KETUNTASAN BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
EVALUASI BELAJAR
Dosen Pengampu:
Diani Ayu Pratiwi, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 12
6A PGSD
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izin-Nya kami dapat menulis makalah ini dan menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Belajar
seluruh pihak, khususnya kepada Ibu Diani Ayu Pratiwi, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Evaluasi Belajar yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini serta kepada orang tua dan teman-teman yang telah
mendukung kami.
Makalah ini jauh dari kata sempurna seperti apa yang diharapkan, sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi
kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penentuan nilai ketuntasan belajar pada Permendikbud no. 104 tahun 2014,
adalan nilai ketuntasan belajar minimal. Sehingga sekolah dapat menentukan nilai
ketuntasan belajar di atas dari yang tertuang pada Permendikbud no. 104 2014
teserbut.
1
2
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
3
4
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria
ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar secara terus-menerus untuk mencapai ketuntasan ideal.
A. Persiapan
Tingkat ketuntasan
B. Pelaksanaan pembelajaran
Bentuk pembelajaran
5
Cara pembelajaran
Orientasi pembelajaran
1. Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh umpan balik terhadap bahan
yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan.
2. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah dia
benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan
yang sudah ditetapkan.
3. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik gagal mencapai
taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, yang menurut Morrison
merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi kegiatan
belajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik,
sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing.
6
Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua
peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal
terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh
hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan cara sistematis.
Supaya pembelajaran terstruktur Winkel menyarankan sebagai berikut:
a. Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas.
Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit
pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian semua tujuan
pembelajaran.
b. Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum
siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Jadi siswa dilarang untuk mempelajari pokok bahasan
berikutnya sebelum siswa tersebut mamahami pokok bahasan sebelumnya.
c. Ditingkatkan motivasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa,
dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu,
serta memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau
kegagalannya pada saat itu juga.
d. Memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami
kesulitan.
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Banyamin. S. Bloom (1968) menyebutkan 3 strategi dalam
belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur
operasional dan hasil belajar, selanjutnya mengimplementasikan dalam
pembelajaran kalsikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan
kemampuan individual, yang meliputi:
1) Corrective Technique. Pengajaran remedial, yang dilakukan dengan
memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta
didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
2) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan
(belum menguasai bahan secara tuntas).
7
Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar mengajar dengan
prinsip belajar tuntas, yaitu : Berdasarkan tujuan instruksional yang hendak dicapai
yang sudah ditentukan lebih dahulu, memperhatikan perbedaan individu siswa (asal
perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya, menggunakan
prinsip belajar siswa aktif, menggunakan satuan pelajaran yang kecil, menggunakan
system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun
siswa dapat segera memperoleh balikan, menggunakan program pengayaan dan
program perbaikan.
Ciri-ciri belajar tuntas antara lain : Siswa dapat belajar dengan baik dalam
kondisi pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajar, bakat seorang siswa
dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks
tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu, tingkat hasil belajar
bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari
sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya.
Model Carroll, yaitu tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar
bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran, setiap siswa
memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran ynag
berdiferensiaisi pula.
E. Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas
Seperti halnya dengan strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran tuntas
juga memiliki kebaikan dan kelemahan diantaranya yaitu
Kebaikan Belajar Tuntas
dengan baik dan siswa akan menerima pelajaran dari gurunya dengan baik pula.
Perencanaan belajar tuntas disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kegiatan orientasi.
Dalam kegiatan belajar mengajar ini yang harus dilahirkan oleh seorang
guru yaitu :
a. guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari dengan
cara memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arti dan cara
mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan belajar atau menunjukkan
topik umum atau konsep umum yang akan dipelajari.
b. penyajian rencana kegiatan belajar mengajar berdasarkan standar kelompok.
Dengan cara ini para siswa akan terhindar dari kebingungan dan
menumbuhkan gagasan tentang strategi belajar yang perlu dilakukan sendiri.
c. penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran.
d. Melaksanakan diagnostic progress test.
e. mengidentifikasi kemampuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang
belum memuaskan.
f. menetapkan siswa yang hasil belajarnya telah memuaskan.
g. memberikan kegiatan korektif kepada siswa yang hasil belajarnya "belum
memuaskan". Ada tiga teknik yang dapat dikembangkan yaitu: bantuan tutor
teman sekelas, guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan
pokok ujian apabila sebagian besar siswa belum memuaskan. Siswa yang
bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan dan
melakukannya secara individual.
h. memonitor keefektifan kegiatan korektif.
i. menentapkan kembali siswa yang hasil belajarnya memuaskan.
3) Menentukan tingkat penguasaan bahan. Setelah pelajaran selesai dilakukan
maka guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa.
Mereka diberi tabel spesifikasi, bahan yang sudah dikuasai diberi tanda M
(mastery) sedangkan yang belum diberi tanda NM ( non mastery)
c. Evaluasi
ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus
mencapai nilai 75, 65, 55 atau sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakan
mencapai ketuntasan dalam belajar.
1. Bahwa semua orang bisa belajar apa saja hanya waktu yang diperlukan
berbeda,
2. standar harus diterapkan terlebih dahulu dan hasil evaluasi adalah lulus atau
tidak lulus.
3. Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan yang ciri-cirinya
adalah:
a. Ulangan dilaksanakan untuk melihat keterbatasan setiap kompetensi
dasar
b. Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi
Dasar (KD)
c. hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial
dan program pengayaa
d. Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori efektif seperti
pengamatan kuesioner dan sebagainya.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen atau soal.
Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai
alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes
diagnostik yang dirancang secara baik peserta didik dimungkinkan dapat menilai
sendiri hasil tesnya termasuk mengenali dimana ia mengalami kesulitan dengan
segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar meskipun
umumnya disepakati pada skor/ nilai 75 atau 75% namun batas ketuntasan yang
paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran
15
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil
belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik. Siswa A
dengan skor hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa b dengan skor 55
tidak atau belum berhasil. Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas misalnya kita menetapkan tingkat
16
keberhasilan proses belajar siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif. Dengan
skor keaktifan 0-100 misalkan kita tetapkan kriteria sebagai berikut:
Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil atau dari aspek hasil
belajarnya jika skor keaktifan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C
dengan skor keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan siswa b dengan skor 30
tidak atau belum berhasil. Dari uraian diatas perlu kita renungkan apakah siswa
yang berhasil dari aspek proses belajarnya juga berhasil pada aspek hasil belajarnya
bagaimana kalau misalnya terjadi sebaliknya seorang siswa berhasil dalam proses
belajar tetapi tidak berhasil pada aspek belajarnya atau seorang siswa gagal pada
proses belajarnya tetapi berhasil dalam proses hasil belajarnya. Misalkan kita ingin
melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa. Misalkan kita
menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas sebagai hasil
kerja kinerja siswa atau proses belajar. Kita gunakan skor hasil formatif dan skor
hasil tugas praktek untuk menentukan hasil belajar siswa. Kemudian kita
menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan
proses hasil belajar siswa.
K. Program perbaikan
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa
diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal, sehingga apabila ada siswa yang
belum berhasil mencapai hasil yang diharapkan maka diperlukan suatu pengajaran
yang membantu agar tercapai hasil yang diharapkan titik Dengan demikian
pengajaran perbaikan diarahkan kepada pencapaian yang optimal sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa maka pengajaran perbaikan atau remedial
teaching adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk penyembuhan
membetulkan atau membuat menjadi baik titik dalam pengajaran perbaikan
biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagianbesar
peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas. Konsep Belajar
Tuntas sebagai cara belajar mengajar sangat menguntungkan bagi siswa karena
setiap siswa dapat dikembangkan secara optimal (Abdul Majid, 2013).
Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua
peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal
terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh
hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan cara sistematis.
B. Saran
Dari makalah yang kami buat, mungkin terdapat kekurangan dan kesalahan
baik dari penulisan atau dari kata-katanya, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca agar dapat memberikan motivasi atau nasehat guna
memperbaiki makalah ini nantinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010)
19