Abstrak
Media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai informasi teks, gambar, video, dan
audio dengan satu sama lain serta kepada perusahaan dan sebagainya. (Kotler dan Keller, 2012).
Konsumerisme adalah suatu pola pikir serta Tindakan membeli barang bukan karena membutuhkan
barang tersebut tetapi karena Tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan bagi dirinya.
Penelitian ini merupakan studi literatur yang bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana
pengaruh sosial media sebagai pemicu tingkat konsumerisme mahasiswa. Dalam penelitian ini peneliti
merumuskan masalah penelitian kemudian dilanjutkan dengan menelusuri penelitian yang sudah ada
dan relevan untuk dianalisis. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan non tes yaitu dengan
menelusuri sumber baik itu jurnal maupun buku elektronik. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa media sosial dapat memicu tingkat konsumerisme mahasiswa melalui influencer dan atau
dengan berbagai mdia yang ada di media sosial.
Kata Kunci: Media Sosial, Konsumerisme, Mahasiswa
Abstract
Social media is a means for consumers to share text, image, video, and audio information with
each other as well as with companies and so on. (Kotler and Keller, 2012). Consumerism is a mindset
and act of buying goods not because they need the goods but because the act of buying itself gives
satisfaction to him. This research is a literature study that aims to describe how the influence of social
media as a trigger for the level of student consumerism. In this study, the researcher formulates the
research problem and then proceeds to explore existing and relevant research for analysis. Data
collection techniques using non-test, namely by tracing sources, both journals and electronic books.
Based on the results of the study, it was concluded that social media can trigger the level of student
consumerism through influencers and or with various media on social media.
Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 2
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi
memiliki dampak positif yang tinggi, tidak yang mengada – ada akibat pengaruh media
menutup kemungkinan memberikan dampak massa baik media cetak maupun elektronik.
negatif yang tinggi pula. Sebagai sebuah fenomena social,
Media sosial tentunya pasti memiliki konsumerisme menunjuk pada gaya hidup yang
dampak negative maupun positif dalam mengukur kebahagiaan dari sisi kepemilikan
penggunaannya. Seiring bejalannya waktu dan barang tertentu. Konsumerisme menjadi sebuah
berkembangnya media social dan teknologi, fenimena dari prilaku masyarakat yang semakin
masyarakat menjadi ketergantungan dalam mengesampingkan kebutuhan demi memperoleh
menggunakan media sosial. kepuasan batin dengan sebuah keinginan pada
B.K. Lewis dalam karyanya yang berjudul suatu barang. Penyampaian informasi didalam
Social Media and Strategic Communication media dapat memyebabkan perubahan yang
Attitudes and Perceptions among College dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang
Students yang terbit pada tahun 2010 masyarakat terhadap berpenampilan. Iklan-
menyatakan, bahwa media sosial merupakan iklan didalam mediamenyajikan sebuah
suatu label yang merujuk pada teknologi digital produk yang sudah memiliki nama atau
yang berpotensi membuat semua orang untuk brand sehingga masyarakat akan terpengaruh
saling terhubung dan melakukan interaksi, oleh media tak terkecuali masyarakat kota
produksi dan berbagi pesan. Sementara pada tanjungpinang. Ada banyak alasan para
tahun 2010, Chris Brogan dalam bukunya yang konsumsi untuk membeli barang melalui media
berjudul Social Media 101: Tactics and Tips to online salah satunya yaitu aksesjual beli yang
Develop Your Business, menyebutkan bahwa mempermudah masyarakat (Rif’ah, 2019).
media sosial adalah suatu perangkat alat Seorang mahasiswa biasanya berusia 18
komunikasi yang memuat berbagai hingga 25 tahun. Pada usia tersebut merupakan
kemungkinan untuk terciptanya bentuk interaksi masa akhir dari remaja dan masa awal untuk
gaya baru. Kebutuhan yang tinggi, menjadikan fase dewasa, sehingga dapat disebut bahwa usia
banyak media sosial baru yang bermunculan dan mahasiswa adalah fase dimana individu dapat
bersaing menarik minat dan perhatian dari para memantapkan pendirian hidupnya. Siswoyo
pengguna. Perkembangan media sosial juga (2007) juga mengemukakan definisi mahasiswa
sangat cepat, banyak platform media sosial yang yakni individu yang sedang menuntut ilmu di
dulu sangat diminati, sekarang perlahan telah tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun
menghilang, atau diakuisisi oleh pihak yang swasta, atau lembaga lain yang setingkat dengan
lebih besar. perguruan tinggi.
Generasi muda saat ini menggunakan
Metode (15%)
media social bisa dimanapun dan kapanpun ,
untuk mengakses informasi tidak sesulit zaman Metode Penelitian yang digunakan dalam
dahulu dimana akses internet sangat sulit. Dan penelitian ini adalah studi literatur yang
akses media social yang ada saat ini juga sangat dilakukan dengan mengumpulkan artikel atau
mudah karena mengandalkan teknologi karya ilmiah yang berkaitan dengan media sosial
smartphone yang penggunaannya lebih dan budaya konsumerisme. Penelitian ini
fleksibel. menggunakan metode literatur bersifat
Konsumerisme adalah suatu pola pikir deskriptif-analitis. Literatur yang digunakan
serta Tindakan membeli barang bukan karena dalam penelitian ini bersumber dari jurnal, buku,
membutuhkan barang tersebut tetapi karena dan literatur online lainnya yang berisikan
Tindakan membeli itu sendiri memberikan konsep penggunaan media sosial secara umum
kepuasan bagi dirinya. Konsumsi dianggap sebagai data dalam penulisan ini.
mampu memuaskan individu dalam upaya
menunjukkan identitas diri yang sesungguhnya. Kerangka Penelitian
Namun, jika konsumsi tersebut dilakukan secara
berlebihan maka disebut konsumerisme. Media Sosial Minat Beli
Menurut fatherstone (2007) konsumerisme Indikator : Indikator :
merupakan faham untuk hidup konsumtif, 1. Minat transaksional 1. Kemudahan dalam
sehingga orang tidak lagi mempertimbangkan 2. Minat referensial mendapatkan
fungsi atau kegunaan Ketika membeli barang 3. Minat preferensial informasi produk
melainkan mempertimbangkan prestise yang 4. Minat eksploratif 2. memiliki
melekat pada barang tersebut atau konsumsi kepercayaan
Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 3
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi
(sumber: Benito
Adityo, 2011)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 4
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi
Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 5
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi
tersebut mendorong seseorang untuk mahasiswa akan tergerus sampai pada titik
melakukan tindakan untuk memenuhi nadir. Konsumerisme mahasiswa merupakan
kebutuhan tersebut. Artinya, motivasi kabar buruk bagi dunia kampus Indonesia.
adalah daya dorong yang muncul dari Karena hedonisme membawa kesenangan
seorang konsumen yang akan terhadap hal-hal yang bersifat sementara,
mempengaruhi proses keputusan sehingga orang terjebak untuk tidak mampu
konsumen dalam membeli dan bersikap sabar dan melemahkan mereka dalam
menggunakan barang dan jasa membangun kepribadian mereka sendiri.
Budaya konsumerisme mahasiswa
Mahasiswa terbilang melampaui batas, karena mengarah
pada pandangan hidup yang menganggap bahwa
Menurut Hartaji (2012), mahasiswa kesenangan dan kenikmatan materi adalah
adalah seseorang yang tengah menimba ilmu tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham
atau belajar dan terdaftar pada salah satu bentuk ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran
perguruan tinggi, yang terdiri dari akademi, merupakan tujuan utama hidup, entah itu
politeknik, sekolah tinggi, institut, hingga menyenangkan bagi orang lain atau tidak.
universitas. Siswoyo (2007) juga Karena mereka beranggapan hidup ini hanya
mengemukakan definisi mahasiswa yakni sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati
individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat hidup senikmat-nikmatnya. Kuatnya pengaruh
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, konsumerisme di tubuh mahasiswa
atau lembaga lain yang setingkat dengan sesungguhnya menjadi indikasi lemahnya posisi
perguruan tinggi. Lalu, menurut Daldiyono mahasiswa sebagai kekuatan moral. Benteng
(2009), mahasiswa adalah seseorang yang sudah pertahanan mereka ternyata rapuh menghadapi
lulus dari Sekolah Menengah Akhir (SMA) dan munculnya gejala-gejala sosial baru seperti
tengah menempuh pendidikan tinggi. Seorang konsumerisme. Kritisisme mahasiswa pun
mahasiswa biasanya berusia 18 hingga 25 tahun. kehilangan daya. Sehingga perilaku dan karakter
Pada usia tersebut merupakan masa akhir dari mereka mudah diombang-ambing oleh kekuatan
remaja dan masa awal untuk fase dewasa, dominan yang berbau kapitalisme.
sehingga dapat disebut bahwa usia mahasiswa Dengan demikian, konsumerisme telah
adalah fase dimana individu dapat memantapkan menggiring mahasiswa ke dalam culture of
pendirian hidupnya. banality (budaya kedangkalan), di mana segala
Mahasiswa dalam fasenya sebagai informasi yang mereka terima langsung dicerna
kelompok sosial yang sangat dekat dengan mentah-mentah, tanpa diproses, diverifikasi, dan
perkembangan teknolodi terlebih media sosial. didalami dengan logika kerja pikiran.
kecenderungan mahasiswa berperilaku Kemudian, mahasiswa semakin jauh dengan
konsumtif telah menjadi virus yang dapat buku-buku bacaan yang membuat kritis
menimbulkan dampak bagi mahasiswa. Sikap
dan perilaku mahasiswa menjadikan arah
perjuangannya tidak bernilai lagi. Jika hal ini
tidak dipikirkan, idealisme serta moralitas
Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)
Jurnal Prima Edukasia, 6 (1), January 2018 - 6
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi
Tania, dkk, 2020. Media Sosial, Identitas, Negeri 19 Tanjung Jabung Timur, kemudian
Transformasi, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Tantangannya. (2020). (n.p.): Prodi Ilmu Unggul Sakti Kota Jambi. Menyelesaikan gelar
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sarjana di Universitas Negeri Jambi pada tahun
Malang bekerjasama dengan Inteligensia 2021. Dan sekarang tengah menjalankan studi
Media (Intrans Publishing Group). Magister di Universitas Negeri Yogyakarta
dengan jurusan Pendidikan Dasar
Adityo, Benito, 2011. Analisis Pengaruh
Kepercayaan, Kemudahan dan Kualitas
Informasi Terhadap Keputusan
Pembelian Secara Online Disitus Kaskus.
http://eprints.un dip.ac.id.
Bachriansyah, Rizky Amalina, 2011. Analisis
Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik
Iklan, dan Persepsi Harga Terhadap
Minat Beli Konsumen pada Produk
Ponsel Nokia. http://ep rints.undip.ac.id/
Kaplan AM, Haenlein M. (2010). Users of the
world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media. Business
Horizons , 53, 59-68.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2000). Manajemen
Pemasaran di Indonesia (edisi 1).
Salembe Empat
Anggriani, I., & Indasari, F. (2018).
Analisis Perbedaan Pembelian Impulsif
Ditinjau Dari Gender Konsumen Pada
Puncak Toserba Bengkulu. EKOMBIS
REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan
Bisnis, 6(1)
Halim, et.al. (2020). Marketing dan Media
Sosial. (2020). (n.p.): Media Sains
Indonesia.
Nabila, et.al (2020). Peradaban Media Sosial di
Era Industri 4.0. (2020). (n.p.): Prodi
Ilmu Komunikasi Universitas
Muhammadiyah Malang bekerjasama
dengan Inteligensia Media (Intrans
Publishing Group).
Ardiansyah, et.al (2021). Optimalisasi
Instagram Sebagai Media Marketing:
Potret Penggunaan Instagram sebagai
Media Pemasaran Online pada Industri
UKM. (2021). (n.p.): CV. Cendekia
Press.
Profil Penulis
Deby Yunita Liance, lahir di Jambi 24
Juni 1999. Menempuh Pendidikan Sekolah
Dasar di SD Negeri 133/IV Talang BAkung
provinsi Jambi, kemudian melanjutkan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Copyright © 2018, Jurnal Prima Edukasia, ISSN 2338-4743 (print), ISSN 2460-9927 (online)