Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap yang
diampu oleh Ibu Nindya Nurdianasari, S.Pd, M.Pd.
Oleh:
Kelompok 5/Kelas B
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan untuk para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ibu Nindya Nurdianasari,
S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pembelajaran Kelas
Rangkap yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyumbangkan
pengetahuannya dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami akan
menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang bersifat
membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
PRAKATA.........................................................................................................................2
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN...................................................................................................6
BAB 3. PENUTUP..........................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................24
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam makalah ini akan mempelajari tentang penyusunan rencana PKR.
Dalam menyusun rencana PKR ini sangat penting bagi terselenggaranya
program PKR di SD. Ada yang menegaskan bahwa rencana yang baik
menjamin setidaknya tercapai 50% tujuan program. Untuk memberikan
kemudahan dalam upaya menguasai semua kemampuan tersebut dalam
makalah ini akan membahas sebagai berikut :
1. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kelas rangkap.
2. Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar dan Kegiatan
Pembelajaran Kelas Rangkap.
3. Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap.
Pada saat ini Kurikulum 2013 dapat diubah ataupun disempurnakan dengan
kurikulum terbaru yang dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Kurikulum
Merdeka yaitu sebuah gagasan yang terjadi dalam transformasi pendiidkan di
Indonesia untuk mencetak generasi masa depan untuk unggul. Termasuk kedalam
Saleh (2020) mengatakan bahwa Merdeka Belajar yaitu sebuah program agar
para peserta didik dan pendidik untuk dapat meningkatkan inovasi dalam
pembelajaran didalam kelas. Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan dalam
beberapa Sekolah Penggerak dengan hasil seleksi sebelumnya. Pada saat ini
Kurikulum Merdeka dapat diterapkan dengan semua sekolah. Sekolah yang
menggunakan Kurikulum Merdeka harus seuai dengan kesiapan dalam kondisi
sekolah.
Secara luas arti dari pembelajaran yaitu suatu sistem ataupun proses yang
dimana proses tersebut membelajarkan para peserta didik ataupun pembelajaran
yang direncanakan ataupun didesain, dilaksanakan dan dievaluasi dengan cara
sistematis supaya peserta didik maupun pembelajar mencapai dari tujuan-tujuan
pembelajaran dengan cara efektif dan efisien.
a. Tujuan pembelajaran
b. Materi pembelajaran
c. Stretegi pembelajaran
d. Metode pembelajaran
e. Media pembelajaran atau alat peraga
f. Pengorganisasian kelas
g. Evaluasi pembelajaran
h. Tindak lanjut pembelajaran
Pembelajaran jika dipandang sebagai bagian dari suatu proses maka
pembelajaran tersebut memiliki arti yaitu rangkaian suatu upaya ataupun kegiatan
dari pengajar supaya peserta didik dapat belajar.
Berdasarkan Kompetensi Dasar dan Muatan Nilai dan Moral pada Kelas
IV dan V di atas perumusan Pengalaman Belajar dapat dituliskan sebagai berikut
(Djalil dan Winataputra, 2016)..
1. Karena PPKn memiliki salah satu misinya pendidikan nilai, kita dapat
menjabarkan Kompetensi dasar tersebut menjadi beberapa indikator yang
berpijak pada nilai dan moral yang diharapkan menjadi dampak
instruksional PPKn.
2. Indikator untuk:
a. Kelas IV:
Siswa dapat menjelaskan pentingnya lembaga pemerintahan desa dan
kecamatan dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat dan
bernegara:
Siswa dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara di
lingkungan desa dan kecamatan:
Siswa biasa berkomunikasi dengan perangkat pemerintahan desa dan
kecamatan sesuai kebutuhan.
b. Kelas V:
Siswa dapat menjelaskan pentingnya NKRI sebagai wadah kehidupan
berbangsa Indonesia:
Siswa dapat menjelaskan pentingnya NKRI di atas tanah tumpah darah
Indonesia:
Siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk membangun
persahabatan dengan warga negara Indonesia lainnya di seluruh tanah air
Indonesia.
3. Pengalaman Belajar untuk:
a. Khusus Siswa Kelas IV:
Siswa berdiskusi secara pasangan untuk menjawab pertanyaan
“Mengapa diperlukan lembaga pemerintahan desa dan kecamatan
dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara?”
Siswa secara perseorangan membuat karangan “Kewajibanku sebagai
warga negara di lingkungan desa dan kecamatan”.
Siswa bersimulasi mengunjungi kantor desa/Kecamatan dan berdialog
dengan perangkat pemerintahan desa dan kecamatan mengenai upaya
desa dan kecamatan dalam meningkatkan rasa aman, kesejahteraan,
tarap pendidikan warganya.
b. Khusus Siswa Kelas V:
Siswa berdiskusi dalam kelompok trio untuk menjawab pertanyaan
“Mengapa diperlukan NKRI sebagai wadah kehidupan berbangsa
Indonesia?
Siswa dapat menjelaskan pentingnya NKRI di atas tanah tumpah
darah Indonesia:
Siswa bermain peran tentang 5 anak Indonesia dari 5 suku yang
berbeda menggunakan bahasa Indonesia untuk membangun
persahabatan di antara mereka. Satu sama lain saling memperkenalkan
diri dan berceritera tentang latar belakang kehidupannya dalam
masing-masing lingkungan sosial kulturalnya yang berbeda.
Kemudian mencari kesamaan antar karakter sosial kultural mereka
yang menjadi tali pengikat kebersamaan.
c. Siswa Kelas IV dan Kelas V secara bersama-sama.
Kelas IV dan V, secara bersama-sama siswa bermain peran “Aku dan
sahabat ku?” Masing-masing siswa Kelas IV dan V, diminta untuk
mencari 5 teman, masing-masing 2 orang dari masing-masing Kelas IV
atau Kelas V asal mereka, dan 3 orang dari kelas yang berbeda, Kelas IV
untuk siswa Kelas V dan sebaliknya. Masing- masing diminta saling
berkomunikasi dan membuat catatan singkat tentang nama, tanggal lahir,
tempat lahir dan dibesarkan, kehidupan keluarganya, kebudayaan
lingkungannya dll. Setelah masing-masing mendapatkan 5 teman
barunya dengan cerita singkat masing-masing, guru meminta sampel 3-5
orang untuk menceriterakan teman barunya itu secara lisan dibantu
dengan catatan hasil dialognya dengan judul “Sahabatku yang baru”.
4. Contoh Rancangan PKR 211( Dua kelas, satu mata pelajaran, satu ruangan)
a. Contohnya misal siswa Kelas IV berjumlah 15 orang, siswa Kelas V 15
orang.
b. Kedua kelas tersebut belajar dalam satu ruangan yang berkapasitas 40
orang., diisi oleh 30 orang. Jadi masih ada ruang pemisah, tanpa partisi.
c. Mata pelajaran yang diajarkan adalah PPKn, dengan 2 Kompetensi dasar
yang berbeda, karena memang kelasnya berbeda.
d. Waktu yang tersedia 2 jam pelajaran (90 menit).
e. Strategi Pembelajaran dapat diatur sebagai berikut.
1) Pendahuluan: Dilakukan pada 10 menit pertama, secara bersama-
sama Kelas IV dan V. Pada Kegiatan ini Guru membuka pelajaran,
mengecek prilaku awal, menjelaskan kompetensi yang akan
dikembangkan, dan memberikan langkah-langkah belajar untuk
masing-masing kelas dan untuk gabungan kelas, serta memberikan
pemicu belajar dan pemberian motivasi;
2) Kegiatan Inti Untuk masing-masing Kelas IV dan Kelas V selama 30
menit berikutnya, yakni:
Kelas IV melakukan kegiatan belajar sebagai berikut.
Berdiskusi secara pasangan untuk menjawab pertanyaan “Mengapa
diperlukan lembaga pemerintahan desa dan kecamatan dalam
mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara?”
Secara perseorangan membuat karangan “Kewajibanku sebagai
warga negara di lingkungan desa dan kecamatan”.
Bersimulasi mengunjungi kantor desa/Kecamatan dan berdialog
dengan perangkat pemerintahan desa dan kecamatan mengenai
upaya desa dan kecamatan dalam meningkatkan rasa aman,
kesejahteraan, tarap pendidikan warganya.
Kelas V melakukan kegiatan belajar sebagai berikut.
Berdiskusi dalam kelompok trio untuk menjawab pertanyaan
“Mengapa diperlukan NKRI sebagai wadah kehidupan berbangsa
Indonesia?
Secara Reflektif masing-masing siswa diminta menuliskan
pentingnya NKRI di atas tanah tumpah darah Indonesia.
Bermain peran tentang 5 anak Indonesia dari 5 suku yang berbeda
menggunakan bahasa Indonesia untuk membangun persahabatan di
antara mereka. Satu sama lain saling memperkenalkan diri dan
berceritera tentang latar belakang kehidupannya dalam masing-
masing lingkungan sosial kulturalnya yang berbeda. Kemudian
mencari kesamaan antar karakter sosial kultural mereka yang
menjadi tali pengikat kebersamaan.
3) Kegiatan Inti Bersama untuk Kelas IV dan V, selama 30 menit setelah
kegiatan ii;
Siswa difasilitasi oleh guru, secara bersama-sama siswa kelas IV
dan V bermain peran “Aku dan sahabat ku?”
Masing-masing siswa Kelas IV dan V, diminta untuk mencari 5
teman, masing-masing 2 orang dari masing-masing Kelas IV atau
Kelas V asal mereka, dan 3 orang dari kelas yang berbeda, Kelas
IV untuk siswa Kelas V dan sebaliknya.
Masing-masing siswa diminta saling berkomunikasi dan membuat
catatan singkat tentang nama, tanggal lahir, tempat lahir dan
dibesarkan, kehidupan keluarganya, kebudayaan lingkungannya dll.
Sesudah masing-masing mendapatkan 5 teman barunya dengan
cerita singkat masing-masing, guru meminta sampel 3-5 orang
untuk menceriterakan teman barunya itu secara lisan dibantu
dengan catatan hasil dialognya dengan judul “Sahabatku yang
baru”.
4) Penutup: Dilakukan pada 20 menit terakhir secara bersama-sama
Kelas IV dan Kelas V.
Ajukan pertanyaan acak kepada siswa kelas IV, “Apa yang akan
terjadi jika tidak ada pemerintahan desa dan kecamatan?” Minta 2-
3 orang siswa Kelas IV menjawab secara spontan tanpa ada
komentas dari guru.
Ajukan pertanyaan acak kepada siswa kelas V, “Apa yang akan
terjadi jika NKRI diubah menjadi Kerajaan Indonesia Raya?”Minta
2-3 orang siswa Kelas V menjawab secara spontan, tanpa ada
komentas dari guru.
Ajukan pertanyaan acak kepada semua siswa Kelas IV dan Kelas
V, “Apa yang seyogyanya kita lakukan sebagai warga negara
dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan pemerintah?”
Minta masing-masing 2 orang dari Kelas IV dan V untuk
menjawab secara spontan.
Guru menutup pelajaran dengan memberi penegasan bahwa
“kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia
merupakan suatu keniscayaan. Karena itu setiap warga negara
harus menjalankan hak dan kewajibannya sesuai nilai, norma, dan
moral Indonesia.”
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami oleh guru, dalam
menetapkan topik pembelajaran pada Pembelajaran Kelas Rangkap. Prinsip-
prinsip tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Berorientasi kepada tujuan
Topik yang dipilih oleh guru harus mengarah dan mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan, maka dalam hal ini guru dapat melaksanakan
Pembelajaran Kelas Rangkap dengan dua mata pelajaran dengan dua kelas
yang berbeda di dalam satu ruangan yang sama (PKR 221) (Permadi, 2015).
Guru tidak harus melakukan penggabungan dalam satu topik besar, kecuali
dalam dua mata pelajaran tersebut memiliki inti serta arah tujuan yang sama
(Djalil dan Winataputra, 2016). Biasanya, penggabungan kelas ini dapat
dilakukan saat satu mata pelajaran di dua kelas yang sama atau berbeda
tingkatannya, misalnya mata pelajaran PPKn seperti contoh di atas.
Penggabungan 2 mata pelajaran dengan bidang studi yang berbeda,
sepertinya akan kesusahan, misalnya IPA dengan Bahasa Indonesia.
2. Disesuaikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemampuan)
Sebelum guru menetapkan topik pembelajaran secara terpadu atau terpisah,
guru sebaiknya memerhatikan keadaan peserta didik terlebih dahulu
(Susilowati, 2010). Pembelajaran Kelas Rangkap saat akan dilaksanakan
dengan perangkapan kelas I, II, III atau IV, V, VI, topik yang cocok dengan
hal ini yaitu secara terpadu. Pembelajaran Kelas Rangkap saat dilaksanakan
dengan perangkapan kelas kelas I atau II atau III dengan IV atau V atau VI,
topik yang cocok dengan hal ini yaitu secara terpisah. Pembelajaran Kelas
Rangkap dilaksanakan dengan menggunakan dua mata pelajaran yang
berbeda di setiap kelasnya akan sesuai dengan perangkapan kelas tersebut.
Pembelajaran Kelas Rangkap saat dilakukan secara satu mata pelajaran,
urutan materi dan cakupan sub-sub topik yang tercakup ke dalam topik
umum yang terpadu tersebut harus diperhatikan oleh guru.
3. Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru
Guru perlu memahami cara melaksanakan PKR dan topik yang dipilih
(Takdir, 2020). Topik terpadu berbeda dengan topik terpisah. Pemilihan
terpadu atau terpisah juga akan berpengaruh juga pada PKR. Jika dirasa
guru kurang memahami bagaimana cara melaksanakan PKR dengan baik,
maka guru hendaknya mempelajari PKR terlebih dahulu dan tidak terkesan
memaksa.
4. Layak sarana pendukung
Pembelajaran Kelas Rangkap agar dapat berjalan dengan baik, guru
hendaknya memanfaatkan sarana pendukung belajar peserta didik yang
tersedia dan siap untuk digunakan (Susilowati, 2010). Contohnya seperti
bangku peserta didik menghadap kemana, papan tulis tempatnya dimana,
dan lain sebagainya.
5. Tidak bersifat dipaksakan
Guru hendaknya memahami bagaimana pelaksanaan PKR yang baik, karena
jika tidak, berpotensi gagalnya tugas guru dalam melakukan PKR (Djalil
dan Winataputra, 2016). Guru tidak harus memaksakan kehendak untuk
melakukan PKR, tetapi dilihat terlebih dahulu kemampuannya apakah sudah
mumpuni atau tidak.
B. CARA MEMILIH SUBSTANSI BELAJAR
Bahan belajar merupakan rincian materi yang memuat fakta, teori, konsep,
nilai, prosedur, dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan topik PKR
yang sudah dipilih (Djalil dan Winataputra, 2016). Agar pemilihan materi
memadai, perlu memerhatikan berbagai syarat sebagai berikut.
1. Mendukung ketercapaian kompetensi dasar dan indikator.
2. Berkaitan erat dengan materi sebelumnya.
3. Didukung oleh sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat
disediakan.
4. Sesuai dengan perkembangan mental murid.
5. Menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.
Bahan belajar yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya (Djalil dan Winataputra, 2016). Bahan belajar harus
berkaitan erat dengan bahan belajar lain yang telah dipelajarinya atau prior
learning. Bahan belajar tersebut akan menimbulkan proses belajar yang bermakna
atau meaningful pada peserta didik. Bahan belajar juga harus memperhitungkan
sarana pendukung yang tersedia atau yang dapat disediakan (Djalil dan
Winataputra, 2016). Contohnya untuk mengajarkan bahan tentang ikan paus
paling tidak harus tersedia sumber bahan gambar dan uraian tentang ikan paus.
Selain itu bahan belajar harus sesuai dengan perkembangan mental murid.
Sebaiknya guru memahami perkembangan berfikir anak sebagaimana
dikemukakan oleh Jean Piaget. Peserta didik SD menurut Piaget berada pada taraf
berpikir konkret dan peralihan antara berpikir konkrit dengan berpikir abstrak.
Tahap-tahap tersebut peserta didik lebih mudah memahami sesuatu yang dukung
oleh bukti nyata dan selanjutnya membuat kesimpulan yang didukung oleh bukti
nyata. Memilih bahan yang sangat abstrak untuk SD kelas rendah tentu sangat
tidak tepat, sedang untuk SD kelas yang lebih tinggi hal yang abstrak sudah dapat
diajarkan asal dengan dukungan bukti yang nyata. Nyata dalam hal ini yaitu
bendanya tidak harus selalu ada, paling tidak guru seminimal mungkin dapat
memberikan gambar dari benda tersebut. Guru kurang tepat bila mengajarkan ikan
paus tapi guru sendiri belum melihat gambarnya sekalipun. Bahan belajar harus
dapat dijadikan dasar untuk belajar lebih lanjut, artinya bahan tersebut harus
berkaitan dengan bahan lain yang akan diajarkan lebih lanjut.
1. Valid
Penilaian kelas harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan hasil belajar)
2. Edukatif
Penilaian kelas dilakukan untuk memotivasi murid dalam mencapai
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
3. Obyektif
Penilaian kelas dilakukan untuk mengukur potensi murid yang sesungguh-nya
sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian kelas hendaknya tidak
dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya,
bahasa, gender, dan hubungan emosional.
4. Transparan
Kriteria penilaian kelas dan proses pengambilan keputusan terhadap hasil
belajar murid bersifat transparan bagi semua pihak yang berkepentingan.
5. Berkesinambungan
Penilaian kelas dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran yang lengkap tentang perkembangan belajar murid.
6. Menyeluruh
Penilaian dilakukan dengan berbagai cara (teknik dan prosedur) untuk
memperoleh informasi yang utuh dan lengkap tentang perkembangan belajar
murid baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
7. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan
dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, murid, dan orang tua.
Berikut adalah sepuluh hal yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru PKR dalam
proses evaluasi PKR (Djalil dan Winataputra 2016).
1. Mengecek Keterlaksanaan Jadwal
PKR yang baik seharusnya terjadwal dengan baik. Artinya seorang guru
harus sadar dan siap betul kapan, di kelas mana, dan materi pelajaran mana
yang akan diajarkan di kelas-kelas yang dirangkap. PKR yang baik tidak bisa
dilaksanakan secara insidental artinya sewaktu-waktu karena situasi.
2. Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-kelas yang Dirangkap
Dalam rangka PKR sebagai guru hendaknya mempersiapkan kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dikerjakan di kelas yang dirangkap, dan kegiatan
apa pula yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid. Dengan demikian
proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif.
3. Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan
Dalam praktik bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai
diajarkan karena situasi mendadak. Hal tersebut mungkin terjadi dikarenakan
guru mendadak mendapat tugas lain, atau terjadi banjir atau kejadian lain.
Oleh sebab itu, materi yang belum tersampaikan sebaiknya dicatat sehingga
minggu yang akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan
demikian murid-murid tidak merasa dirugikan.
4. Mencatat Kegiatan yang Tertunda
Pelaksanaan kegiatan yang tertunda dapat disebabkan karena kehabisan
waktu, atau tidak ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan lain.
Mencatat kegiatan yang tertunda merupakan solusi yang tepat agar guru dapat
merencanakan kembali kapan kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan
dilanjutkan.
5. Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu
Berikutnya
Maksud dari memberi tugas untuk hari/minggu berikutnya adalah memberi
pijakan atau dasar materi yang akan datang dan atau memberi tuntutan belajar
lebih lanjut kepada murid. Proses ini akan sangat bermakna bagi murid bila
guru selalu memberi umpan balik atas kegiatan belajar murid. Itu sebabnya
tugas-tugas itu harus kita catat agar pada saatnya kita dapat mengecek
pekerjaan murid dan memberi balikan secara lebih khusus dan tepat.
6. Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab
Guru hendaknya mencatat pertannyaan murid jika terdapat pertanyaan yang
belum terjawab untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya. Pembelajaran
yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan murid merupakan salah satu
ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7. Mencatat Murid-Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif
Kebanyakan murid yang jarang terlibat aktif dalam pembelajaran merupakan
murid yang kebanyakan diam sehingga dapat dikatakan pasif dalam
mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, maka kita harus memberi perhatian
sama banyak kepada murid yang aktif dan murid yang tidak aktif. Semua
murid harus dapat melakukan proses belajar. Dengan kata lain murid yang
tidak aktif harus didorong agar ia menjadi murid yang aktif.
8. Menuliskan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam PKR
Menuliskan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam PKR sangat penting
dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan dan menyempurnakan
pelaksanaan Pembelajaran Kelas Rangkap.
9. Mencatat hal-hal yang memuaskan dan mengecewakan sebagai guru dalam
PKR
Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai sesuatu keadaan yang wajar dan
tak dapat ditolak. Yang terpenting yaitu bagaimana seorang guru dapat
memanfaatkan keduanya untuk mengoreksi diri. Demikian juga dalam PKR.
Bila kita ingin selalu maju, kita harus selalu memiliki rasa tidak puas. Artinya
kita selalu ingin memperbaiki diri.
10. Mencatat hal-hal yang perlu dibicarakan dengan guru lain.
Mencatat hal-hal yang perlu dibicarakan dengan guru lain. juga merupakan
salah satu bentuk tindakan yang mencerminkan ciri guru profesional yaitu
memiliki rasa dan sikap kesejawatan atau kolegalisme (rasa kesatuan dalam
tugas) yang kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta, terpelihara dan
terbina kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan selangkah kerja.
Menurut Winataputra dan Udin (1998) bahwa alat evaluasi yang digunakan
dalam pembelajaran kelas rangkap antara lain: Tes dan Non Tes. Tes yang
digunakan meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Berikut ini
merupakan langkah-langkah dalam penyusunan tes.
B. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah
tersebut hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika
pelaksanaan terwujud dalam sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran
Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara terencana
menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi
menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan
sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga
muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Aria. Dkk. 2016. Pembelajaran Kelas Rangkap.Tanggerang : Universitas
Terbuka. [Diakses 3 September 2022]