Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum & Inovasi
Pembelajaran
Dosen Pengampu
Disusun Oleh
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penulisan makalah “Teori Psikologi
Belajar Anak” ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia ke zaman yang terang
benderang. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih sehingga
dapat menyelesaikan Makalah mata kuliah “Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi”
dengan berjudul “Pembelajara pada sebuah Jarak” penulis ingin mengucapakan terima kasih
kepada:
1. Dr. Deni Hardianto, S.Pd, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah IPS SD,
2. Orang tua yang telah menyemangati penulis.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena keterbatasan dan pengalaman. Sehingga kritik dan saran yang
membangun dengan senantiasa kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Wassalamu’alaikum wr. wb
DAFTAR ISI
BAB I...........................................................................................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................................
A. Hirearki Sistem Pengembangan Kurikulum..............................................................................................
B. Mengidentifikasi Tujuan dan Sasaran Kurikulum...................................................................................
C. Konstruksi Tujuan Pengembangan Kurikulum.........................................................................................
D. Membangun Tujuan dan Sasaran Kurikulum.........................................................................................
E. Validasi dan Penetapan Prioritas Tujuan Kurikulum dan Sasaran Kurikulum.......................
F. Perspektif Sejarah................................................................................................................................................
G. Dokumen dan Ertefak Kurikulum................................................................................................................
H. Panduan Kurikulum...........................................................................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen penting dalam pendidikan yang sering diabaikan adalah
kurikulum. Kurikulum memiliki posisi strategis karena secara umum kurikulum merupakan
deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan sebuah bangsa. Hal ini sekaligus
memposisikan kurikulum sebagai sentral muatan-muatan nilai yang akan ditransformasikan
kepada peserta didik.
Arah dan tujuan kurikulum pendidikan akan mengalami pergeseran dan perubahan
seiring dengan dinamika perubahan sosial yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal. Karena sifatnya yang dinamis dalam menyikapi perubahan, kurikulum
mutlak harus fleksibel dan futuristik. Ketimpangan-ketimpangan dalam disain kurikulum
karena kurang respon terhadap perubahan sosial boleh jadi berkonsekuensi kepada lahirnya
output pendidikan yang ‘gagap’ dalam beradaptasi dengan kondisi sosial yang dimaksud.
Atas dasar pertimbangan ini, maka pengembangan kurikulum menjadi salah satu tugas pokok
pemerintah untuk mengatur dan mengembangkan pendidikan. Demikian juga halnya dengan
peran tokoh maupun pemerhati pendidikan agar mengikuti setiap episode dari perubahan
sosial, karena semua itu akan menjadi bahan pertimbangan dalam mendisain serta
mengembangkan kurikulum. Selain itu, partisipasi masyarakat aktif juga sangat diharapkan
untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam merespon setiap perubahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sistem pengembangan kurikulum?
2. Apa saja tujuan dan sasaran pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana karakteristik pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana validasi dan penentuan prioritas tujuan kurikulum, tujuan atau
standar kurikulum?
5. Bagaimana perspektif sejarah tentang pengembangan kurikulum?
6. Bagaimana panduan pengembangan kurikulum?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Dalam teks ini dibuat perbedaan antara tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum dan
tujuan instruksional dan instruksionalobjektifuntuk membantu praktisimemfasilitasi
aliran alami pengembangan kurikulum dari tujuan umum pendidikan ke tujuan
instruksional yang tepat. Maka, menentukan tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum
dipandang sebagai langkah perencanaan menengah antara kedua kutub ini.
Mendefinisikan istilahadalah langkah pertama, diikuti dengan contoh dan pedoman untuk
menulis.
Untuk lebih lanjut contoh, Pernyataan Visi Rencana Strategis East Lansing Public
Schools (ELPS) menyatakan: "ELPS berusaha untuk memberikan setiap siswa dengan
instruksi yang patut dicontoh dalam lingkungan belajar yang adil yang dirancang untuk
mendidik seluruh anak. Dalam Kemitraan dengan masyarakat, ELPS berusaha untuk
menegaskan perbedaan budaya dan memupuk rasa ingin tahu intelektual, kolaborasi,
kreativitas, pemikiran kritis, dan komunikasi yang efektif sehingga setiap siswa lulus
untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif" (East Lansing Public Schools, 2017).
Dari pernyataan visi ini dewan sekolah menetapkan tujuan untuk menyelaraskan dengan
MDE. Tujuan1 Rencana Strategis Lansing Timur menyatakan:
Seperti yang dapat Anda lihat dari dua contoh, curriculumgoals adalah istilah luas
yang ditetapkan secara strategis untuk memandu pemangku kepentinganasthey
mengembangkan kurikulum, instruksi, dan langkah-langkah untuk siswamereka
melayani.
Penyelarasan tujuan dan standar kurikulum, dengan tujuan instruksional dan tujuan
instruksional menyediakan kerangka kurikulum sistematis yang mendukung keberhasilan
penilaian akuntabilitas negara dan lainnya. Jika Anda meninjau Gambar 5.5, The Gordon
Taylor Modelof Curriculum System Development, Anda akan melihat bahwa
instruksitidak secara eksplisit dicatat dalam sistem, karena saran disertakandalam
panduan kurikulum dan implementasi kurikulum mewakili tujuan instruksional, tujuan
instruksional, dan metode instruksional. Ide-ide ini dibahas secara lebih mendalam di
bab-bab selanjutnya. Kerangka sistematis ini mewakili instruksi dan pertemuan
kurikulum dalam implementasi untuk memberi manfaat bagi siswa.
3. Melaksanakan Penilaian Kebutuhan
Perlu diingat bahwa standar mungkin ditentukan oleh SEA atau LEA dan untuk
area konten yang tidak memiliki standar, tujuan kurikulum mungkin ditentukan di tingkat
sekolah atau SEA. Suatu negara dapat merumuskan tujuan yang luas dan tujuan
kurikulum, dan dalam beberapa kasus tujuan kurikulum, tujuan instruksional, dan tujuan
instruksional juga, untuk semua sekolah dan semua siswa di negara bagian itu. Dalam
praktiknya, distrik sekolah dan masing-masing sekolah dapat menerima perumusan
tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum negara bagian secara verbatim atau dapat secara
mandiri mengembangkan pernyataan mereka sendiri. Negara bagian dan distrik sekolah
tidak hanya menetapkan tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum, tetapi masing-masing
sekolah juga memasuki proses dengan menentukan filosofi, tujuan, dan sasaran mereka
sendiri. Umumnya, pernyataan distrik sekolah dan masing-masing sekolah selaras
dengan pernyataan dan kebijakan SEA.
Dalam bahasa Inggris, istilah tujuan terdapat dalam beberapa kata, yaitu: aims, purposes,
goals, dan objectives. The Oxford English Dictionary mengartikan aims sebagai perbuatan yang
menentukan cara berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Goals adalah tujuan yang
ditargetkan dengan pengerahan upaya yang sungguh-sungguh. Objectives adalah tujuan
pengantar ke tujuan umum. Jelasnya, aims adalah tujuan umum, sedangkan objectives
merupakan tujuan khusus. Purposes adalah sinonim bagi ketiga istilah di atas. The Oxford
English Dictionary mendefinisikan purposes dengan “salah satu ketentuan berkenaan dengan hal-
hal yang akan dilakukan atau yang akan dicapai”. Tujuan dalam perspektif pendidikan adalah.
segala sesuatu target-target yang ditetapkan untuk dicapai melalui aktivitas pendidikan.
Di distrik sekolah, tujuan kurikulum dapat diungkapkan dengan cara yang menekankan
peran kurikulum sekolah atau distrik sekolah. Contoh tujuan kurikulum berikut menunjukkan
berbagai bentuk ekspresi.
● Untuk mengajar siswa untuk mengekspresikan diri dengan jelas dan benar dalam
bahasa Inggris tertulis dan lisan atau bahasa resmi.
● Mengembangkan kemampuan siswa untuk membeli barang dan jasa secara bijaksana.
● Membantu siswa mengembangkan rasa hormat terhadap budaya selain budaya mereka
sendiri.
Meskipun ekspresi yang menekankan peran distrik sekolah sarjana adalah umum, fokus
pada pembelajaran siswa lebih disukai karena beberapa alasan:
● secara filosofis, menempatkan siswa di pusat pembelajaran;
● itu sesuai dengan desain instruksional, yang berfokus pada hasil belajar siswa, bukan
pada kinerja guru atau sekolah;
● pernyataan hasil siswa menulis paralel tujuan instruksional dan tujuan instruksional
atau target pembelajaran. Dengan demikian, tujuan kurikulum dapat lebih dipahami
dan proses pengembangan kurikulum lebih selaras; dan
● desain evaluasi dapat diselaraskan untuk kurikulum dan pengajaran yang sistematis
dan berfungsi sebagai umpan balik.
Menulis tujuan kurikulum yang berfokus pada siswa akan menghasilkan revisi ilustrasi
sebelumnya dengan cara berikut.
● Siswa akan mengekspresikan diri dengan jelas dan benar dalam bahasa Inggris atau
bahasa resmi tertulis dan lisan.
● Siswa akan menunjukkan kemampuan untuk membeli barang dan jasa dengan bijak.
● Siswa akan menunjukkan pemahaman tentang budaya selain budaya mereka sendiri.
Untuk mencapai transisi dari tujuan kurikulum ke tujuan kurikulum, Guru mungkin
merasa terbantu untuk menetapkan beberapa indikator atau spesifikasi kinerja siswa yang akan
berfungsi sebagai panduan untuk menulis tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum dalam sains dapat
berupa: siswa memiliki pemahaman mendasar tentang metode ilmiah. Tujuan atau standar
kurikulum: siswa akan menerapkan metode ilmiah termasuk penggunaan bahasa akademis,
elemen dasar penelitian, dan pembuatan kesimpulan menggunakan bukti tekstual dan lainnya.
Demonstrasi kemahiran pada standar seperti yang tertulis akan berada dalam urutan instruksi
yang diharapkan yang masuk akal bagi para guru. Gur mungkin mengharapkan demonstrasi
pembelajaran dipandu oleh tujuan instruksional atau target pembelajaran seperti ini;
● siswa akan menerapkan istilah yang terkait dengan penelitian dan penemuan untuk
penyelidikan;
● siswa akan mendemonstrasikan elemen dasar penelitian yang baik ketika diberikan
masalah untuk dipecahkan;
● siswa akan menghasilkan hipotesis dari bukti tekstual dan lainnya; dan
● siswa akan menarik kesimpulan yang masuk akal yang didukung oleh bukti dan
penelitian tekstual dan lainnya.
Indikator atau spesifikasi standar mengarah pada tujuan instruksional atau target
pembelajaran jangka pendek. Dalam standar yang dikembangkan CCSS dan SEA, Anda akan
menemukan spesifikasi yang mengarah pada pengembangannya. Spesifikasi yang sama ini
sejalan dengan item penilaian akuntabilitas. Dengan mengetahui spesifikasi standar dan butir
penilaian, guru diberikan bimbingan untuk mempersempit rentang pilihan dalam merancang
pembelajaran sehingga siswa siap untuk sukses.
Tujuan negara bagian, distrik, atau sekolah harus divalidasi dan diberi peringkat
berdasarkan jumlah pendidik dan pemangku kepentingan. Jika kurikulum dimaksudkan untuk
dikembangkan untuk kelas atau departemen di sekolah dan bukan oleh entitas di luar kampus,
maka sebenarnya tidak perlu validasi di luar guru dan pemimpin pembelajaran di dalam kampus
(Gordon, Oliva, & Taylor 2019 , 167).
Guru dan tim kurikulum kolaboratif harus sering mengulangi proses validasi dan
penentuan prioritas, merevisi dan menilai secara berulang saat data kinerja siswa menjadi lebih
mudah diakses. Setelah tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum telah divalidasi dan diurutkan,
para pengembang melanjutkan ke tahap berikutnya dari proses pengembangan kurikulum:
menempatkan tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum ke dalam praktik, fase pengajaran dan
perencanaan instruksional.
F. PERSPEKTIF SEJARAH
Amerika
1. Tujuan kurikulum telah ditulis sebagai "Proses Metode Ilmiah mencakup strategi
berdasarkan prinsip-prinsip penelitian yang sehat."
2. Tingkat penguasaan akan ditambahkan ke tujuan kurikulum dan digunakan untuk membuat
item penilaian, dengan klemens waktu dan dimensi pengukuran, seperti: pada akhir April,
80 persen siswa akan menunjukkan pengetahuan tentang komponen penelitian yang terkait
dengan Metode Ilmiah dengan 95 persen kecakapan sebagaimana ditentukan oleh negara
bagian yang menyediakan ujian akhir kursus. Anda dapat dengan mudah melihat bahwa
batas waktu tidak diperlukan hari ini, karena penjadwalan penilaian menetapkan batas
waktu. Tingkat keberhasilan, 95 persen kemahiran, tidak digunakan karena ada tingkat
kemahiran yang ditetapkan dan semua siswa diharapkan untuk bergerak menuju kecakapan
standar, bukan 80 persen dari mereka.
3. Pada tahun 1992, Theodore R. Sizer mempresentasikan pendekatan yang berbeda untuk
menentukan kurikulum Tujuan. Di Franklin High School yang jahat yang disebut Sizer
sebagai Horace's School, Laporan Komite memasukkan tujuan kurikulum (yang oleh
Komite disebut tujuan tertentu) ke dalam kerangka penilaian otentik. Kata Komite, "Kami
percaya bahwa sekolah kami harus didorong oleh tujuan tertentu dalam bentuk Pameran di
mana siswa dapat menampilkan memahami dan menggunakan ide-ide dan keterampilan
penting. Program sekolah akan menjadi praktik terbesar sejauh mana persiapan untuk
Pameran ini" (Sizer, 1992, hlm. 143).
4. Menjelaskan keputusan Mahkamah Agung AS, menyiapkan menu bergizi untuk sekolah
kafetaria, menyiapkan portofolio tentang emosi manusia, mengisi Formulir Internal
Revenue Service 1040, menggambar peta Amerika Serikat dan menempatkan selusin
negara bagian di atasnya, dan menjalankan com- program layanan munity adalah contoh
pameran yang dimungkinkan di Horace's School (Sizer, 1992). Dikonteks ini tujuan
kurikulum disamakan dengan Pameran, tugas-tugas yang dengannya siswa
mendemonstrasikan pencapaian melalui kinerja. Saat ini, mereka dapat disebut tujuan
kinerja atau pemeriksaan berdasarkan kinerja.
5. Pengikut pendidikan berbasis hasil menentukan tujuan kurikulum dalam bentuk hasil yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik (Spady, 1994). Untuk alasan politik hasil
pendidikan berbasis pindah ke ketidaksukaan, meskipun konsep bertanggung jawab atas
hasil pembelajaran siswa, daripada pengajaran atau liputan konten, mungkin telah menjadi
pendahulu standart berbasis akuntabilitas yang ada sekarang. Anda mungkin ingin
meninjau standar nasional aksi gerakan selama tahun 1990-an.
6. Contoh awal dari serangkaian tujuan kurikulum nasional berdasarkan kebutuhan yang
dirasakan siswa adalah Tujuh Prinsip Kardinal—kesehatan, perintah proses fundamental,
layak keanggotaan rumah, panggilan, kewarganegaraan, penggunaan waktu luang yang
layak, dan karakter etis.
8. 1994 menandai tahun di mana pemerintah federal memulai misi untuk merangsang standar
gerakan reformasi sekolah berbasis di tingkat negara bagian dan lokal. Kongres
menetapkan Tujuan 2000 yang berfokus pada pengesahan kembali kebijakan pendidikan
saat itu dan bertujuan untuk mempromosikan nasional tujuan pendidikan. Tema yang
mendasarinya adalah premis bahwa semua siswa harus tenggelam dalam kurikulum
harapan yang tinggi, alih-alih pendidik mengandalkan program perbaikan sebagai sarana
mendidik siswa (Departemen Pendidikan AS, 1994b).
1. Zaman VOC
Orang Belanda datang ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang.
Mereka dimotifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya terutama
dalam mengambil rempah-rempah dari Indonesia. Metode kolonialisasi yang digunakan
belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja yang berkuasa dan menjalankan
pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi menuntut monopoli hak berdagang dan
eksploitasi sumber-sumber alam. Pada permulaan abad ke 16 hampir se abad sebelum
kedatangan belanda, pedagang portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-
rempah itu dihasilkan. Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang memasukkan
penduduk ke dalam agama katolik yang paling berhasil diantara mereka adalah Ordo Jesuit di
bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang
ampuh untuk penyebaran agama.
Setelah VOC dibubarkan, para Gubernur atau Komisaris jendral harus memulai sistem
pendidikan dari dasarnya, karena pendidikan zaman VOC berakhir dengan kegagalan total.
Pemerintah baru yang diresapi oleh ide-ide liberal aliran aufklarung atau Enlightenment
menrauh kepercayaan akan pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemajuan ekonmi dan
sosial.
Pada tahun 1893 timbul differensiasi pengajaran bumi poetra. Hal tersebut disebabkan :
a. Hasil sekolah-sekolah bumi poetra kurang memuaskan pemerintah kolonial. Hal ini
terutama sekali disebakan karena isi rencana pelaksanaanya terlalu padat.
b. Dikalnagan pemerintah mulai timbul perhatian pada rakyat jelata. Mereka insyaf
bahwa yang harus mendapat pengajaran itu bukan hanya lapisan atas saja.
Pada tahun 1942, AMS (milik Belanda) diganti oleh Jepang menjadi Sekolah Tinggi
(SMT) dengan lama belajar 3 tahun. Isi dalam rencana pelajaran SMT yang sangat penting
diketahui yaitu dilarang memakai bahasa Belanda, bahasa resmi dan pengantar merupakan bahasa
Indonesia, mewajibkan bahasa Jepang sebagai mata pelajaran, adanya pengajaran adat istiadat
Jepang, sejarah Jepang menjadi sangat penting, dan perlunya mempelajari pelajaran ilmu bumi
dalam aspek geopolitik.
Pada awal kemerdekaan istilah kurikulum dikenal dengan “Leer Plan” dalam bahasa
Belanda artinya rencana pelajaran. Dalam kurikulum ini terdapat dua hal pokok yaitu yang
pertama daftar mata pelajaran dan jam pengajaran dan yang kedua garis-garis besar pengajaran.
Pada masa ini, kurikulum masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan
Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana
pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belandadan
kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pikiran, tetapi lebih mengutamakan pendidikan
watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Pada tahun ini sistem pendidikan dan pengjaran diubah agar lebih sesuai dengan keinginan
dan cita-cita bangsa Indonesia pada saat itu, yaitu dengan dibentukya Panitia Penyelidik
Pengajaran untuk mengubah kurikulum pada semua tingkat pendidikan yang diorientasikan kepada
kepentingan kolonial diubah dengan kebutuhan bangsa yang merdeka.
Salah satu hasil dari panitia tersebut ialah mengangkut kurikulum (rencana pelajaran) pada
setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut : • Pendidikan pikiran harus
dikurangi. • Isi pelajaran harus dihubungkan pada kesenian. • Pendidikan watak. • Pendidikan
jasmani. • Kewarganegaraan dan masyarakat.
Kurikulum 1968 merupakan pembaruan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari pancawarhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
b) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 merupakan pengganti dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1968.
Dimana pada kurikulum sebelumnya belum memperhitungkan hal-hal yang mengenai faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional. Atas dasar
pertimbangan tersebut dibentukah kurikulum tahun 1975 sebagai upaya untuk mewujudkan
sttrategi pembangunan di bawah pemerintahan orde baru dengan program Pelita dan Repelita.
c) Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1984 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada kurikulum 1984 ini menempatkan
siswa sebagai subjek belajar, mereka digiring untuk melakukan berbagai keterampilan proses
melalui “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kurikulum ini berorientasi kepada tujuan intruksional
dengan berdasar pada pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa.
d) Kurikulum1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang[1]Undang no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester
ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi
tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran kurikulum ini yaitu lebih berorientasi pada materi
pelajaran dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Kurikulum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Disebut
Kurikulum Berbasis Kompetensi karena sekolah diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang
dikehendaki, yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Kurikulum 2004 menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, yang berorientasi pada
hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Dimana kegiatan pembelajarannya
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajarnya juga bukan hanya pada
guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian pada kurikulum
ini menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun untuk menjalankan amanah yang
tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Standar Isi (SI) yang pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. Oleh karena itu guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum
secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-
masing.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan
SI dan SKL, ditetapka oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite
sekolah. Pemberlakuan kurikulum ini sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, yang artinya tidak
ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasioanal.
c) Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis karakter yang menekankan pemikiran
kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pada kurikulum ini
dalam proses pembelajarannya bukan lagi berpusat kepada guru melainkan berpusat kepada
kepada siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja. Agar terbentuk generasi yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, kurikulum ini mendorong siswa untuk memiliki tanggung
jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antar personal, maupun memiliki
kemampuan berpikir kritis.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor yang meliputi arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan ditingkat internasional. Oleh karena
itu kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
d) Kurikulum Darurat
Dalam rangka pemulihan ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yang terjadi dalam
kondisi khusus, Satuan Pendidikan PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah dapat
mengembangkan kurikulum dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi Satuan Pendidikan,
potensi daerah, dan Peserta Didik yang mengacu kepada Kurikulum 2013 dengan Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar yang disederhanakan (kurikulum darurat).
Hal ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi Satuan Pendidikan untuk menentukan
Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran Peserta Didik. Pelaksanaan Kurikulum
harus memperhatikan usia dan tahap perkembangan Peserta Didik pada PAUD dan capaian
kompetensi pada Kurikulum, kebermaknaan, dan kebermanfaatan pembelajaran untuk Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah termasuk pada pendidikan khusus dan program pendidikan
kesetaraan.
Selain itu Satuan Pendidikan dalam kondisi khusus tidak diwajibkan untuk menuntaskan
seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan.
Pada tingkat sekolah dasar, pemerintah menyediakan modul belajar literasi dan numerasi
yang dapat digunakan oleh siswa, orang tua dan guru di jenjang SD dalam memfasilitasi
pembelajaran Peserta Didik dalam masa pandemi COVID-19 atau kondisi khusus lainnya. Modul
ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk mengembangkan perangkat ajar lain
dalam upaya memfasilitasi Peserta Didik untuk belajar dalam kondisi khusus. Modul ini
dikembangkan dengan merujuk pada Kompetensi dasar dalam Penyederhanaan kurikulum namun
aktivitas pembelajaran di optimalisasi untuk mencapai kompetensi literasi dan numerasi pada
semua mata pelajaran.
Pemenuhan beban kerja dan penataan linieritas guru bersertifikat pendidik dalam
implementasi pembelajaran pada kurikulum darurat mengacu pada ketentuan perundang-
undangan.
7. Kurikulum Merdeka
a. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar Pancasila
b. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan, serta menguatkan
pengembangan enam dimensi profil pelajar Pancasila. Melalui projek ini, peserta didik memiliki
kesempatan untuk mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting seperti gaya hidup
berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan
berdemokrasi. Projek ini melatih peserta didik untuk melakukan aksi nyata sebagai respon
terhadap isu-isu tersebut sesuai dengan perkembangan dan tahapan belajar mereka. Projek
penguatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan
dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Kurikulum Merdeka terbuka untuk digunakan seluruh satuan pendidikan PAUD, SD,
SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan.Satuan pendidikan menentukan pilihan
berdasarkan Angket Kesiapan Implementasi Kurikulum Merdeka yang mengukur kesiapan guru,
tenaga kependidikan dan satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Pilihan yang paling
sesuai mengacu pada kesiapan satuan pendidikan. Implementasi Kurikulum Merdeka semakin
efektif jika makin sesuai kebutuhan.
Segala informasi terkait kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum merdeka yang
diterapkan di Indonesia dapat diakses melalui laman http://kurikulum.kemdikbud.go.id/. Baik
tenaga pendidik, siswa, ataupun orang tua dapat mendapatkan informasi melalui laman tersebut.
Pengembang kurikulum membuat dokumen dan artefak untuk digunakan sebagai sumber
daya atau panduan untuk implementasi (instruksi) dan penilaian. Mereka dimaksudkan untuk
dipraktikkan dan direvisi sebagai perlu. Sumber daya harus dianggap sebagai dokumen hidup
yang memiliki nilai fungsional yang dihasilkan dari rencana atau alat untuk
mengimplementasikan atau mengevaluasi kurikulum.
H. PANDUAN KURIKULUM
Panduan kurikulum dapat berhubungan dengan satu kursus atau bidang studi di tingkat
kelas tertentu (misalnya, Bahasa Inggris kelas sembilan), semua mata pelajaran pada tingkat
kelas tertentu (misalnya, kelas sembilan): urutan dalam disiplin (misalnya, matematika): atau
bidang minat yang berlaku untuk dua atau lebih kursus atau kelas level (misalnya, berbicara
bahasa Inggris standar). Ketika panduan kurikulum berhubungan dengan satu kursus, itu
Mungkin juga disebut program studi. Namun, paling sering panduan kurikulum adalah alat bantu
mengajar dengan saran untuk strategi instruksional dan pengalaman belajar, daripada yang
lengkap program studi.
Panduan kurikulum adalah salah satu sumber dari mana guru dapat memperoleh gagasan
untuk mengembangkan unit instruksional dan rencana pelajaran mereka sendiri. Dalam situasi
yang lebih terstruktur panduan kurikulum menentukan standar atau tujuan kurikulum yang akan
dikuasai dalam suatu kelas atau area subjek. Ini dapat memberikan seguence instruksi standar
atau tujuan kurikulum untuk periode waktu atau yang mana untuk mengelompokkan bersama.
Penuntun dapat mengidentifikasi sumber-sumber pengajaran dan pengalaman Iearning siswa .
Penilaian formatif juga dapat dimasukkan.
Panduan kurikulum dapat ditulis oleh kelompok atau oleh individu. Dalam kasus terakhir,
Panduan sering ditinjau dan diedit oleh spesialis lain dan pengguna akhir yang dituju sebelum
disebarluaskan- nated dalam distrik sekolah. Bagi mereka yang menulis panduan kurikulum,
prosesnya hampir sama penting sebagai dokumen akhir dan sumber daya. Tugas membangun
panduan memaksa penulis untuk memperjelas hasil belajar yang dimaksudkan melalui analisis
data dan bukti, guru dan sumber daya siswa yang dibutuhkan, dan untuk berhipotesis sumber
daya yang akan paling membantu guru dan pemimpin instruksional.
Di sekolah atau distrik sekolah di yang siswanya tidak berkinerja seperti yang diharapkan
pada penilaian akuntabilitas, mungkin ada pengawasan oleh pimpinan sekolah atau tim distrik
sekolah tentang kecepatan pengajaran sesuai dengan panduan kalender. Panduan seperti ini:
· Tentukan konten dan standar tingkat kelas atau tujuan kurikulum dalam seguence for
teaching yang diharapkan: dan
· menghubungkan standar dengan spesifikasi dan mungkin dengan penilaian dan hasil.
Pengkodean akan memastikan bahwa ketika guru menginstruksikan standar atau tujuan
kurikulum tertentu yang mereka miliki penilaiannya pikiran, yang bahkan dapat mencakup
format item dalam penilaian. Pada dasarnya, pengkodean tersebut atau Notasi akan mencakup:
· Standar atau tujuan kurikulum yang harus dikuasai peserta didik pada setiap periode
penilaian tingkat kelas gach dari disiplin ilmu tertentu: dan
· pengkodean atau notasi ke distrik sekolah, negara bagian, dan kriteria nasional yang
dirujuk dan / atau norma-tes referensi yang di-reguired.
Tiga format (komprehensif, seguencing, dan test coding) tentu saja dapat
digabungkan dan diperluas seperti yang direkomendasikan. Tidak peduli format mana yang
diikuti oleh distrik sekolah, Panduan kurikulum harus digunakan dan direvisi secara berkala
kemungkinan besar dalam format digital. Di panduan kurikulum masa lalu mungkin telah
dikembangkan untuk memenuhi akreditasi atau reguirements negara, tetapi sekarang mereka
diperlukan untuk mendukung guru dalam membimbing siswa untuk kemahiran pada standar dan
tujuan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pengembangan
kurikulum terdapat proses penilaian kebutuhan kurikulum dalam artian proses berkelanjutan
yang dimulai setelah perumusan filosofi dan memperjelas tujuan pendidikan.Setelah tujuan
kurikulum dan tujuan kurikulum ini diidentifikasi, proses penilaian kebutuhan dilanjutkan
untuk menentukan apakah ada data dan bukti kebutuhan yang diinformasikan belum
terpenuhi. Ketika kebutuhan yang tidak terpenuhi terungkap, daftar tujuan kurikulum dan
tujuan kurikulum yang direvisi disiapkan. Tujuan dan sasaran kurikuler ini memerlukan
validasi dan penempatan dalam urutan prioritas.Validasi adalah proses menentukan apakah
tujuan kurikulum dan tujuan kurikulum diterima sesuai untuk sekolah (atau distrik sekolah,
jika dilakukan di tingkat distrik sekolah) yang mengusulkannya. Menentukan prioritas adalah
menempatkan tujuan dan sasaran kurikulum dalam urutan kepentingan relatif terhadap
kebutuhan informasi data siswa. Karakteristik tujuan kurikulum merupakan penyempurnaan
dari tujuan kurikulum. Sejarah kurikulum di Indonesia dimulai sejak masa Orde Baru dimulai
dari Kurikulum 1958, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984. Kurikulum 1994. Setelah memasuki
Era Reformasi, kurikulum masih tetap mengalami perubahan dimulai dari Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum
2013, Kurikulum Darurat dan Kurikulum Merdeka. Tiap-tiap kurikulum memiliki target dan
tujuan serta karakteristik masing-masing, namun secara garis besar inti dari perubahan
kurikulum adalah penyempurnaan kurikulum yang sudah ada agar selaras dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Setiap proses pengembangan kurikulum memiliki
panduan, format, format penilain dan format pengkodean tes.
B. Saran
Gordon, William, Peter F. Oliva, dan Rosemarye Taylor. 2019. Developing the Curriculum:
Improved Outcomes through Systems Approaches. Ninth edition. The Pearson Educational Leadership
Series. NY, NY: Pearson.
Iramadan, Lengsi Manurung. 2019. “Sejarah Kurikulum di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan 5 (2). https://doi.org/10.5281/ZENODO.2678137.
Rakhmat Hidayat, Achmad Siswanto, dan Baihaqqi Nursyahbani Bangun. 2017. Dinamika
Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Jakarta: Labsos.