Oleh :
Zaky Mubarok
NIM 5190007
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan
membimbing umat ke jalan yang lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Bapak Nursidik. yang telah memberikan pengarahan atas
terselesaikannya makalah ini.
2. Pihak-pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan Modul
pembelajaran ini.
Disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan
MI/SD. Saya menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingga saya
sangat berharap akan adanya kritik dan saran guna perubahan yang lebih baik
kedepannya. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir
kata, permohonan maaf saya haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.
Penulis
.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Evaluasi Dalam Pendidikan......................................................... 1
B. Ruang Lingkup Evaluasi Dalam Pendidikan.................................................. 3
BAB II
PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN
A. Pengertian Indikator Pencapaiaan Kompetensi............................................. 9
B. Fungsi Indikator Pencapaian Kompetensi..................................................... 10
C. Langkah-Langkah Pengembangan Indokator Pencapaian Kompetensi....... 11
D. Menyusun Indikator Pencapain Kompetensi.................................................. 13
BAB III
TINGKAT KECAKAPAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. Pengertian dari ranah kognitif........................................................................ 18
B. Ranah psikomotor.......................................................................................... 19
C. Afektif.............................................................................................................. 21
D. Peranan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Pendidikan..................... 22
BAB IV
KUALITAS INSTRUMEN PENILAIAN (VALIDITAS DAN RELIABILITAS)
A. PengertianValiditas........................................................................................ 23
B. Faktor Yang MempengaruhiValiditas............................................................. 23
C. Pengertian Reliabilitas.................................................................................... 24
D. Teknik-teknikreliabilitas.................................................................................. 25
E. Faktor –faktor Yang MempengaruhiReliabilitas............................................. 26
F. Jenis-jenisValiditas dan Reliabilitas............................................................... 27
iii
BAB V
PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN DAN TELAAH INSTRUMEN
A. Pengertian instrumen penilaian...................................................................... 29
B. Jenis instrumen penilaian............................................................................... 29
C. Tujuan instrumen penilaian............................................................................ 32
D. Manfaat instrumen penilaian.......................................................................... 32
E. Cara membuat instrumen penilaian............................................................... 33
F. Rambu-rambu penyusunan tes dan tingkat ranah........................................... 34
G. Telaah instrumen penilaian............................................................................ 36
BAB VI
BAB VII
ANALISIS BUTIR SOAL TES
A. Pengertian Analisis Butir Soal........................................................................ 46
B. Tujuan Analisis............................................................................................... 46
C. Penganalisaan terhadap Butir Soal............................................................... 47
BAB VIII
PENSEKORAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengertian Tes............................................................................................... 51
B. Ranah Kognitif................................................................................................ 51
C. Ranah Afektif.................................................................................................. 56
D. Ranah Psikomotorik....................................................................................... 60
BAB IX
PENILAIAN ACUAN NORMA DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN
A. Penialaian Acuan Norma............................................................................... 65
B. Penilaian Acuan Patokan............................................................................... 67
iv
C. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma dan Patokan .............. 68
D. Prosedur Penyusunan Alat Penilaian Acuan Patokan................................... 69
BAB X
PEMANFAATAN DATA HASIL PENILAIAN
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 74
v
BAB I
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
Dilihat dari segi bahasa, evaluasi berasal dari kata Bahasa Inggris;
evaluation. Sedang dalam Bahasa Arab; al-Tqdir (ديرHH)التق, dan dalam Bahasa
Indonesia; penilaian yang akar katanya adalah value (inggris), al-Qimah (arab),
nilai (Indonesia). Sementara pendidikan merupakan sebuah program. Program
yang melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses
untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan. Dengan demikian, secara
harfiah evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau
penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian
mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi.
1
Makna bagi siswa, yaitu memuaskan, dan tidak memuaskan.
Makna bagi guru, yaitu mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan
pelajarannya, mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa,
dan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum.
Makna bagi sekolah, yaitu dapat diketahui apakah kondisi belajar yang
diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan, menjadi bahan pertimbangan
bagi perencanaan sekolah dan menjadi pedoman bagi sekolah. Sedangkan
pengertian dari Pengertian Evaluasi sendiri adalah kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan
membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Nilai dalam
bahasa arab di sebut al qimat. istilah nilai ini mulanya di populerkan oleh para
filsuf. dalam hal ini, plato merupakan filsuf yang pertama kali
mengemukakannya. Pembahasan ’’nilai’’ secara khusus di perdalam dalam
diskursus filsafat, terutama pada aspek oksiologinya. Begitu penting kedudukan
nilai dalam filsafat sehingga para filsuf meletakan nilai sebagai muara bagi
epistemologi dan antologi filsafat. Kata nilai menurut filsuf adalah idea of worth
Selanjutnya, kata nilai menjadi popular.
2
sebab-akibat hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar.
Jadi Evaluasi Dalam Pendidikan adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menetukan nilai daripada sesuatu menurut Brown dan Wand bahwa
sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai atau segala sesuatu
yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Dalam arti luas evaluasi adalah
suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan.
3
agar ia dapat mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun
tamat sekolah.
Jika kita ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas dari jenis evaluasi
apa yang digunakan, maka guru harus mengetahui dan memahami terlebih
dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan
mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Hampir
setiap orang yang membahas evaluasi pula tentang tujuan dan fungsi
evaluasi. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan
materi, metode, media sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian
itu sendiri. Sedangkan tujuan khusus evaluasi pembelajaran disesuaikan
dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi
perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak,
evaluasi efisinensi-ekonomi, dan evaluasi program komprehensif.
Dalam konteks yang lebih lulas lagi, Gilbert Sax (1980 : 28)
mengemukakan tujuan evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection,
placement, diagnosis and remediation, feedback: norm-referenced and
criterion-referenced interpretation, motivation and guidance of learning,
program and curriculum interpretation, formative and summative evaluation,
and theory development”.
4
tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa.
2. Prinsip Evaluasi
5
3. Obyek dan Subyek Evaluasi
Obyek penilaian meliputi dua hal yaitu Input dan output. Terkait mengenai
penilaian dari sisi input adalah sebagai berikut. Aspek yang bersifat rohani
setidak-tidaknya mencangkup 4 hal, yaitu:
a. Kemampuan
b. Kepribadian
c. Sikap-sikap
d. Inteligensi
Disamping inpout, unsur lain dari evaluasi adalah output. Dilihat dari
sisi outputnya Evaluasi Dalam Pendidikan adalah Penilaian terhadap
lulusan sesuatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang
digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian. Sebagai
obyek evaluasi, ia harus memberikan respon atau jawaban, maka obyek
tersebut juga disebut sebagai responden.
Adapun Subyek evaluasi, adalah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subyek evaluasi untuk setiap
evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
atau ketentuan yang berlaku. Contoh:
a. Untuk mengetahui evaluasi tentang hasil belajar, maka sebagai subyek
evaluasi adalah guru.
b. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala,
maka sebagai subyeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk.
6
c. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana
menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandardisir, maka
subyeknya adalah ahli-ahli psikologi
d. Metode Dalam Evaluasi Dalam Pendidikan
1. Tes objek
Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau
menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini
biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang di
antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi.
Pertanyaan pengenalan (recognizing question) dibedakan menjadi tiga
macam bentuk tampilan, yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan
menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian (supply type) dan
jenis pilihan ganda (selection type). Tes objektif jenis isian juga
mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas atau jawaban
terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi. Tes objektif jenis pilihan
ganda dikatakan lebih efektif oleh sebagian ahli penilaian, terutama
untuk mengukur beberapa hasil belajar peserta didik. Tes ini bervariasi
dari yang sederhana misalnya jawaban dua alternatif betul-salah, item
tes menjodohkan, sampai pada item tes pilihan ganda yang dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks.
2. Tes esai
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan dalam dua
jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi
yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya
digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan
hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik
kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
7
Grounlund membedakan tes esai menjadi dua macam, yaitu tes
esai dengan jawaban panjang, dan tes esai dengan jawaban singkat.
Tes esai dengan jawaban panjang dirancang oleh para evaluator untuk
melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu
kesatuan yang komprehensip, koherensi, dan sistematis sehingga
memberikan kejelasan jawaban. Jawaban tes esai yang tidak
membatasi ide-ide yang dituangkan oleh siswa untuk menjawab
pertanyaan item merupakan tes yang disusun untuk tujuan tertentu.
Contohnya, tes tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan
disertasi, di mana siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan secara
komprehensip dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam
menjawab para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara
singkat dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh
para evaluator. Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya
mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan lebih pasti seperti
kunci jawaban yang telah dibuat evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata bantu
pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu,
pertanyaan esai harus direncanakan secara sistematis untuk
mendorong para siswa agar memiliki kemampuan mengekspresikan
ide-ide mereka.
8
BAB II
PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN
9
1. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai IPK yang
terdapat dalam RPP.
2. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan
menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal.
Misalnya, dalam satu pertemuan siswa harus mampu menyebutkan
macam-macam rukun iman. Maka pembelajaran semata-mata agar siswa
dapat menyebutkan macam-macam rukun iman. Ketika siswa sudah mampu
menyebutkannya, berarti pembelajaran telah tuntas dan diterima oleh peserta
didik, sebaliknya jika siswa belum mampu menyebutkan macam-macam rukun
iman, pembelajaran dianggap belum tuntas.
Jadi, indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan
tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan
atau mata pelajaran tertentu serta diharapkan adanya perubahan yang terjadi
pada diri siswa pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah
pembelajaran berlangsung, untuk mengetahuinya dilaksanakan melalui
evaluasi, baik dilakukan dengan tes lisan, tertulis ataupun tanya jawab.
10
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian
kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai
tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi
secara maksimal.
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran, dirumuskan dengan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, mencakup pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan.
5. Pedoman dalam menentukan tujuan pembelajaran
Kata kerja operasional yang digunakan dalam tujuan pembelajaran
disusun secara linier dengan kata kerja operasional yang digunakan
dalam indicator pencapaian kompetensi. Hal ini berarti tingkat kompetensi
dalam rumusan tujuan pembelajaran mengacu pada tingkat kompetensi
yang terdapat pada rumusan indicator pencapaian kompetensi.
11
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan
penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi
kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek
keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus
mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
2. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakter mata pelajaran,
peseta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian.
Setiap pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari
mata pelajaran lainya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang
terdiri dari aspek mendengar, membaca, dan menulis sangat berbeda
sengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis
logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik
mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik
mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan,
ruang lingkup, dan KD masing-masing mata pelajaran
Indikator pertama tidak mengakomodasi keragaman karakteristik
peserta didik, karena siswa dengan intelegensi dan gaya belajar visual
verbal dapat mengekspresikan melalui cara lain, misalnya melalui lukisan
atau puisi. Karakteristik sekolah atau madrasah dan daerah menjadi
acuan dalam pengembangan indikator, karena target pencapaian
sekolah/madrasah tidak sama. Sekolah/madrasah kategori tertentu yang
melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi.
Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam
mengembangkan indikator.
12
sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat
potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu
sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil
analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum
melalui pengembangan indikator.
13
Itulah tampaknya yang menjadikan Martinis Yamin menyebutkan bahwa
kriteria indikator pencapaian kompetensi yang baik antara lain;
1. Memuat ciri-ciri tujuan pembelajaran yang hendak diukur;
2. Memuat suatu kata kerja operasional yang dapat diukur;
3. Berkaitan erat dengan materi pembelajaran yang hendak disampaikan;
4. Mencangkup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik;
5. Memuat setidaknya 3 hingga 5 butir indikator;
6. Setiap indikator dapat dijadikan sebagai soal.
antara fakta dan isi pokok) Ikut serta aktif (di Menunjukan
14
Mendeskripsikan diskusi, belajar, Mencoba
Membuat peryataan ulang kelompok, kantor) Meniru contoh
Menguraikan Melaksanakan Mempraktikan
Menerangkan Membantu Memainkan
Mengubah Menawarkan Mengikuti
Memberikan contoh Menyambut MengerjakanMembuat
Menyadur Menolong Mencoba
Menerangkan Mendatangi Memperhatikan
Menerapkan Menyumbangkan Memasang
Menginterpretasikan (tabel, Menyesuaikan Membongkar
grafik,bagan) Menampilkan Mengolah
Mengaplikasikan Membawakan Berpegang pada pola
pengetahuan atau Menyatakan persetujuan Mengoprasikan
generalisasi ke dalam situasi Menghargai Membangun
baru Menerima suatu nilai Memasang
Memecahkan masalah yang Menyukai Membongkar
formulatif Menyepakati Memperbaiki
Membuat bagan dan grafik Menghargai (karya seni, Melaksanakan
Menggunakan ( rumus, sumbangan, ilmu, Mengerjakan
kaidah, formula, metode, pendapat) Menyusun
prosedur) Bersikap (positif atau Menggunakan
Mengoprasikan negatif)
Mengatur
Mendemonstrasikan Mengakui
Mendemonstrasikan
Menghitung Melaksanakan
Memainkan
Menghubungkan Mengikuti
Menangani
Membuktikan Menyatakan pendapat
Menyaji
Menghasilkan Mengambil prakarsa
Menyesuaikan diri
Menunjukkan Ikut serta
Bervariasi
Menganalisis Bergabung
Mengubah
Menguraikan pengetahuan ke Mengundang
Mengadaptasi
bagian-bagiannya dan Mengusulkan
Mengatur kembali
menunjukkan hubungan di
Membela
15
antara Menuntun Membuat variasi
bagian-bagian tersebut Membenarkan Menalar
Membedakan ( fakta dari Menolak Berkonsentrasi
interpretasi, data dari Mengajak Menyiapkan diri
kesimpulan) Menghayati Memulai
Menganalisis (struktur dasar, Membentuk sistem nilai Mengawali
bagian-bagian, hubungan Menangkap relasi antar- Bereaksi
antara) nilai Mempersiapkan
Membandingkan Bertanggung jawab Menanggapi
Mempertentangkan Mengintegrasikan nilai Mempertunjukkan
Memisahkan Berpagang pada Mencipta
Menghubungkan Mengintegrasikan Menciptakan sesuatu
Membuat diagram/skema Mengaitkan yang baru
Menunjukkan hubungan Menyusun Berinisiatif
Mempertanyakan Mengatur Merancang
Mengevaluasi Mengubah Menyusun
Membuat penilaian Memodifikasi Menciptakan
berdasarkan kriteria
Menyempurnakan Mendesain
Menilai berdasarkan norma
Menyesuaikan Mengombinasikan
internal( hasil karya,
Menyamakan Mengatur
karangan, pekerjaan,
Membandingkan Merencanakan
khotbah, program penataran)
Mempertahankan
Menilai berdasarka norma
Mengamalkan
eksternal( hasil karya,
Menunjukan
karangan, pekerjaan,
(kepercayaan diri, disiplin
ceramah, program penataran)
pribadi, kesadaran)
Mempertimbangkan (baik-
Mempertimbangkan
buruk, pro-kontra, untung-
rugi) Melibatkan diri
Mempertahankan Bertindak
Mengatagorikan Menyatakan
Mengombinasiakan Memperlihatkan
16
Mengarang Mempraktikan
Menciptakan Melayani
Mendesain Mengundurkan diri
Mengatur Membuktikan
Menyusun kembali Menunjukkan
Merangkaikan
Menghubungkan
Menyimpulkan
Merancang
Membuat pola
Memberikan argument
17
BAB III
TINGKAT KECAKAPAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
Aspek kognitif menjadi aspek utama dalam banyak kurikulum pendidikan dan
menjadi tolak ukur penilaian perkembangan anak.Kognitif yang berasal dari
bahasa latin cognitio memiliki arti pengenalan, yang mengacu kepada proses
mengetahui maupun kepada pengetahuan itu sendiri.Dengan kata lain, aspek
kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses berpikir,
yaitu kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan
rasional. Dalam aspek kognitif dibagi lagi menjadi beberapa aspek yang lebih
rinci yaitu:
1) Pengetahuan ( Knowledge)
Aspek ini adalah aspek yang mendasar yang merupakan bagian dari aspek
kognitif.mengacu kepada kemampuan untuk mengenali dan mengingat
materi – materi yang telah dipelajari mulai dari hal sederhana hingga
mengingat teori – teori yang memerlukan kedalaman berpikir. Juga
kemampuan mengingat konsep, proses, metode, serta struktur.
2) Pemahaman ( Comprehension)
Mengacu kepada kemampuan untuk mendemonstrasikan fakta dan gagasan
dengan mengelompokkan, mengorganisir, membandingkan, memberi
deskripsi, memahami dan terutama memahami makna dari hal – hal yang
telah dipelajari.Memahami suatu hal yang telah dipelajari dalam bentuk
translasi (mengubah bentuk), interpretasi (menjelaskan atau merangkum),
dan ekstrapolasi (memperluas arti dari satu materi).
3) Penerapan ( Application)
Tujuan dari aspek ini adalah untuk menerapkan materi yang telah dipelajari
dengan menggunakan aturan serta prinsip dari materi tersebut dalam kondisi
yang baru atau dalam kondisi nyata.Juga kemampuan menerapkan konsep
abstrak dan ide atau teori tertentu.
4) Analysis (Analisis)
18
Menganalisa melibatkan pengujian dan pemecahan informasi ke dalam
beberapa bagian, menentukan bagaimana satu bagian berhubungan dengan
bagian lainnya, mengidentifikasi motif atau penyebab dan membuat
kesimpulan serta materi pendukung kesimpulan tersebut.Tiga karakteristik
yang ada dalam aspek analisa yaitu analisa elemen, analisa hubungan, dan
analisa organisasi
5) Sintesis ( Synthesis)
Sintesis termasuk menjelaskan struktur atau pola yang tidak terlihat
sebelumnya, dan juga mampu menjelaskan mengenai data atau informasi
yang didapat. Dengan kata lain, aspek sintesis meliputi kemampuan
menyatukan konsep atau komponen sehingga dapat membentuk suatu
struktur yang memiliki pola baru. Pada aspek ini diperlukan sisi kreatif dari
seseorang atau anak didik.
6) Evaluasi (Evaluation)
Adalah kemampuan untuk berpikir dan memberikan penilaian serta
pertimbangan dari nilai – nilai materi untuk tujuan tertentu. Atau dengan
kata lain, kemampuan menilai sesuatu untuk tujuan tertentu. Evaluasi ini
dilakukan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.
B. Ranah Psikomotor
19
kemudian mulai melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan
meniru, bentuk peniruan belum spesifik dan tidak sempurna.
Kesiapan
Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan
emosional.Pada tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut
petunjuk yang diberikan, dan tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan
gerakan pilihan yang dikuasainya melalui proses latihan dan menentukan
responsnya terhadap situasi tertentu.
Respon Terpimpin
Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan kompleks yang
meliputi imitasi, juga proses gerakan percobaan. Keberhasilan dalam
penampilan dicapai melalui latihan yang terus menerus.
Mekanisme
Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang
kompleks.Pada tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu
kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan
tertentu.
Respon Tampak Kompleks
Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang melibatkan pola gerakan
kompleks.Kecakapan gerakan diindikasikan dari penampilan yang akurat dan
terkoordinasi tinggi, namun dengan tenaga yang minimal.Penilaian termasuk
gerakan yang mantap tanpa keraguan dan otomatis.
Adaptasi
Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian dimana anak
dapat memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat
berkembang dalam berbagai situasi berbeda.
Penciptaan
Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk
menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar menghasilkan hal
atau gerakan baru dengan menekankan pada kreativitas berdasarkan
kemampuan yang telah berkembang pesat.
20
C. Afektif
21
Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya hidupnya. Kesemua
hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku yang ada hubungannya
dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah berkembang
sehingga tingkah laku lebih mudah untuk diperkirakan.
22
BAB IV
KUALITAS INSTRUMEN PENILAIAN (VALIDITAS DAN RELIABILITAS)
A. Pengertian Validitas
Validitas berasaldari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab itu
dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji validitas dan
reabilitasnya) agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Perlu
dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliable dengan instrument
penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya.
Dalam menggunakan validitas suatu tes, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Mengacu pada materi yang hendak diujikan.
b. Mengacu pada hasil dari suatu tes atau instrument evaluasi yang
dikenakan pada sekelompok individu.
Berkaitan dengan derajat dengan istilah validasi tinggi, sedang, rendah.
c. Mengacu pada penggunaan hasil evaluasi.
23
8. Penyusunan butir soal dalam tes.
9. Pola-pola jawaban.
C. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas juga dapat
diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument evaluasi,
dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti
semakin reliable suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam
hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat
sekolah, ketika dilakukan tes tersebut.
Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat
keajegan atau kekonsistenan suatutes soal. Untuk mengukur tingkat keajegan
soal ini digunakan perhitungan Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan
dinyatakan dengan:
R11 =
Keterangan:
n = banyaknya butir soal
Si2 = jumlah varian stiap skor
St2 = varians skor total
Rumus untuk mencari varians adalah:
Si2 =
Interpretasi nilai r11
rii < 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 <rii 0,40 reliabilitas rendah
0,420 <rii 0,70 reliabilitas sedang
0,70 <rii 0,90 reliabilitas tinggi
0,90 <rii 1,00 reliabilitas sangat tinggi.
RumusKorelasi Product Moment :
rxy =
Ket:
24
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
X = skor hasil pengukuran baru
Y = skor rapor
N = jumlah siswa
D. Teknik-teknik Reliabilitas
25
hanya memerlukan satu kali ujian, maka sumber kesalahan pengukuran
dapat dikurangi, seperti perbedaan situasi dan kondisi ujian, yang dapat
terjadi pada perhitungan reliabilitas tes ulang.
4) Reliabilitas Kesetaraan Nasional (Retional Equivalence Reliability)
Reliabilitas kesataraan nasional tidak dihitung melalui korelasi, namun
melalui penetapan hubungan antara satu butir soal dengan seluruh butir
lainnya dan total butir soal dalam tes.
26
2. Sebaran Skor (spread of scores)
Metode korelasi untuk mengestimasi reliabilitas
memerlukan sebaran sekor. Jika sebaran sekor itu sempit, maka
koefisien reliabilitas akan menjadi rendah.Begitu pula jika sebaran skor itu
luas, maka koefisien reliabiltas akan menjadi tinggi.
3. Keobjektivan Skor (score objectivity)
Tes objektif merupakan tes yang mampu mengurangi
subjektivitas penskoran, artinya: setiap orang yang menskor hasil tes akan
menemukan skor yang sama pada siswa yang sama. Untuk
meningkatkan objektivitas, proses pensekoran harus dilakuakan seobjektif
mungkin dan mengurangi pengaruh guru dalam menskor hasil ujian
siswa.
a. Validitas Logis
Istilah “validitaslogis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika” atau
validitas logis sering juga disebut sebagai analisis kualitatif yaitu berupa
penalaran atau penelaahan.Dengan makna demikian maka validitas logis
untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang
bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan
yang ada. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah
disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid.
b. ValiditasEmpiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”.
Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalaman. Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada
analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris.
Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal
tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Ada tiga jenisvaliditas yang
seringdigunakan, yakni:
27
c. Validitasisi (content validity)
Sebuah tes dikatakan memilki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi isi pelajaran yang diberikan.
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian data mengukur isi
yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu
konsep atau variabel yang hendak diukur.
d. Validitaskonstruksi (construct validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang
disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir
soal mengukur aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berfikir
yang menjadi tujuan instruksional.
e. Validitasprediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang
akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
28
BAB V
PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN DAN TELAAH INSTRUMEN
29
a.) Tes kepribadian (personality test), ialah tes yang digunakan untuk
mengungkap kepribadian seseorang.
b.) Tes bakat (aptitude test), ialah tes yang digunakan untuk mengukur
atau mengetahui bakat seseorang.
c.) Tes intelegensi (intelligence test), ialah tes yang digunakan untuk
memperkirakan atau mengestimasi tingkat intelektual seseorang.
d.) Tes sikap (attitude test) atau skala sikap, ialah tes yang digunakan
untuk mengukur sikap seseorang.
e.) Tes minat (measures of interest), ialah tes yang digunakan untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
f.) Tes prestasi (achivment test), ialah tes yang digunakan untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
30
tepat, dan (4) memperkirakan validitas setiap ukuran, (Safrit & Wood, 1989:
289).
2. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes dapat diartikan sebagai instrumen yang digunakan
untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan
aspek psikomotorik dan afektif, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang
dikerjakan oleh siswa.
Sedangkan untuk bentuk instrumen penelitian, khususnya penilaian non-tes
dapat berupa:
a.) Daftar Cek (Check list), ialah jenis instrumen penilaian yang
menggunakan dua kriteria Ya-Tidak sebagai acuan penilaian.
b.) Skala Rentang (Rating Scale), ialah jenis instrumen yang memungkinkan
penilai untuk memberikan nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu, sebab pemberian nilai tengah secara kontinu, dimana pilihan
kategori nilai lebih dari dua (Hamzah dan Satria, 2012:21).
31
C. TUJUAN INSTRUMEN PENILAIAN
Secara umum, penilaian itu sendiri dilakukan untuk beberapa tujuan Sudjono
(2005), diantaranya yaitu untuk:
a.) Memberikan informasi terkait kemajuan hasil belajar siswa secara individu
dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan.
b.) Membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut berdasarkan informasi yang
diperoleh berdasarkan hasil penilaian. Informasi tersebut dapat digunakan oleh
guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
c.) Memberikan motivasi belajar kepada siswa, menginformasikan kemauan
siswa agar teransang untuk melakukan usaha perbaikan.
d.) Memberikan informasi tentang semua aspek kemajuan siswa.
e.) Memberikan bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai
dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
32
4. Menemukan kelemahan atau kekurangan dalam proses pembelajaran yang
sedang berlangsung, sehingga pendidik/guru dapat memperbaiki untuk proses
pembelajaran berikutnya.
5. Menjadi pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah terkait kemajuan
perkembangan siwa.
33
RPP dirancang dan dibuat oleh setiap guru mata pelajaran dengan mengikuti
bimbingan dan arahan dari kepala sekolah dan tim kurikulum.
34
d) Jumlah alternatif jawaban (respon) lebih banyak dari pada pernyataan
(premis) nya.
e) Sedapat mungkin respon disusun bersusun (huruf awal atau angka)
f) Rumusan kalimat (pada premis) dan kata (respon) usahakan pendek
g) Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
3. Soal Uraian
S e ca r a umum, ada beberapa ra m b u - r a mb u ya n g dijadikan
a cu a n d a l a m p e n yu s u n a n instrumen penilaian tes pada soal uraian,
antara lain sebaga berikut:
a) Pokok soal sesuai indikator.
b) Materi yang ditanyakan bermakna bagi siswa.
c) Arah jawaban memberikan jawaban yang pasti.
d) Tidak terlalu mudah atau terlalu sulit.
e) Tersedia kunci jawaban dan pedoman penyekoran.
f) Disertai dengan pembobotan tiap nomor.
g) Menggunakan bahasa indonesia yang baku.
h) Menggunakan kata yang operasional.
i) Tidak menggunakan kata-kata bermakna ganda
4. Model Rubrik
S e ca r a umum, ada beberapa ra m b u - r a mb u ya n g dijadikan
a cu a n d a l a m p e n yu s u n a n instrumen penilaian tes pada model rubrik,
antara lain sebaga berikut:
a) Komponen kegiatan yang dinilai sesuai
b) yang dinilai sesuai sub komponen kegiatan
c) Melakukan pembagian tingkatan tiap sub komponen dengan jumlah yang
sama
d) Capaian maksimal (idealnya) ditulis dengan benar
e) Capaian minimal (terjelek) ditulis dengan benar
f) Batasan tegas pada tiap tingkatan dengan pernyataan yang rinci dan jelas
g) Adanya cara pengisian skor tiap indikator atau komponen
35
G. TELAAH INSTRUMEN PENILAIAN
36
1. Tingkat kesukaran
Secara umum, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui
beberapa cara, diantaranya adalah: proporsi menjawab benar, skala
kesukaran linear, indeks Davis, dan skala bivariat (Sumarna
Surapranata, 2004). Proporsi jawaban benar (p) yaitu jumlah
peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis
dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan
tingkat kesukaran yang paling umum digunakan.
2. Daya beda (D)
Indeks daya beda memberi gambaran sesuai kemampuan tes
dalam membedakan peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan
peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks daya beda soal
ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing
kelompok. Dengan demikian, indeks daya beda ini sama halnya
menunjukkan validitas soal untuk membedakan antara peserta tes
yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
beda berkisar antara -1 sampai dengan 1. Tanda negatif
menunjukkan bahwa peserta tes yang kemampuannya rendah
menjawab benar sedangkan peserta tes yang kemampuannya tinggi
menjawab salah. Dengan demikian, soal tes yang memiliki indeks
daya beda negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta tes.
Soal dengan indek daya beda negatif, tidak dapat digunakan
sebagai alat tes. Indeks daya beda dihitung berdasarkan pembagian
kelompok, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta
tes yang berkemampuan tinggi (memperoleh skor tinggi) dengan
kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan
rendah (memperoleh skor yang rendah). Indeks daya beda
didefinisikan sebagai selisih antara proporsi jawaban benar pada
kelompok atas dengan proporsi jawaban benar pada kelompok
bawah (Crocker dan Algina, 1986). Umumnya, para ahli tes
membagi kelompok ini menjadi 27% atau 33% kelompok atas dan
27% atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).
37
3. Hubungan antara tingkat kesukaran dan daya beda
Tingkat kesukaran berpengaruh langsung terhadap daya beda soal.
Jika setiap orang memilih jawaban benar (p=1) atau jika setiap
orang memilih jawaban salah (p=0) maka soal tidak dapat
digunakan untuk membedakan kemampuan peserta tes.
Langkah-langkah untuk menentukan daya beda tes adalah sebagai
berikut.
a. Menentukan tingkat kesukaran tes
b. Mengurutkan hasil tes dengan urutan dari nilai terbesar ke nilai
terkecil
c. Membagi kelompok menjadi kelompok atas dan kelompok
bawah
d. Menentukan selisih tingkat kesukaran antar kedua kelompok
38
BAB VI
Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara
sistematis. Teknik evaluasi non-tes berarti melaksanakan penilain dengan tidak
mengunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak
secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-lain.
Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individu maupun secara kelompok.
a. Observasi
Adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan utama observasi adalah :
Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi
antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya,
terutama kecakapan sosial (social skill).
Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya
maupun situasi yang sengaja dibuat.
39
b.Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan
dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung
(menggunakan alat komunikasi).
Bentuk pertanyaan wawancara
c.Skala Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa orang -orang maupun objek-objek tertentu.
40
penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan.
e. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi
tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan responden.
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
f.Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi
langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya.
g.Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta
keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari
informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
h.Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu
yang dianggap mengalami kasus tertentu.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah bahwa subjek dapat
dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemaha
41
1) Urutkan 37 kertas lembar jawaban dari skor yang tertinggi ke skor yang
terendah dan tumpuk dengan skor tertinggi ditempatkan paling atas dan skor
terendah ditempatkan paling bawah
2) Pilih 27% kertas jawaban dengan skor tertinggi (jadi ada 10 kertas lembar
jawaban di tumpukan bagian atas) dan selanjutnya disebut kelompok atas.
Lakukan hal yang sama untuk tumpukan bagian bawah ( jadi ada 10 kertas
lembar jawaban ) dan sebutlah ini “ kelompok bawah”. Singkirkan kertas
lembar jawaban sisanya, yaitu kelompok tengah sebanyak 17 lembar.
3) Untuk masing-masing butir soal, hitunglah banyaknya siswa di kelompok atas
yang memilih masing-masing pilihan. Lakukan yang sama untuk kelompok
bawah.
4) Catatlah perhitungan pada langkah (3) di atas pada format analisis butir soal
5) Hitunglah tingkat kesukaran (indeks kemudahan) masing-masing butir soal,
TK = BA + BB
n(A) + n(B)
TK = tingkat kesukaran ,
BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
n(A) = Banyaknya siswa kelompok atas
n(B) = Banyaknya siswa kelompok bawah
Kriteria :
DP = BA- BB = BA – BB
n(A) n(B)
42
BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria :
Daya pembeda Keterangan
DP > 0,40 Baik
0,30 < DP < 0,40 Cukup baik
0,20 < DP < 0,30 Kurang baik( perlu
direvisi)
DP < 0,20 Jelek, soal dirombak
1. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal uraian, langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah
a. Menghitung Mean atau skor rata-rata peserta didik pada satu nomor butir
soal tertentu dengan menggunakan rumus :
Mean = Jumlah skor – skor peserta didik pada suatu nomor soal
43
Jumlah peserta didik yang mengikuti Tes
b. Menghitung tingkat kesukaran suatu nomor soal dengan rumus :
Tingkat kesukaran = Mean
Skor maksimun
2. Daya pembeda
Langkah-langkah:
a. Menghitung/menjumlahkan dan mengurutkan skor total peserta didik dari
yang tinggi sampai yang rendah, sehingga dapat diklasifikasikan menjadi
kelompok atas dan bawah
b. Jika peserta tes banyak maka dapat diambil 27% kelompok atas dan 27%
kelompok bawah
c. Hitung Mean kelompok atas dan kelompok bawah
d. Hitung Daya Pembeda dengan rumus:
DP = Mean KA – Mean KB
Skor maksimum Soal
Kriteria:
>0,40 Baik
0.30 – 0.39 Sedang
0.20 – 0.29 Perlu revisi
< 0,19 Soal di buang
Peserta Didik Soal Skor Total Keterangan
1 2 3 Peserta Didik
David 8 7 8 23 Atas
Tina 7 6 9 22 Atas
Budi 6 1 8 15 Bawah
Anis 3 2 7 12 Bawah
Skor Maksimum 10 8 12
Skor Rata-rata 6 4
Tingkat kesukaran 0,60 0,50
44
a.Soal harus sesuai dengan indikator.
b.Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c.Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d.Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau
tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas,
terbaca, dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta
didik.
nnya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya
subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat
digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.
45
BAB VII
ANALISIS BUTIR SOAL TES
B. Tujuan Analisis
Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya
memperoleh instrument yang berkategori baik. Analisis ini meliputi:
1. Menentukan validitas dan reliabilitas tes, dan
2. Analisis butir tes.
Menurut Thorndike & Hagen, analisis terhadap butir tes yang telah
dijawab siswa suatu kelas mempunyai dua tujuan, yakni:
1. Jawaban-jawaban soal-soal tersebut merupakan informasi diagnosis untuk
meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta
selanjutnya untuk membimbing kea rah cara belajar yang baik, dan
46
2. Jawaban terhadap soal-soal dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas
jawaban-jawaban tersebut merupakan dasar bagi penyiapan tes-tes yang lebih
baik.
47
Keterangan:
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah adri kelompok atas
n2 = jumlah kelompok bawah
n1 = jumlah kelompok atas
Kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal:
- ≤ 27% = mudah
- 28% - 72% = sedang
- ≥ 73% -100% = sukar
Menggunakan rumus
P=
Keterangan
P = tingkat kesukaran
p 0,70 = mudah
p 0,30 = sukar
48
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah adri kelompok atas
DP = daya pembeda
n = 27% x N
Kriteria penafsiran daya pembeda soal
0,00-0,20 = rendah
0,21-0,40 = cukup
0,41-0,70 = baik
0,71-1,00 = baik sekali
3. Teknik Analisis Fungsi Distraktor
Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan
menarik untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas hasil
penganalisaan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah
menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.
Tujuan utama pemasangan distraktor pada setiap butir itu adalah, agar dari
sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau
terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang
mereka pilih itu merupakan jawaban yang betul.
Menggunakan rumus;
IP = x 100%
IP =P/[(N-B)/(n-1)]x 100%
Keterangan:
IP = Indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar
n = jumlah opsi
1 = bilangan tetap
49
26%- 50% atau 151% - 175% = kurang baik
0% - 25% atau 176% - 200% = jelek
Lebih dari 200% = sangat jelek
50
BAB VIII
PENSEKORAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengertian Tes
Istilah ini berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piringan atau
jambangan dari tanah liat. Istilah ini dipergunakan dalam lapangan psikologi dan
selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk
menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian
suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah
tertentu. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes
adalah sebagai alat ukur.
Tes dapat dipilah-pilah ke dalam berbagai kelompok. Berdasarkan
bentuknya dikenal adanya tes uraian (essay test) dan tes objektif (objective test).
Tes Uraian berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni tes
uraian terbatas (restricted essay test) dan tes uraian bebas (extended essay
test). Tes objektif, berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni
tes benar salah (true-false test), tes menjodohkan (mathcing test), dan tes pilihan
ganda (multiple choice test).
Beberapa tipe tes tersebut masih dapat dikelompokkan lagi menjadi
beberapa jenis tes berdasarkan ragam dan karakternya. Tes berdasarkan cara
melakukannya juga dapat dipilih menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
Informasi tentang trait/atribut pendidikan atau psikologik dapat juga didapatkan
dengan cara nontes. Misalnya dengan melakukan observasi, wawancara,
angket, sosiometri, catatan anecdote, dan sebagainya.
B. Ranah Kognitif
1. Pengertian Kognitif
51
transformasi dan output (lulusan)Tingkatan kawasan kognitif secara hierarkis
terdapat enam tingkatan, yaitu :
a. Knowlegde (Tingkat Pengetahuan) adalah kemampuan dalam menghafal
atau mengingat kembali setiap pengetahuan yang diterima. Tipe
pengetahuan ini termasuk tingkatan kognitif yang paling rendah, yang cocok
digunakan untuk siswa-i SD/MI antara kelas I-IV. Kata kerja operasioanlnya
adalah : menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali dan
mendefinisikan. Tipe tes yang digunakan adalah :completion type (tipe
melengkapi), fiil-in (tipe isian), true-false (tipe dua pilihan).
b. Comprehension (Tingkat Pemahaman) adalah kemampuan dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima. Kata
kerja operasinalnya adalah : membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, mengintrepertasikan, menjelaskan,
mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan
mengambil kesimpulan. Pembagian tingkatan pengetahuan komprehensi
adalah :
c. Aplication (Tingkat Penerapan) adalah kemampuan siswa-i dalam
menerapkan pengetahuannya dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang baru dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa ide, teori atau petunjuk
teknis. Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan
pendekatan problem solving (pemecahan masalah). Contoh pengukuran
menggunakan rumus :
Mean = ∑fx
N
Kata kerja operasionalnya adalah : menggunakan, menerapkan,
mengggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan,
mengorganisasi, menyusun, mengklarifikasi dan mengubah struktur.
d. Analysis (Tingkat Analisis) adalah Kemampuan siswa-i menggunakan
pengetahuan untuk menganalisis situasi tertentu sehingga dapat
memecahkan masalah. Dan kemampuan analisis dibagi menjadi:
52
· Analisis hubungan (Dapat mengenal unsur dan pola hubungan).
· Analisis prinsip yang terorganisasi (kemampuan menganalisis pokok-pokok
yang melandasi tatanan suatu organisasi).
Kata kerjanya adalah : membedakan, menemukan, menganalisis,
mengklasifikasikan, mengategorikan, dan membandingkan.
e. Syntesis (Tingkat Sintesis) adalah kemampuan siswa-i dalam mengaitkan
berbagai elemen dan unsur pengetahuan, sehingga dapat menjadikan siswa-
i menjadi kreatif. Siswa juga mampu menyatukan setiap elemen sehingga
menjadi suatu tubuh yang utuh. Dengan kemampuan sitesis, siswa akan
mampu menemukan hubungan klausal atau urutan tertentu, atau
menemukan abstraksinya berupa integritas. Tanpa kemampuan sitesis yang
tinggi, seseorang hanya melihat bagian dari unit-unit atau bagian-bagian
secara terpisah tanpa mampu menemukan defenisinya yang sebenarnya.
53
· Kemampuan mengabstraksi sejumlah fenomena, data, atau hasil observasi
menjadi : teori, proporsi, hipotesis, skema atau model.
f. Evaluation (Tingkat Evaluasi) adalah kemampuan siswa-i mengambil
keputusan berdasarkan pengetahuan, konsep dan situasinya. Dengan
kemampuan evaluasi, siswa diminta untuk membuat penilaian tentang suatu
pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan kriteria tertentu.
Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara
bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau yang lainnya. 1
54
2. Pedoman Pemberian Skor pada Tes Kognitif :
55
4. Contoh pedoman penskoran soal uraian non objektif
Indikator : Siswa-i dapat mendeskripsikan alasan warga negara
Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia.
Soal : Tulislah alasan-alasan yang membuat anda bangga sebagai
rakyat Indonesia!
Pedoman penskoran adalah : Jawaban boleh bermacam-macam,
namun pokok jawaban tidak keluar dari tema sebagai berikut :
Rentang
Kriteria Jawaban
Skor
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam
Indonesia. 0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air
Indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dll) 0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragamanan
budaya, suku, adat istiadat tetapi tetap bersatu 0-2
Kebanggan yang berkaitan dengan keramahtamahan
masyarakat Indonesia 0-2
Skor maksimum 8
C. Ranah Afektif
56
1. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial Program) bagi anak didiknya.
2. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak
didik.
3. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan seta karakteristik anak
didik.
4. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
anak didik (Depdikbud,1983 ; 2)
57
Pertanyaan ini bukan mengukur sikap, tetapi tingkat pengetahuan,
karena apabila anak mengisi TS dapat diketahui bahwa ada dua
kemungkinan jawaban dari siswa tersebut. Yang pertama siswa tidak tahu
bahwa perekonomian Indonesia makin menurun karena banyaknya sumber
daya alam yang dikuasai oleh pihak asing, yang kedua, siswa tahu bahwa
perekonomian Indonesia makin menurun karena banyaknya sumber daya
alam yang dikuasai oleh pihak asing, tetapi ia menyatakan tidak setuju.
Sebelum melakukan penilaian terhadap aspek afektif, sama halnya
dengan aspek kognitif, guru diharapkan mendaftar materi yang dicakup
dihubungkan dengn TIU dan TIKnya. Sebgai pengganti TIU adalah yang
disebut sebagai nilai dasar. Di dalam PSPB nila-nilai dasar yang dimaksud
adalah hasil jabaran dari konsep dasar yang tercantum dalam GBHN 1983,
yang kemudian dituangkan menjadi dasar kebijaksanaan pokok tentang
PSPB (Depdikbud, 1983, halaman 6). Selanjutnya nilai dasar tersebut
diuraikan kedalam nilai dan indicator. Untuk PSPB ada 4 nilai dasar yaitu :
1. Kesadaran nasional sebagai suatu bangsa
2. Sikap patriot
3. Kreatif dan inovatif
4. Kepribadian yang berdasarkan nilai, jiwa, dan semangat 1945 dan
Pancasila.
Sebagai contoh penguraian menjadi nilai dan indicator adalah sebagai
berikut :
Nilai dasar : sikap patriot
Nilai : tahan uji/ulet/tahan menderita
Indikatornya antara lain :
- Tidak mau berhenti sebelum pekerjaannya selesai
- Tidak mudah putus asa menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya.
58
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima
respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya seperti yang telah dikutip
yaitu :
SS = sangat setuju
S = setuju
TB = Tidak berpendapat
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Skala Pilihan Ganda
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan
yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.
Contoh :
Skala Guttman
Skala ini berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing
harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pertnyataan-pernyataan tersebut
menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila reponden setuju
pernyataan nomor 2, diasumsikan pasti akan setuju nomor 1. Selanjtunya
jika reponden setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju dengan
pernyataan nomor 1 dan 2, demikian selanjutnya.
Contoh :
1) Saya mengizinkan anak saya bermain ke rumah tetangga
2) Saya mengizinkan anak saya pergi ke mana saja ia mau
59
3) Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja ia mau dan kemana
saja
4) Anak saya bebas pergi kemana saja tanpa izin terlebih dahulu.
Semantic Differential
Semantic differential merupakan instrument yang mengukur konsep-
konsep untuk tiga dimensi. Instrument ini dikemukakan oleh Osgood dan
kawan-kawan. Dimensi yang diukur dalam kategori : baik- tidak baik, kuat-
lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak
berguna. Dalam buku Osgood dikemukaka adanya faktor untuk
menganalissi skalanya :
a) Evaluation (baik-buruk)
b) Potency (kuat-lemah)
c) Activity (cepat-lambat)
d) Familiarity ( Tambahan Nunnally)
Pengukuran Minat
D. Ranah Psikomotorik
60
pengetahuannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam
bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci antara
lain : cara memegang, cara meletakkan/menyelipkan ke dalam ketiak atau
mulut, cara membaca angka, cara mengembalikan ke dalam tempatnya, dan
sebagainya. Ini semua tergantung kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat
tercapai.
Penyusunan Tes Psikomotor
61
Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya
Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya
Cara memasang termometer pada tubuh orang yang diukur suhunya
Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang yang di ukur
suhunya
Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya
Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer
62
Kembali kepada contoh awal, untuk mengukur keterampilan peserta didik
menggunakan termometer badan disusun skala penilaian sebagai berikut.
Lingkari angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika
agak tepat, angka 2 jika tidak tepat dan angka 1 jika sangat tidak
tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!
Skala Tindakan
Cara mengeluarkan termometer dari
5 4 3 2 1 tempatnya
Cara menurunkan posisi air raksa serendah-
5 4 3 2 1 rendahnya
Cara memasang termometer pada tubuh
5 4 3 2 1 orang yang diukur suhunya
Lama waktu pemasangan termometer pada
5 4 3 2 1 tubuh orang yang di ukur suhunya
Cara mengambil termometer dari tubuh
5 4 3 2 1 orang yang diukur suhunya
Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa
5 4 3 2 1 kapiler termometer
63
Teknik Penskoran Tes Psikomotorik
64
BAB IX
PENILAIAN ACUAN NORMA DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN
65
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”.
Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau
kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya)
dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecenderungan untuk menggunakan
rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai
dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang
serius.
5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.
Sebagai contoh adalah dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9
orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika
menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta
tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi,
misalnya 10. Sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan
mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai
tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut: Skor 50
dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes,
yang diperoleh dengan cara:
10 = 10
10 = 9
10 = 8
10 = 7
10 = 6
66
2. Skor persentil Neni diantara kelompok tersebut adalah 20/50 = 40
67
C. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
Gronlund (1990) mengemukakan kesamaan dan perbedaan kedua jenis tes
tersebut, yaitu:
Persamaannya:
1. Keduanya mensyaratkan perumusan secara spesifik kompetensi atau
perilaku yang akan diukur.
2. Keduanya disusun berdasarkan sampel dan tujuan instruksional yang
rasional dan representatif.
3. Keduanya menggunakan jenis tes yang sama seperti tes subjektif, tes
karangan, tes kinerja atau tes keterampilan
Perbedaannya:
PAN PAP
68
membuang tes yang terlalu dengan tingkat kesulitannya.
mudah dan terlalu sulit.
Digunakan terutama untuk survey Digunakan terutama untuk
penguasaan.
Penafsiran hasil tes Penafsiran hasil tes
membutuhkan pendefenisian membutuhkan pendefenisian
kelompok secara jelas perilaku yang diukur secara jelas
dan terbatas.
69
melakukan atau menguasai perilaku seperti yang telah tercantum dalam
TIK?” (Bila ada keragu-raguan, butir tes harus direvisi).
Merakit Tes
Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenis yang
sama kemudian diberi nomor urut 1 dan seterusya
Menulis Petunjuk
Dalam menulis petunjuk haruslah singkat, jelas tetapi padat. Misalnya
menuliskan berdasarkan jenis tes (mengisi, menjodohkan, benar salah,
pilihan ganda dan lainnya)
Menulis Kunci Jawaban
Hal ini diperlukan untuk memberi skor atau orang yang memeriksa dan
menilai hasil jawaban peserta didik.
70
BAB X
PEMANFAATAN DATA HASIL PENILAIAN
Guru yang baik adalah guru yang dapat memanfaatkan hasil penilaiannya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan pada kelasnya maupun pada lembaga tempat ia
bekerja. Pernyataan tersebut senada dengan pentingnya hasil penilaian bagi
sekolah. Hasil penilaian harus dimanfaatkan untuk semua pihak yang
berkepentingan.
71
B. Manfaat data penilaian hasil belajar sumatif
Tes sumatif dilaksanakan pada akhir suatu satuan program, misalnya pada
akhir caturwulan, akhir semester, dan sejenisnya yang bertujuan untuk mengukur
tingkat penguasaan hasil belajar siswa. Seperti halnya data hasil penilaian
formatif, menurut sudjana (2011:158-159) data hasil penilaian sumatif juga
bermanfaat bagi guru untuk keperluan sebagai berikut :
a. Membuat laporan kemajuan belajar siswa (dalam hal ini menentukan
nilai prestasi belajar untuk mengisi raport siswa) setelah
mempertimbangkan pula nilai dari hasil tes formatif dan kemajuan-
kemajuan belajar lainnya dari setiap siswa.
b. Menata kembali seluruh pokok bahasan dan subpokok bahasan setelah
melihat hasil tes sumatif terutama kelompok materi yang belum
dikuasainya. Konsep esensi pokok bahasan yang belum dikuasai siswa
dilihat kembali, baik dalam hal tingkat kesulitannya, ruang lingkup dan
susunannya, waktu yang diperlukan, maupun buku sumber yang relevan
untuk dipelajari siswa. Hasil penataan tersebut berupa program belajar
atau GBPP yang telah disempurnakan tanpa mengurangi ketentuan yang
berlaku dalam kurikulum, minimal untuk digunakan pada caturwulan atau
semester yang sama pada tahun berikutnya.
c. Melakukan perbaikan dan penyempurnaan alat penilaian tes sumatif
yang telah digunakan berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh atau
dicapai siswa. Soal-soal yang dijawab salah oleh sebagian besar siswa
hendaknya dikaji ulang dari berbagai segi, yaitu dari tingkat kesulitan
soal, konsep esensi yang ditanyakan, kebenaran jawaban dari
pertanyaan, bahasa yang digunakan, relevansi pertanyaan dengan
kemungkinan jawabannya, jumlah soal dan waktu yang disediakan,
bentuk soal, dan lain-lain.
d. Merancang program belajar bagi siswa pada semester atau caturwulan
berikutnya.
72
C. Manfaat data hasil penilaian proses belajar mengajar
Data hasil penilaian proses belajar mengajar sangat bermanfaat bagi guru,
siswa, dan kepala sekolah. Guru dapat mengetahui kemampuan dirinya sebagai
pengajar, baik kekurangan maupun kelebihannya. Guru juga dapat mengetaui
pendapat dan aspirasi para siswanya dalam berbagai hal yang berkenaan
dengan proses belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini guru dapat
memperbaiki dan menyempurnakan kekurangannya dan mempertahankan atau
meningkatkan kelebihannya. Dengan penilaian proses belajar mengajar kepada
sekolah dapat memikirkan upaya-upaya pembinaan para guru dan siswa
berdasarkan pendapat, saran, maupun aspirasi dari berbagai pihak seperti guru,
siswa, dan orangtua, yaitu melengkapi sarana belajar, meningkatkan
kemampuan professional tenaga pendidik, pelayanan sekolah, perpustakaan
sekolah, tata tertib sekolah, disiplin kerja, pengawasan, dan sebagainya.
Data hasil penilaian baik penilaian proses maupun penilaian hasil belajar
dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yaitu peneliti dari lembaga penelitian ataupun
dari perguruan tinggi sebagai data acuan dalam melakukan penelitian disekolah
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, data penilaian harus didokumentasikan oleh
pihak sekolah secara baik dan teratur agar dapat digunakan manakala
diperlakukan.
73
DAFTAR PUSTAKA
https://dezitanoyap.wordpress.com/2016/12/20/bab-iii-telaah-instrumen-penilaian/
https://pdfslide.net/documents/telaah-instrumen-penilaian.html
https://www.coursehero.com/file/61149299/Resume-Penyusunan-Instrumen-
Penilaian-PPE-Alimatussyadiah-A1A117028docx/
https://penelitianilmiah.com/instrumen-penilaian/
https://eprints.uny.ac.id/66236/3/BAB%20II.pdf
Sudjiono Anas, Pengantar evaluasi pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo
persada2009
Sudjana Nana. Penilaian hasil proses belajar mengajar, Bandung : PT Remaja
Rosdamakarya2011
Mulyady,Evaluasipendidikan, UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI) Malang : 2010
Daryanto, Evaluasipendidikan, Jakarta Rinekacipta:2010
Wayan, Evaluasipendidikan,S
74