Anda di halaman 1dari 15

JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

ETIKA KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL


I Ketut Manik Astajaya,S.Ag.,M.Pd1

Abstract This paper discusses the Ethics of Communication on Social Media.


Humans as social beings, of course through the process of communication
in everyday life. The communication process is carried out using existing
media roles. As technology develops, media development becomes more
sophisticated. One of them is the existence of social media. At present, the
process of communication has become even easier, so it is known as media
communication, which in this study is through social media. In using social
media, of course, it can't be done at will, but there is a communication ethic
that needs attention.
Communication ethics in social media will be reviewed by
researchers. In this digital age, the development of social media has
entered into life today. Social media seemed to be a place to spill stories of
all activities, emotional outburst in the form of writing or photos that often
overrides the existing ethics. Social media is no longer a medium to
facilitate communication to share information, but more dominant to be a
container to accommodate sensations. If technological advancements are
not accompanied by advances in thinking, the existing technological
advances are inversely proportional in terms of thinking patterns.
Keywords Ethics, Communication, Social Media

PENDAHULUAN
Masyarakat kini memiliki banyak akses media sosial justru masuk dalam katagori
untuk berkomunikasi, salah satunya ialah antikomunikasi. Hal ini terungkap dari media
memanfaatkan media sosial. Hampir seluruh sosial yang dimanfaatkan sebagai tempat
komponen masyarakat kini memiliki akun mencurahkan emosi seperti amarah, caci
media sosial. Media sosial, bahkan telah maki, penghinaan hingga cyber bullying.
memutus jarak kelas sosial, hingga Media sosial tidak hanya ramai dengan
memudahkan komunikasi lintas negara. pembahasan politik dan sosial, namun
Namun lambat laun, proses komunikasi di

1
manikastajaya@gmail.com
81
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
pengguna media sosial juga ramai merugikan pihak tertentu (Sudibyo, Kompas,
membeberkan masalah pribadi. 18/10/2016).
Seperti yang dikatakan Sudibyo (2016) Menyikapi berbagai fenomena terkait
bahwa apa yang berkembang di media sosial etika komunikasi yang terjadi di media sosial
belakangan ini, mungkin dapat disebut dewasa ini, tentu membuat banyak pihak
sebagai kecenderungan proses beranggapan bahwa dampak negativ dari
berkomunikasi dalam kategori anti teknologi telah mendominasi, yang
komunikasi. Penyampaian pesan, diskusi, menyebabkan lunturnya norma-norma
dan silang pendapat tentang isu-isu politik di kesantunan dalam berkomunikasi, sehingga
media sosial tersebut telah sedemikian rupa memberikan pengaruh buruk bagi
mengabaikan hal-hal yang fundamental masyarakat, khususnya generasi muda.
dalam komunikasi: penghormatan kepada Selain itu, kemudahan yang didapat lewat
orang lain, empati kepada lawan bicara, dan kemajuan teknologi, juga menjadi salah satu
antisipasi atas dampak-dampak ujaran atau faktor masyarakat mulai
pernyataan. menggkesampingkan etika dan moral yang
Praktik komunikasi di ruang publik baik, sehingga bukan kesantunan berbahasa
semestinya mensyaratkan kemampuan yang terjalin melainkan anti komunikasi yang
pengendalian diri, kedewasaan dalam dapat mengarah pada pelanggaran hukum.
bersikap, serta tanggung jawab atas setiap Tidak dipungkiri tren yang
ucapan yang hendak atau sedang berkembang dalam proses komunikasi di
disampaikan. Namun yang terjadi di media media sosial, terlihat dari begitu mudah
sosial dewasa ini adalah tren yang menumpahkan emosi. Hal ini mengartikan
sebaliknya. Begitu mudah orang bahwa telah terjadi krisis etika
menumpahkan amarah atau opini negatif berkomunikasi melalui media sosial. Kondisi
tanpa memikirkan perasaan orang lain. ini menujukan masyarakat belum mampu
Begitu mudah orang memojokkan dan mennggunakan media sosial secara bijak,
menghakimi orang lain, tanpa berpikir bahkan belum mampu memahami konten
pentingnya memastikan kebenaran apa yang harus dibagikan, mulai dari konten
informasi atau analisis tentang orang yang bisa diakses publik atau pribadi hingga
tersebut. Dan, begitu sering orang terlambat teman terdekat. Nah konten yang keliru
menyadari bahwa apa yang diungkapkannya dengan cepat dibagikan oleh masyarakat
di media sosial telah tersebar ke mana- yang pada akhirnya merugikan pengguna
mana, menimbulkan kegaduhan publik dan media sosial itu sendiri, baik secara hukum

82
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
maupun secara moral oleh pengguna media mendudukkan proses dialog yang sehat
sosial yang lain. dalam berkomunikasi agar terwujud
Masyarakat kini memiliki banyak akses harmonisasi.
untuk memperoleh informasi, terutama dari Bila kembali merenungkan kondisi ini,
media sosial. Namun informasi yang beredar masyarakat Indonesia yang berbudaya
di media sosial sifatnya masih beragam. sesungguhnya memiliki kaidah mengajarkan
Demikian pula masyarakat yang menganalisa tata cara bekomunikasi antar sesama, tanpa
informasi ini masih beragam. Masyarakat menyakiti hati dan mejunjung tinggi etika
masih mempunyai tingkat pendidikan, sebagai sebuah tanda penghargaan pada
pemahaman hingga kemampun yang lawan bicara. Namun terkadang cara
berbeda dalam menganalisa setiap informasi berkomunikasi atau pemakaian suatu kata
di media sosial. Seperti dikatakan Baihaki atau kalimat yang dianggap sebuah etika,
(2016) bahwa bangsa Indonesia saat ini dapat pula berakibat pada suatu yang tidak
berada dalam kelimpahruahan informasi, menyenangkan dan menimbulkan suatu
tetapi kualitas literasinya atau melek media, kesalahpahaman antar sesama. Pola
terutama media sosial masih rendah. komunikasi, verbal maupun nonverbal,
Makanya, tidak heran jika berita bohong membedakan suatu kelompok dari
atau hoac begitu mudah tersebar, serta caci kelompok lainnya. Terdapat banyak sekali
maki di media sosial alias cyber bullying bahasa verbal diseluruh dunia ini demikian
marak, bahkan media sosial seperti pula bahasa nonverbal. Memilih kata dalam
Facebook, Instagram hingga Twitter dapat berkomunikasi juga perlu diperhatikan agar
dimanfaatkan untuk membangun pencitraan sebuah kegiatan atau tindakan membentuk
dan narsisme. dan menyelaraskan kata dalam kalimat
Penggunaan media sosial yang masif dengan tujuan untuk mendapatkan kata
digunakan oleh sebagian besar masyarakat yang paling tepat dan sanggup
Indonesia lebih banyak untuk membahas hal mengungkapkan konsep atau gagasan yang
yang bersifat pribadi. Belum banyak yang dimaksudkan oleh pembicara ataupun
menggunakan media sosial sebagai sarana penulis. Akibat kesalahan dalam memilih
informasi dan komunikasi, yang memberi kata, informasi yang ingin disampaikan
energi pencerahan dan semangat untuk pembicara bisa kurang efektif, bahkan bisa
memupuk kebersamaan dan persaudaraan tidak jelas.
atas dasar keragaman. Padahal, media sosial Komunikasi yang digunakan dalam
sejatinya dapat menjadi wahana untuk media sosial, juga tidak selalu memakai

83
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
bahasa yang baku, atau bahasa yang sesuai kualitatif deskriptif. Pembicaraan dalam
dengan ejaan yang disempurnakan (EYD) kesempatan ini dibatasi pada sejumlah topik
bahasa Indonesia. Diduga hal ini juga yang seperti media sosial, masyarakat dalam
menyebabkan banyaknya pengguna media menelaah informasi dan etika komunikasi.
sosial ini mengabaikan aspek nilai, norma
dan etika berkomunikasi. Hal ini PEMBAHASAN
memungkinkan friksi yang mungkin terjadi Media Sosial
diantara pengguna media sosial sebagai Secara etimologi media sosial tersusun
aplikasi chat baik personal maupun dari dua kata, yakni media dan sosial. Media
kelompok yang menghasilkan sebuah diartikan sebagai alat komunikasi.
komunikasi yang tidak efektif. Sedangkan kata sosial, diartikan sebagai
Media sosial sejatinya menempatkan kehidupan masyarakat, bahwa setiap
proses dialog dalam berkomunikasi dan individu melakukan aksi yang memberikan
menciptakan ruang untuk menciptakan kontribusi kepada masyarakat (Laughey,
diseminasi gagasan secara rasional dan 2007; McQuail, 2003).
menyejukkan. Dengan demikian, diperlukan Berdasarkan pengertian masing-
kajian etika komunikasi untuk mencari masing kata tersebut, maka dapat
standar etika apa yang harus digunakan oleh disimpulkan bahwa media sosial sebagai alat
komunikator dan komunikan dalam menilai komunikasi yang digunakan oleh pengguna
diantara teknik,isi dan tujuan komunikasidi dalam proses sosial. Sementara istilah media
media sosial. sesungguhnya mulai dikenal sejak 1980
Penting dipahami bahwa etika disaat penggunaan media dan cara
komunikasi tidak hanya berkaitan dengan berkomunikasi mulai beralih dengan adanya
tutur kata yang baik tetapi juga berangkat teknologi. Keberadaan media juga turut
dari niat yang tulus yang diekspresikan dari membawa perubahan pada bidang sosial,
ketenangan, kesabaran dan empati kita teknologi, dan kebudayaan.
dalam berkomunikasi (Corry, 2009). Kehadiran media diharapkan
Sehingga bentuk komunikasi demikian akan produktifitas, pendidikan, dan industri
menciptakan suatu komunikasi dua arah kreatif bisa semakin berkembang. Adanya
yang mencirikan penghargaan, perhatian transformasi berbagai bentuk media dalam
dan dukungan timbal balik antara pihak- berbagai bidang seperti fotografi,
pihak yang berkomunikasi. Dalam penelitian jurnalisme, film, dan lain-lain. Beberapa
ini, penulis menggunakan metode penelitian teknologi yang di kategorikan sebagai media

84
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
baru seringkali diidentifikasikan sebagai kemudahan untuk menyimpan
teknologi digital. Biasanya teknologi- konten-konten tersebut dan men-
teknologi tersebut mempunyai karakteristik sharenya kepada orang lain.
yaitu dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, d. Media sifatnya padat. Dimana kita
padatm interaktif, dan cenderung tidak hanya membutuhkan space yang
memilih. Menurut Feldman (2008), kecil untuk menyimpan berbagai
karakteristik dari media meliputi : konten yang ada dalam mediabaru.
a. Media mudah dimanipulasi. Hal ini Sebagai contoh, kita hanya
seringkali mendapat tanggapan memerlukan satu PC yang
negativ dan menjadi perdebatan, terkoneksi dengan jaringan internet
karena media memungkinkan setiap untuk dapat menyimpan berbagai
orang untuk memanipulasi dan informasi fari berbagai penjuru
merubah berbagai data dan dunia dalam PC tersebut.
informasi dengan bebas. e. Media bersifat imparsial. Konten-
b. Media bersifat networkable. konten yang ada dalam media baru
Artinya, konten-konten yang tidak berpihak pada siapapun dan
terdapat dalam media baru dapat tidak dikuasai oleh segelitir orang
dengan mudah dishare dan saja. Karena itulah media seringkali
dipertukarkan antar pengguna lewat disebut sebagai media yang sangat
jaringan internet yang tersedia. demokratis, karena kapitalisasi
Karakteristik ini dapat kita sebut media tidak berlaku lagi. Setiap
sebagai kelebihan, karena media orang dapat menjadi produsen dan
baru membuat setiap orang dapat konsumen secara bersamaan dan
kita sebut kelebihan, karena media setiap pengguna dapat berlaku aktif
baru membuat setiap orang dapat disana.
terkoneksi dengan cepat dan Sementara Durkheim (2014)
memberi solusi terhadap kendala menegaskan, bahwa pada dasarnya media
jarak dan waktu antar pengguna. sosial merupakan produk dari proses sosial,
c. Media bersifat compressible. yang kini menunjang kehidupan sosial.
Konten-konten yang ada dalam Namun, menurut Nasrullah (2015), untuk
media dapat diperkeci ukurannya menyusun definisi media sosial, perlu
sehingga kapasitasnya dapat melihat perkembangan hubungan individu
dikurangi. Hal ini memberi dengan perangkat media.

85
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
Media sosial sesungguhnya ini, dimana relasi pertemanan serba
merupakan sebuah kelompok aplikasi dilakukan melalui medium digital
berbasis internet yang membangun di atas menggunakan media baru (internet) yang
dasar ideologi dan teknologi Web. Lewat dioperasikan melalui situs-situs jejaring
media sosial memungkinkan penciptaan sosial. Realitas menjadi bersifat maya yang
serta pertukaran user-generated content harus diadaptasi dan diintegrasikan.
(Kaplan dan Haenlein, 2010:60). Berikut ini Media sosial tidak hanya menyebarkan
adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh media informasi yang akurat, namun banyak juga
sosial. informasi salah, yang beredar di media
a. Pesan yang disampaikan tidak hanya sosial. Nah informasi yang salah tidak hanya
untuk satu orang saja namun untuk merugikan masyarakat tetapi juga penyebar
banyak orang, contohnya pesan informasi itu sendiri. Ada sejumlah kasus
melalui SMS ataupun internet. terjadi, masyarkat yang menyebarkan kasus
b. Pesan yang disampaikan bebas, tidak falid akhirnya diciduk aparat, bahkan
tanpa harus melalui suatu sampai diborgol oleh aparat. Bahkan sampai
gatekeeper diadili oleh pengguna media sosial yang lain,
c. Pesan yang di sampaikan cenderung sampai akhirnya harus meminta maaf hingga
,lebih dibandingkan media lainnya. menutup akun karena tidak kuat menahan
Perkembangan media sosial terbilang malu. Ironsinya kondisi seperti ini juga
pesat karena setiap orang bisa berdampak sampai ke keluarga, bahkan
mendaftarkan diri untuk memilik satu atau sampai lingkungan tempat bekerja.
semua jenis media sosial. Seorang pengguna
media sosial bisa mengakses media sosial Memilah Informasi Akurat
,menggunakan jaringan internet dimanapun Media sosial telah menjadi gudang
dan kapanpun. Aktivitas yang dilakukan di terkumpulnya beragam informasi, dari yang
masing-masing media sosial pun beragam, akurat hingga hoax. Informasi itu pun
mulai dari berbagai pemikiran dalam bentuk tercantum dari berbagai sumber, mulai dari
kata-kata, foto, video, dan model konten postingan sepotong bahkan juga berita yang
lainnya. tidak akurat. Banyaknya tersebar informasi
Menurut Soeparno dan Sandra (2011), tidak akurat, menjadi persoalan yang kini
dunia maya seperti layaknya media sosial dihadapi dominan masyarakat pengguna
merupakan sebuah revolusi besar yang media sosial. Informasi yang tidak akurat
mampu mengubah perilaku manusia dewasa tersebut, bisa menjadi persoalan besar bila

86
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
masyarakat tidak melakukan kros-cek, kabar yang tidak akurat akan kehilangan
apalagi membandingkan dengan sumber kredibilitas, sehingga nantinya akan
informasi lain. Tidak jarang masyarakat berpengaruh terhadap eksistensi media
terjerat hukum, karena menyebar informasi yang menjadi sumber berita tersebut
yang tidak benar atau hoax, atau baru hanya (Ishwara 2005:21).
separuh memahami suatu informasi. Secara mendasar informasi yang
Melihat kondisi ini masyarakat tentu juga akurat telah mendapat verifikasi mendalam
harus memahami terkait informasi yang terhadap fakta/informasi. Seluruh informasi
bersumber dari berita akurat sesuai kode yang diperoleh harus diverifikasi sebelum
etik jurnalistik. disajikan. Dari sejumlah parameter yang
Bila mengasu pada ketentuan kode digunakan untuk mengukur keakuratan
etik jurnalistik, jelas bahwa berita yang suatu informasi, persoalan verifikasi
menjadi sumber informasi terpercaya terhadap fakta dan akurasi penyajian
pertama-tama harus cermat dan tepat, atau menjadi masalah utama di sejumlah media.
dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain Verifikasi terhadap fakta menyangkut sejauh
itu berita juga harus lengkap, adil dan mana berita yang ditampilkan
berimbang. Kemudian berita pun harus tidak berkorespondensi dengan fakta yang benar-
mencampurkan fakta dan opini sendiri atau benar terjadi di lapangan (McQuail, 1992).
dalam bahasa akademis disebut objektif Menyangkut akurasi penyajian, beberapa
(Budyatna:2012). media memiliki kelemahan umum dalam hal
Bila sudah berpatokan pada kode etik teknik penulisan berita, termasuk di sini
jurnalistik tersebut tentu masyarakat dapat kesesuaian judul dengan isi berita, ejaan
lebih bijak dalam memilah sumber informasi kata maupun tanda baca (Mencher, 2000).
di media sosial, terutama dalam menilai Banyak masyarakat pengguna media
akurasi dari sumber informasi. Akurasi sosial yang hanya menerima informasi
merupakan suatu nilai dasar yang harus secara intans, hanya berpatokan pada
selalu diterapkan oleh wartawan maupun informasi yang dilihat sepintas dan sudah
oleh editor redaksi. Akurasi yang berarti dianggap benar, tanpa melakukan croscek,
bahwa sumber informasi harus yang pasti, atau pembanding dengan media resmi yang
tidak bisa dibantah. Pentingnya akurasi ini lain. Sehingga tidak cukup hanya dengan
tidak dapat dipungkiri dan diperdebatkan, menganggap informasi di media sosial itu
ketika berita yang tidak akurat dapat menarik langsung dibagikan, tanpa disadari
mengakibatkan tuntutan hukum dan surat bahan konten tersebut juga harus diuji ulang

87
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
atau difalidasi ulang sebelum dibagikan. Jadi Berpatokan pada kesalahan akurasi
hal ini sangat berkaitan dengan kemalasan tersebut, tentu masyarakat bisa memilah
melakukan cek dan ricek. Untuk itulah sumber informasi yang akurat dengan yang
pentingnya cek dan cek lagi, koreksi hingga tidak akurat, sehingga dapat terhidar dari
meningkatkan kecermatan dalam informasi tidak benar atau hoax.
penggunaan bahasa. Sekali lagi, indikator Dalam memilah informasi, objektifitas
akurasi yang pokok adalah sumber berita dari suatu berita juga patut menjadi patokan
yang jelas dan adanya data-data yang penggiat media sosial. Bila berpatokan pada
mendukung. objektifitas berarti berita yang diterima atau
Tidak hanya oleh pengguna media dibahas sudah merupakan informasi yang
sosial, bahkan kasus akurasi yang muncul berpatokan pada kenyataan, tidak
pada sejumlah media konvensional saat ini, menghakimi sepihak dan bebas dari
disebabkan karena minimnya cek-ricek, prasangka pribadi. Namun tidak dipungkiri
hingga kelalaian pencantuman sumber karya jurnalistik juga tetap dihiasi dengan
berita. Kelalaian pencantuman sumber subjektifitas, sebab karya seorang jrnalis
berita dapat mengakibatkan berita yang pasti akan tetap memiliki fokus pandangan
disajikan tidak dapat diverifikasi di lapangan. (Budyatna:2012). Pengetahuan ini penting
Namun demikian, tidak semua yang bagi setip pengguna media sosial, sebab
diungkapkan narasumber benar, meskipun sejumlah informasi di media sosial yang
ada kredo bahwa menjadi benar apabila ada dianggap menarik oleh masyarakat. Nah bila
rujukan siapa yang mengatakan (Mencher sudah viral, informasi sudah bagaikan bola
2000). Macam-macam kesalahan akurasi salju yang sulit dibendung. Padahal tidak
antara lain: (1) kelalaian/tidak jarang masyarakat belum memastikan
mencantumkan sumber, (2) kurang/ kebenaran sumber informasi tersebut.
berlebihan dalam memberi perhatian atau Masyarakat harus bisa memahami
tekanan, (3) kesalahan eja, (4) headline salah konten terkait informasi yang tersebar di
atau inkonsistensi antara headline dan isi, (5) media sosial. Nah dalam memahami konten
kesalahan mengutip, penulisan umur, nama, ini juga butuh banyak informasi
tanggal, dan lokasi atau nama tempat, (6) pembanding, walau tidak dipungkiri saat ini
kesalahan menampilkan atribusi masih banyak masyarakat yang rendah
narasumber. Akurasi atribusi narasumber dalam hal literasi, bahkan kadang ada
dilihat dari kesesuaian person/organisasi, masyarakat yang hanya memahami konten
siapa dia, apa keahliannya dan sebagainya). secara sepintas.

88
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
kebiasaan yang berlaku dan tidak
Etika Komunikasi bertentangan dengan hak-hak asasi
Etika dalam perkembangannya sangat umumnya. Hal itulah yang mendasari
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
memberi manusia orientasi bagaimana ia Menurut para ahli, etika tidak lain adalah
menjalani hidup melalui rangkaian tindakan aturan perilaku, adat kebiasaan manusia
sehari-hari. Itu berarti etika membantu dalam pergaulan antara sesamanya dan
manusia untuk mengambil sikap dan menegaskan mana yang benar atau buruk.
bertindak secara tepat dalam menjalani Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
hidup ini. Etika pada akhirnya membantu berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti
untuk mengambil keputusan tentang norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
perlu dipahami bersama. Sesungguhnya yang baik.
etika dapat diterapkan dalam segala aspek Etika komunikasi tentu akan berbicara
atau sisi kehidupan, dengan demikian etika juga tentang penyampaian bahasa. Simbol,
ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian bahasa, atau pesan verbal adalah semua
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan jenis simbol yang menggunakan satu kata
manusianya. atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap
Dalam pergaulan hidup sebagai sistem kode verbal, sedangkan
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan komunikasi nonverbal adalah komunikasi
hidup tingkat internasional diperlukan suatu yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.
sistem yang mengatur bagaimana Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk
seharusnya manusia bergaul. Sistem melukiskan semua peristiwa komunikasi
pengaturan pergaulan tersebut menjadi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Secara
saling menghormati dan dikenal dengan teoritis, komunikasi nonverbal dan
sebutan sopan santun, tata krama, komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun
protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman dalam kenyataannya, kedua jenis
pergaulan tidak lain untuk menjaga komunikasi ini saling jalin menjalin, saling
kepentingan masing-masing yang terlibat melengkapi dalam komunikasi yang kita
agar masyarakat senang, tenang, tentram, lakukan sehari-hari (Deddy Mulyana, 2005).
terlindung tanpa merugikan kepentingannya Menurut William Benton, dalam
serta terjamin agar perbuatannya yang Encylcopedia Britannica yang terbit tahun
tengah dijalankan sesuai dengan adat 1972, menjelaskan bahwa secara etimologi

89
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
Etika berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang bermasyarakat. Etika ini berusaha
berarti karakter. Etika dapat diartikan mencari ukuran umum bagi baik dan
sebagai konsep-konsep nilai baik, buruk buruknya tingkah laku.
harus, benar, salah dan sebagainya. Etika b. Etika Kefilsafatan yaitu analisa
juga dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip tentang apa yang dimaksudkan
umum yang membenarkan kita dalam bilamana mempergunakan predikat-
penerapannya di dalam segala hal, predikat kesusilaan. Dalam etika ini
perngertian ini juga disebut sebagai filsafat berhubungan dengan norma. Norma
moral (Karimah dan Wahyudin, 2010). adalah peraturan atau pedoman
Sementara itu Richard J (Karimah dan hidup tentang bagaimana
Wahyudin, 2010) menjabarkan bahwa etika seharusnya manusia bertingkah laku
mencoba untuk meneliti tingkah laku dan berbuat dalam masyarakat.
manusia yang dianggap merupakan Sedangkan secara aksiologis etika
cerminan dari apa yang terkandung dalam dalam berkomunikasi diharapkan akan dapat
jiwa atau dalam hati nurani seseorang. mencari standar etika yang tepat digunakan
Contohnya: manusia dapat tertawa, padahal dalam berkomunikasi melalui media sosial.
hatinya menangis. Etika komunikasi akan mencoba mencari
Perlu diketahui tiga pengertian etika, standar etika apa yang harus digunakan oleh
yang berkaitan dengan perlunya etika komunikator dalam menilai diantara teknik,
komunikasi dalam menggunakan media isi dan tujuan komunikasi.
sosial. Etika dalam perkembangannya sangat
a. Etika Deskriptif yaitu etika yang mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
bersangkutan dengan nilai dan ilmu memberi manusia orientasi bagaimana ia
pengetahuan yang membicarakan menjalani hidupnya melalui rangkaian
masalah baik dan buruknya tingkah tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
laku manusia dalam kehidupan membantu manusia untuk mengambil sikap
bermasyarakat. dan bertindak secara tepat dalam menjalani
a. Etika Normatif yaitu etika yg sering hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
dipandang sebagai suatu ilmu yang kita untuk mengambil keputusan tentang
mengadakan ukuran-ukuran atau tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
norma yang dapat dipakai untuk yang pelru kita pahami bersama bahwa etika
menanggapi atau menilai perbuatan ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
dan tingkah laku seseorang dalam sisi kehidupan kita, dengan demikian etika

90
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian bahasa, atau pesan verbal adalah semua
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan jenis simbol yang menggunakan satu kata
manusianya. atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap
Dalam pergaulan hidup sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana,
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan 2014)., sedangkan komunikasi nonverbal
hidup tingkat internasional diperlukan suatu adalah komunikasi yang menggunakan
system yang mengatur bagaimana pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal
seharusnya manusia bergaul. Sistem biasanya digunakan untuk melukiskan
pengaturan pergaulan tersebut menjadi semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata
saling menghormati dan dikenal dengan terucap dan tertulis. Secara teoritis,
sebutan sopan santun, tata krama, komunikasi nonverbal dan komunikasi
protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
pergaulan tidak lain untuk menjaga kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini
kepentingan masing-masing yang terlibat saling jalin menjalin, saling melengkapi
agar mereka senang, tenang, tentram, dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-
terlindung tanpa merugikan kepentingannya hari.
serta terjamin agar perbuatannya yang Dalam kehidupan bersosial di
tengah dijalankan sesuai dengan adat masyarakat, istilah etika dikaitkan dengan
kebiasaan yang berlaku dan tidak moralitas seseorang. Orang yang tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi memiliki etika yang baik sering disebut tidak
umumnya. Hal itulah yang mendasari bermoral karena tindakan dan perkataan
tumbuh kembangnya etika di masyarakat yang diambil tidak melalui pertimbangan
kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain baik dan buruk. karena menyangkut
adalah aturan perilaku, adat kebiasaan pertimbangan akan nilai-nilai baik yang
manusia dalam pergaulan antara sesamanya harus dilakukan dan nilai-nilai buruk yang
dan menegaskan mana yang benar dan harus dihindari. Tidak adanya filter
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim pertimbangan nilai baik dan buruk
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani merupakan awal dari bencana pemanfaatan
“ethos” yang berarti norma-norma, nilai- media sosial.
nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi Etika berkomunikasi dalam
tingkah laku manusia yang baik. implementasinya antara lain dapat diketahui
Etika komunikasi tentu akan berbicara dari komunikasi yang santun. Hal ini
juga tentang penyampaian bahasa. Simbol, merupakan juga cerminan dari kesantunan

91
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
kepribadian setiap individu. Komunikasi terpinggirkan, karena etika berkomunikasi
diibaratkan seperti urat nadi penghubung belum membudaya sebagai urat nadi
kehidupan, sebagai salah satu ekspresi dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
karakter, sifat atau tabiat seseorang untuk Adapun Etika komunikasi yang baik dalam
saling berinteraksi, mengidentifikasikan diri media sosial adalah jangan menggunakan
serta bekerja sama. Setiap individu hanya kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA;
bisa saling mengerti dan memahami apa jangan memposting artikel atau status yang
yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki bohong; jangan mencopy paste artikel atau
orang melalui komunikasi yang gambar yang mempunyai hak cipta, serta
diekspresikan dengan menggunakan memberikan komentar yang relevan.
berbagai saluran, baik verbal maupun non- Komunikasi pada tingkat mana pun tidak
verbal. Pesan yang ingin disampaikan mungkin berjalan tanpa etika. Tanpa
melalui komunikasi, bisa berdampak positif dilandasi etika, praktik bermedia akan
bisa juga sebaliknya. Komunikasi akan lebih mengarah pada kekacauan. Pada akhirnya,
bernilai positif, jika para peserta komunikasi masyarakat yang menanggung kerugian
mengetahui dan menguasai teknik paling besar. Media yang semestinya
berkomunikasi yang baik, dan beretika. Etika membantu masyarakat memahami
berkomunikasi, tidak hanya berkaitan persoalan sosial politik secara jernih dan
dengan tutur kata yang baik, tetapi juga obyektif, justru jadi ajang persitegangan dan
harus berangkat dari niat tulus yang perseteruan yang tidak berujung (Sudibyo,
diekspresikan dari ketenangan, kesabaran 2016).
dan empati kita dalam berkomunikasi. Media sosial sebaiknya dapat menjadi
Bentuk komunikasi yang demikian akan wahana untuk mendudukkan proses dialog
menghasilkan komunikasi dua arah yang yang sehat dalam berkomunikasi agar
bercirikan penghargaan, perhatian dan terwujud harmonisasi. Media sosial sejatinya
dukungan secara timbal balik dari pihak- menempatkan proses dialog yang
pihak yang berkomunikasi. Komunikasi yang memberikan ruang atas semakin
beretika, kini menjadi persoalan penting meningkatnya kesejahteraan sebuah
dalam penyampaian aspirasi. Dalam komunitas masyarakat sekaligus menjadi
keseharian eksistensi penyampaian aspirasi platform dalam rangka menciptakan
masih sering dijumpai sejumlah hal yang diseminasi gagasan secara rasional dan
mencemaskan dari perilaku komunikasi yang menyejukkan. Dengan demikian, diperlukan
kurang santun. Etika komunikasi sering kajian etika komunikasi untuk mencari

92
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
standar etika apa yang harus digunakan oleh merupakan awal dari bencana pemanfaatan
komunikator dan komunikan dalam menilai media sosial.
diantara teknik,isi dan tujuan komunikasi di Etika berkomunikasi dalam
media sosial. implementasinya antara lain dapat diketahui
Media sosial seakan menjadi tempat dari komunikasi yang santun. Hal ini
menumpahkan cerita segala aktivitas, merupakan juga cerminan dari kesantunan
luapan emosi dalam bentuk tulisan atau foto kepribadian kita. Komunikasi diibaratkan
yang tidak jarang mengesampingkan etika seperti urat nadi penghubung Kehidupan,
yang ada. Media sosial tidak lagi menjadi sebagai salah satu ekspresi dari karakter,
media berbagi informasi tapi hanya berbagi sifat atau tabiat seseorang untuk saling
sensasi. Jika kemajuan teknologi tidak berinteraksi, mengidentifikasikan diri serta
dibarengi dengan kemajuan dalam berpikir, bekerja sama. Kita hanya bisa saling
yang ada kemajuan teknologi tersebut mengerti dan memahami apa yang
berbanding terbalik dalam hal pola berfikir. dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki orang
Perkembangan teknologi telah melalui komunikasi yang diekspresikan
membuat pergeseran pemikiran. Etika yang dengan menggunakan berbagai saluran, baik
dulu dianggap penting oleh bangsa verbal maupun non-verbal. Pesan yang ingin
Indonesia, seakan menjadi tidak penting lagi disampaikan melalui komunikasi, bisa
karena adanya tuntutan zaman. Kemudahan berdampak positif bisa juga sebaliknya.
dalam mengakses dan menggunakan media Komunikasi akan lebih bernilai positif, jika
sosial tanpa disadari telah menjebak kita para peserta komunikasi mengetahui dan
dalam penurunan etika. menguasai teknik berkomunikasi yang baik,
Dalam kehidupan bersosial di dan beretika.
masyarakat, istilah etika dikaitkan dengan Etika berkomunikasi, tidak hanya
moralitas seseorang. Orang yang tidak berkaitan dengan tutur kata yang baik, tetapi
memiliki etika yang baik sering disebut tidak juga harus berangkat dari niat tulus yang
bermoral karena tindakan dan perkataan diekspresikan dari ketenangan, kesabaran
yang diambil tidak melalui pertimbangan dan empati kita dalam berkomunikasi.
baik dan buruk. karena menyangkut Bentuk komunikasi yang demikian akan
pertimbangan akan nilai-nilai baik yang menghasilkan komunikasi dua arah yang
harus dilakukan dan nilai-nilai buruk yang bercirikan penghargaan, perhatian dan
harus dihindari. Tidak adanya filter dukungan secara timbal balik dari pihak-
pertimbangan nilai baik dan buruk pihak yang berkomunikasi. Komunikasi yang

93
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020
beretika, kini menjadi persoalan penting mengoptimalkan etika berkomunikasi dalam
dalam penyampaian aspirasi. Dalam media sosial, dianjurkan agar setiap
keseharian eksistensi penyampaian aspirasi lembaga juga dapat meberikan pengajaran
masih sering dijumpai sejumlah hal yang bagaimana berkomunikasi dalam media
mencemaskan dari perilaku komunikasi yang sosial yang baik dan benar melihat kemajuan
kurang santun. Etika komunikasi sering jaman yang mana setiap anak sekarang
terpinggirkan, karena etika Berkomunikasi menggunakan media sosial dalam
belum membudaya sebagai urat nadi berkomunikasi dengan siapa saja dimanapun
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. mereka berada dan kapan pun mereka ingin
Adapun Etika komunikasi yang baik dalam berkomunikasi. Oleh karena itu,
media sosial adalah jangan menggunakan pengetahuan mengenai etika berkomunikasi
kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA; menjadi sangat penting.
jangan memposting artikel atau status yang Menyikapi begitu banyak informasi
bohong; jangan mencopy paste artikel atau yang masuk di halaman media sosial, harus
gambar yang mempunyai hak cipta, serta tetap dilakukan saring informasi. Upaya ini
memberikan komentar yang relevan. dapat dilakukan dengan membaca dan
memahami secara utuh informasi tersebut.
PENUTUP Selain itu harus dilakukan kroscek informasi
Simpulan dengan rekan sekitar atau cari pembanding
Berdasarkan pembahasan di atas degan media massa yang kridibel. Penting
dapat diambil kesimpulan bahwa pula dipastikan manfaat informasi tersebut,
masyarakat harus bijak menggunakan media dengan catat tidak mengandung unsur sara,
sosial. Namun relitas saat ini masih banyak pornografi atau menyinggung orang lain. Bila
masyarakat yang kurang jeli dalam ingin menerima informasi di medis sosial
menerima informasi. Hal ini tentu jangan mngasu pada emosi, sebab bila hal itu
membahayakan, terlebihs aat ini sudah ada dilakukan tanpa proses filterisasi informasi
UU ITE yang mengatur terkait permasalahan justru akan dapat menjadi bomerang.
di media sosial. Hal lain yang perlu dipahami ialah, bila
Perlunya pengetahuan yang lebih ada konten yang tidak kridibel dan berulang
aplikatif tentang etika komunikasi dalam kali memenuhi halaman media sosial, maka
media sosial lainnya yang terus lebih baik konten tersebut di silent. Hal ini
berkelanjutan melihat kemajuan teknologi perlu dilakukan agar dikemudian hari konten
dan informasi sangat pesat. Untuk

94
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 | 2020
serupa tidak mempengaruhi masyarakat Intoleransi. HU Pikiran Rakyat. Edisi 3
sebagai pengguna media sosial. Agustus 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Budyatna, Muhamad, 2012. Jurnalistik, Teori
dan Praktek, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana Dedy. 2014. Perkembangan
Teknologi Informasi: New Media,
Jurnal Umum Unpa.
Karimah, Kismiyati, El., dan Wahyudin, Uud .
(2010). Filsafat dan Etika Komunikasi:
Aspek Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologisdalam Memandang Ilmu
Komunikasi. Bandung: Widya
Padjadjaran.
KoentjoroSoeparno, & Sandra, L. (2011).
Social psychology: The passion of
psychology. Buletin Psikologi, 19(1),
16-28.
Laughey, D. (2007). Themes in media
theory.New York: Open University
Press.
McQuail, D. (2003). Teori komunikasi
massa.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nasrullah, R. (2015). Media sosial (perspektif
komunikasi, budaya, dan
sosioteknologi).Jakarta: Simbiosa
Rekatama Media.
SURAT KABAR
Sudibyo, Agus. (2016).Etika Bermedia dan
Kontroversi Politik. HU. Kompas. Edisi
18 Oktober 2016.
Baihaki, Eki. (2016). Media Sosial dan

95
WIDYA DUTA | VOL. 15, NO. 1 |2020

Anda mungkin juga menyukai