Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Prima Edukasia

Volume 6 – Nomor 1, January 2018, 1-3


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe

PENGARUH SOSIAL MEDIA SEBAGAI PEMICU TINGKAT


KONSUMERISME MAHASISWA
(SEBUAH STUDI LITERATUR)

Deby Yunita Liance Br Kaban


Department of Primary Education, Graduate School of Universitas Negeri Yogyakarta.
Jalan Colombo No. 1, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia
E-mail:debyyunita.2022@student.uny.ac.id

Abstrak
Media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai informasi teks, gambar, video, dan
audio dengan satu sama lain serta kepada perusahaan dan sebagainya. (Kotler dan Keller, 2012).
Konsumerisme adalah suatu pola pikir serta Tindakan membeli barang bukan karena membutuhkan
barang tersebut tetapi karena Tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan bagi dirinya.
Penelitian ini merupakan studi literatur yang bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana
pengaruh sosial media sebagai pemicu tingkat konsumerisme mahasiswa. Dalam penelitian ini peneliti
merumuskan masalah penelitian kemudian dilanjutkan dengan menelusuri penelitian yang sudah ada
dan relevan untuk dianalisis. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan non tes yaitu dengan
menelusuri sumber baik itu jurnal maupun buku elektronik. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa media sosial dapat memicu tingkat konsumerisme mahasiswa melalui influencer dan atau
dengan berbagai mdia yang ada di media sosial.
Kata Kunci: Media Sosial, Konsumerisme, Mahasiswa

THE INFLUENCE OF SOCIAL MEDIA AS A TRIGGER OF STUDENT


CONSUMERISM
(A LITERATURE STUDY)

Abstract
Social media is a means for consumers to share text, image, video, and audio information with
each other as well as with companies and so on. (Kotler and Keller, 2012). Consumerism is a mindset
and act of buying goods not because they need the goods but because the act of buying itself gives
satisfaction to him. This research is a literature study that aims to describe how the influence of social
media as a trigger for the level of student consumerism. In this study, the researcher formulates the
research problem and then proceeds to explore existing and relevant research for analysis. Data
collection techniques using non-test, namely by tracing sources, both journals and electronic books.
Based on the results of the study, it was concluded that social media can trigger the level of student
consumerism through influencers and or with various media on social media.

Keywords: Social Media, Consumerism, Student.

Pendahuluan gambar, video, dan audio dengan satu sama lain


serta kepada perusahaan dan sebagainya. (Kotler
Media sosial merupakan media online
dan Keller, 2012).
yang mendukung jaringan atau hubungan antar
Kehadiran media sosial di tengah
individu, kelompok, ataupun perusahaan yang
masyarakat era kini telah memberikan manfaat
menggunakan teknologi berbasis web yang
yang sangat besar, terlebih lagi di era pandemi
dapat mengubah komunikasi satu arah menjadi
seperti sekarang. Media sosial cukup membantu
dialog interaktif dengan tujuan memudahkan
dalam menghapus jarak antar manusia, sehingga
penggunanya dalam berinteraksi dalam bentuk
sangat efektif untuk mempersingkat waktu
jejaring sosial. Media social adalah sarana bagi
dalam berkomunikasi. Namun, sesuatu yang
konsumen untuk berbagai informasi teks,

Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 2
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi

memiliki dampak positif yang tinggi, tidak yang mengada – ada akibat pengaruh media
menutup kemungkinan memberikan dampak massa baik media cetak maupun elektronik.
negatif yang tinggi pula. Sebagai sebuah fenomena social,
Media sosial tentunya pasti memiliki konsumerisme menunjuk pada gaya hidup yang
dampak negative maupun positif dalam mengukur kebahagiaan dari sisi kepemilikan
penggunaannya. Seiring bejalannya waktu dan barang tertentu. Konsumerisme menjadi sebuah
berkembangnya media social dan teknologi, fenimena dari prilaku masyarakat yang semakin
masyarakat menjadi ketergantungan dalam mengesampingkan kebutuhan demi memperoleh
menggunakan media sosial. kepuasan batin dengan sebuah keinginan pada
B.K. Lewis dalam karyanya yang berjudul suatu barang. Penyampaian informasi didalam
Social Media and Strategic Communication media dapat memyebabkan perubahan yang
Attitudes and Perceptions among College dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang
Students yang terbit pada tahun 2010 masyarakat terhadap berpenampilan. Iklan-
menyatakan, bahwa media sosial merupakan iklan didalam mediamenyajikan sebuah
suatu label yang merujuk pada teknologi digital produk yang sudah memiliki nama atau
yang berpotensi membuat semua orang untuk brand sehingga masyarakat akan terpengaruh
saling terhubung dan melakukan interaksi, oleh media tak terkecuali masyarakat kota
produksi dan berbagi pesan. Sementara pada tanjungpinang. Ada banyak alasan para
tahun 2010, Chris Brogan dalam bukunya yang konsumsi untuk membeli barang melalui media
berjudul Social Media 101: Tactics and Tips to online salah satunya yaitu aksesjual beli yang
Develop Your Business, menyebutkan bahwa mempermudah masyarakat (Rif’ah, 2019).
media sosial adalah suatu perangkat alat Seorang mahasiswa biasanya berusia 18
komunikasi yang memuat berbagai hingga 25 tahun. Pada usia tersebut merupakan
kemungkinan untuk terciptanya bentuk interaksi masa akhir dari remaja dan masa awal untuk
gaya baru. Kebutuhan yang tinggi, menjadikan fase dewasa, sehingga dapat disebut bahwa usia
banyak media sosial baru yang bermunculan dan mahasiswa adalah fase dimana individu dapat
bersaing menarik minat dan perhatian dari para memantapkan pendirian hidupnya. Siswoyo
pengguna. Perkembangan media sosial juga (2007) juga mengemukakan definisi mahasiswa
sangat cepat, banyak platform media sosial yang yakni individu yang sedang menuntut ilmu di
dulu sangat diminati, sekarang perlahan telah tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun
menghilang, atau diakuisisi oleh pihak yang swasta, atau lembaga lain yang setingkat dengan
lebih besar. perguruan tinggi.
Generasi muda saat ini menggunakan
Metode (15%)
media social bisa dimanapun dan kapanpun ,
untuk mengakses informasi tidak sesulit zaman Metode Penelitian yang digunakan dalam
dahulu dimana akses internet sangat sulit. Dan penelitian ini adalah studi literatur yang
akses media social yang ada saat ini juga sangat dilakukan dengan mengumpulkan artikel atau
mudah karena mengandalkan teknologi karya ilmiah yang berkaitan dengan media sosial
smartphone yang penggunaannya lebih dan budaya konsumerisme. Penelitian ini
fleksibel. menggunakan metode literatur bersifat
Konsumerisme adalah suatu pola pikir deskriptif-analitis. Literatur yang digunakan
serta Tindakan membeli barang bukan karena dalam penelitian ini bersumber dari jurnal, buku,
membutuhkan barang tersebut tetapi karena dan literatur online lainnya yang berisikan
Tindakan membeli itu sendiri memberikan konsep penggunaan media sosial secara umum
kepuasan bagi dirinya. Konsumsi dianggap sebagai data dalam penulisan ini.
mampu memuaskan individu dalam upaya
menunjukkan identitas diri yang sesungguhnya. Kerangka Penelitian
Namun, jika konsumsi tersebut dilakukan secara
berlebihan maka disebut konsumerisme. Media Sosial Minat Beli
Menurut fatherstone (2007) konsumerisme Indikator : Indikator :
merupakan faham untuk hidup konsumtif, 1. Minat transaksional 1. Kemudahan dalam
sehingga orang tidak lagi mempertimbangkan 2. Minat referensial mendapatkan
fungsi atau kegunaan Ketika membeli barang 3. Minat preferensial informasi produk
melainkan mempertimbangkan prestise yang 4. Minat eksploratif 2. memiliki
melekat pada barang tersebut atau konsumsi kepercayaan

Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 3
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi

(sumber: Rizky terhadap sosial


Amalina media yang
Bachriansyah, memiliki situs
2011) online shop.

(sumber: Benito
Adityo, 2011)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Hasil dan Pembahasan (70%)


Media Sosial
Media sosial adalah sekumpulan
aplikasi berbasis internet, beralaskan pada
ideologi dan teknologi Web 2.0 sehingga
memungkinkan penciptaan dan pertukaran
konten oleh penggunanya (Kaplan & Haenlein,
2010). Penggunaan media sosial juga dapat
menyebabkan ketergantungan/ adiksi yang Gambar 3.1 Most Active Social Media
berdampak buruk. Salah satunya adalah Platforms In Indonesia
hubungan antara penggunaan Facebook dengan
menurunnya kualitas tidur (Wolniczak et al. Dari gambar di atas dapat diketahui
2013). Media sosial juga merupakan alat bahwa platform media sosial yang paling
komunikasi baru masa kini yang tidak terpaku banyak digemari atau digunakan oleh
pada satu Teknik komunikasi melainkan dapat masyarakat Indonesia berdasarkan riset tahun
dikolaborasikan dengan banyak fitur lainnya. 2019 yaitu platform Youtube yang informative
“social media is a new set of communication dan memiliki komunitas sendiri bagi
and collaboration tools that enable many types penggunanya. Melalui platform tersebut
on interactions that were previously not masyarakat pengguna media sosial memakai
available to the common person”. (Brogen C, platform tersebut untuk mengetahui informasi
2010:11). Tujuan media sosial menurut Chris terkait sebuah produk. Selain itu pengguna
Brogen sendiri adalah salah satu instrument baru platform tersebut juga dapat terpengaruh oleh
untuk berkomunikasi dan dapat dikombinasikan creator dari platform tersebut untuk membeli
jenis interaksi yang sebelumnya masayrakat produk yang mereka promosikan atau
tidak mengetahuinya. tunjukkan.
Berkaitan dengan ekonomi kreatif,
pengusaha menggunakan media sosial sebagai Budaya Konsumerisme
sarana untuk promosi semakin memudahkan Konsumerisme adalah suatu pola pikir
konsumennya untuk berinteraksi langsung dari serta Tindakan membeli barang bukan karena
titik lokasi mana saja. Hal ini merupakan salah membutuhkan barang tersebut tetapi karena
satu dampak positif yang dapat ditawarkan oleh Tindakan membeli itu sendirii memberikan
media sosial untuk pengguna usaha ekonomi kepuasan bagi dirinya. Konsumsi dianggap
kreatif dalam mengembangkan usahanya dan mampu memuaskan individu dalam upaya
meningkatkan keunggulan kompetitif diantara menunjukkan identitas diri yang sesungguhnya.
pesaingnya. Dengan media sosial, pengusaha Namun jika konsumsi tersebut dilakukan secara
tidak perlu lagi memiliki fisik bangunan untuk berlebihan maka disebut dengan konsumerisme.
memajang barang dagangannya, namun Menurut Fatherstone (20017) konsumerisme
semuanya sudah dapat dilakukan secra online merupakan faham untuk hidup konsumtif,
melalui media sosial baik secara gratis maupun sehingga orang tidak lagi mempertimbangkan
berbayar. Strategi seperti ini dapat menurunkan fungsi atau kegunaan Ketika membeli barang
biaya operasional bagi para pelaku usaha, melainkan mempertimbangkan prestise yang
sekaligus memudahkan konsumen dari berbagai melekat pada barang tersebut atau konsumsi
penjuru untuk memberikan umpan balik kepada yang mengada-ada akibat pengaruh media
pelaku usaha. sosial.

Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 4
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi

Sebagai sebuah fenomena sosial, konsumerisnya yakni sebagaimana yang


konsumerisme menunjuk kepada gaya hidup dikemukakan oleh (Kotler & Keller,2000) :
yang mengukur kebahagiaan ari sisi a. Faktor budaya Faktor budaya
kepemilikan barang tertentu. Dengan demikian merupakan hal yang sangat penting
konsumerisme menjadi sebuah fenomena dari dalam perilaku pembelian yang mana
perilaku masyarakat yang semakin faktor budaya ini terdiri dari budaya
mengesampingkan kebutuhan demi memperoleh dan kelas sosial. Budaya merupakan
kepuasan batin dengan sebuah keinginan pada penentu keinginan dan perilaku yang
suatu barang. Konsumerisme ini diprakarsai paling dasar. Kelas social adalah
oleh seorang pemilik modal guna menjual pembagian dalam masyarakat yang
barang yang mereka produksi sehingga relatif homogen dan permanen, yang
membentuk suatu kepribadian masyarakat yang tersusun secara hirarkis dan yang para
seakan akan diperbudak oleh produsen. anggotanya menganut nilai, minat, dan
Konsumerisme telah menjadi buada konsumsi perilaku yang serupa.
yang tidak disadari. Masyarakat telah b. Faktor sosial Dipengaruhi
sedemikian rupa tergoda oleh konsumerisme oleh kelompok acuan, keluarga, dan
dalam rangka memenuhi keinginan – keinginan status sosial. Kelompok acuan adalah
yang tak terbatas dengan kemampuan yang seseorang terdiri dari semua kelompok
terbatas. Perkembangan teknologi informasi dan yeng memiliki pengaruh langsung atau
komunikasi yang semakin pesat kini membuat tidak langsung terhadap sikap atau
konsumerisme semakin berkembang pesat. Iklan perilaku seseorang tersebut. Keluarga
di media konvensional mupun di media sosial merupakan organisasi pembelian
mendorong pembelian produk atau jasa. konsumen yang paling penting dalam
Terdapat kemudahan bagi manusia atau masyarakat, dan anggota para keluarga
mengkonsumsi barang barang, tanda atau menjadi kelompok acuan primer yang
citraan. paling berpengaruh. Peran dan tatus
Arus konsumerisme yang melanda sosial adalah peran meliputi kegiatan
negara – negara berkembang seperti Indonesia yang diharapkan akan dilakukan oleh
mengkondisikan masyarakatnya untuk hidup seseorang, masing-masing peran
boros. Menurut Koentjaraningrat dalam Ancok menghasilkan status.
(2004 : 62) pola hidup bangsa Indonesia c. Faktor Pribadi Usia dan
tergolong boros jika dibandingkan dengan tahap siklus hidup, orang membeli
bangsa Barat. Gaya hidup boros ini adalah gaya barang dan jasa berbeda-beda sepanjang
yang cukup menonjol di kalangan masyarakat hidupnya. Adapun yang mempengaruhi
Indonesia. Konsumerisme yang tumbuh tidak seseorang dalam membeli atau
terkontrol di tengah masyarakat menyebabkan mengkonsumsi barang dan jasa, yaitu
relative deprivation kemiskinan relative. pekerjaan dan lingkungan ekonomi,
Praktek konsumerisme lebih mudah gaya hidup, pola hidup seseorang di
dikenali melalui perilaku konsumtif yaitu dunia yang terungkap pada aktivitas,
membeli atau menggunakan suatu barang tanpa minat dan opininya, serta kepribadian
pertimbangan rasional dan tidak bers=dasarkan dan konsep diri. Kepribadian adalah ciri
kebutuhan melainkan berdasarkan keinginan bawaan psikologi manusia yang
untuk mencapai kepuasan. Konsep lain yang terbedakan yang manghasilkan
berkaitan dengan perilaku konsumtif adalah tanggapan yang relatif konsisten dan
pembelian kompulsif yang diartikan sebagai bertahan lama terhadap rangsangan
pembelian suatu produk untuk mengatasi lingkungannya.
perasaan negative, stress, depresi, dan bosan. d. Faktor psikologis Dimana
Tujuan pembelian bukanlah mengkonsumsi didalamnya terdapat motivasi, persepsi,
produk melainkan untuk memperoleh dan sikap. Motivasi, muncul karena
kesenangan atau kepuasan dalam proses adanya kebutuhan yang dirasakan oleh
pembelian tersebut. Pembeli kompulsif konsumen, kebutuhan sendiri muncul
dianggap sebagai akibat dari materialism dan karena konsumen merasakan ketidak
dampak buruk dari konsumerisme. nyamanan antara yang seharusnya
Terdapat beberapa faktir penyebab dirasakan dan yang sesungguhnya
terjadinya perilaku konsumtif atau dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan

Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 5
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi

tersebut mendorong seseorang untuk mahasiswa akan tergerus sampai pada titik
melakukan tindakan untuk memenuhi nadir. Konsumerisme mahasiswa merupakan
kebutuhan tersebut. Artinya, motivasi kabar buruk bagi dunia kampus Indonesia.
adalah daya dorong yang muncul dari Karena hedonisme membawa kesenangan
seorang konsumen yang akan terhadap hal-hal yang bersifat sementara,
mempengaruhi proses keputusan sehingga orang terjebak untuk tidak mampu
konsumen dalam membeli dan bersikap sabar dan melemahkan mereka dalam
menggunakan barang dan jasa membangun kepribadian mereka sendiri.
Budaya konsumerisme mahasiswa
Mahasiswa terbilang melampaui batas, karena mengarah
pada pandangan hidup yang menganggap bahwa
Menurut Hartaji (2012), mahasiswa kesenangan dan kenikmatan materi adalah
adalah seseorang yang tengah menimba ilmu tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham
atau belajar dan terdaftar pada salah satu bentuk ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran
perguruan tinggi, yang terdiri dari akademi, merupakan tujuan utama hidup, entah itu
politeknik, sekolah tinggi, institut, hingga menyenangkan bagi orang lain atau tidak.
universitas. Siswoyo (2007) juga Karena mereka beranggapan hidup ini hanya
mengemukakan definisi mahasiswa yakni sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati
individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat hidup senikmat-nikmatnya. Kuatnya pengaruh
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, konsumerisme di tubuh mahasiswa
atau lembaga lain yang setingkat dengan sesungguhnya menjadi indikasi lemahnya posisi
perguruan tinggi. Lalu, menurut Daldiyono mahasiswa sebagai kekuatan moral. Benteng
(2009), mahasiswa adalah seseorang yang sudah pertahanan mereka ternyata rapuh menghadapi
lulus dari Sekolah Menengah Akhir (SMA) dan munculnya gejala-gejala sosial baru seperti
tengah menempuh pendidikan tinggi. Seorang konsumerisme. Kritisisme mahasiswa pun
mahasiswa biasanya berusia 18 hingga 25 tahun. kehilangan daya. Sehingga perilaku dan karakter
Pada usia tersebut merupakan masa akhir dari mereka mudah diombang-ambing oleh kekuatan
remaja dan masa awal untuk fase dewasa, dominan yang berbau kapitalisme.
sehingga dapat disebut bahwa usia mahasiswa Dengan demikian, konsumerisme telah
adalah fase dimana individu dapat memantapkan menggiring mahasiswa ke dalam culture of
pendirian hidupnya. banality (budaya kedangkalan), di mana segala
Mahasiswa dalam fasenya sebagai informasi yang mereka terima langsung dicerna
kelompok sosial yang sangat dekat dengan mentah-mentah, tanpa diproses, diverifikasi, dan
perkembangan teknolodi terlebih media sosial. didalami dengan logika kerja pikiran.
kecenderungan mahasiswa berperilaku Kemudian, mahasiswa semakin jauh dengan
konsumtif telah menjadi virus yang dapat buku-buku bacaan yang membuat kritis
menimbulkan dampak bagi mahasiswa. Sikap
dan perilaku mahasiswa menjadikan arah
perjuangannya tidak bernilai lagi. Jika hal ini
tidak dipikirkan, idealisme serta moralitas

Simpulan mampu beradaptasi dengan media sosial


pastinya akan mengikuti dan memperhatikan
Media sosial sebagai sarana komunikasi
beberapa influencer dan atau beberapa sponsor
dan promosi berbasis online yang mana di
yang ada di media sosial. Hal tersebut dapat
dalamnya terdapat orang orang ataupun media
menjadi pemicu tingkat konsumerisme
yang dapat mempengaruhi penggunanya yang
mahasiswa melalui media sosial.
mana pada penelitian ini disebtut mahasiswa
serta menampilkan beberapa sponsor barang Daftar Pustaka
yang dijual yang tertera dalam media sosial
dapat mempengaruhi perilaku konsumtif atau
sifat konsumerisme mahasiswa. Hal ini dapat
terjadi disebabkan adanya perkembangan
teknologi dan informasi. Mahasiswa yang mana
dalam fasenya harus melek teknologi dan

Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 6
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi

Tania, dkk, 2020. Media Sosial, Identitas, Negeri 19 Tanjung Jabung Timur, kemudian
Transformasi, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Tantangannya. (2020). (n.p.): Prodi Ilmu Unggul Sakti Kota Jambi. Menyelesaikan gelar
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sarjana di Universitas Negeri Jambi pada tahun
Malang bekerjasama dengan Inteligensia 2021. Dan sekarang tengah menjalankan studi
Media (Intrans Publishing Group). Magister di Universitas Negeri Yogyakarta
dengan jurusan Pendidikan Dasar
Adityo, Benito, 2011. Analisis Pengaruh
Kepercayaan, Kemudahan dan Kualitas
Informasi Terhadap Keputusan
Pembelian Secara Online Disitus Kaskus.
http://eprints.un dip.ac.id.
Bachriansyah, Rizky Amalina, 2011. Analisis
Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik
Iklan, dan Persepsi Harga Terhadap
Minat Beli Konsumen pada Produk
Ponsel Nokia. http://ep rints.undip.ac.id/
Kaplan AM, Haenlein M. (2010). Users of the
world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media. Business
Horizons , 53, 59-68.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2000). Manajemen
Pemasaran di Indonesia (edisi 1).
Salembe Empat
Anggriani, I., & Indasari, F. (2018).
Analisis Perbedaan Pembelian Impulsif
Ditinjau Dari Gender Konsumen Pada
Puncak Toserba Bengkulu. EKOMBIS
REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan
Bisnis, 6(1)
Halim, et.al. (2020). Marketing dan Media
Sosial. (2020). (n.p.): Media Sains
Indonesia.
Nabila, et.al (2020). Peradaban Media Sosial di
Era Industri 4.0. (2020). (n.p.): Prodi
Ilmu Komunikasi Universitas
Muhammadiyah Malang bekerjasama
dengan Inteligensia Media (Intrans
Publishing Group).
Ardiansyah, et.al (2021). Optimalisasi
Instagram Sebagai Media Marketing:
Potret Penggunaan Instagram sebagai
Media Pemasaran Online pada Industri
UKM. (2021). (n.p.): CV. Cendekia
Press.
Profil Penulis
Deby Yunita Liance, lahir di Jambi 24
Juni 1999. Menempuh Pendidikan Sekolah
Dasar di SD Negeri 133/IV Talang BAkung
provinsi Jambi, kemudian melanjutkan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)

Anda mungkin juga menyukai