasan maksimal 100 yaitu intake sedang. Jadi guru dapat
mengurangi nilai menjadi antara 90 – 80.
TINGKAT KOMPLEKSITAS
SDM: memahami Kompetensi yang harus dicapai Siswakreatif dan inovatif dalam
melaksanakan pembelajaran.
23
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil belajar merupakan keluaran yang diperoleh melalui input berupa kegiata belajar yang
berbentuk perubahan perilaku yang bersifat relatif menetap atau permanen yang meliputi tiga
ranah penilaian yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Aspek kognitif meliputi : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sinteasa, dan evaluasi
Indikator hasil belajar dikelompokan menjadi dua. 1. Ditinjau dari segi prosesnya dan 2.
Ditinjau dari segi hasilnya
Saran
Sebagai seorang pendidik khususnya guru perlu dicermati bahwa hasil belajar bukan hanya
bicara tentang nilai-nilai sebagai lambang dari hasil belajar. Perlu juga diperhatikan tiga
ranah penilaian hasil belajar sebagai patokan untuk refleksi pembelajaran yang diterapkan
denga tidak lupa juga memperhatikan faktor-faktor yan mempengaruhi hasil belajar peserta
didik
24