PENDAHULUAN
1
Karakteristik media baru yang memungkinkan cepatnya respons diterima juga memicu
pemilihan media sosial sebagai tempat meluapkan emosi. Ketika orang menuliskan
pengalamannya dimedia sosial, hal yang diharapkan adalah semua mata pengikut akunnya
tersebut tertuju padanya. Lewat ungkapan-ungkapan yang disampaikannya curahan hati yang
dituliskan dalam bentuk status. Dapat dikatakan seseorang yang gemar mempublikasikan
curahan hatinya.
Jejaring sosial Facebook saat ini susah diminati oleh hampir semua lapisan masyarakat, dari
yang tua, muda, anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Profesi dan jenis kelamin juga bukan
menjadi halangan dalam mengakses akun jejaring 75% anak menggunakan Facebook pada
rentang usia 14-18 tahun.
Sekarang ini banyak memanfaatkan akun media sosial mereka untuk mengungkapkan
perasaan mereka. Salah satunya adalah curahan hati seseorang remaja dalam bentuk tulisan atau
biasa dikenal dengan status pengungkapan perasaan remaja baik saat bahagia maupun saat
remaja tersebut sedih. Yang menyebabkan buah bibir banyak orang dan teman-teman yang
menjadi pengikutnya di media sosial tersebut, pada saat sekarang ini fenomena yang terjadi
banyak orang khususnya remaja yang menuliskan curahan hatinya atau mempublikasikan
kegiatan sehari-harinya dimedia sosial contohnya Facebook. Ini juga membuat kita bertanya-
tanya apakah para remaja sudah sedemikian terbuka diakun sosial medianya masing-masing.
Faktanya jika ditelusuri akun para remaja kebanyakan diisi dengan ungkapan emosi mereka
mulai dari sedih, marah, bahagia. Bagi kita orang dewasa, mungkin merasa risih karena ada hal-
hal yang seperti diunggah para remaja di media sosial. Masa remaja adalah masa sebagai yang
penuh gejolak emosi kata-kata seperti moody ( gampang berubah), galau atau labil sering
digunakan untuk menggambar fenomena perkembangan emosi pada diri remaja. Pengambilan
keputusan yang tidak telat yang dipilih berdasarkan emosi sesaat sehingga kurang keputusannya
atau tindakannya tersebut.
Beberapa penelitian mengungkapkan rata-rata remaja di asia maupun Amerika Serikat
mengakses media sosial lebih dari lima jam interaksi di dunia maya seperti mengakses media
sosial atau melakukan chating.
Lekatnya remaja dengan media sosial ini sayangnya kurang di imbangi dengan pengetahuan
dan kesadaran akan etika dalam berprilaku di dunia maya, fenomena seperti inilah yang dapat
menyebabkan banyak remaja yang memilih jalan yang salah balikan terjebak sehingga lupa
sekolah, lupa mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru di sekolah dan masalah-masalah
lainnya. Banyak remaja yang masih belum menyadari bahaya atau resiko yang dapat menimpa
mereka ketika mereka berkelana di dunia media sosial. Contohnya, banyak yang belum
menyadari bahayanya memberikan data pribadi secara terbuka di media sosial.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa alasan remaja menuliskan curhat dimedia sosial Facebook?
2. Apa saja isi curhat yang dituliskan remaja pada media sosial Facebook?
3. Banyaknya fenomena curhat di media sosial Facebook pada remaja di desa bundar labuhan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alasan remaja menuliskan curhat dimedia sosial Facebook
2. Untuk mengetahui isi curhat yang dituliskan remaja pada media sosialnya
3. Untuk mengetahui fenomenanya curhat di media sosial Facebook pada remaja di
desa bundar labuhan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dampak buruk dari media sosial dalam bidang pendidikan ialah mulai menurunkannya ke
sadaran peserta didik mengenai belajar dan mempengaruhi prestasi belajarnya. Peserta didik
yang tidak menggunakan media sosial Dengan benar akan berdampak terhadap bidang
pendidikannya. Sebagai turunnya peserta didik yang membuat prestasi peserta didik jadi
menurun, membuat kecanduan hingga menjadi malas-malasan belajar, menjadi sering mengakses
yang bukan untuk menteri pembelajaran, dan waktu belajar menjadi berkurang karena sering
mengakses media sosial.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media sosial atau disebut dengan jejaring sosial menyita perhatian masyarakat
Indonesia,khususnya para remaja. Media sosial inilah bisa menjadi wadah bagi karya opini dan
tanggapan bahkan media untuk mengekspresikan keadaan yang terjadi pemerintah sendiri sudah
mengatur pengguna media sosial dalam pasar 27 ayat 3 UU ITE ( undang undang informasi dan
transaksi elektronik).
Yang mengatur tentang informasi dan transaksi elektronik dan mengatur mengenai
perbuatan yang dilarang. Namun,prilaku remaja masih sering bertentangan dengan undang
undang tersebut buktinya media sosial digunakan oleh remaja untuk menyebarkan gossip fitnah
mencermarkan nama baik orang dan membully orang lain dsb.Perilaku agresi verbal adalah suatu
perilaku yang dilakukan oleh remaja ini media sosial dengan cara menuliskan wacana opini yang
diunggah di media sosial seperti melukis, menghina,membully menyebar gossip memfitnah.
Sedangkan konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya yang
meliputi kemampuan yang memiliki perasaan yang dialami kondisi fisik dirinya maupun
lingkungan terdekatnya. Pengambilan data untuk mengungkap dua variabel diatas menggunakan
skala konsep diri dan agresi verbal yang disusun menggunakan pendekatan. Teoritik penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan agresi verbal pada remaja
pengguna media sosial dari hasil penelitian dan analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat korelasi atau hubungan negatif antara konsep diri dengan agresi verbal.
Remaja yang memiliki konsep diri yang rendah tentu mereka memiliki ketidakpuasan
terhadap dirinya sehingga hal itu akan mempengaruhi cara pandang dirinya terhadap hal hal yang
mereka lihat atau baca di media sosial. Karena ketidakpuasan diri inilah yang menyebabkan
remaja melampiaskannya di media sosial dengan memberikan respon yang negatif.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka saran yang dapat diberikan antara lain:
1.Remaja
6
Bagi remaja harus mengembangkan konsep diri yang positif untuk bisa mengurangi
kecenderungan melakukan agresi verbal dimedia sosial dengan cara menjaga hubungan baik
dengan lingkungan sekitar dan menerima keadaan dirinya dengan baik.
2.Orang Baik
Bagi orang tua harus mengembangkan konsep diri anak melalui keterbukaan dan menjaga
komunikasi sehingga mampu membangun konsep diri untuk tidak melakukan agresi verbal di
media sosial
3.Tenaga Pendidik
Bagi tenaga pendidik diharapkan untuk bisa memahami perilaku yang dapat memicu
agresi verbal dan mencegah murid muridnya untuk tidak melakukan agresi verbal dimedia sosial
4 Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian yang sama dengan
penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang belum ditemukan dalam penelitian ini
dan menambah variabel lain agar dapat lebih bervariasi yang terhubung dengan agresi verbal.