Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP


(RPKR)

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap yang
diampu oleh Ibu Nindya Nurdianasari, S.Pd, M.Pd.

Oleh:

Kelompok 5/Kelas B

Cahyo Setya Indrawan 200210204014

Cindy Ayu Cahya 200210204207

Ryan Tammi Maninggih 200210204176

Siska Dewi Permatasari 200210204150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan untuk para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ibu Nindya Nurdianasari,
S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pembelajaran Kelas
Rangkap yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyumbangkan
pengetahuannya dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami akan
menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang bersifat
membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Jember, 30 Agustus 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
PRAKATA.........................................................................................................................2

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................5

BAB 2. PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Analisis Kurikulum Pendidikan Sd Dan Prosedur Perencanaan Dasar


Pengembangan Instruksional..........................................................................................6

2.2 Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar dan Kegiatan Pembelajaran


Kelas Rangkap...............................................................................................................8

2.3 Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap....................................................19

BAB 3. PENUTUP..........................................................................................................24

A. Kesimpulan..........................................................................................................24

B. Saran....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam makalah ini akan mempelajari tentang penyusunan rencana PKR.
Dalam menyusun rencana PKR ini sangat penting bagi terselenggaranya
program PKR di SD. Ada yang menegaskan bahwa rencana yang baik
menjamin setidaknya tercapai 50% tujuan program. Untuk memberikan
kemudahan dalam upaya menguasai semua kemampuan tersebut dalam
makalah ini akan membahas sebagai berikut :
1. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kelas rangkap.
2. Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar dan Kegiatan
Pembelajaran Kelas Rangkap.
3. Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar
Pengembangan Pembelajaran Kelas rangkap?
2. Apa perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar dan Kegiatan
Pembelajaran Kelas Rangkap?
3. Bagaimana evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar
Pengembangan Pembelajaran Kelas rangkap.
2. Untuk mengetahui perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar dan
Kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap?
3. Untuk mengetahui evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Analisis Kurikulum Pendidikan Sd Dan Prosedur Perencanaan Dasar


Pengembangan Instruksional

A. Analisis kurikulum pendidikan SD

Kurikulum 2013 sebenarnya bentuknya upaya perbaikan dengan seperti


kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 dalam hal ini terdapat adanya pro dan
kontra. Upaya diperlukan dalam hal ini mendukung upaya pemerintah secara
konsisten membuat perubahan seperti. Peningkatan kualitas pemasangan
kurikulum sekolah Indonesia menjadikan murid ataupun siswanya untuk siap
menghadapi tantangan sambil mempertahankan dunia global karakter nasional.

Kurikulum K13 adalah mempersiapkan siswa dengan berbagai kemampuan.


Kemampuan harus menjawab. Tantangan global tersebut antara lain: keterampilan
komunikasi, sikap moral yang baik, kompetensi kemampuan berpikir kritis jadilah
warga negara yang baik Kemampuan untuk bertahan hidup dalam masyarakat
global, Kemampuan untuk bertahan pendapat lain, bersedia melakukannya
bekerja, jadilah cerdas sesuai dengan bakatnya memiliki rasa tanggung jawab ke
lingkungan memiliki berbagai kepentingan kehidupan.

Kurikulum mandiri lahir dan diprakarsai oleh pemerintah baru dengan


Mendikbudristek saat ini. Dengan adanya kurikulum mandiri tentu opini publik
akan kembali ke teori pergantian kabinet. Mengubah kurikulum. Tapi bukan itu
inti dari perubahan kurikulum 2013. Secara mandiri Kurikulum Merdeka
bertujuan untuk melengkapi implementasi Kurikulum 2013.

Pada saat ini Kurikulum 2013 dapat diubah ataupun disempurnakan dengan
kurikulum terbaru yang dikenal dengan Kurikulum Merdeka. Kurikulum
Merdeka yaitu sebuah gagasan yang terjadi dalam transformasi pendiidkan di
Indonesia untuk mencetak generasi masa depan untuk unggul. Termasuk kedalam
Saleh (2020) mengatakan bahwa Merdeka Belajar yaitu sebuah program agar
para peserta didik dan pendidik untuk dapat meningkatkan inovasi dalam
pembelajaran didalam kelas. Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan dalam
beberapa Sekolah Penggerak dengan hasil seleksi sebelumnya. Pada saat ini
Kurikulum Merdeka dapat diterapkan dengan semua sekolah. Sekolah yang
menggunakan Kurikulum Merdeka harus seuai dengan kesiapan dalam kondisi
sekolah.

B. Prosedur perencanaan dasar pengembangan instruksional

(Suparman, 2001) Pembelajaran adalah pandangan dari kata dari istilah


instruction, yang memiliki arti bahwa lebih luas pengajarnnya. Sedangkan
Turney (1995) menyebutkan istilah teaching mencakup beberapa konsep
instruction dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memiliki sifat psikologis, pribadi,
dan social. Ini memberikan arti bahwa instruction yaitu bagian dari konsep
teaching.

Secara luas arti dari pembelajaran yaitu suatu sistem ataupun proses yang
dimana proses tersebut membelajarkan para peserta didik ataupun pembelajaran
yang direncanakan ataupun didesain, dilaksanakan dan dievaluasi dengan cara
sistematis supaya peserta didik maupun pembelajar mencapai dari tujuan-tujuan
pembelajaran dengan cara efektif dan efisien.

Pembelajaran jika dipandang sebagai suatu system maka artinya pembelajaran


tersebut terdiri dari komponen yang terorganisir yang meliputi:

a. Tujuan pembelajaran
b. Materi pembelajaran
c. Stretegi pembelajaran
d. Metode pembelajaran
e. Media pembelajaran atau alat peraga
f. Pengorganisasian kelas
g. Evaluasi pembelajaran
h. Tindak lanjut pembelajaran
Pembelajaran jika dipandang sebagai bagian dari suatu proses maka
pembelajaran tersebut memiliki arti yaitu rangkaian suatu upaya ataupun kegiatan
dari pengajar supaya peserta didik dapat belajar.

Adapun proses dasar dari pengembagan instruksional yaitu didesain


dengan cetak biru pembelajaran. Pada tahun 1975 istilah yang disebut dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Dengan prosedur desain
Instruksional yaitu dengan langkah yang dilakukan secara sistematis untuk dapat
menyusun rencana ataupun dengan persiapan pembelajaran dengan bahan
pembelajaran. Produk dari desain Instruksional biasanya dapat berupa persiapan
pembelajaran, modul, bentuk sarana pedagogis, dan bahan tutorial.

Pembelajaran yang berkaitan terhadap proses dengan pemberian fasilitas


untuk peserta didik dapat menguasai Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran
yang didalamnya terdapat Struktur Kurikulum SD. Dengan kata lain bagaimana
bisa semua unsur tersebut yang biasannya dikembangkan kita dapat mengkajinya
dengan berbagai model dari desain instruksional yang memiliki sifat umum. Kita
dapat memanfaatkan model yang bisa dapat menerapkan pendekatan sistem yang
berasal dari Kompetensi Dasar yang sesuai paradigma kurikulum dengan berbasis
kompetensi.

2.2 Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar dan Kegiatan


Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran Kelas Tunggal (PKT) dengan Pembelajaran Kelas Rangkap
(PBR) terdapat banyak perbedaan dari berbagai hal. Seorang guru yang biasanya
mengajar satu kelas, memungkinkan bisa merangkap dua kelas menjadi 1 kelas,
dengan kondisi tingkatan kelasnya sama atau berbeda, dengan waktu yang
bersamaan (Maasawet, 2015). Hal ini tentu juga akan berpengaruh pada
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi ajar, media pembelajaran,
serta sarana dan prasarananya pula (Djalil dan Winataputra, 2016).
Menurut Djalil dan Winataputra (2016), mengemukakan supaya proses
pembelajaran kelas rangkap dapat berjalan efektif dan bermakna, seorang guru
perlu melakukan perencanaan yang baik. Dalam perencanaan ini tercakup
serangkaian kegiatan sebagai berikut.
1. menggunakan Standar Isi untuk mengembangkan indikator dan
pengalaman belajar;
2. merumuskan Indikator atas dasar analisisi muatan kompetensi dasar;
3. merumuskan pengalaman belajar sesuai indikator yang dirumuskan;
4. merumuskan kegiatan pembelajaran kelas rangkap;
5. memilih sumber dan media belajar untuk mendukung pembelajaran kelas
rangkap.
A. PENGEMASAN PENGALAMAN BELAJAR DALAM RANGKA PKR
Kesempatan kali ini, akan dibahas menggunakan model PKR 211, dua
kelas satu mata pelajaran dalam satu ruangan, dengan menggunakan pendekatan
PKR untuk Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) di kelas IV dan
V, akan dibahas bagaimana cara menetapkan pengalaman belajar dalam PKR dan
bagaimana mengemas pengalaman belajar dalam rangka PKR model 211.
Berikut ini disajikan Kompetensi Dasar PPKn Kelas IV dan V masing-
masing Semester yang telah dilengkapi dengan jabaran muatan nilai dan moral
yang sekurang-kurangnya perlu dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai
melalui PPKn.

Kelas IV Semester 1 Kelas V Semester 1


Kompetensi Dasar Muatan nilai dan Kompetensi Dasar Muatan nilai dan
moral moral
1.1 mengenal  Kesadaran akan 1.1 mendeskripsikan  kesadaran
lembaga-lembaga pentingnya lembaga negara kesatuan berbangsa satu,
dalam susunan pemerintahan republik Indonesia bangsa Indonesia
pemerintahan desa  Peduli terhadap 1.2 menjelaskan  kesadaran
dan pemerintah Pemerintahan desa pentingnya keutuhan bertanah tumpah
kecamatan  Peduli terhadap negara kesatuan darah satu, tanah air
1.2 menggambarkan pemerintahan republik Indonesia
struktur organisasi kecamatan Indonesia  kesadaran
desa dan pemerintah  berkomunikasi 1.3 menunjukkan menjungjung
kecamatan santun dengan unsur contoh-contoh bahasa persatuan,
pemerintah setempat perilaku dalam bahasa Indonesia
menjaga keutuhan  kesadaran bahwa
negara kesatuan bagi Indonesia
republik Indonesia bentuk negara
kesatuan adalah
final
 sikap saling
menghormati antar
unsur dalam
kehidupan
di Indonesia
 sikap bersahabat
antar unsur dalam
kehidupan
masyarakat dan
negara Indonesia

Berdasarkan Kompetensi Dasar dan Muatan Nilai dan Moral pada Kelas
IV dan V di atas perumusan Pengalaman Belajar dapat dituliskan sebagai berikut
(Djalil dan Winataputra, 2016)..
1. Karena PPKn memiliki salah satu misinya pendidikan nilai, kita dapat
menjabarkan Kompetensi dasar tersebut menjadi beberapa indikator yang
berpijak pada nilai dan moral yang diharapkan menjadi dampak
instruksional PPKn.
2. Indikator untuk:
a. Kelas IV:
 Siswa dapat menjelaskan pentingnya lembaga pemerintahan desa dan
kecamatan dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat dan
bernegara:
 Siswa dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara di
lingkungan desa dan kecamatan:
 Siswa biasa berkomunikasi dengan perangkat pemerintahan desa dan
kecamatan sesuai kebutuhan.
b. Kelas V:
 Siswa dapat menjelaskan pentingnya NKRI sebagai wadah kehidupan
berbangsa Indonesia:
 Siswa dapat menjelaskan pentingnya NKRI di atas tanah tumpah darah
Indonesia:
 Siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk membangun
persahabatan dengan warga negara Indonesia lainnya di seluruh tanah air
Indonesia.
3. Pengalaman Belajar untuk:
a. Khusus Siswa Kelas IV:
 Siswa berdiskusi secara pasangan untuk menjawab pertanyaan
“Mengapa diperlukan lembaga pemerintahan desa dan kecamatan
dalam mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara?”
 Siswa secara perseorangan membuat karangan “Kewajibanku sebagai
warga negara di lingkungan desa dan kecamatan”.
 Siswa bersimulasi mengunjungi kantor desa/Kecamatan dan berdialog
dengan perangkat pemerintahan desa dan kecamatan mengenai upaya
desa dan kecamatan dalam meningkatkan rasa aman, kesejahteraan,
tarap pendidikan warganya.
b. Khusus Siswa Kelas V:
 Siswa berdiskusi dalam kelompok trio untuk menjawab pertanyaan
“Mengapa diperlukan NKRI sebagai wadah kehidupan berbangsa
Indonesia?
 Siswa dapat menjelaskan pentingnya NKRI di atas tanah tumpah
darah Indonesia:
 Siswa bermain peran tentang 5 anak Indonesia dari 5 suku yang
berbeda menggunakan bahasa Indonesia untuk membangun
persahabatan di antara mereka. Satu sama lain saling memperkenalkan
diri dan berceritera tentang latar belakang kehidupannya dalam
masing-masing lingkungan sosial kulturalnya yang berbeda.
Kemudian mencari kesamaan antar karakter sosial kultural mereka
yang menjadi tali pengikat kebersamaan.
c. Siswa Kelas IV dan Kelas V secara bersama-sama.
Kelas IV dan V, secara bersama-sama siswa bermain peran “Aku dan
sahabat ku?” Masing-masing siswa Kelas IV dan V, diminta untuk
mencari 5 teman, masing-masing 2 orang dari masing-masing Kelas IV
atau Kelas V asal mereka, dan 3 orang dari kelas yang berbeda, Kelas IV
untuk siswa Kelas V dan sebaliknya. Masing- masing diminta saling
berkomunikasi dan membuat catatan singkat tentang nama, tanggal lahir,
tempat lahir dan dibesarkan, kehidupan keluarganya, kebudayaan
lingkungannya dll. Setelah masing-masing mendapatkan 5 teman
barunya dengan cerita singkat masing-masing, guru meminta sampel 3-5
orang untuk menceriterakan teman barunya itu secara lisan dibantu
dengan catatan hasil dialognya dengan judul “Sahabatku yang baru”.
4. Contoh Rancangan PKR 211( Dua kelas, satu mata pelajaran, satu ruangan)
a. Contohnya misal siswa Kelas IV berjumlah 15 orang, siswa Kelas V 15
orang.
b. Kedua kelas tersebut belajar dalam satu ruangan yang berkapasitas 40
orang., diisi oleh 30 orang. Jadi masih ada ruang pemisah, tanpa partisi.
c. Mata pelajaran yang diajarkan adalah PPKn, dengan 2 Kompetensi dasar
yang berbeda, karena memang kelasnya berbeda.
d. Waktu yang tersedia 2 jam pelajaran (90 menit).
e. Strategi Pembelajaran dapat diatur sebagai berikut.
1) Pendahuluan: Dilakukan pada 10 menit pertama, secara bersama-
sama Kelas IV dan V. Pada Kegiatan ini Guru membuka pelajaran,
mengecek prilaku awal, menjelaskan kompetensi yang akan
dikembangkan, dan memberikan langkah-langkah belajar untuk
masing-masing kelas dan untuk gabungan kelas, serta memberikan
pemicu belajar dan pemberian motivasi;
2) Kegiatan Inti Untuk masing-masing Kelas IV dan Kelas V selama 30
menit berikutnya, yakni:
Kelas IV melakukan kegiatan belajar sebagai berikut.
 Berdiskusi secara pasangan untuk menjawab pertanyaan “Mengapa
diperlukan lembaga pemerintahan desa dan kecamatan dalam
mewujudkan tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara?”
 Secara perseorangan membuat karangan “Kewajibanku sebagai
warga negara di lingkungan desa dan kecamatan”.
 Bersimulasi mengunjungi kantor desa/Kecamatan dan berdialog
dengan perangkat pemerintahan desa dan kecamatan mengenai
upaya desa dan kecamatan dalam meningkatkan rasa aman,
kesejahteraan, tarap pendidikan warganya.
Kelas V melakukan kegiatan belajar sebagai berikut.
 Berdiskusi dalam kelompok trio untuk menjawab pertanyaan
“Mengapa diperlukan NKRI sebagai wadah kehidupan berbangsa
Indonesia?
 Secara Reflektif masing-masing siswa diminta menuliskan
pentingnya NKRI di atas tanah tumpah darah Indonesia.
 Bermain peran tentang 5 anak Indonesia dari 5 suku yang berbeda
menggunakan bahasa Indonesia untuk membangun persahabatan di
antara mereka. Satu sama lain saling memperkenalkan diri dan
berceritera tentang latar belakang kehidupannya dalam masing-
masing lingkungan sosial kulturalnya yang berbeda. Kemudian
mencari kesamaan antar karakter sosial kultural mereka yang
menjadi tali pengikat kebersamaan.
3) Kegiatan Inti Bersama untuk Kelas IV dan V, selama 30 menit setelah
kegiatan ii;
 Siswa difasilitasi oleh guru, secara bersama-sama siswa kelas IV
dan V bermain peran “Aku dan sahabat ku?”
 Masing-masing siswa Kelas IV dan V, diminta untuk mencari 5
teman, masing-masing 2 orang dari masing-masing Kelas IV atau
Kelas V asal mereka, dan 3 orang dari kelas yang berbeda, Kelas
IV untuk siswa Kelas V dan sebaliknya.
 Masing-masing siswa diminta saling berkomunikasi dan membuat
catatan singkat tentang nama, tanggal lahir, tempat lahir dan
dibesarkan, kehidupan keluarganya, kebudayaan lingkungannya dll.
 Sesudah masing-masing mendapatkan 5 teman barunya dengan
cerita singkat masing-masing, guru meminta sampel 3-5 orang
untuk menceriterakan teman barunya itu secara lisan dibantu
dengan catatan hasil dialognya dengan judul “Sahabatku yang
baru”.
4) Penutup: Dilakukan pada 20 menit terakhir secara bersama-sama
Kelas IV dan Kelas V.
 Ajukan pertanyaan acak kepada siswa kelas IV, “Apa yang akan
terjadi jika tidak ada pemerintahan desa dan kecamatan?” Minta 2-
3 orang siswa Kelas IV menjawab secara spontan tanpa ada
komentas dari guru.
 Ajukan pertanyaan acak kepada siswa kelas V, “Apa yang akan
terjadi jika NKRI diubah menjadi Kerajaan Indonesia Raya?”Minta
2-3 orang siswa Kelas V menjawab secara spontan, tanpa ada
komentas dari guru.
 Ajukan pertanyaan acak kepada semua siswa Kelas IV dan Kelas
V, “Apa yang seyogyanya kita lakukan sebagai warga negara
dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan pemerintah?”
Minta masing-masing 2 orang dari Kelas IV dan V untuk
menjawab secara spontan.
 Guru menutup pelajaran dengan memberi penegasan bahwa
“kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia
merupakan suatu keniscayaan. Karena itu setiap warga negara
harus menjalankan hak dan kewajibannya sesuai nilai, norma, dan
moral Indonesia.”
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami oleh guru, dalam
menetapkan topik pembelajaran pada Pembelajaran Kelas Rangkap. Prinsip-
prinsip tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Berorientasi kepada tujuan
Topik yang dipilih oleh guru harus mengarah dan mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan, maka dalam hal ini guru dapat melaksanakan
Pembelajaran Kelas Rangkap dengan dua mata pelajaran dengan dua kelas
yang berbeda di dalam satu ruangan yang sama (PKR 221) (Permadi, 2015).
Guru tidak harus melakukan penggabungan dalam satu topik besar, kecuali
dalam dua mata pelajaran tersebut memiliki inti serta arah tujuan yang sama
(Djalil dan Winataputra, 2016). Biasanya, penggabungan kelas ini dapat
dilakukan saat satu mata pelajaran di dua kelas yang sama atau berbeda
tingkatannya, misalnya mata pelajaran PPKn seperti contoh di atas.
Penggabungan 2 mata pelajaran dengan bidang studi yang berbeda,
sepertinya akan kesusahan, misalnya IPA dengan Bahasa Indonesia.
2. Disesuaikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemampuan)
Sebelum guru menetapkan topik pembelajaran secara terpadu atau terpisah,
guru sebaiknya memerhatikan keadaan peserta didik terlebih dahulu
(Susilowati, 2010). Pembelajaran Kelas Rangkap saat akan dilaksanakan
dengan perangkapan kelas I, II, III atau IV, V, VI, topik yang cocok dengan
hal ini yaitu secara terpadu. Pembelajaran Kelas Rangkap saat dilaksanakan
dengan perangkapan kelas kelas I atau II atau III dengan IV atau V atau VI,
topik yang cocok dengan hal ini yaitu secara terpisah. Pembelajaran Kelas
Rangkap dilaksanakan dengan menggunakan dua mata pelajaran yang
berbeda di setiap kelasnya akan sesuai dengan perangkapan kelas tersebut.
Pembelajaran Kelas Rangkap saat dilakukan secara satu mata pelajaran,
urutan materi dan cakupan sub-sub topik yang tercakup ke dalam topik
umum yang terpadu tersebut harus diperhatikan oleh guru.
3. Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru
Guru perlu memahami cara melaksanakan PKR dan topik yang dipilih
(Takdir, 2020). Topik terpadu berbeda dengan topik terpisah. Pemilihan
terpadu atau terpisah juga akan berpengaruh juga pada PKR. Jika dirasa
guru kurang memahami bagaimana cara melaksanakan PKR dengan baik,
maka guru hendaknya mempelajari PKR terlebih dahulu dan tidak terkesan
memaksa.
4. Layak sarana pendukung
Pembelajaran Kelas Rangkap agar dapat berjalan dengan baik, guru
hendaknya memanfaatkan sarana pendukung belajar peserta didik yang
tersedia dan siap untuk digunakan (Susilowati, 2010). Contohnya seperti
bangku peserta didik menghadap kemana, papan tulis tempatnya dimana,
dan lain sebagainya.
5. Tidak bersifat dipaksakan
Guru hendaknya memahami bagaimana pelaksanaan PKR yang baik, karena
jika tidak, berpotensi gagalnya tugas guru dalam melakukan PKR (Djalil
dan Winataputra, 2016). Guru tidak harus memaksakan kehendak untuk
melakukan PKR, tetapi dilihat terlebih dahulu kemampuannya apakah sudah
mumpuni atau tidak.
B. CARA MEMILIH SUBSTANSI BELAJAR
Bahan belajar merupakan rincian materi yang memuat fakta, teori, konsep,
nilai, prosedur, dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan topik PKR
yang sudah dipilih (Djalil dan Winataputra, 2016). Agar pemilihan materi
memadai, perlu memerhatikan berbagai syarat sebagai berikut.
1. Mendukung ketercapaian kompetensi dasar dan indikator.
2. Berkaitan erat dengan materi sebelumnya.
3. Didukung oleh sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat
disediakan.
4. Sesuai dengan perkembangan mental murid.
5. Menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.
Bahan belajar yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya (Djalil dan Winataputra, 2016). Bahan belajar harus
berkaitan erat dengan bahan belajar lain yang telah dipelajarinya atau prior
learning. Bahan belajar tersebut akan menimbulkan proses belajar yang bermakna
atau meaningful pada peserta didik. Bahan belajar juga harus memperhitungkan
sarana pendukung yang tersedia atau yang dapat disediakan (Djalil dan
Winataputra, 2016). Contohnya untuk mengajarkan bahan tentang ikan paus
paling tidak harus tersedia sumber bahan gambar dan uraian tentang ikan paus.
Selain itu bahan belajar harus sesuai dengan perkembangan mental murid.
Sebaiknya guru memahami perkembangan berfikir anak sebagaimana
dikemukakan oleh Jean Piaget. Peserta didik SD menurut Piaget berada pada taraf
berpikir konkret dan peralihan antara berpikir konkrit dengan berpikir abstrak.
Tahap-tahap tersebut peserta didik lebih mudah memahami sesuatu yang dukung
oleh bukti nyata dan selanjutnya membuat kesimpulan yang didukung oleh bukti
nyata. Memilih bahan yang sangat abstrak untuk SD kelas rendah tentu sangat
tidak tepat, sedang untuk SD kelas yang lebih tinggi hal yang abstrak sudah dapat
diajarkan asal dengan dukungan bukti yang nyata. Nyata dalam hal ini yaitu
bendanya tidak harus selalu ada, paling tidak guru seminimal mungkin dapat
memberikan gambar dari benda tersebut. Guru kurang tepat bila mengajarkan ikan
paus tapi guru sendiri belum melihat gambarnya sekalipun. Bahan belajar harus
dapat dijadikan dasar untuk belajar lebih lanjut, artinya bahan tersebut harus
berkaitan dengan bahan lain yang akan diajarkan lebih lanjut.

C. CARA MENYUSUN RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR


Inti dari kegiatan pembelajaran adalah proses belajar. Proses pembelajaran
harus menghasilkan terjadinya proses belajar pada peserta didik, jika tidak, hal
tersebut bukanlah dikatakan sebagai pembelajaran atau bisa disebut pembelajaran
yang gagal, agar kegiatan pembelajaran tidak gagal, sejak awal harus disusun
"rancangan"-nya (Djalil dan Winataputra, 2016).
Rancangan merupakan kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan
interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar dalam rangka
pencapaian tujuan belajar (Djalil dan Winataputra, 2016). Penataan interaksi ini
mencakup urutan prosedur atau langkah yang akan dilalui oleh guru dan peserta
didik serta jenis dan bobot isi kegiatan yang akan berlangsung pada setiap langkah
prosedur tersebut. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Djalil dan Winataputra,
2016), menyebut rancangan ini dengan istilah "model". Sebanyak empat
kelompok besar model pembelajaran yakni Model Pengolahan Informasi, Model
Sosial, Model Personal, dan Model Pengubahan Perilaku diperkenalkan dalam
bukunya. Hampir semua model tersebut dirancang untuk pembelajaran kelas
tunggal, namun dalam banyak hal dapat disesuaikan untuk PKR.
Model dasar pembelajaran yang mengaitkan seluruh model yakni model
Weil Murphy dan McGreal tahun 1986 (dalam Djalil dan Winataputra, 2016).
Model dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut:
1. Orientasi atau Pendahuluan
Guru menetapkan tujuan, langkah, dan materi.
2. Pengembangan
Guru menjelaskan konsep atau keterampilan, mendemonstrasikan model
atau langkah, dan mengecek pengertian murid.
3. Latihan terstruktur
Guru memandu kegiatan kelompok murid, dan memberi balikan kepada
murid, dan murid memberi tanggapan.
4. Latihan terbimbing
Murid-murid berlatih memahami konsep baru atau keterampilan, guru
memantaunya, dan selanjutnya murid-murid berlatih lebih lanjut di luar
kelas.
5. Latihan bebas atau mandiri
Guru memeriksa dan membetulkan hasil latihan di luar kelas dan murid
melanjutkan latihan mandiri.
Menggunakan kerangka berpikir dari model dasar ini akan melihat lebih
jauh beberapa kemungkinan model yang khas untuk pembelajaran merangkap
kelas.

D. CARA MEMILIH SUMBER DAN MEDIA BELAJAR


Seperti kita ketahui dalam PKR sumber dan media belajar memiliki
kegunaan yang sangat penting karena seorang guru harus mengelola kegiatan
belajar dari dua kelas atau lebih, untuk satu mata pelajaran atau lebih dalam satu
atau lebih dari satu ruangan belajar. Seorang guru harus dapat membuat terjadinya
proses belajar pada diri semua peserta didik yang dihadapinya pada waktu yang
bersamaan. Jelas dalam situasi seperti itu seorang guru tidak dapat menjadikan
dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar.
Secara sederhana media belajar mencakup bahan dan alat audio seperti
kaset audio dan siaran radio, bahan dan alat visual seperti siaran TV, gambar, dan
diagram, benda tiruan dan benda sesungguhnya.
Semua bahan dan alat tersebut digunakan untuk membantu murid dalam
memahami, menghayati, dan menerapkan bahan belajar yang disiapkan untuk
mencapai tujuan, dengan kata lain kehadiran media alat pembelajaran
mengandung manfaat dalam membantu murid untuk belajar. Pelaksanaan PKR
terutama di SD yang kecil dan memiliki banyak kekurangan dalam sarana belajar,
pemilihan media haruslah sesuai dengan lingkungan dan tepat guna. Layak
lingkungan artinya media yang dipakai itu tersedia di lingkungan sekitar, dengan
demikian guru atau murid dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan keadaan. Tepat guna artinya meskipun media tersebut tidak sepenuhnya
memenuhi persyaratan ideal tapi masih tetap berfungsi membantu murid untuk
belajar.

2.3 Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap


Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai suatu objek dengan
menggunakan suatu instrumen atau alat ukur. Evaluasi sangat diperlukan untuk
dapat mengetahui keberhasilan suatu pembelajaran yang selanjutnya dapat
digunakan untuk peningkatan proses pembelajaran guna mencapai tujaun
pembelajaran yang optimal. Menurut Carl W. Witherington (1952) dalam
(Haryanto, 2020) bahwa evaluasi diangggap sebagai sebuah pernyataan bahwa
sesuatu itu telah memiliki atau tidak memiliki nilai. Begitu juga dengan Edwind
Wandt dan Gerald W. Brown yang menyatakan bahwa evaluasi itu lebih
berorientasi pada tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Dengan demikian, evaluasi itu lebih berorientasikan pada nilai-nilai di mana nilai-
nilai ini akan menjadi dasar berpijak untuk melakukan sebuah perbaikan demi
kemajuan suatu proses sesuatu.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan berbeda
untuk setiap kelas. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan bersamaan dalam satu
ruang kelas menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Setiap rombongan
belajar diberikan evaluasi dan tugas yang berbeda sesuai dengan kurikulum dari
masing-masing kelas termasuk juga PR yang diberikan (Hidayat, 2018). Materi
yang harus dikuasai tiap jenjang kelas berbeda sehingga diperlukan instrument
evaluasi yang berbeda pula. Menurut Sujarwo (2011: 9) dalam (Hidayat, 2018)
kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan pembelajaran yang berisi
tujuan, materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tatang M. Amrin, dkk, (2013: 56) evaluasi
juga dapat difungsikan sebagai pengukur keberhasilan suatu program..

Penilaian terhadap pelaksanaan PKR

Susilowati, (2010) menyimpulkan, dalam melaksanakan penilaian kelas, guru


perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Valid
Penilaian kelas harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan hasil belajar)
2. Edukatif
Penilaian kelas dilakukan untuk memotivasi murid dalam mencapai
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
3. Obyektif
Penilaian kelas dilakukan untuk mengukur potensi murid yang sesungguh-nya
sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan. Penilaian kelas hendaknya tidak
dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya,
bahasa, gender, dan hubungan emosional.
4. Transparan
Kriteria penilaian kelas dan proses pengambilan keputusan terhadap hasil
belajar murid bersifat transparan bagi semua pihak yang berkepentingan.
5. Berkesinambungan
Penilaian kelas dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran yang lengkap tentang perkembangan belajar murid.
6. Menyeluruh
Penilaian dilakukan dengan berbagai cara (teknik dan prosedur) untuk
memperoleh informasi yang utuh dan lengkap tentang perkembangan belajar
murid baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
7. Bermakna
Hasil penilaian hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan
dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, murid, dan orang tua.
Berikut adalah sepuluh hal yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru PKR dalam
proses evaluasi PKR (Djalil dan Winataputra 2016).
1. Mengecek Keterlaksanaan Jadwal
PKR yang baik seharusnya terjadwal dengan baik. Artinya seorang guru
harus sadar dan siap betul kapan, di kelas mana, dan materi pelajaran mana
yang akan diajarkan di kelas-kelas yang dirangkap. PKR yang baik tidak bisa
dilaksanakan secara insidental artinya sewaktu-waktu karena situasi.
2. Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-kelas yang Dirangkap
Dalam rangka PKR sebagai guru hendaknya mempersiapkan kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dikerjakan di kelas yang dirangkap, dan kegiatan
apa pula yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid. Dengan demikian
proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif.
3. Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan
Dalam praktik bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai
diajarkan karena situasi mendadak. Hal tersebut mungkin terjadi dikarenakan
guru mendadak mendapat tugas lain, atau terjadi banjir atau kejadian lain.
Oleh sebab itu, materi yang belum tersampaikan sebaiknya dicatat sehingga
minggu yang akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan
demikian murid-murid tidak merasa dirugikan.
4. Mencatat Kegiatan yang Tertunda
Pelaksanaan kegiatan yang tertunda dapat disebabkan karena kehabisan
waktu, atau tidak ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan lain.
Mencatat kegiatan yang tertunda merupakan solusi yang tepat agar guru dapat
merencanakan kembali kapan kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan
dilanjutkan.
5. Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu
Berikutnya
Maksud dari memberi tugas untuk hari/minggu berikutnya adalah memberi
pijakan atau dasar materi yang akan datang dan atau memberi tuntutan belajar
lebih lanjut kepada murid. Proses ini akan sangat bermakna bagi murid bila
guru selalu memberi umpan balik atas kegiatan belajar murid. Itu sebabnya
tugas-tugas itu harus kita catat agar pada saatnya kita dapat mengecek
pekerjaan murid dan memberi balikan secara lebih khusus dan tepat.
6. Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab
Guru hendaknya mencatat pertannyaan murid jika terdapat pertanyaan yang
belum terjawab untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya. Pembelajaran
yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan murid merupakan salah satu
ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7. Mencatat Murid-Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif
Kebanyakan murid yang jarang terlibat aktif dalam pembelajaran merupakan
murid yang kebanyakan diam sehingga dapat dikatakan pasif dalam
mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, maka kita harus memberi perhatian
sama banyak kepada murid yang aktif dan murid yang tidak aktif. Semua
murid harus dapat melakukan proses belajar. Dengan kata lain murid yang
tidak aktif harus didorong agar ia menjadi murid yang aktif.
8. Menuliskan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam PKR
Menuliskan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam PKR sangat penting
dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan dan menyempurnakan
pelaksanaan Pembelajaran Kelas Rangkap.
9. Mencatat hal-hal yang memuaskan dan mengecewakan sebagai guru dalam
PKR
Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai sesuatu keadaan yang wajar dan
tak dapat ditolak. Yang terpenting yaitu bagaimana seorang guru dapat
memanfaatkan keduanya untuk mengoreksi diri. Demikian juga dalam PKR.
Bila kita ingin selalu maju, kita harus selalu memiliki rasa tidak puas. Artinya
kita selalu ingin memperbaiki diri.
10. Mencatat hal-hal yang perlu dibicarakan dengan guru lain.
Mencatat hal-hal yang perlu dibicarakan dengan guru lain. juga merupakan
salah satu bentuk tindakan yang mencerminkan ciri guru profesional yaitu
memiliki rasa dan sikap kesejawatan atau kolegalisme (rasa kesatuan dalam
tugas) yang kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta, terpelihara dan
terbina kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan selangkah kerja.

Alat evaluasi dalam PKR

Menurut Winataputra dan Udin (1998) bahwa alat evaluasi yang digunakan
dalam pembelajaran kelas rangkap antara lain: Tes dan Non Tes. Tes yang
digunakan meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Berikut ini
merupakan langkah-langkah dalam penyusunan tes.

1. Penentuan tujuan tes,


2. Penyusunan kisi-kisi tes,
3. Penulisan soal,
4. Penelaahan soal (validasi soal),
5. Perakitan soal menjadi perangkat tes,
6. Uji coba soal termasuk analisis-nya,
7. Bank soal
8. Penyajian tes kepada peserta didik
9. Skoring (pemeriksaan jawaban)
BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan
 Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa
yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas,
di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam
pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa. Dalam
menerapakannya guru harus menggunakan beberapa model dan hal itu
perlu diperhatikan.
 Bahan belajar yang lebih rinci dijabarkan untuk menggapai kompetensi
pembelajaran.
 Rancangan kegiatan pembelajaran berfungsi sebagai kerangka pikir dalam
menata interaksi guru-murid-sumber belajar dalam kerangka penggapaian
tujuan belajar. Pola dasar rancangan pembelajaran mencakup kegiatan
orientasi, pengembangan, latihan terstruktur, latihan terbimbing, dan
latihan bebas.
 Model dasar rancangan pembelajaran dalam situasi PKR mencakup proses
belajar arahan sendiri atau PBAS dan proses belajar melalui kerja sama
atau PBMKS yang dapat diterapkan mulai langkah pengembangan sampai
dengan latihan bebas dalam pola dasar pembelajaran
 Sumber dana media belajar berperan sangat penting dalam PKR. Media
belajar yang harus digunakan dalam PKR adalah media belajar yang sesuai
dengan lingkungan dan tepat guna.

B. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah
tersebut hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika
pelaksanaan terwujud dalam sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran
Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara terencana
menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi
menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan
sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga
muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Aria. Dkk. 2016. Pembelajaran Kelas Rangkap.Tanggerang : Universitas
Terbuka. [Diakses 3 September 2022]

Suryana, Cucu. Dkk. 2022. Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan


Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia, Indonesia. 3149-12082-1-PB.pdf [Diakses 3
September 2022]

Evi Fussalam, yahffene. Elmiati. 2018. Implementasi Kurrikulum 2013 (K13)


SMP NEGERI 2 SAROLANGUN. 49-Article Text-139-1-10-
20181102.pdf [Diakses 5 September 2022]

Susilowati. 2010. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi

Djalil, A. dan H. U. S. Winataputra. 2016. Pembelajaran Kelas Rangkap.


Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Takdir, L. 2020. Studi Implementasi Pembelajaran Kelas Rangkap Di Daerah


Terpencil. Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan. 10(2): 186-197.

Achmad, M. F. 2016. Pengaruh Pembelajaran Kelas Rangkap Terhadap Motivasi


Belajar Murid SD Inpres Cambayya Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa. Skripsi. Makassar: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Maasawet, E. T. 2015. Model Pengelolaan Kelas Rangkap (PKR) untuk Sekolah


Dasar yang Mengalami Kekurangan Guru di Daerah Perbatasan atau
Terpencil di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Pendidikan Biologi. 8(1):
1-7.
Permadi, A. M. 2015. Studi Deskriptif Model Pembelajaran Kelas Rangkap
(PKR) Di Sekolah Dasar. Skripsi. Purwokerto: Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Armin, M. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Dalam


Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di Kelas III
dan IV SD Negeri 21 Sungai Kenten Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin.
Skripsi. Palembang: Pendidikan Sekolah Dasar UIN Raden Fatah
Palembang.
Winataputra, H.Udin S. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: DIRJEN
DIKTI

Susilowati. 2010. PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP 2 SKS. 2010. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Djalil, A. U. S. Winataputra. Andayani, dan Wardani. 2016. Pembelajaran Kelas


Rangkap. Edisi Pertama. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Hidayat, R. 2018. DAMPAK IMPLEMENTASI PENDEKATAN


PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS II DAN III DI SD NEGERI GARI II
WONOSARI. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 7(36): 3.550-
3.560.

Haryanto. 2020. Evaluasi Pembelajaran (Konsep dan Manajemen). Yogyakarta:


UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai